Anda di halaman 1dari 20

-1-

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep manajemen pelayanan farmasi saat ini bergerak ke arah manajemen obat
yang aman (medication
(medication safety).
safety). Hal ini diakibatkan penggunaan obat adalah salah
satu faktor penting dalam terapi tetapi malah menimbulkan kematian.
Penelitian mengenai kejadian medication error   telah banyak dilakukan dan
terbukti bahwa medication error   dapat terjadi di berbagai tahap dalam proses
 penggunaan obat mulai dari peresepan, dispensing oleh farmasi, pemberian kepada
 pasien dan penggunaan obat oleh pasien itu sendiri. Angka kejadian prescribing
kejadian prescribing error 
 bervariasi dari 1,5% sampai 15%. Potensi  prescribing error   yang berbahaya bagi
 pasien berkisar antara 0,4% - 19,6%.
19,6 %. Angka kejadian dispensing error  juga
 juga bervariasi
yaitu 2,1% - 15,2%. Kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien oleh perawat
(administration error ) yang diteliti di 36 fasilitas kesehatan di AS menemukan
terjadinya kesalahan sebesar 19% dalam penyiapan dan pemberian obat. Kesalahan
yang paling banyak terjadi adalah wrong time, ommission 
ommission  dan wrong dose,
dose, dan 7%
dari kesalahan tersebut potensial bermakna secara k linis.
Proses pelayanan obat mulai dari tahap seleksi sampai pemantauan efek dari obat
 pada pasien yang menggunakannya harus dilakukan sesuai standar untuk mengurangi
risiko dan kejadian medication error . Untuk itu, perlu dibuat panduan agar setiap
 profesi dapat melaksanakan tugasnya sesuai kompetensinya sehingga mengurangi
risiko terjadinya medication error .

B. Pedoman Akreditasi

Rumah sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan


kesalahan obat dan KNC (near
(near miss).
miss). Proses termasuk mendefinisikan suatu
kesalahan obat dan KNC, menggunakan format pelaporan yang distandarisasi dan
mengedukasi staf tentang proses dan pentingnya pelaporan. Definisi dan proses
dikembangkan melalui proses kerjasama yang mengikutsertakan semua yang terlibat
di berbagai langkah dalam manajemen obat. Proses pelaporan adalah bagian dari
 program mutu dan program keselamatan pasien rumah sakit. Laporan-laporan
diarahkan kepada seorang petugas atau lebih yang akuntabel untuk mengambil
tindakan. Program ini memusatkan pada pencegahan kesalahan obat melalui
 pemahaman jenis kesalahan yang terjadi di rumah sakit dan mengapa terjadi KNC.
-2-

Perbaikan dalam proses pengobatan dan pelatihan staf digunakan untuk mencegah
kesalahan di kemudian hari.
Unit farmasi mengambil bagian dalam pelatihan staf yang demikian.
Elemen penilaiannya adalah :
1. Kesalahan obat dan KNC ditetapkan melalui proses kerjasama
2. Kesalahan obat dan KNC dilaporkan tepat waktu menggunakan prosedur baku
3. Mereka yang bertanggung jawab mengambil tindakan untuk pelaporan
diidentifikasi Rumah sakit menggunakan informasi pelaporan kesalahan obat dan
KNC untuk memperbaiki proses penggunaan obat

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Meningkatkan medication safety dalam
safety dalam setiap tahap pelayanan obat.

2. Tujuan Khusus
a. Adanya panduan untuk menjamin keselamatan pasien dalam setiap tahap
manajemen dan penggunaan obat
 b. Adanya panduan untuk melaporkan medication error 
c. Adanya panduan untuk mengurangi risiko terjadinya medication error 
-3-

BAB II
RUANG LINGKUP

A. Definisi

 Medication error   didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat menyebabkan


 penggunaan obat tidak layak atau membahayakan pasien ketika obat berada dalam
kontrol petugas kesehatan, pasien atau konsumen.

B. Kategori Medication E rror 

Akibat dari medication error   dapat dikelompokkan menjadi sembilan kategori


 berdasarkan dampak klinisnya. Kategori tersebut dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Kategori Dampak Medication Error 
Kategori Keterangan
Kategori A Kondisi lingkungan atau kejadian yang berkapasitas menyebabkan
kesalahan
Kategori B Terjadi suatu kesalahan tetapi tidak mencapai pasien
Kategori C Terjadi suatu kesalahan yang mencapai pasien tetapi tidak
menyebabkan bahaya pada pasien
Kategori D Terjadi kesalahan yang mencapai pasien dan membutuhkan
 pengawasan untuk mengkonfirmasi apakah kesalahan tersebut
 berakibat tidak berbahaya pada pasien dan apakah memerlukan
intervensi untuk menghilangkan bahaya
Kategori E Terjadi kesalahan yang dapat berkontribusi atau mengakibatkan
 bahaya sementara pada pasien dan membutuhkan intervensi
Kategori F Terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan bahaya pada pasien dan menyebabkan pasien
dirawat inap atau memperpanjang rawat inap
Kategori G Terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan bahaya permanen pada pasien
Kategori H Terjadi suatu kesalahan yang membutuhkan intervensi untuk
mempertahankan hidup pasien
Kategori I Terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan kematian pasien
-4-

C. Jenis-jenis  Medication E rr or 

Secara umum, medication error   terdiri dari  prescribing error , dispensing error 
dan administration error . Tipe-tipe medication error  dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Tipe Medication Error  secara umum (ASHP, NCCMERP)


Tipe Keterangan
 Prescribing error  Kesalahan pemilihan obat (berdasarkan indikasi, kontraindikasi,
(kesalahan alergi yang telah diketahui, terapi obat yang sedang berlangsung
 peresepan) dan faktor lainnya), dosis, bentuk sediaan obat, kuantitas, rute,
konsentrasi, kecepatan pemberian atau instruksi untuk
 penggunaan obat, penulisan resep yang tidak jelas, dan lain-lain
yang menyebabkan terjadinya kesalahan pemberian obat kepada
 pasien.
Omission error Kegagalan memberikan dosis obat kepada pasien sampai pada
 jadwal berikutnya
Wrong time error Memberikan obat di luar waktu dari interval waktu yang telah
ditentukan
Unauthorized Memberikan obat yang tidak diinstruksikan oleh dokter
drug error
Wrong patient Memberikan obat kepada pasien yang salah
 Improper dose Memberikan dosis obat lebih besar atau lebih kecil daripada
error dosis yang diinstruksikan oleh dokter atau memberikan dosis
duplikasi.
Wrong dosage- Memberikan obat kepada pasien dengan bentuk sediaan obat
 form error yang berbeda dengan yang diinstruksikan oleh dokter.
Wrong drug- Mempersiapkan obat dengan cara yang salah sebelum diberikan
 preparation error ke pasien
Wrong Prosedur atau teknik yang tidak layak atau tidak benar saat
administration- memberikan obat
technique error
 Deteriorated drug Memberikan obat yang telah kadarluarsa atau yang telah
error mengalami penurunan integritas fisik atau kimia
 Monitoring error Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi problem dari
regimen yang diresepkan atau kegagalan untuk menggunakan
data klinis atau laboratorium untuk asesmen respon pasien
terhadap terapi obat yang diresepkan.
-5-

Compliance error Sikap pasien yang tidak layak berkaitan dengan ketaatan
 penggunaan obat yang diresepkan

1.  Prescribing Error  (Kesalahan Resep)


Berdasarkan konsensus di United Kingdom, suatu  prescribing error 
(kesalahan peresepan) yang bermakna secara klinis terjadi bila akibat dari
keputusan peresepan atau pada proses penulisan resep terjadi suatu hal yang
signifikan dan tidak dimaksudkan berupa
a) Pengurangan kemungkinan pengobatan berjalan sesuai waktu dan efektif
 b) Meningkatkan resiko bahaya bila dibandingkan dengan praktik umum yang
diterima.
Jenis-jenis  prescribing error   adalah pemilihan obat yang tidak benar
(berdasarkan indikasi, kontraindikasi, alergi yang telah diketahui, terapi obat yang
telah berjalan dan faktor lainnya), dosis, bentuk sediaan obat, kuantitas, rute,
konsentrasi, kecepatan pemberian atau kesalahan instruksi dari dokter, peresepan
yang sulit dibaca yang membawa kepada kesalahan yang mencapai tahap obat
diterima pasien. Beberapa situasi yang termasuk dalam  prescribing error   dapat
dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Situasi-situasi yang Diperhitungkan Sebagai Prescribing Error


1. Kesalahan dalam membuat keputusan
 Ketidaklayakan peresepan berkaitan dengan kondisi pasien
Peresepan obat untuk pasien dengan kondisi klinik yang menyertai di mana
obat tersebut kontraindikasi
Peresepan obat untuk pasien dengan alergi yang signifikan secara klinis dan
telah terdokumentasi
Tidak memperhitungkan interaksi obat yang berpotens ial signifikan
Peresepan obat dengan dosis yang menurut BNF atau rekomendasi data
 sheet , tidak layak untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal
Peresepan obat dengan dosis lebih rendah daripada yang direkomendasi
untuk kondisi klinis pasien
Peresepan obat dengan indeks terapeutik sempit, dengan dosis diprediksi
dapat mencapai kadar serum secara signifikan di atas rentang terapeutik yang
diinginkan
Menulis resep untuk obat dengan indeks terapeutik sempit, dengan dosis
diprediksi untuk mencapai kadar serum secara signifikan di bawah rentang
terapeutik yang diinginkan
-6-

Tidak mengubah dosis mengikuti hasil pemeriksaan kadar serum steady state


yang secara signifikan di luar rentang terapeutik
Meneruskan obat dalam keadaan terjadi adverse drug reaction secara klinis
signifikan
Peresepan 2 obat untuk indikasi yang sama ketika hanya 1 obat yang
diperlukan
Meresepkan obat yang tidak ada indikasinya pada pasien
 Masalah farmasetika
Meresepkan obat untuk diberikan secara infus intravena dalam pelarut yang
inkompatibel dengan obat yang diresepkan
Meresepkan obat untuk diinfuskan melalui intravena perifer, dalam
konsentrasi lebih besar dari yang direkomendasikan untuk pemberian perifer
2. Kesalahan dalam penulisan peresepan
Gagal untuk mengkomunikasikan informasi yang penting
Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya dimaksudkan
Menulis dengan tidak jelas / tidak terbaca
Menulis nama obat menggunakan singkatan atau nomenklatur yang tidak
terstandarisasi
Menulis instruksi obat yang ambigu
Meresepkan suatu tablet di mana tersedia lebih dari satu kekuatan obat
tersebut
Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikan dengan
lebih dari satu rute
Meresepkan obat untuk diberikan melalui infus intravena intermitten, tanpa
menspesifikasi durasi penginfusan
Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep
 Kesalahan transkripsi
Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja tidak meresepkan obat yang
digunakan pasien sebelum ke rumah sakit
Meneruskan kesalahan peresepan dari dokter praktek umum ketika menulis
obat pasien saat datang ke rumah sakit
Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang di daftar
obat pasien.
Menulis mg ketika mcg yang dimaksudkan
Menulis resep untuk dibawa pulang yang tanpa disengaja berbeda dengan
obat yang diresepkan di daftar obat pasien rawat inap
-7-

2.  Dispensing Error 

Jenis - jenis kesalahan dalam dispensing obat secara spesifik bergantung pada
metode dispensing yang digunakan rumah sakit tersebut. Masing-masing metode
distribusi obat  floor stock ,  semi floor stock , unit dose, menggunakan mesin
otomatis, metode distribusi injeksi yang telah disiapkan oleh farmasi, dsb
mempunyai konsekuensi masing-masing dari sisi jenis kesalahan dispensing yang
dapat terjadi. Secara umum, kesalahan dalam dispensing obat meliputi:
a. Kesalahan seleksi obat :
- Salah obat
- Salah dosis : salah kekuatan/konsentrasi obat, salah aturan pakai
- Salah bentuk sediaan
- Salah jumlah
- Salah kekuatan/konsentrasi
 b. Salah teknik persiapan :
- Meracik
- Mempersiapkan iv admixture
- Rekonstitusi
- Terkontaminasi partikel, bakteri, dll saat persiapan obat injeksi
c. Salah memberikan obat yang rusak dan kadaluarsa.
d. Lain- lain :
- Keterlambatan dispensing
- Salah etiket/label : salah nama pasien, kamar, register, aturan pakai, dll
- Kesalahan saat proses transportasi
- Kesalahan penyerahan

3.  Administration Error 
 Administration error   adalah kesalahan saat memberikan obat kepada pasien
yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Jenis-jenis kesalahan pada tahap
 pemberian obat dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4. Jenis-jenis Administration Error 
Tipe Deskripsi
Ommission Gagal memberikan dosis obat kepada pasien sampai jadwal
error  berikutnya
Wrong pasien Memberikan obat pada pasien yang salah
Wrong time Pemberian obat diluar dari interval waktu yang telah
error ditentukan
-8-

 Anauthorized Pemberian obat kepada pasien tanpa instruksi resmi dari


error dokter
 Improper dose Memberikan obat kepada pasien dengan dosis lebih besar
error atau kecil daripada yang diinstruksikan dokter penulis resep,
 bisa karena salah kekuatan/konsentrasi obat atau aturan
 pakai yang salah
Wrong dosage Pemberian obat kepada pasien dengan bentuk sediaan tidak
 form error sesuai dengan instruksi penulis resep
Wrong drug Penyiapan obat dengan cara yang salah sebelum obat
 preparation diberikan
error
Wrong Prosedur yang tidak layak atau teknik yang tidak benar
administration- dalam memberikan obat ke pasien termasuk:
technique errorg - salah kecepatan infus
- salah kecepatan injeksi
- salah metode pemberian obat NGT, dll
- salah rute
 Deteriorated Memberikan obat yang telah kadaluarsa atau secara kimia
drug error atau fisika integritasnya telah berkurang

4. Compliance Error 
Compliance error   adalah kesalahan penggunaan obat berkaitan dengan ketaatan
 pasien.

5.  Monitoring Error 
Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi problem dari regimen yang
diresepkan atau kegagalan untuk menggunakan data klinis, data interaksi atau
laboratorium untuk asesmen respon pasien terhadap terapi obat yang diresepkan.
-9-

BAB III
TATA LAKSANA

A. IKP Medication E rror 

Bila terjadi IKP medication error   maka pelaporannya mengikuti alur pelaporan
IKP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dan kemudian melakukan investigasi untuk
menentukan proses yang mengalami kegagalan dengan menggunakan form yang
terlampir

B. Prinsip Medication Safety 

1. Peran Apoteker Dalam Mewujudkan Keselamatan Pasien


Penggunaan obat rasional merupakan hal utama dari pelayanan kefarmasian.
Dalam mewujudkan pengobatan rasional, keselamatan pasien menjadi masalah yang
 perlu diperhatikan. Dari data-data yang termuat dalam bab terdahulu disebutkan,
sejumlah pasien mengalami cedera atau mengalami insiden pada saat memperoleh
layanan kesehatan khususnya terkait penggunaan obat yang dikenal dengan
medication error . Di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, kejadian
medication error dapat dicegah jika melibatkan pelayanan farmasi klinik dari
apoteker yang sudah terlatih. Saat ini di negara-negara maju, sudah ada apoteker
dengan spesialisasi khusus menangani medication safety. Peran Apoteker
Keselamatan Pengobatan ( Medication Safety Pharmacist ) meliputi :
1.1 Mengelola laporan medication error
1.1.1. Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk 
1.1.2. Mencari akar permasalahan dari error yang terjadi
1.2 Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin
medication safety
1.2.1. Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication error 
1.2.2. Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan
1.2.3. Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan insiden
yang sering terjadi atau berulangnya insiden sejenis
1.3 Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek
 pengobatan yang aman
1.3.1. Mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan medication
 safety dan kepatuhan terhadap aturan/SOP yang ada
1.4Berpartisipasi dalam Komite/tim yang berhubungan dengan medication safety
1.4.1. Komite Keselamatan Pasien RS
-10-

1.4.2. Komite terkait lainnya


1.5Terlibat di dalam pengembangan dan pengkajian kebijakan penggunaan obat
1.6 Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan Keselamatan Pasien yang
ada

Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek


yaitu aspek manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi pemilihan
 perbekalan farmasi, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, alur
 pelayanan, sistem pengendalian (misalnya memanfaatkan IT). Sedangkan, aspek
klinik meliputi skrining permintaan obat (resep atau bebas), penyiapan obat dan
obat khusus, penyerahan dan pemberian informasi obat, konseling, monitoring dan
evaluasi. Kegiatan farmasi klinik sangat diperlukan terutama pada pasien yang
menerima pengobatan dengan risiko tinggi. Keterlibatan apoteker dalam tim
 pelayanan kesehatan perlu didukung mengingat keberadaannya melalui kegiatan
farmasi klinik terbukti memiliki konstribusi besar dalam menurunkan
insiden/kesalahan.
Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi :
a. Pemilihan
Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat diturunkan
dengan pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obat-obat sesuai
formularium.
 b. Pengadaan
Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan sesuai
 peraturan yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor resmi.
Melakukan evaluasi terhadap distributor mengenai transportasi yang aman,
ketepatan waktu, dan ketersediaan obat.
c. Penyimpanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk menurunkan
kesalahan pengambilan obat dan menjamin mutu obat:
- Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-alike,sound-alike
medication names) secara terpisah.
- Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) yang dapat
menimbulkan cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan di tempat
khusus. Misalnya:
 menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCl inj, heparin, warfarin,
insulin, narkotik opiat, neuromuscular blocking agents, thrombolitik, dan
agonis adrenergik.
-11-

 kelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur dengan obat lain


secara alfabetis, tetapi tempatkan secara terpisah
- Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.
 Menyimpan obat menurut abjad dan bentuk sediaan
 Disesuaikan dengan suhu, kelembaban, dan pengaruh cahaya
- Obat narkotika, psikotropika, prekursor disimpan dalam lemari khusus
terkunci
- Melakukan pemeriksaan berkala untuk penyimpanan obat yang benar dan
kadaluarsa
d. Skrining Resep
Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya medication error
melalui kolaborasi dengan dokter dan pasien.
- Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor
rekam medik/ nomor resep,
- Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep
dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep,
singkatan, hubungi dokter penulis resep.
- Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam
 pengambilan keputusan pemberian obat, seperti:
 Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi,
diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui
tinggi dan berat badan pasien yang menerima obat-obat dengan indeks
terapi sempit untuk keperluan perhitungan dosis.
 Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tanda-tanda
vital dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data
laboratorium yang penting, terutama untuk obat-obat yang memerlukan
 penyesuaian dosis dosis (seperti pada penurunan fungsi ginjal).
- Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.
- Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan
 penggunaan otomatisasi (automatic stop order ), sistem komputerisasi (e-
 prescribing ) dan pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan
diatas.
- Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi
dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang
diminta benar, dengan mengaja nama obat serta memastikan dosisnya.
Informasi obat yang penting harus diberikan kepada petugas yang
-12-

meminta/menerima obat tersebut. Petugas yang menerima permintaan harus


menulis dengan jelas instruksi lisan setelah mendapat konfirmasi.

e.  Dispensing 
- Penyiapan yang aman
 Menjamin proses peracikan yang aman
 Menyediakan lingkungan yang mendukung penyiapan yang aman
 Menyediakan informasi obat mengenai cara penyiapan yang aman
 Edukasi kepada petugas mengenai penyiapan yang aman
 Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP.
- Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali yaitu pada
saat pengambilan obat dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada
saat mengembalikan obat ke rak.
- Dispensing yang aman
 Menjamin obat yang didistribusi dari farmasi adalah obat yang benar
dengan menyediakan serangkaian proses pemeriksaan dan dilakukan
 pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.
 Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket, aturan
 pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat, kesesuaian resep
terhadap isi etiket. Mengedukasi petugas agar dapat memberikan
informasi obat kepada petugas bangsal

f. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)


Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang
 penting tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan
dan didiskusikan pada pasien adalah :
- Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana
menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat, lama
 pengobatan, kapan harus kembali ke dokter
- Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan
- Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat
lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien
- Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction  –   ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai
 bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut
- Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang
sudah rusak atau kadaluarsa.
-13-

- Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai kesempatan


untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada proses
sebelumnya.

g. Penggunaan Obat
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap
di rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan
 petugas kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah
- Tepat pasien
- Tepat indikasi
- Tepat waktu pemberian
- Tepat obat
- Tepat dosis
- Tepat label obat (aturan pakai)
- Tepat rute pemberian

h.  Monitoring  dan Evaluasi
Apoteker harus melakukan monitoring   dan evaluasi untuk mengetahui efek
terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil
monitoring dan evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan
melakukan perbaikan dan mencegah pengulangan kesalahan. Seluruh personal
yang ada di tempat pelayanan kefarmasian harus terlibat didalam program
keselamatan pasien khususnya medication safety dan harus secara terus menerus
mengidentifikasi masalah dan mengimplementasikan strategi untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
Apoteker juga dapat berpartisipasi dalam proses-proses:
- Peresepan yang aman
 Membuat aturan penulisan resep yang lengkap dan jelas
 Melakukan penilaian kualitas peresepan berdasarkan indikator peresepan
 Menyebarkan informasi mengenai masalah keamanan dan efektivitas
suatu obat
 Melakukan pembahasan kasus medication error   berkaitan dengan
 prescription error 
- Pemberian obat yang aman
 Persiapan obat di bangsal :
a) Memberi masukan untuk proses persiapan yang akurat dan dengan
teknik yang tepat di bangsal
-14-

 b) Memberi masukan untuk proses persiapan yang aseptis di bangsal


c) Mengedukasi petugas untuk penyiapan obat di bangsal
d) Menyediakan informasi obat yang mudah diakses mengenai
 persiapan obat
 Pemberian obat :
a) Mengedukasi kepada petugas mengenai pemberian obat dengan
 prinsip 6 B, proses verifikasi dan double cek 
 b) Mengedukasi untuk pemberian obat dengan cara yang benar
c) Menjamin pemberian obat high alert medicine  dengan aman
misalnya dengan membuat standar konsentrasi dan pelarutan,
 protokol pemberian, SPO double check 
d) Menjamin pelaksanaan medication reconciliation  untuk obat pulang
dengan aman

2. Faktor Kontribusi Medication Error 


Faktor-faktor lain yang berkonstribusi pada medication error antara lain
a. Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam berkomunikasi)
Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan sumber utama terjadinya
kesalahan. Institusi pelayanan kesehatan harus menghilangkan hambatan
komunikasi antar petugas kesehatan dan membuat SOP bagaimana
resep/permintaan obat dan informasi obat lainnya dikomunikasikan.
Komunikasi baik antar apoteker maupun dengan petugas kesehatan lainnya
 perlu dilakukan dengan jelas untuk menghindari penafsiran ganda atau
ketidaklengkapan informasi. Perlu dibuat daftar singkatan dan penulisan dosis
yang berisiko menimbulkan kesalahan untuk diwaspadai.
 b. Kondisi lingkungan
Untuk menghindari kesalahan yang berkaitan dengan kondisi lingkungan, area
dispensing harus didesain dengan tepat dan sesuai dengan alur kerja, untuk
menurunkan kelelahan dengan pencahayaan yang cukup dan temperatur yang
nyaman. Selain itu, area kerja harus bersih dan teratur untuk mencegah
terjadinya kesalahan. Obat untuk setiap pasien perlu disiapkan dalam nampan
terpisah.
c. Gangguan/interupsi pada saat bekerja
Gangguan/interupsi harus seminimum mungkin dengan mengurangi interupsi
 baik langsung maupun melalui telepon.
d. Beban kerja
Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk mengurangi stres
dan beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan kesalahan.
-15-

e. Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam
menurunkan insiden/kesalahan, tetapi mereka dapat memainkan peran penting
ketika dilibatkan dalam sistem menurunkan insiden/kesalahan.

3. 7 Langkah Keselamatan Pasien dalan Medication Safety


Apoteker di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya dapat
menerapkan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Pada Pelayanan
Kefarmasian yang mengacu pada buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit ( Patient Safety) (diterbitkan oleh Depkes tahun 2006) :
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
- Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
- Adanya kebijakan Instalasi Farmasi RS/Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya
tentang Keselamatan Pasien yang meliputi kejadian yang tidak diharapkan
(KTD), kejadian nyaris cedera (KNC), Kejadian Sentinel dan langkah-langkah
yang harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga farmasi, pasien dan keluarga
 jika terjadi insiden.
- Buat, sosialisasikan penerapan SPO sebagai tindak lanjut setiap kebijakan
- Buat buku catatan tentang KTD, KNC dan Kejadian Sentinel kemudian
laporkan ke atasan langsung
 b. Pimpin dan Dukung Staf Anda
- Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien
di tempat pelayanan (instalasi farmasi/apotek)
- Adanya suatu tim di Instalasi Farmasi/Apotek yang bertanggung jawab
terhadap keselamatan pasien (sesuai dengan kondisi)
- Tunjuk staf Instalasi Farmasi/Apotek yang bisa menjadi penggerak dan
mampu mensosialisasikan program (leader )
- Adakan pelatihan untuk staf dan pastikan pelatihan ini diikuti oleh seluruh staf
dan tempatkan staf sesuai kompetensi
- Staf farmasi harus mendapat edukasi tentang kebijakan dan SPO yang
 berkaitan dengan proses dispensing yang akurat, mengenai nama dan bentuk
obat-obat yang membingungkan, obat-obat formularium/non formularium,
obat-obat yang ditanggung asuransi/non-asuransi, obat-obat baru dan obat-obat
yang memerlukan perhatian khusus. Disamping itu, petugas farmasi harus
mewaspadai dan mencegah medication error yang dapat terjadi.
- Tumbuhkan budaya tidak menyalahkan (no blaming culture) agar staf berani
melaporkan setiap insiden yang terjadi.
-16-

c. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko


- Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi
dan asesmen hal yang potensial bermasalah
- Buat kajian setiap adanya laporan KTD, KNC dan Kejadian Sentinel
- Buat solusi dari insiden tersebut supaya tidak berulang dengan mengevaluasi
SOP yang sudah ada atau mengembangkan SOP bila diperlukan
d. Kembangkan Sistem Pelaporan
- Pastikan semua staf Instalasi Farmasi/Apotek dengan mudah dapat melaporkan
insiden kepada atasan langsung tanpa rasa takut
- Beri penghargaan pada staf yang melaporkan
e. Libatkan dan Komunikasi Dengan Pasien
- Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
- Pastikan setiap penyerahan obat diikuti dengan pemberian Informasi yang jelas
dan tepat
- Dorong pasien untuk berani bertanya dan mendiskusikan dengan apoteker
tentang obat yang diterima
- Lakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga bila ada insiden serta berikan
solusi tentang insiden yang dilaporkan
f. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
- Dorong staf untuk melakukan analisis penyebab masalah
- Lakukan kajian insiden dan sampaikan kepada staf lainnya untuk menghindari
 berulangnya insiden
g. Cegah KTD, KNC dan Kejadian Sentinel dengan cara :
- Gunakan informasi dengan benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
 pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden dan audit serta analisis untuk
menentukan solusi
- Buat solusi yang mencakup penjabaran ulang sistem (re-design system),
 penyesuaian SOP yang menjamin keselamatan pasien
- Sosialisasikan solusi kepada seluruh staf Instalasi Farmasi/Apotek
-17-

BAB IV
DOKUMENTASI

A. Kebijakan Rumah Sakit Tentang Medication Safety


1.  Medication Error /kesalahan obat adalah setiap kejadian yang sebenarnya dapat
dicegah yang dapat menyebabkan atau membawa kepada penggunaan obat yang
tidak layak atau membahayakan pasien, ketika obat berada dalam kontrol petugas
kesehatan, pasien atau konsumen.
2. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh petugas yang
menemukan atau terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau kepala unit/kepala
ruang.
3. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan alur dan format Laporan
Insiden Keselamatan Pasien yang sudah ditetapkan oleh Panitia Keselamatan
Pasien.
4. Kerangka waktu pelaporan, risk grading, tindak lanjut dan pencegahan medication
error   mengikuti aturan pelaporan insiden keselamatan pasien yang ditetapkan oleh
Panitia Keselamatan Pasien.
5. Tipe kesalahan obat (medication error ) yang harus dilaporkan adalah Kejadian
 Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) / Adverse Event dan Sentinel Event .
6. Indeks medication error   untuk kategorisasi error (berdasarkan dampak) no error,
error no harm, error harm.
7. Tipe kesalahan obat (medication error ) berdasarkan alur proses pengobatan adalah
unauthorized drug, improper dose/quantity, wrong dose preparation method,
wrong dosage form, wrong patient, omission error, extra dose, prescribing error,
extra dose, prescribing error, wrong administration technique, wrong time.

B. SPO Pelaporan Medication Error 

SPO pelaporan medication error   mengikuti pelaporan IKP yang berlaku di Rumah
Sakit Panti Secanti Gisting.
-18-

BAB V
PENUTUP

Demikianlah panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan layanan pasien
yang aman, khususnya dalam rangka mencegah medication error . Panduan ini masih jauh dari
sempurna sehingga panduan akan ditinjau kembali setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan
tuntutan layanan dan standar akreditasi.
-19-

DAFTAR PUSTAKA

1. American Society of Hospital Pharmacists ASHP Guidelines on Preventing Medication


Errors in Hospitals. Am J Hosp Pharm. 1993; 50:305 – 14.
2. Aspden, P., Wolcott, J., Bootman, J.L, Cronenwett, L.R.,” Preventing Medication Errors:
Quality Chasm Series”, The National Academies Press, Washington, DC, 2007
3. B Dean, M Schachter, C Vincent, N Barber, “Prescribing errors in hospital inpatients: their
incidence and clinical significance”, Qual Saf Health Care 2002;11:340 – 344
4.  National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCC
MERP), “NCC MERP Taxonomy of Medication Errors” 1998
5.  National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCC
MERP), “ NCC MERP Index for Categorizing Medication Errors”, 2001
6. Tanggung jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, 2008
-20-

LAMPIRAN

1. Formulir Monitoring Efek Samping Obat Nasional


2. Formulir Insiden Keselamatan Pasien Internal
3. SPO Bila Resep Tak Terbaca/Tak Jelas
4. SPO Menghubungi Petugas Bila Tulisan Resep Tak Jelas/Timbul Pertanyaan
5. SPO Independen Double Check Penyiapan Obat oleh Petugas
6. SPO Pencatatan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
7. SPO Penanganan Insiden Keselamatan Pasien
8. SPO Pelaporan Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
9. SPO Pelaporan Efek Samping Obat
10. SPO Verifikasi 6 Benar Pemberian Obat
11. SPO Pemberian Obat Kepada Pasien Rawat Inap
12. SPO Penelaahan Ketepatan Pemberian
13. SPO Asuhan Kefarmasian

Anda mungkin juga menyukai