Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan naskah yang berjudal “Model Dokumentasi NANDA-NIC -NOC”.
Tulisan ini dapat penulis selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada
1. Nengah Runiari, S.Pd., S.Kp., M.Kep.,Sp. Mat Selaku dosen mata kuliah
Dokumentasi Keperawatan yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan
kami bimbingan dan tuntunan dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian model dokumentasi NANDA – NOC -NIC ..................................... 3
2.2 Diagnose keperawatan NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) ............................................................................................................. 3
2.3 Komponen dari diagnosis................................................................................... 4
2.4 Domain dan klasifikasi NANDA ....................................................................... 7
2.5 Keterkaitan NANDA-NOC - NIC.................................................................... 25
2.6 Taksonomi dari NOC - NIC ............................................................................. 36
2.7 Cara pemilihan intervensi ................................................................................ 45
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ......................................................................................................... 51
3.2 Saran ............................................................................................................... 51
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model dokumentasi NANDA – NOC – NIC ?
2. Apa saja diagnose keperawatan NANDA North American Nursing Diagnosis
Association ?
3. Apa saja komponen dari diagnosis?
4. Bagaimana domain dan klasifikasi NANDA ?
5. Bagaimana keterkaitan NANDA - NOC –NIC ?
6. Bagaimana taksonomi dari NOC - NIC ?
7. Bagaimana cara pemilihan intervensi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Gangguan Memori
Ketidakefektifan Koping
3
Diagnosis keperawatan juga menyediakan standar bahasa untuk digunakan dalam
rekam medik elektrolit, yang memungkinkan komunikasi yang jelas antara anggota
tim perawat dan pengumpulan data untuk perbaikan terus-menerus dalam asuhan
keperawatan pasien.
Contoh:
Definisi
Batasan Karakteristik
- Kesulitan jatuh tertidur - Penurunan kemampuan
4
- Ketidakpuasan tidur berfungsi
- Menyatakan tidak merasa - Perubahan pola tidur
cukup istirahat normal
- Sering terjaga tanpa jelas
Penyebabnya
Faktor yang Berhubungan
- Gangguan karena pasangan tidur - Kurang privasi
- Halangan lingkungan (misalnya, - Pola tidur tidak
bising, pajanan cahaya/ gelap, menyehatkan (misalnya,
suhu/ kelembapan lingkungan karena tanggung jawab
yang tidak dikenal menjadi pengasuh, menjadi
orang tua, pasangan tidur)
- Imobilisasi
Asuhan Diagnosis Keperawatan dikutip dari Diagnosis Keperawatan
(Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC, Hasil NOC) yang disusun oleh Wilkinson
(2017) yaitu:
5
Perawat menangani respons terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan
antar-individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Diagnosis keperawatan dapat
berfokus pada masalah, atau tingkat promosi kesehatan atau risiko potensial (Herdman,
2012 dalam NANDA,2015):
a. Diagnosis keperawatan berfokus-masalah adalah sebuah penilaian klinis tentang
respons manusia yang tidak diinginkan terhadap gangguan kesehatan atau yang
ada dalam proses kehidupan individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.
Untuk menggunakan format PES ( Problem, Etiologi, dan Sign/Symptoms ),
mulai dengan diagnosis, diikuti oleh faktor – faktor etiologi (faktor yang
berhubungan dengan diagnosis berfokus-masalah. Akhirnya, identifikasi tanda
dan gejala (batasan karakteristik). Contohnya gangguan pola tidur berhubungan
dengan imobilisasi dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah fraktur,
tampak gelisah, tampak meringis.
b. Diagnosis keperawatan risiko adalah sebuah penilain klinis mengenai kerentanan
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat untuk mengembangkan respons
manusia yang tidak diinginkan terhadap ganggguan kesehatan/proses kehidupan.
Contohnya Risiko kekurangan volume cairan yang dibuktikan oleh kehilangan
volume cairan aktif.
c. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan adalah suatu penilaian klinis tentang
motivasi dan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
mengaktualisasikan potensi kesehatan manusia. Respons ini dapat diungkapkan
dengan kesiapan untuk meningkatkan perilaku kesejahteraan tertentu, dan dapat
digunakan dalam kondisi sehat. Respons promosi kesehatan mungkin ada dalam
individu, keluarga,kelompok atau komunitas. Contohnya ketidak efektifan
manajemen kesehatan keluarga yang dibuktikan oleh ketidaktepatan aktivitas
keluarga untuk memenuhi tujuan kesehatan.
Meskipun terbatas jumlahnya di taksonomi NANDA-I, suatu syndrome dapat
muncul. Sindrom adalah penilaian klinis tentang sekelompok diagnosis
keperawatan tertentu yang terjadi bersama – sama dan sebaiknya ditangani
bersama – sama dan melalui tindakan yang sama. Contoh dari sindrom adalah
sindrom nyeri kronis (00255).
6
2.3 Domain dan Klasifikasi NANDA
7
00188 Perilaku kesehatan 00079 Ketidakpatuhan
cenderung berisiko
00099 Ketidakefektifan 00043 Ketidakefektifan
pemeliharaan perlindungan
kesehatan
b. Domain II : Nutrisi
Aktivitas memasukkan, mencerna, dan menggunakan nutrient untuk
tujuan pemeliharaam jaringan, perbaikan jaringan dan produksi energi.
Kelas 1. Makan
Memasukkan makanan atau nutrient ke dalam tubuh.
Kelas 2. Pencernaan
Aktivitas fisik dan kimiawi yang mengubah makanan menjadi
substansi yang dapat diabsorpsi dan digunakan.
Kelas 3. Absorpsi
8
Aktivitas penggunaan nutrient dalam jaringan tubuh.
Kelas 4. Metabolisme
Proses kimia dan fisik yang terjadi di dalam organism dan sel hidup
untuk perkembangan dan penggunaan protoplasma, produksi sisa dan
energi, dengan pelepasan energi untuk semua proses vital.
Kelas 5. Hidrasi
Pemasukan dan absorpsi cairan dan elektrolit
9
c. Domain III : Eliminasi dan Pertukaran
Sekresi dan ekskresi produk sisa dari tubuh.
Kelas 1. Fungsi urinaria
Proses sekresi, reabsorpsi, dan ekskresi urine.
10
Proses sekresi dan ekskresi melalui kulit.
Kode Diagnosis
11
00085 Hambatan 00090 Hambatan kemampuan
mobilitas fisik berpindah
12
00202 Risiko 00034 Disfungsi respons
ketidakefektifan penyapihan ventilator
perfusi
gastrointestinal
Kelas 5. Perawatan diri
Kemampuan melakukan aktivitas untuk merawat tubuh dan fungsi
tubuh
e. Domain V : Persepsi/Kognisi
Sistem pemrosesan informasi manusia termasuk perhatian, orientasi,
sensasi, persepsi, kognisi dan komunikasi.
Kelas 1. Perhatian
Kesiapan mental untuk memperhatikan atau mengamati.
Kode Diagnosis
Kelas 2. Orientasi
Kesadaran terhadap waktu, tempat dan orang.
13
Saat ini belum tersedia.
Kelas 4. Kognisi
Penggunaan memori, pembelafaran, berpikir, pemecahan masalah,
abstraksi, penilaian, insight, kapasitas intelektual, kalkulasi, dan
bahasa.
Kelas 5. Komunikasi
Pengiriman dan penerima informasi verbal dan non verbal
14
Kelas 1. Konsep diri
Persepsi total tentang diri sendiri
00224 Risiko harga diri rendah 00153 Risiko harga diri rendah
kronik situasional
Kode Diagnosis
15
Kelas 1. Peran pemberi asuhan
Perilaku yang diharapkan secara sosial dan orang yang memberi
asuhan yang bukan profesional kesehatan.
16
00229 Risiko ketidakefektifan 00052 Hambatan interaksi
hubungan social
Kelas 3. Reproduksi
Suatu proses ketika manusia diproduksi
17
i. Domain IX : Koping / Toleransi stress
Berjuang dengan proses hidup/ peristiwa hidup.
Kelas 1. Respons pascatrauma
Reaksi yang terjadi setelah trauma fisik atau psikologis
18
00076 Kesiapan meningkatkan 00152 Risiko
koping komunitas ketidakberdayaan
19
j. Domain X : Prinsip Hidup
Prinsip – prinsip yang mendasari sikap, pikiran dan perilaku tentang
aturan, kebiasaan, atau institusi yang dipandang sebagai benar atau memiliki
makna intrinsic.
Kelas 1. Nilai
Identifikasi dam peringkat bentuk aturan atau pernyataan yang
diinginkan
Kelas 2. Keyakinan
Pendapat, harapan atau penilaian tentang aturan kebiasaan, atau
institusi yang dipandang sebagai benar atau memiliki makna
intrinsic
Kode Diagnosis
20
00242 Hambatan 00170 Risiko hambatan
pengambilan religiositas
keputusan emansipasi
00243 Kesiapan 00066 Distress spiritual
meningkatkan
pengambilan
keputusan emansipasi
00244 Risiko hambatan 00067 Risiko distress
pengambilan spiritual
keputusan emansipasi
00175 Distress moral
k. Domain XI : Keamanan/Perlindungan
Bebas dari bahaya, cedera fisik atau gangguan sistem imun; selamat
dari kehilangan; dan perlindungan terhadap keselamatan dan keamanan.
Kelas 1. Infeksi
Respons host setelah invasi patogenik
Kode Diagnosis
21
00219 Risiko mata kering 00046 Kerusakan
integritas kulit
22
00138 Risiko perilaku 00138 Risiko mutilasi diri
kekerasan terhadap
orang lain
00140 Risiko perilaku 00150 Risiko bunuh diri
kekerasan terhadap
diri sendiri
00151 Mutilasi diri
Kelas 6. Termoregulasi
Proses fisiologis pengaturan panas dan energi di dalam tubuh
untuk tujuan melindungi organism
23
00007 Hipertermia 00254 Risiko hipotermia
24
00214 Gangguan rasa 00054 Risiko kesepian
nyaman
00183 Kesiapan 00053 Isolasi sosial
meningkatkan rasa
nyaman
Kode Diagnosis
Kelas 2. Perkembangan
Progresi atau regresi dalam urutan tahap kehidupan
Kode Diagnosis
25
pada waktu bersamaan (overlapping). Dimanakah posisi NANDA-I, NOC –NIC
dalam proses keperawatan?
Pada dasarnya NANDA-I adalah merupakan label diagnostic (berada pada
fase penentuan diagnosa), NIC merupakan Klasifikasi intervensi keperawatan (berada
pada fase Planning: intervensi) dan NOC adalah merupakan klasifikasi outcome
(berada pada fase planning: outcome). Pada saat ini label diagnostic tidak hanya dapat
dirujuk kepada NANDA-I tetapi juga bisa merujuk kepada label diagnostik:
GORDON’s nursing diagnosis atau ICNP yang dikeluarkan oleh International
Council of Nursing (ICNP, 2005).
26
mulai dari “sangat terganggu” hingga “tidak terganggu”. Dan, Kinerja
Caregiver: Perawatan Langsung dikur pada skala lima poin mulai dari “tidak
adekuat” sampai “sepenuhnya adekuat”. Skala pengukuran adalah sebagai
skala standar yang terstandar, sehingga peringakat “5” adalah skala
kemungkinan skor terbaik dan “1” adalah kemungkinan skor terburuk. Setiap
skala memberikan jarak untuk skor dari “1” hingga “5”. Terdapat pilihan
untuk menilai indikator sebaai “tidak berlaku” untuk pasien dengan memilih
kolom NA/Not Applicable. Struktur skala ini tidak menuntut tingkat presisi
yang diperlukan untuk format skala 10 poin meskipun telah berhasil
menggambarkan perubahan tambahan untuk perawatan rawat inap akut yang
singkat.
Dengan mengukur outcome sebelum itervensi, perawat menetapkan
nilai dasar pada outcome yang dipilih, dan kemudian dapat menentukan
peringkat outcome-nya setelah intervensi diberikan. Hal ini memungkinkan
perawat untuk dapat mengikuti perubahan status pasien atau pemeliharaan
status outcome dari waktu ke waktu dan diseluruh tatanan. Sebagai contoh,
jika seorang pasien diberi nilai “2” sebelum intervensi dan “4” setelah
intervensi, skor perubahan adalah +2. Outcome yang sebenarnya adalah
adanya perubahan yang terlihat pada peringkat outcome setelah intervensi
keperawatan. Perubahan skor ini dapat bersifat positif (peribgkat outcome
meningkat), negatif (peringkat outcome menurun), atau tidak ada perubahan
(perigkat outcome tetap sama). Dalam beberapa kasus, skor perubahan dengan
skor nol adalah tujuannya. Ini mungkin kasus dalam situasi dimana perawat
tidak mengharapkan (kondisi) pasien menjadi meningkat tetapi ingin
mempertahankan status pasien dan memberikan intervensi untuk mencapai
skor ini. Hal ini adalah situasi umum ketika bekerja dengan pasien lanjut usia
atau pasien yang mengalami sakit parah.
3. Penggunaan Referensi (pada) Seseorang untuk (melakukan)
Perbandingan
Ketika mengukur outcome untuk menggunakan “seseorang (sebagai)
referensi” untuk dibandingkan dengan pasien yang dirawat oleh perawat.
Seseorang (sebagai) referensi didefinisikan sebagai orang yang sehat pada
27
usia dan jenis kelamin yang sama. Sebagai contoh, perawat membandingkan
pasien laki-laki usia 60 thaun yang sehat, hal ini menyiratkan bahwa perawat
menggunakan pengalaman pribadi terkait dengan pasien lain di kelompok usia
ini untuk (melakukan) perbandingan. Ini merupakan langkah penting dalam
memastikan bahwa pengukuran outcome dapat dibandingkan pada seluruh
populasi.
Ketika pasien memiliki kondisi kronis, seperti arthritis, dan perawat
sedang mencoba untuk meningkatkan mobilitas pasien, seseorang yang
dibanding bukanlah pria berusia 60 tahun dengan arthritis tetapi adalah laki-
laki yang sehat pada usia yang sama. Perbandingan ini mempetahankan
peringkat “5” pada skala pengukuran sebagai peringkat sehat. Peringkat “5”
tidak boleh berkurang kekuatannya oleh kondisi yang mencerminkan keadaan
normal terbaik populasi pasien tempat perawat bekerja dalam suatu praktik
khusus. Hal ini terutama berlaku untuk populasi pasien dengan kondisi serius,
seperti gagal ginjal atau gagal jantung kongestif, sehingga peringkat tertinggi
bahwa pasien dengan kondisi kronis mungkin dapat dicapai adalah “3”. Sejak
keperawatan bekerja menuju standar outcome perawatan, hal ini merupakan
syarat penting untuk mengukur outcome pasien.
4. Tingkat Abstraksi dari Outcome NOC
Outcome dalam klasifikasi berada pada tingkat abstraksi yang lebih
tinggi dari pernyataan tujuan yang biasa ditulis oleh seorang perawat. Indikator
yang digunakan untuk menentukan kondisi pasien dalam kaitannya dengan
outcone mewakili outcome yang lebih spesifik sering tercermin dalam pernyataan
tujuan. Sebagai contoh, beberapa indikator yang digunakan dalam outcome
Kognisi adalah “memori jangka pendek”, “memori jangka panjang”, “komunikasi
yang jelas [sesuai] untuk [usia]nya”, dan “pengolahan informasi”. Sementara hal
ini bisa berfungsi sebagai outcome jangka menengah [antara/intermediate] atau
sebagai indikator kognisi, indikator ini tidak mengukur aspek multidimensi dari
konsep kognisi ketika digunakan sendiri. Penggunaan konsep-konsep tingkat
menengah seperti kognisi, memfasilitasi penggunaan outcome dalam sistem
komputerisasi dan agregasi data untuk efektivitas penelitian dan perumusan
kebijkan. Konsep tingkat menengah juga dapat berguna dalam penelitian efikasi.
28
Sebagai contoh, seorang peneliti mengevaluasi intervensi untuk meningkatkan
memori dapat menggunakan indikator outcome untuk menentukan dampak
dariintervensi pada memori dan faktor-faktor lain yang menentukan kognisi.
Sedangkan outcome saat ini tidak memberikan pengukuran yang teruji untuk
mengkaji efek dari intervensi pada memori, teori menyarankan faktor lain yang
perlu dipertimbangkan dan dapat digunakan bersama dengan pengukuran teruji
untuk sampai pada penentuan bagaimana peningkatan memori mempengaruhi
kognisi. Selanjutnya, jika skala pengukuran outcome ditemukan sebagai suatu
psikometris, terdapat potensi untuk penggunaan putcome untukmengukur variabel
pengaruh dalam penelitian efikasi. Pengembangan dan pengujian pengukuran
outcome yang memiliki penggunaan praktis dalam tatanan jlinis dan valid untuk
digunakan dalam penelitia, memiliki implikasi penting dalam pendokumentasian
kontribusi profesi keperawatan untuk perawatan kesehatan dan memberikan data
untuk mempengaruhi kebijakan kesehatan. Keuntungan ini juga berlaku untuk
outcome di tingkat keluarga dan komunitas.
5. Memilih Outcome
Memilih outcome untuk pasien atau kelompok pasien tertentu merupakan
satu langkah dalam proses pengambilan keputusan klinik perawat. Penggunaan
istilah dan pengukuran yang terstandar untuk mengevaluasi outcome tidak
mengurangi tanggung jawab perawat untuk membuat penilaian dan terlibat dalam
penalaran klinis; Beberapa faktor yang terpilih sangat penting dalam pemilihan
outcome untuk pasien. Faktor-faktor tersebut adalah (1) tipe dari masalah
keperawatan, (2) diagnosis keperawatan atau diagnosis medis, (3) karakteristik
pasien,(4) sumber daya yang tersedia, (5) pilihan pasien dan (6) potensi
pengobatan.
1.Tipe masalah kesehatan
Tipe masalah kesehatan dapat dikategorikan sebagai (1) masalah
kesehatan untuk rujukan yang ditangani terutama oleh petugas kesehatan
lainnya, (2) masalah interdisiplin yang ditangani secara kolaboratif dengan
petugas kesehatan lainnya, dan (3) diagnosis keperawatan dimana perawat
memiliki tanggung jawab utama. Ketika masalah kesehatan masuk pada
kategori pertama, tanggung jawab utama untuk mengidentifikasi outcome
29
yang diharapkan biasanya terletak pada petugas kesehatan yang
bertanggung jawab. Ketika masalah kesehatan jatuh pada kategori kedua,
perawat dan anggota kesehatan lainnya harus bekerja sama untuk
mengidentifikasi outcome. Ketika masalah kesehatan adalah diagnosis
keperawatan, perawat harus mengambil tanggung jawab utama untuk
mengindentifikasi outcome untuk pasien yang berhubungan dengan
diagnosis. Dalam ketiga kasus tersebit. Pemberi layanan kesehatan harus
melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
2.Diagnosis keperawatan atau diagnosis medis
Sangat petning untuk mempertimbangkan diagnosis yang
berhubungan dengan kesehatan ketika perawat memilih outcome namun
banyak dari outcome berkaitan langsung dengan diagnosis keperawatan
terindentifikasi. Ketika menggunakan diagnosis NANDA International
(NANDA-I), pertimbangan dalam menyeleksi outcome harus ditentukan
dari definisi diagnosis, batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan
atau faktor risiko untuk diagnosis risiko. Ketka pemilihan outcome
didasarkanpada diagnosis medis, perawat harus mempertimbangkan tanda
dan gejala dari diagnosis medis dan juga faktor penyebab dan faktor yang
berhubungan
3. Karakteristik pasien
Karakteristik pasien jugan harus dipertimbangkan (dalam
perawatan) termasuk faktor demografi, psikologis, dan proses kognitif,
(faktor) penyakit dan faktor yang berhubungan dengan kesehatan serta
kepercayaan atau nilai-nilai yang terkait.
4. Sumber daya yang tersedia
Semua sumber daya yang tersedia yang mempengaruhi outcome
pasien perlu utnuk dipertimbangkan. Hal tersebut dapat berupa (sumber)
finansial, sosial, keluarga, dan sumber daya kesehatan yang mempengaruhi
gaya hidup, kondisi tempat tinggal dan akses terhadap layanan kesehatan.
Sumber daya ini dapat mempengaruhi pencapaian outcome secara negatif
atau posistif atau membatasi outcome tertentu dalam berbagai kasus.
5. Pilihan pasien
30
Pilihan (pasien) dipengaruhi oleh persepsi individual pasien terhadap
kesehatan, tujuan kesehatan yang diinginkan dan keinginan yang
berhubungan dengan pengobatan, agama dan kepercayaan budaya. Jika
pasien percaya bahwa kesehatannya memuaskan, mereka mungkin
cenderung kurang menerima outcome yang bertujuan untuk mengukur
peningkatan kesehatan secara keseluruhan seperti kebugaran fisik. Jika psien
tidak dapat menerima diagnosis secara emosi maupun secara psikologis
dikarenakan agama dan kepercayaan budaya, mana mungkin tidak mungkin
untuk menentukan outcome seperti keseimbangan alam perasaan dan tingkat
depresi agar dapat diterima. Pasien harus bekerja sama dalam memilih
outcome dan berpartisipasi dalam menentukan seberapa banyak perubahan
yang ingin mereka capai.
6. Potensi pengobatan
Ketika mempertimbangkan faktor ini, langkah pertama adalah
menentukan apakah ada intervensi untuk mencapai hasil yang dimaksudkan.
Kedua, harus dipertimbangkan apakah tenaga perawat yang dibutuhkan
untuk mengimplementasika intervensi tersebut tersedia.
31
beberapa pengguna telah memilih empat sampai tujuh indikator dari setiap
outcome untuk menentukan status pasien , sementara lainnya memilih
indikator lebih banyak. Pada kedua situasi tersebut, indikator terpilih dapat
digunakan untuk menentukan status pasien terhadap outcome. Dengan
indikator yang terpilih, maka perawat mengevaluasi indikator dan outcome
bersamaan dengan skala pengukurannya.
2. Memilih informasi tambahan
Setelah outcome dan/atau indikator diidentifikasi, perawat
mengumpulkan informasi-informasi tambahan dari penerima rawatan dan
sumber data lain yang teridentifikasi. Penerima rawatan bisa merupakan
pasien, pengasuh/caregiver, orang tua, keluarga, komunitas. Dan sumber data
bisa merupakan pasien, anggota keluarga, pengasuh/care giver, observasi
langsung oleh petugas kesehatan atau catatan medis. Sumber data untuk
mengevaluasi indikator dan outcome dapat beragam. Data dapat diperoleh
dari catatan pasien (seperti pengukuran biokimia atau tanda vital) atau dari
observasi langsung atau pengkajian fisik (seperti: kemampuan pasien dalam
menjalankan pengobatan atau adanya tanda dan gejala). Indikator lainnya
mungkin membutuhkan informasi atau persepsi yang diminta dari pasien atau
keluarga (seperti: pengetahuan tentang proses penyakit atau pengobatan,
persepsi terhadap kesehatan dan kepuasan terhadap perawatan). Pemberi
layanan kesehatan mungkin ingin mengidentidikasi penerima rawatan
tambahan atau sumber data unik pada praktik atau situasi mereka, serta
memasukkan informasi tersebut ke dalam dokumentasi.
3. Menggunakan skala pengukuran
Saat ini outcome memiliki satu atau dua skala yang digunakan untuk
mengukur outcome dan indikator terpilih dievaluasi (dengan) menggunakan
skala tersebut. Sangat penting untuk menggunakan skala pengukuran yang
dipublikasi dengan masing-masing outcome sebagaimana nilai telah dipilih
secara semantik (dengan) menyelaraskan outcome dan indikator. Sebagai
contoh, skala pengukuran outcome [untuk] perilaku didasarkan pada skala
yang ditunjukkan untuk memungkinkan perawat agar benar-benar
mengevaluasi perilaku pasien dalam memenuhi outcome [tersebut].
32
[Pemberian] nilai berdasarkan skala dari “berat ke skala “tidak ada” mungkin
sulit dan tidak efektif dalam mengukur perilaku pasien.
Dalam setiap skala -5, nilai “1” adalah skala yang sedikit diharapkan”
dan “5” adalah skala yang “paling diharapkan” pada kondisi pasien dalam
outcome.
33
potensial dan mengukur faktor-faktor risiko, merupakan kunci untuk seorang
pasien yang berisiko untuk mngembangkan diagnosis. Untuk diagnosis promosi
kesehatan hanya satu kategori dari outcome yang dibutuhkan. Tipe diagnosa ini
memberikan hanya batasan karakteristik dalam klasifikasi NANDA-I. Setiap
diagnosis memiliki suatu daftar outcome yang difokuskan pada pengukuran
batasan karakteristik yang diidentifikasi.
2. Keterkaitan NANDA/NIC
Suatu tautan didefinisikan (linkage) sebagai suatu hubungan atau
keterkaitan antara diagnosis keperawatan dan intervensi keperawatan yang
menyebabkan keduanya terjadi bersamaan dalam rangka untuk mendapatkan
outcome atau penyelesaian dari masalah pasien. Tautan akan memfasilitasi proses
diagnosis reasoning (proses berpikir untuk mendiagnosis) dan pembuatan
keputusan klinis dari perawat dengan mengidentifikasi intervensi-intervensi
keperawatan yang merupakan pilihan penanganan bagi penyelsaian diagnosis
keperawatan. Tautan ini juga bisa membantu dalam mendesain sistem informasi
keperawatan klinis untuk menyusun struktur database.
Daftar intervensi-intervensi keperawatan yang tercakup untuk setiap
diagnosis keperawatan (bersifat) komprehensif, meliputi bermacam-macam
34
intervensi-intervensi. Berikut ini adalah tiga level intervensi-intervensi yang
disediakan untuk setiap diagnosis.
1. Level pertama: intervensi – intervensi prioritas :level ini adalah intervensi-
intervensi yang pling mungkin/ terlihat nyata untuk menyelesaikan diagnosis
dan diberikan warna dalam daftar intervensi-intervensi yang disarankan.
Intervensi-intervensi ini dipilih karena sangat cocok dengan etiologi dari
diagnosis dan/atau batasan karakteristik, memiliki aktivitas-aktivitas yang
lebih banyak yang akan menyelesaikan masalah, dapat digunakan dalam
banyak tatanan dan diketahui lebih baik karena berdasarkan penelitian dan
penggunaan klinik untuk mengatasi diagnosis.
2. Level kedua: intervensi-intervensi yang disarankan: Ini adalah intervensi-
intervensi yang mungkin mengatasi diagnosi tapi bukan merupakan
intervensi-prioritas untuk mayoritas pasien dengan diagnosis tersebut.
Intervensi-intervensi ini disebutkan dalam literatur sebagai intervensi yang
mengatasi diagnosis, tapi tidak sering disebutkan dan mungkin mengatasi
etiologi atau karakteristik tertentu.
3. Level ketiga: pilihan tambahan:Intervensi-intervensi yang diaplikasin pada
beberapa pasien dengan diagnosis tertentu, memberikan kesempatan pada
perawat untuk mendesain lebih lanjut rencana asuhan pada individu.
Urutan dari tiga level intervensi-intervensi menyediakan daftar intervensi
yang komprehensif untuk setiap diagnosis. Daftar tersebut membantu perawat
dalam menyeleksi intervensi-intervensi tetapi bukanlah merupakan suatu resep.
Perawat menggunakan clinical reasoning (penalaran klinis) dan penilaian pada
setiap individu pasien, keluarga, atau kelompok untuk menentukan ketepatan dari
pilihan intervensi-intervensi.
Tahap-tahap berikut disarankan pada saat menggunakan daftar kaitan :
1. Kaji ulang prioritas intervensi-intervensi keperawatan sebagai pertimbangan
pertama terkait dengan pilihan penanganan untuk menyelesaikan diagnosis
keperawatan.
2. Kaji ulang intervensi-intervensi lain yang ada dalam dafatr yang disarankan
karena intervensi-intervensi tersebut penting dipertimbangkan untuk
menyelesaikan diagnosis.
35
3. Kaji ulang intervensi-intervensi tambahan yang disarankan yang mungkin juga
digunakan untuk menyelesaikan diagnosis keperawatan.
36
5.Peningkatan Kenyaman Fisik Intervensi intervensi untuk
meningkatkan kepatenan jalan nafas dan
Intervensi intervensi untuk
pertukaran gas
meningkatkan kenyamanan dengan
menggunakan teknik fisik. 6.Manajemen Kulit/Luka
37
diharapkan atau merubah fungsi kognitif memantau risiko yang ada secara terus
yang tidak diharapkan. menerus sepanjang waktu.
3.Peningkatan komunikasi
Intervensi intervensi untuk memfasilitasi
pemberian dan penerimaan pesan verbal
dan nonverbal y
4.Bantuan koping
Intervensi intervensi untuk membantu
orang lain untuk membangun kekuatan
diri untuk beradaptasi pada perubahan
fungsi atau menerima tingkatan fungsi
yang lebih tinggi.
5.Pendidikan pasien
Intervensi intervensi untuk memfasilitasi
pembelajaran
6.Peningkatan Kenyamanan
psikologis
Intervensi intervensi untuk
meningkatkan kenyamanan dengan
menggunakanteknik psikologis
38
1.Perawatan melahirkan 1.Mediasi sistem kesehatan
Intervensi intervensi untuk membantu Intervensi intervensi untuk
dalam persiapan melahirkan dan memfasilitasi kesepakatan antara
mengatur perubahan psikologis dan pasien/keluarga dan sistem pelayanan
fisiologis sebelum, selama, dan segera kesehatan
serelah melahirkan. 2.Manajemen sistem kesehatan
2.Perawat sepanjang hidup intervensi intervensi untuk
Intervensi intervensi untuk memfasilitasi menyediakan dan meningkatkan
fungsi unit keluarga dan meningkatkan dukungan pemberian pelayanan
kesehatan serta kesejahteraan anggota (kesehatan).
keluarga sepanjang kehidupan.
3.Perawatan membesarkan anak 3.Manajemen informasi
Intervensi intervensi untuk membantu intervensi intervensi untuk
dalam membesarkan anak-anak. memfasilitasi komunikasi terkait
pelayanan kesehatan.
DOMAIN 7 KOMUNITAS
Perawatan yang mendukung kesehatan
komunitas
39
Heather (2015) taksonomi dari NOC sebagai berikut:
Domain I Domain II Domain III Domain IV
40
Perkembang n ekskresi n adaptasi Pengetahuan
an pembuangan psikologis tentang Kesehatan
Outcomes pola dan status dan/atau sosial Outcomes yang
yang eliminasi terhadap menggambarkan
menggambark Cairan dan perubahan pemahaman
an Elektrolit kesehatan dan individu dalam
kematangan Outcomes kondisi mengaplikasukan
fisik, emosi, yang kehidupan informasi untuk
dan sosial menggambarka Kontrol Diri meningkatkan,
individu n status cairan Outcomes mempertahankan
Mobilitas dan elektrolit yang dan memelihara
Outcomes individu menggambarka kesehatan
yang Respon Imun n kemampuan Manejemen
menggambark Outcomes individu untuk Kesehatan
an mobilitas yang mengekang Outcomes yang
fisik individu menggambarka perilaku yang menggambarkan
dan gejala n kemampuan mungkin tindakan individu
sisa dari individu untuk secara emosi untuk mengelola
pergerakan mengatur atau fisik bisa kondisi akut atau
yang dibatasi metabolisme membahayaka kronik
Perawatan tubuh n diri maupun
Diri Regulasi orang lain Kontrol Risiko dan
Outcomes Metabolik Interaksi Keamanan
yang Outcomes Sosial Outcomes yang
menggambark yang Outcomes menggambarkanstat
an menggambarka yang us keamanan
kemampuan n kemampuan menggambarka individu dan/atau
individu individu untuk n hubungan tindakan untuk
untuk mengatur individu menghindari,
menyelesaika metabolisme dengan orang membatasi, atau
n aktivitas tubuh lain mengontrol
dasar ancaman kesehatan
41
kehidupan Neurokognitif yang telah
sehari-hari Outcomes teridentifikasi
yang
menggambarka
n status
neurologi dan
kognitif
individu
Pencernaan
dan Nutrisi
Outcomes
yang
menggambarka
n pola
pencernaan
dan nutrisi
individu
Respon
Terapeutik
Outcomes
yang
menggambarka
n reaksi
sistemik
individu
terhadap
perawatan
agen maupun
metode
pengobatan
yang diberikan
42
Integritas
Jaringan
Outcomes
yang
menggambarka
n kondisi dan
fungsi jaringan
tubuh individu
Fungsi
Sensori
Outcomes
yang
menggambarka
n persepsi
individu dan
penggunaan
informasi
sensori
43
Level 2 Kesehatan dan Kinerja Keluarga Perlindungan Kesehatan
Kelas Kualitas Hidup sebagai Caregiver Komunitas
Outcomes yang Outcome yang Outcomes yang
menggambarkan menggambarkan menggambarkan struktur dan
kesehatan yang adaptasi dan program komunitas untuk
diterima individu dan penampilan anggota menghilangkan atau
situasi terkait dengan keluarga untuk menurunkan risiko kesehatan
kehidupan merawat anak atau dan peningkatan resistensi
Kepuasan orang dewasa yang terhadap ancaman kesehatan
mengenai memiliki komunitas
Perawatan ketergantungan Kesejahteraan Komunitas
Outcomes yang Status Keseharan Outcomes yang
menggambarkan Anggota Keluarga menggambarkan keseluruhan
persepsi atau Outcomes yang status kesehatan atau
penerimaan individu menggambarkan kompetensi komunitas atau
tentang kualitas dan kesehatan fisik, populasi
kecukupan psikologis, sosial dan
perawatan kesehatan spiritual individu dari
yang disediakan individu anggota
Status Gejala keluarga
Outcomes yang Kesejahteraan
menggambarkan Keluarga
indikasi individu Outcomes yang
terhadap adanya menggambarkan
penyakit, cedera, lingkungan keluarga
atau kehilangan keseluruhan status
kesehatan, dan
kompetensi sosial dari
keluarga sebagai unit
Pengasuhan
44
Outcomes yang
menggambarkan
perilaku orang tua
yang mendukung
pertumbuhan dan
perkembangan
optimum anak
1. Intervensi perawat
Intervensi perawat adalah respons perawat terhadap kebutuhan perawatan
kesehatan dan diagnose keperawatan klien.Intervensi ini tidak membutuhkan
supervisi atau arahan dari orag lain. Sebagai contoh, intervensi untuk
meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi yang adekuat atau aktivitas
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan higiene adalah tindakan
keperawatan mandiri.Intervensi perawat tidak membutuhkan instruksi dari dokter
atau profesi lainnya
2. Intervensi dokter
Intervensi dokter didasarkan pada respons dokter terhadap diagnose medis, dan
perawat menyelesaikan instruksi tertulis dokter. Memberikan medikasi,
45
mengimplementasikan suatu prosedur invasif, mengganti balutan, dan
menyiapkkan klien untuk pemeriksaan diagnostik adalah contoh-contoh dari
intervensi tersebut.Intervensi ini tidak selalu berada dalam praktik legal
keperawtan bagi perawat untuk meresepkan atau menginstruksikan tindakan ini,
tetapi intervensi tersebut berada dalam praktik keperawatan bagoi perawat untuk
menyelesaikan insruksi tersebut dan untuk mengkhususkan pendekatan
tindakan.Setiap intervensi dokter membutuhkan tanggung jawab keperawatan
spesifik dan pengetahuan keperawatan tehnik spesifik.
3. Intervensi kolaborasi
Intervensi kolaborasi adalah terapi yang membutuhkan pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian dari berbagai professional perawatan
kesehatan.Intervensi perawat, dokter dan kolaborasi membutuhkan penilaian
keperawatan yang kritis dan pembuatan keputusan.Ketika menghadapi intervensi
dokter, atau intervensi kolaboratif, perawat tidak secara otomatis
mengimplementasikan terapi, tetapi harus menentukan apakah intervensi yang
diminta sesuai untuk klien.
Enam faktor untuk memilih intervensi keperawatan pada klien spesifik, yaitu :
46
mengidentifikasi setiap outcome pasien yang mungkin dapat diharapkan dan
dapat dicapai sebagai hasil dari asuhan keperawatan yang diimplementasikan.
Cara yang paling efektif untuk menentukan outcome adalah dengan
menggunakan Nursing Outcome Classification(NOC).40 NOC terdiri dari 490
hasil pencapaian bagi individu, keluarga dan masyarakat yang mewakili umtuk
semua tatanan dan spesialis klinis. Setiap outcome NOC menggambarkan kondisi
pasien di tingkat koseptual dengan adanya indicator untuk setiap outcome yang
diharapkan berespon terhadap intervensi keperawatan. Indicator untuk setiap
outcome memungkinkan adanya pengukuran outcome dengan menggunakan 5-
poin skala likert dari skala yang paling negative ke skala yang paling positif.
Skala pencapaian yang terus berulang seiring waktu akan menunjukan adanya
perubahan pada kondisi pasien. Sehingga, outcome NOC digunakan dalam rangka
memonitor seberapa besar perkembangan kemajuan pasien, atau justru mungkin
terjadi kemunduran dalam perkembangan pasien selama proses perawatan.
Outcomes NOC dikembangkan sehingga dapat digunakan dalam semua kondisi,
semua area spesialisasi, dan disepanjang proses perawatan pasien. Contoh
outcome NOC pada label “Status Kenyamanan” dapat dilihat dalam kotak 2-1
yang menunjukan adanya label, definisi, indicator, dan skala pengukuran.
Outcomes NOC juga terkait dengan diagnose keperawatan NANDA Internasional
(NANDA-I), dan kaitannya dapat dilihat dibagian belakang buku NOC. Intervensi
NIC juga terkait dengan outcomes NOC dan diagnose keperawatan NANDA-I
dan semua kaitan ini dapat dipelajari di dalam satu buku yang berjudul NOC-NIC
linkages to NANDA-I and clinical conditions: supporting critical reasoning and
quality of care.
B. Karakteristik diagnosa keperawatan :
Outcomes dan intervensi dipilih karena berhubungan dengan diagnose
keperawatan tertentu. Penggunaan bahasa keperawatan yang terstandar/seragam
dimulai pada sekitar awal tahun 1970an, diawali dengan adanya penngembangan
klasifikasi diagnose keperawatan NANDA. Diagnose keperawatan berdasarkan
NANDA-I merupakan “ pertimbangan klinis mengenai pengalaman atau respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap adanya masalah kesehata/ proses
kehidupan baik yang actual maupun potensial” dan NANDA-I juga menyediakan
47
data dasar dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai outcome
dimana perawat mempunyai tanggung jawab penuh didalamnya41. Elemen
pernyataan diagnosis NANDA-I actual terdiri dari label, faktor yang berhubungan
(penyebab dan faktor yang berhubungan) serta batasan karakteristik (tanda dan
gejala). Intervensi sebaiknya langsung mengarah kepada kerusakan/gangguan
pada faktor penyebab(faktor yang berhubungan dengan) atau penyebab diagnosis.
Jika intervensi yang dilakukan berhasil mengatasi penyebab/etiologi, maka status
pasien diharapkan akan membaik. Namun terkadang faktor penyebab tidak bisa
selalu diubah dan jika hal ini terjadi, maka sangat penting bagi perawat untuk
mengatasi batasan karakteristik(tanda dan gejala).
Untuk membantu memilih intervensi keperawatan yang tepat, bagian
enam dalam buku ini telah menyiapkan daftar intervensi yang utama dan yang
dianjurkan untuk dapat mengatasi diagnose keperawatan NANDA-I. selanjutnya,
buku dengan judul NOC-NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions;
Supporting Clibical Reasoning and Quality Care32 yang ada saat ini merupakan
sumber yang penting sebagi refrensi untuk mengidentifkasi outcomes dan
intervensi pada semua diagnose keperawatan NANDA-I maupun 10 kondisi
umum misalnya pada asma, PPOK, kanker kolon dan rectum, depresi, diabetes
mellitus, gagal jantung, hipertensi pneumonia, stroke dan penggantian sendi total;
panggul/lutut.
C. Intervensi berbasis riset
Institute Of Medicine (IOM) dalam laporannya dengan judul Health
Proffesions Education: A Bridge to Quality25 memaparkan beberapa perubahan
yang terjadi pada pendidikan semua bidang kesehatan professional, dimana dalam
proses pendidikannya, semua bidang kesehatan professional harus memasukan
materi penggunaan praktik berbasis bukti ilmiah (evidence based practice/EBP).
Lembaga Riset dan Pelayanan Kesehatan,IOM, dan lembaga pemerintah lainnya
merupakan tempat yang menetap bahwa panduan klinis harus menggunakan EBP
sebagai dasar pemberian perawatan kesehatan.24 lembaga-lembaga ini
memberikan penekanan pada pilihan intervensi yang didukung oleh adanya bukti
ilmiah penelitian yang harapan nya akan meningkatkan outcome pasien dan
praktik pelayanan di tatanan klinis. Pengembangan keterampilan perawat saat ini
48
dirasa sangat penting, sehingga hal ini menuntut perawat untuk secara terus
menerus melihat kembali apakah pelayanan keperawatan yang diberikan saat ini
adalah merupakan praktik klinis terbaik. Untuk mengetahui apakah praktik
tersebut merupakan praktik terbaik, bukti ilmiah berbasis penelitian harus
diketahui dan dgunakan dalam memilih intervensi. Maka secara tidak langsung,
perawat yang menggunakan intervensi merasa familiar dengan konsep penelitian
itu sendiri. Melalui penelitian, keefetifan intervensi yang dipilih pada berbagai
jenis pasien dapat diketahui. Beberapa intervensi dan aktivitas keperawatan sudah
diteliti dan disusun berdasarkan keilmuan para klinisi yang handal. Buku saku
diagnose keperawatan seperti Ackley dan Ladwig1, menyajikan refrensi penelitian
D. Visibilitas dalam mempraktikan intervensi :
Pertimbangan visibilitas meliputi bagaimana suatu intervensi berkaitan
dengan intervensi yang lain, baik intervensi keperawatan maupun intervensi dari
tenaga kesehatan yang lain. Penting untuk diingatkan disini bahwa perawat
terlibat dalam keseluruhan rencana perawatan pasien. Pertimbangan yang lainnya
adalah biaya yang akan dikeluarkan dan waktu yang diperlukan untuk
mengimplementasikan intervensi tersebut. Dalam pemilihan intervensi
keperawatan yang tepat, perawat juga harus mempertimbangkan intervensi dari
tenaga kesehatan lain, biaya yang dikeluarkan, dan estimasi waktu yang
diperlukan.
E. Penerimaan pasien
Intervensi yang dipilih harus diterima pasien dan keluarga. Perawat sering
merekomendasikan pilihan intervensi dalam rangka membantu pasien mencapai
outcome yang diharapkan. Untuk memfasilitasi pasien dalam memilih intervensi,
pasien harus diberikan informasi yang adekuat mengenai setiap intervensi terkait
dan bagaimana sebaiknya pasien berpartisipasi dalam tindakan tersebut. Hal yang
menjadi paling pertimbangan utama dalam pemilihan intervensi adalah nilai,
kepercayaan, dan kebudayaan pasien harus dipertimbangkan pada saat memilih
intervensi.
F. Kemampuan perawat
Perawat harus mampu memberikan intervensi keperawatan tertentu.
Untuk menjadi perawat yang komponen dalam tindakan keperawatan, perawat
49
harus: (1) mempunyai ilmu pengetahuan mengenai alas an ilmiah dan rasional
untuk setiap intervensi keperawatan, (2) memiliki kemampuan psikomotor dan
interpersonal, (3) mampu melakukan fungsinya dalam tatanan khusu untuk secara
efektif menggunakan sumber-sumber perawatan kesehatan.9 sangat jelas sekali
terlihat, bahwa dari total 5544 intervensi keperawatan yang disajikan, sangat
mustahil jika hanya dilakukan oleh satu orang perawat. Keperawatan, seperti
cabang ilmu kesehatan lainnya, merupakan sebuah profesi dimana setiap perawat
mempunyai keahlian tertentu dan mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain jika diperlukan.
Setelah mempertimbangkan setiap faktor diatas untuk pasien tertentu,
perawat kemudian akan memilih intervensi. Tahap ini tidak serumit dan tidak
Selama yang dibayanngka. Benner menyatakan bahwa mahasiswa keperawatan
dan perawat pemula harus mencermati hal-hal diatas secara detail dan sistematis.
Seiring berjalannya waktu, perawat akan mampu mensistesis informasi dan
menemukan pola yang sesuai secara cepat. Satu keuntungan dari metode
pengklasifikasian terutama bagi perawat pemula, yakni cara ini dapat
memfasilitasi proses belajar mengajar dalam pengambilan keputusan. Dengan
menggunakan bahasa keperawatan yang seragam/standar dalam menyebutkan
intervensi keperawatan, bukan berarti kita berhenti memberikan perawatan secara
personal kepada setiap individu. Tetapi justru, intervensi keperawatan dibuat
untuk beragam individu dengan mempertimbangkan berbagai pilihan aktivitas
dan memodifikasi aktivitas tersebut berdasarkan usia pasien, status fisik, social,
emosional, dan spiritual pasien dan keluarga. Modifikasi ini dibuat oleh perawat
dengan menggunakan pertimbangan klinis.
50
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
51
DAFTAR PUSTAKA
52