Anda di halaman 1dari 11

KRITERIA KUALITAS AIR DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELARUTAN ZAT

PADAT TOTAL DISSOLVED SOLIDS (TDS)

Oleh: Nurhayati Rahayu, Orchita Zulfara Diva.

Abstrak: air merupakan sumber kehidupan bagi banyak makhluk hidup, baik manusia, tanaman, maupun hewan. Tidak

ada sumber air maka tidak akan ada kehidupan di dunia. Air yang digunakan untuk menyokong kehidupan sehari-hari

haruslah air yang bersih dan memenuhi parameter kualitas air. Terdapat tiga macam parameter kualitas air, parameter

fisika, parameter kimia, dan juga parameter biologis. Parameter fisika mencakup bau, warna, TDS, kekeruhan, rasa, dan

suhu. Parameter kimia meliputi pH, oksigen terlarut, BOD, dan COD. Sedangkan untuk parameter biologis

berhubungan dengan bakteri yang terkandung di dalamnya.

Kata kunci: TDS, DO, BOD, COD, kelarutan zat padat, kriteria kualitas air.

Dalam sebuah kehidupan, air termasuk dalam senyawa kimia yang sangat penting dan

dibutuhkan oleh makhluk hidup. Begitu banyak manfaat air yang menjadikan kehidupan dapat

berlangsung sebagaimana mestinya. Hampir seluruh kegiatan masyarakat tidak terlepas dari air,

seperti halnya kegiatan mencuci pakaian, membersihkan diri (mandi), pertanian, industri, pemadam

kebakaran, memasak, mengairi sungai, dan masih banyak lagi. Untuk memenuhi mineral dalam tubuh

saja, manusia perlu mencukupi kebutuhan air sekitar 8 – 10 gelas per harinya atau sekitar 2 liter. Jika

tidak mencukupi kebutuhan tersebut maka manusia dapat mengalami dehidrasi, hingga yang paling

fatal transfusi darah ke seluruh tubuh juga dapat terganggu karena darah menjadi kental. Tidak hanya

manusia, tumbuhan dan hewan pun juga membutuhkan air. Lingkungan yang tidak terdapat sumber

air dapat menyebabkan lingkungan tersebut menjadi kumuh, tidak sehat, kering, gersang, dan

tanaman tidak akan tumbuh karena tidak adanya sumber mineral. Dari contoh ini dapat ditarik

kesimpulan bahwa air merupakan kebuthan penting bagi makhluk hidup sebagai penyokong

kehidupannya. Tidak ada air maka tidak akan ada kehidupan yang berlangsung karena air merupakan

sumber kehidupan. Secara kimia, air dapat diartikan sebagai substansi kimia dengan rumus molekul
H2O, dimana satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu

atom oksigen. Air berisfat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar yaitu

pada tekanan 100 kPa atau 1 bar dan 273,15 K atau 0̊ C.

Kebanyakan sumber air yang digunakan untuk kehidupan berasal dari air tanah, air sungai,

air laut, air hujan, dan mata air. Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah di dalam zona jenuh

dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer. (Suryono, 1993:1).

Sedangkan air sungai menurut asalnya merupakan sebagian dari air hujan yang mengalir melalui

sasaran ke dalam sungai sehingga air ini tidaklah bersih atau sudah terkontaminasi sehingga perlu

pengolahan yang lebih lanjut jika akan dikonsumsi. Air laut adalah air yang mengandung kadar

garam NaCl sekitar 3,5%. Kadar 3,5% ini berarti dalam 1 liter air laut terdapat 35 gram garam NaCl,

sehingga air laut tidak layak digunakan untuk air yang dikonsumsi. Dari segi kualitas, air yang berasal

dari sumber mata air hampir sama dengan air yang berasal dari dalam tanah, yang membedakan

adalah air dari mata air ini keluar dengan sendirinya tanpa dipengaruhi oleh apapun.

KRITERIA KUALITAS AIR

Menurut perhitungan WHO, setiap orang yang berada dalam negara-negara maju membutuhkan air

untuk keperluannya sekitar 60 – 120 liter setiap harinya. Untuk negara-negara berkembang seperti

Indonesia biasanya memerlukan air sebanyak 30 – 60 liter setiap hari. Pemenuhan kebutuhan air pun

bermacam-macam bergantung dengan masing-masing individu. Air dibedakan menjadi dua, yaitu air

permukaan dan air tanah. Air permukaan merupakan air pada permukaan tanah dan dapat dilihat

dengan kasat mata, sedangkan untuk air tanah adalah air yang berada di dalam tanah.

Peraturan pemerintah no. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan

menurut peruntukannya. Adapun penggolongannya adalah sebagai berikut:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum atau dikonsumsi tanpa

diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu.


2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, industri, dan

pembangkit listrik tenaga air.

Faktor kualitas air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari sangatlah penting

karena akan berdampak bagi kesehatan dan kehidupan manusia itu sendiri. Kualitas air adalah suatu

ukuran kondisi air dimana dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air dapat

dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika antara lain bau, warna, kelarutan zat

padat, kekeruhan, rasa dan suhu. Untuk parameter kimia meliputi pH, oksigen terlarut, BOD, dan

COD. Tujuan dibentuknya parameter kualitas air adalah untuk pemeliharaan, perlindungan, serta

mempertinggi derajat kesehatan masyarakat.

Parameter fisika:

1. Bau dan rasa

Pada umumnya air yang belum tercemar cenderung tidak memiliki bau dan rasa.

Adanya bau dan rasa pada air identik menunjukkan bahwa air tersebut tidak sehat dan

sudah terkontaminasi oleh pembusukan zat organik seperti bakteri, organisme lain,

dan pencemaran lingkungan. Air yang sudah tercemar dan terkontaminasi sebaiknya

tidak lagi digunakan karena dapat menyebabkan terganggunya kesehatan.

2. Warna

Air alami umumnya tidak memiliki warna atau bening, hal ini dikarenakan air tersebut

belum terkontaminasi oleh bahan-bahan maupun organisme lain. Timbulnya warna

pada air disebabkan karena terdapat bahan-bahan tersuspensi, ekstrak senyawa

organik, atau kehadiran mikroorganisme seperti plankton, kehadiran ion-ion metal

pada air seperti ion besi dan mangan, dan yang paling sering terjadi adalah karena

pencemaran limbah industri. Warna air dapat diacu sebagai bahaya atau tidaknya air

tersebut digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Air yang sudah terkontaminasi ini
apabila digunakan untuk konsumsi akan membahayakan kesehatan karena kadar besi

yang terlalu tinggi, dan juga untuk mencuci pakaian akan meninggalkan noda karat

pada baju yang dicuci dengan air kontaminan tersebut.

3. Kelarutan Zat Padat

Kelarutan zat padat dalam suatu cairan biasa disebut dengan Total Dissolved Solids

atau disingkat dengan TDS. Total Dissolved Solids adalah suatu ukuran kandungan

kombinasi dari semua zat-zat anorganik dan organik yang terdapat di dalam suatu

cairan sebagai molekul yang terionkan atau sebagai bentuk mikrogranula yang

terperangkap. Contoh sederhana dari kelarutan zat padat adalah air keruh pada sungai

atau kolam setelah turun hujan. Hal ini disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi

dalam air. Konsentrasi TDS ini dalam keadaan normal sangatlah rendah sehingga tidak

dapat dilihat dengan kasat mata. Zat kimia yang paling umum antara lain berupa ion-

ion seperti kalsium, fosfat, nitrat, nitrit, natrium, kalium dan klorida. Kebanyakan dari

konstituen berasal dari limpasan zat hara dari tanah, badai, hujan, dan yang paling

membahayakan adalah limpasan yang berasal dari pestisida permukaan tanah. Zat

padat terlarut dalam cairan bisa juga berasal dari bahan-bahan anorganik seperti batu

dan udara yang mengandung kalsium bikarbonat, nitrogen, fosfor, besi, sulfur, dan

mineral lainnya.

Major Ion (Ion Utama) Secondary Ion (Ion Sekunder)

(1,0 – 1.000 mg/liter) (0,01 – 10,0 mg/liter)


Sodium (Na) Besi (Fe)

Kalsium (Ca) Strontium (Sr)

Magnesium (Mg) Kalium (K)

Bikarbonat (HCO3) Karbonat (CO3)

Sulfat (SO4) Nitrat (NO3)

Klorida (Cl) Fluorida (F)

Mengukur kadar TDS dalam suatu cairan dianggap sangat penting dewasa ini. Banyak

persediaan air yang kadar zat padat terlarutnya melebihi tingkat standar yang hanya

bernilai 500 mg/L. Tingginya kadar TDS dianggap tidak layak untuk dikonsumsi oleh

manusia. Kadar TDS yang tinggi biasanya mengandung banyak kalium, klorida, dan

natrium. Pengukuran kadar TDS dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu

gravimetri dan konduktivitas. Menurut para ahli, pengukuran TDS dengan metode

gravimetri adalah cara yang paling akurat dan meliputi penguapan pelarut cairan dan

pengukuran massa residu yang tertinggal. Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat

dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Metode gravimetri sangatlah

sederhana, hal ini karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara

menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dan zat-zat lain. Walaupun metode

ini mudah dan sangat akurat, namun metode ini memiliki kelemahan antara lain

memakan waktu yang cukup lama dan membutuhkan biaya yang besar. Faktor yang

mempengaruhi sempurnanya metode gravimetri adalah proses pemisahan yang harus

sempurna sehingga kualitas analit yang tidak mengendap secara analit tidak ditentukan

dan zat yang harus ditimbang harus memiliki susunan tertentu dan bersifat murni.

Selain menggunakan metode gravimetri, metode lain yang dapat digunakan adalah

konduktivitas atau Daya Hantar Listrik (DHL). DHL adalah ukuran kemampuan dari
suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Semakin banyak garam-garam yang

terlarut maka akan semakin tinggi pula nilai daya hantar listriknya. Konsentrasi dari

ion-ion terlarut sangat berpengaruh pada nilai DHL. Asam, basa, dan garam

merupakan penghantar listrik yang baik, sedangkan untuk bahan organik yang tidak

dapat mengalami disosiasi merupakan penghantar listrik yang buruk (Effendi, 2003).

Persamaan yang mengenai hubungannilai DHL dan TDS adalah sebagai berikut,

DHL (S/m)
K=
TDS (mg/L)

Nilai TDS biasnaya lebih kecil daripada nilai DHL. Pada saat penentuan nilai TDS,

bahan-bahan yang bersifat volatile atau mudah menguap tidak terukur karena

melibatkan proses pemanasan (Effendi, 2003). Pengukuran nilai konduktivitas dapat

diukur dengan menggunakan konduktometer atau TDS meter (conductivity meter

conventional). TDS meter berfungsi untuk menentukan daya hantar suatu larutan

dengan prinsip kerjanya mengandalkan elektroda yang diberi gaya listrik yang

kemudian menggerakkan ion-ion dalam larutan. Ion-ion akan bergerak dari potensial

yang tinggi menuju potensial yang rendah. Dari pergerakan ion ini akan dihasilkan

arus listrik. Semakin banyak ion yang bergerak maka arus listrik semakin besar

sehingga konduktivitas yang terbaca juga semakin besar.


Gambar table standar Total Dissolved Solids (TDS)

Sumber: https://airreverseosmosis.files.wordpress.com/2009/01/tds-meter.jpg

4. Kekeruhan

Kekeruhan dapat terjadi karena adanya padatan di dalam air yang tidak terlarut, tidak

dapat mengendap, dan terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya

lebih kecil daripada sedimen. Partikel ini biasanya terdiri dari bahan-bahan organik

tertentu, sel-sel mikroorganisme, dll (Nasution, 2008). Kekeruhan juga disebut juga

dengan zat padat tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS). Zat padat tersuspensi

merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen dan berfungsi

sebagai bahan pembentuk endapan. TSS sangat beruhungan dengan erosi tanah dan

erosi saluran sungai.

5. Suhu

Suhu air yang normal berkisar antara ± 3 ̊C dari suhu udara yang ada. Pengukuran suhu

biasanya langsung dilakukan di lapangan. Suhu air dapat berubah sewaktu-waktu

bergantung pada kondisi lingkungan sekitar. Berubahnya suhu biasanya disebabkan

oleh air yang dekat dengan gunung berapi, pembuangan limbah industri yang masih

dalam keadaan panas, dan yang paling sering terjadi adalah adanya limbah organik

yang kemudian mengalami proses degradasi. Dampak dari kenaikan suhu ini adalah
kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang, sehingga konsumsi oksigen oleh biota

air menjadi terganggu.

Parameter Kimia:

1. pH

pH dapat menunjukkan adanya kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui

konsentrasi atau aktivitas ion hidrogen H+. Bila dalam suatu larutan ion

hidrogennya bertambah, maka nilai pH akan turun dan larutan menjadi berisifat

asam. Begitupun sebaliknya, jika ion hidrogen dalam suatu larutan berkuramg

maka nilai pH larutan tersebut akan naik dan larutan menjadi bersifat basa. pH

dapat diukur dengan menggunakan pH meter atau kertas pH. Biasanya pH ditulis

dalam bentuk persamaan sebagai berikut,

pH = - log H+

pH standar untuk biota air adalah sekitar 6,8 – 8,5. Apabila dalam suatu biota air

pH terlalu tinggi akan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi amonia dalam air

yang dapat bersifat sebagai racun bagi organisme yang tinggal di dalam biota laut

tersebut. Sedangkan apabila kadar pH terlalu rendah, kelarutan logam-logam

dalam biota air akan semakin besar yang juga dapat bersifat sebagai racun.

2. Oksigen terlarut

Oksigen terlarut atau yang disebut dengan Dissolved Oxygen (DO) adalah jumlah

oksigen (miligram) yang terdapat dalam satu liter air. Oksigen terlarut biasanya

berasal dari difusi udara melalui permukaan air dan proses fotosintesis tumbuh-

tumbuhan air atau plankton. Adanya oksigen terlarut ini sangat bermanfaat bagi

biota laut. Manfaat oksigen terlarut dalam air antara lain untuk proses respirasi

oleh organisme air dan ikan di dalam biota air, dan juga kadar DO dalam air

mempengaruhi pembersihan pencemaran limbah. Adanya oksigen terlarut

berpengaruh pada berlangsungnya hidup organisme dalam biota air. Oksigen


terlarut dalam air bergantung pada salinitas, turbulensi air, suhu, tekanan atmosfer,

dan juga kandungan mineral dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air

pada suhu 0 ̊C sebesar 14,16 mg/L. Metode yang biasa digunakan untuk

menganalisa oksigen terlarut dalam air adalah metode titrasi dengan Winkler dan

metode elektrokimia dengan DO meter.

3. BOD

Tingkat pencemaran yang terjadi di dalam air dapat diukur dan dianalisis dengan

BOD atau Biological Oxygen Demand dan COD atau Chemical Oxygen Demand.

BOD adalah kebutuhan oksigen biologs untuk memecah bahan buangan di dalam

air oleh mikroorganisme, sedangkan COD adalah kebutuhan oksigen kimia untuk

reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air. Kedua metode ini saling

berhubungan karena keduanya sama-sama digunakan untuk menentukan kualitas

air, namun BOD lebih fokus kepada pencemaran organik. BOD merupakan

kuantitas oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme aerob dalam menguraikan

senyawa organik terlarut. Jika kadar BOD tinggi, maka oksigen terlarut atau DO

akan menurun karena oksigen yang terlarut digunakan oleh bakteri. Sedangkan

COD merupakan kapasitas air untuk menggunakan oksigen selama proses

peruraian senyawa organik terlarut dan juga mengoksidasi senyawa anorganik.

Parameter biologis dalam biota air kerap berhubungan erat dengan bakteri. Sumber air pada umumnya

mengandung bakteri, baik air sungai, air laut, mata air, dan lain-lain. Jumalah dan jenis bakteri yang

terkandung di dalamnya bergantung pada tempat dan kondisi lingkungan sekitar yang dapat

mempengaruhi bakteri itu sendiri. Air yang mengandung cukup banyak bakteri akan menimbulkan

dampak-dampak tertentu bila dikonsumsi. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk kehidupan

sehari-hari haruslah bebas dari bakteri-bakteri patogen. Bakteri patogen adalah bakteri yang dapat

menyebabkan timbulnya penyakit. Bakteri patogen ini dapat menyebar melalui berbagai macam cara.
Cotnoh dari bakteri patogen adalah salmonella typhi, dan vibrio cholera. Bakteri golongan Coli bukan

merupakan bakteri patogen, namun bakteri ini merupaan indikator dari pencemaran air oleh bakteri

patogen (Soemirat, 2000). Air yang baik juga tidak mengandung bakteri non-patogen actinomycetes,

phytoplankton colifprm, cladocera dan lain-lain. Kualitas air dari segi biologis ini juga perlu

diperhatikan agar masyarakat yang memanfaatkannya terhindar daripenyakit dan gangguan kesehatan

lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Manusia, tumbuhan, dan hewan sangat

membutuhkan air. Tidak ada air maka tidak akan ada kehidupan. Air dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu air tanah dan air permukaan. Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah di dalam zona

jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer. (Suryono, 1993:1).

Sedangkan air permukaan merupakan air pada permukaan tanah dan dapat dilihat dengan kasat mata,

sedangkan untuk air tanah adalah air yang berada di dalam tanah, contohnya antara lain adalah air

sungai dan air laut. Sumber-sumber air juga bisa didapatkan dengan mudahdi muka bumi ini, yaitu

air sungai, air laut, air hujan, dan mata air. Ada baiknya kita sebagai manusia dapat memanfaatkan

air dengan sebaik-baiknya. Salah satu caranya adalah mengetahui parameter yang menjadikan air

berkualitas dan bersih. Terdapat tiga macam parameter kualitas air, parameter fisika, parameter kimia,

dan juga parameter biologis. Parameter fisika mencakup bau, warna, TDS, kekeruhan, rasa, dan suhu.

Parameter kimia meliputi pH, oksigen terlarut, BOD, dan COD. Sedangkan untuk parameter biologis

berhubungan dengan bakteri yang terkandung di dalamnya. Manusia sebaiknya mengkonsumsi atau

menggunakan air yang bersih dan berkualitas agar terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan

yang lainnya. Seperti yang kita ketahui, saat ini banyak sekali lingkungan air tecemar akibat

pembungan sampah yang smebarangan, dan limbah industri. Kualitas air menjadi sangat buruk dan

tentunya akan berpengaruh pada kondisi lingkungan sekitar biota air termasuk juga organisme yang

hidup di dalamnya. Ikan-ikan menjadi mati, masyarakat disekitar perairanpun akan terserang
penyakit. Penting untuk kita mengetahui parameter kualitas air bersih. Kita dapat melakukan

pengukuran untuk mengetahui apakah air yang akan kita gunakan layak untuk dikonsumsi atau tidak.

Sebaiknya masyarakat belajar untuk melakukan pola hidup sehat, salah satu caranya adalah tidak

membuang sampang sembarang terlebih ke sungai atau sumber air lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Nicola, Fendra. 2015. HUBUNGAN ANTARA KONDUKTIVITAS , TDS (TOTAL DISSOLVED

SOLID) DAN TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) DENGAN KADAR FE2+ DAN FE

TOTAL PADA AIR SUMUR GALI. (Online),

(http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65590/081810301013%20wiwi

k.bak.pdf?sequence=1), diakses 2 Febuari 2018.

Anonymous. 2014. Kualitas Air. (Online), (http://digilib.unila.ac.id/4296/16/BAB%20II.pdf), dikses

2 Febuari 2018.

Budiono, George. 2014. Biological (biochemical) Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen

Demand (COD). (Online), (https://budiono48.wordpress.com/2014/06/06/biological-

biochemical-oxygen-demand-bod-dan-chemical-oxygen-demand-cod/), diakses 3 Febuari

2018.

Pasaribu, David. 2017. Indikator Kualitas Air: pH, BOD, DO, COD. (Online),

(http://www.biodiversitywarriors.org/indikator-kualitas-air-ph-bod-do-cod.html), diakses

4 Febuari 2018.

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

492/MENKES/PER/IV/2010 TENTANG PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. (file)

Anda mungkin juga menyukai