Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH RETURN ON ASSET, DEBT TO

EQUITY RATIO, DAN SALES GROWTH


TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA
PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE
YANG LISTING DI BEI TAHUN 2013-2017

USULAN PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro

Disusun oleh :
Putri Intan Amalia
B12.2015.02904

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2018
i
PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI

Nama : Putri Intan Amalia

NIM : B12.2015.02904

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : Akuntansi

Judul Skripsi : Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, dan Sales

Growth Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Property

Dan Real Estate Yang Listing Di BEI Tahun 2013-2017

Dosen Pembimbing : Dr. ST. Dwiarso Utomo., SE., M.Kom, Akt,CA

Semarang, 2 Desember 2018


Dosen Pembimbing

(Dr. ST. Dwiarso Utomo., SE., M.Kom, Akt,CA)


NPP. 0686.11.1990.002

Tita Talitha, S.T., M.T


NPP. 0686.11.2009.347
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... I
HALAMAN PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI ...................................................II
DAFTAR ISI .............................................................................................................. III
I LATAR BELAKANG MASALAH .......................................................................... 1
II RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 6
III TUJUAN PENELITIAN ......................................................................................... 7
IV MANFAAT PENELITIAN .................................................................................... 7
V TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 8
5.1 LANDASAN TEORI ................................................................................ 8
5.1.1. TEORI AGENSI .............................................................................. 8
5.1.2. TEORI TRADE OFF ..................................................................... 10
5.1.4. TAX AVOIDANCE ........................................................................ 11
5.1.5. RETURN ON ASSET ..................................................................... 14
5.1.6. DEBT TO EQUITY RATIO ........................................................... 16
5.1.7. SALES GROWTH .......................................................................... 17
5.2 PENELITI TERDAHULU ....................................................................... 18
5.3 KERANGKA KONSEPTUAL ................................................................ 21
5.4 HIPOTESIS PENELITIAN ..................................................................... 21
5.4.1. Pengaruh Return On Asset Terhadap Tax Avoidanc ...................... 22
5.4.2. Pengaruh Debt To Equity Terhadap Tax Avoidance ...................... 23
5.4.3. Pengaruh Sales Growth Terhadap Tax Avoidance ......................... 25
VI METODE PENELITIAN...................................................................................... 26
6.1 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 26
6.1.1. VARIABEL PENELITIAN .......................................................... 26
6.1.2. DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN ................................. 27
6.2 POPULASI DAN SAMPEL .................................................................... 30
6.3 JENIS DAN SUMBER DATA ................................................................ 31
6.3.1. JENIS DATA ................................................................................ 31

iii
6.3.2. SUMBER DATA ........................................................................... 31
6.4 METODE PENGUMPULAN DATA ...................................................... 32
6.5 METODE ANALISIS .............................................................................. 32
6.5.1. STATISTIK DESKRIPTIF ........................................................... 33
6.5.2. UJI ASUMSI KLASIK ................................................................. 33
6.5.3. PENGUJIAN HIPOTESIS ............................................................ 35
6.5.4. KOEFISIEN DETERMINASI (R²) .............................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 47
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 40
LAMPIRAN 1. JADWAL PENYUSUNAN PROPOSAL ................................. 40

iv
1

I. Latar Belakang Masalah

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,

khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber

pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

termasuk pengeluaran pembangunan. Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun

2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1

merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara (Putra dan Putri,

2017)

Pajak yang dipungut oleh pemerintah berguna untuk pembiayaan

penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Pemerintah sebagai penerima pajak

selalu berupaya untuk meningkatkan jumlah pajak yang diterima untuk memenuhi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pajak menjadi sumber

penerimaan. yang potensial dan dominan dalam struktur APBN.

Tabel 1.1
Proporsi Rencana Penerimaan Pajak terhadap Realisasi Penerimaan Pajak
Tahun 2013-2017

Tahun Jumlah (dalam Triliun Rupiah) Presentase


Anggaran Rencana Realisasi %
Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak
2013 1.148,4 1.072,1 93
2014 1.072,4 981,9 92
2015 1.294,3 1.061,2 82
2016 1.355,2 1.105,7 82
2017 1.283,6 1.151,0 90
Sumber: KPP Pratama Semarang Timur
Berdasarkan Tabel 1.1 rencana penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu

mengalami peningkatan. Pajak memberikan kontribusi yang cukup tinggi dalam


2

rencana penerimaan negara selama lima tahun 2013-2017, tetapi dalam realisasinya

pajak selalu dibawah dari rencana penerimaan pajak di setiap tahunnya dan dapat

dilihat dari presentase di tahun 2013-2015 realisasi penerimaan pajak selalu

mengalami penurunan mencapai 93%, 92% dan 82% dan di tahun 2015-2016 realisasi

penerimaan pajak cukup stabil 82% tetapi pada saat 2017 realisasi penerimaan pajak

cukup meningkat sebesar 90% dari rencananya. Jika dilihat dari presentase tersebut

maka terjadinya fluktuasi untuk realisasi penerimaan pajak di tahun 2013-2017. Oleh

sebab itu pemerintah sangatlah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap sektor

pajak ini.

Pemungutan pajak bukan merupakan hal yang mudah untuk diterapkan. Bagi

negara, pajak merupakan sumber pendapatan. Namun hal tersebut berbeda dengan

perusahaan. Bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih.

Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan

pemerintah. Perusahaan berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena

dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis perusahaan

(Suandy, 2011). Kondisi itulah yang menyebabkan banyak perusahaan berusaha

mencari cara untuk meminimalkan beban pajak. Meminimalkan beban pajak dapat

dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang masih berada dalam bingkai

peraturan perpajakan sampai dengan yang melanggar peraturan perpajakan.

Meminimalkan kewajiban pajak yang tidak melanggar Undang-Undang biasa disebut

dengan istilah tax avoidance (Arianandini & Ramantha, 2018).

Menurut Ngadiman & Puspitasari (2014) penghindaran pajak merupakan suatu

strategi perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka

meminimalkan beban pajak. Tax avoidance yang dilakukan tersebut dikatakan tidak
3

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan perpajakan karena dianggap

praktik ini lebih memanfaatkan celah-celah dalam undang-undang perpajakan yang

akan mempengaruhi penerimaan negara dalam sektor pajak. Meskipun penghindaran

pajak bersifat legal, dari pihak pemerintah tetap tidak menginginkan hal tersebut.

Pengukuran tax avoidance dalam penelitian ini menggunakan cash effective tax

rate (CETR). CETR adalah kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba

sebelum pajak. Menurut Budiman & Setiyono (2012), pengukuran ini digunakan

karena dapat lebih menggambarkan adanya aktivitas tax avoidance. Pengukuran tax

avoidance menurut Dyreng et al. (2010) baik digunakan untuk menggambarkan

adanya kegiatan tax avoidance karena CETR tidak berpengaruh dengan adanya

perubahan estimasi seperti adanya perlindungan pajak. Semakin tinggi tingkat

presentase CETR yaitu mendekati tarif pajak penghasilan badan sebesar 25%

mengindikasikan bahwa semakin rendah tingkat tax avoidance perusahaan, sebaliknya

semakin rendah tingkat presentase CETR mengindikasikan bahwa semakin tinggi

tingkat tax avoidance perusahaan.

Profitabilitas juga menjadi salah satu faktor penentu dalam pengambilan tindakan

tax avoidance. Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan

dengan menggunakan ROA. Menurut Darmawan & Sukartha (2014) ROA

menunjukkan bahwa besarnya laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan

total aset yang dimilikinya. ROA juga memperhitungkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba yang terlepas dari pendanaan. Semakin tinggi rasio ini,

semakin baik performa perusahaan dengan menggunakan aset dalam memperoleh laba

bersih.Tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif dengan tarif pajak efektif

karena semakin efisien perusahaan, maka perusahaan akan membayar pajak yang lebih
4

sedikit sehingga tarif pajak efektif perusahaan tersebut menjadi lebih rendah (Derazhid

dan Zhang, 2003). Perusahaan dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan memiliki

pendapatan tinggi cenderung menghadapi beban pajak yang rendah. Rendahnya beban

pajak dikarenakan perusahaan dengan pendapatan yang tinggi berhasil memanfaatkan

keuntungan dari adanya insentif pajak dan pengurang pajak yang lain (Darmadi, 2013).

Faktor lain sebagai penentu dalam pengambilan tindakan tax avoidance yaitu

Leverage. Leverage merupakan salah satu rasio keuangan yang menggambarkan

hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset perusahaan. Rasio

leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh perusahaan.

Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang dihadapi perusahaan. Rasio ini dapat

melihat sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan

kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Financial leverage diukur

dengan persentase dari total hutang terhadap ekuitas perusahaan pada suatu periode

yang disebut juga Debt to Equity Ratio. DER mencerminkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal

sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Selain itu DER juga dapat

memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan (Dewinta

& Setiawan, 2016).

Faktor penentu terjadinya penghindaran pajak lainnya adalah pertumbuhan

penjualan perusahaan (sales growth). Penjualan memiliki pengaruh yang strategis

terhadap perusahaan, karena penjualan yang dilakukan oleh perusahaan harus

didukung dengan harta atau aset, bila penjualan ditingkatkan maka aset pun harus

ditambah. Perusahaan dapat mengoptimalkan dengan baik sumber daya yang ada

dengan melihat penjualan dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan penjualan memiliki


5

peranan yang penting dalam manajemen modal kerja. Penelitian ini menggunakan

pengukuran pertumbuhan penjualan karena dapat menggambarkan baik atau buruknya

tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan Perusahaan dapat memprediksi

seberapa besar profit yang akan diperoleh dengan besarnya pertumbuhan penjualan.

Peningkatan pertumbuhan penjualan cenderung akan membuat perusahaan

mendapatkan profit yang besar, maka dari itu perusahaan akan cenderung untuk

melakukan praktik tax avoidance (Dewinta & Setiawa, 2016).

Penelitian lain yang terkait dengan Return On Asset, Debt to Equity, dan Sales

Growth terhadap tax avoidance sebenarnya sudah pernah diteliti oleh peneliti

sebelumnya, hasil penelitian juga beragam antara peneliti yang satu dengan yang

lainnya. Seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Hidayat (2018) yang

mengemukakan bahwa Return On Asset berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal

tersebut juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmawan & Surakartha

(2014) menyatakan Return On Asset berpengaruh terhadap tax avoidance. Namun

berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyono dkk (2016) yang

menunjukan Return On Asset tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Pada

pengukuran lainnya yaitu Debt to Equity menurut penelitian yang pernah dilakukan

oleh Swingly & Surakartha (2015) yang mengemukakan bahwa Debt to Equity Ratio

berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian lain yang dilakukan Hidayat (2018),

Darmawan & Surakartha (2014) serta Ngadiman & Puspita (2014) menunjukan Debt

to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Pada pengukuran Sales

Growth menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Dewinta & Setiawan (2016)

dan Hidayat (2018) yang mengemukakan bahwa Sales Growth berpengaruh terhadap
6

tax avoidance. Penelitian lain yang dilakukan Swingly & Surakartha (2015)

menunjukan Sales Growth tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa terdapat ketidakkonsistenan hasil

penelitian yang pernah dilakukan oleh penelitian – penelitian sebelumnya, maka saya

termotivasi untuk meneliti bahwa penghindaran pajak masih menjadi hal menarik

untuk diteliti.

Penelitian ini mereplika dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hidayat

(2018) dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Laverage dan Pertumbuhan Penjualan

terhadap Penghindaran Pajak. Penelitian ini memiliki kesamaan variabel independen

Return On Asset, Debt to Equity, Sales Growth dan variabel dependen Tax Avoidance.

Sedangkan perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya terletak pada objek dan

tahun penelitian yaitu pada perusahaan property dan real estate 2013-2017.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “PENGARUH RETURN ON ASSET, DEBT TO EQUITY

RATIO DAN SALES GROWTH TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA

PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG LISTING DI BEI

TAHUN 2013-2017”

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas , maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah :

1. Apakah Return On Asset berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax

avoidance) ?

2. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak (Tax

avoidance) ?
7

3. Apakah Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) berpengaruh terhadap

Penghindaran Pajak (Tax avoidance) ?

III. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh Return On Asset terhadap Penghindaran Pajak

(Tax avoidance).

2. Untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Penghindaran Pajak

(Tax avoidance).

3. Untuk menganalisis pengaruh Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) terhadap

Penghindaran Pajak (Tax avoidance).

IV. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan akuntansi khususnya dalam

menganalisis berbagai faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak

(Tax avoidance). Selain itu penelitian ini sangat berguna terutama dalam

mengembangkan teori yang telah di peroleh saat perkuliahan dengan

kondisi nyata yang ada pada dunia bisnis sekarang ini.


8

b. Pembaca

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan kepada pembaca tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak, sebagai masukan

bagi ilmu pengetahuan pada bidang akuntansi khususnya perpajakan yang

berkaitan dengan pengendalian kegiatan keuangan.

c. Peneliti Selanjutnya

Mampu memberikan kontribusi sebagai bahan kajian untuk penelitian

selanjutnya tentang perilaku penghindaran pajak perusahaan berikutnya,

terutama di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi perusahaan agar dapat menerapkan keputusan pendanaan dengan

baik sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas perusahaan dan

komunikasi dengan berbagai pihak, khususnya investor.

b. Bagi calon investor sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

keputusan investasi.

V. TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Landasan Teori

5.1.1 Teori Agensi

Teori agensi pertama kali diungkapkan oleh Jansen dan Meckling pada

tahun 1976. Menurut Jensen dam Meckling (1976), menjelaskan bahwa

hubungan keagenan sebagai: “agency relationship as a contract under which

one or more person (the principals) engage another person (the agent) to

perform some service on their behalf which involves delegating some decision

making authority to the agent”, yang berarti hubungan keagenan merupakan


9

suatu kontrak atau lebih orang (prinsipal) memerintahkan orang lain (agen)

untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberikan wewenang

kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Selain itu

Jansen dan Mackling (1976) beragumen bahwa hubungan prinsipal dengan

agen memunculkan perbedaan kepentingan, karena pada prinsipnya manusia

akan berusaha memaksimalkan manfaat (utilitas) bagi kepentingan dirinya

sendiri.

Perbedaaan kepentingan itu juga menimbulkan konflik. Konflik

muncul ketika agen tidak bisa memenuhi keinginan prinsipal sehingga

menimbulkan biaya agensi. Menurut Hamdani (2016), teori agensi

mengungkapkan adanya conflict of interest yaitu problem keagenan (agency

problem) antara pemegang saham dengan manajer potensial terjadi bila

manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham

tertentu menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan

kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer perusahaan bisa saja

bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, tetapi

memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri. Oleh karena itu adanya

perbedaan kemakmuran yang dirasakan oleh manajer lebih kecil jika

dibandingkan dengan kemakmuran yang dirasakan oleh para pemegang

saham, sehingga manajer cenderung untuk mencari keuntungan sendiri (Moral

Hazard). Hal ini dilakukan karena manajer menganggap memiliki informasi

lebih banyak tentang perusahaan dan itu tidak dimiliki oleh principal

(asymetric information).
10

Perbedaan kepentingan antara principal dan agent dapat mempengaruhi

berbagai hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Oleh karena itu,

penyelarasan kepentingan digunakan untuk mengatasi agency problem

tersebut. Namun dalam usaha-usaha ini akan muncul biaya yang disebut

agency cost atau biaya agensi, yang menurut Fahmi (2017) terdiri dari:

1. The monitoring expenditures by the principle. Biaya monitoring yang

dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor prilaku agen, termasuk juga

usaha untuk mengendalikan (control) prilaku agen melalui budget

retriction, dan compentation policies.

2. The bonding expenditures by the agent. The bonding cost dikeluarkan

oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak akan menggunakan

tindakan tertentu yang akan merugikan prinsipal atau untuk menjamin

bahwa prinsipal akan diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak

tindakan.

3. The residual loss yang merupakan penurunan tingkat ksejahteraan

prinsipal maupun agen setelah adanya agency relationship.

5.1.2. Teori Trade off

Trade off theory adalah teori struktur modal yang menyatakan bahwa

perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan utang dengan masalah

yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2011).

Teori struktur modal pertama kali dipelopori oleh Modigliani dan Miller tahun

1958. Proporsi MM adalah jika tidak ada pajak, struktur modal tidak

mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan kata lain, jika tidak ada pajak, maka

struktur modal adalah irrelevance. Proporsi ini dibuktikan dengan


11

menggunakan arbitrase. Dalam perkembangannya, menurut Modigliani-

Miller memasukkan unsur pajak, sehingga struktur modal menjadi relevan,

karena bunga yang dibayarkan akibat menggunakan utang dapat mengurangi

penghasilan kena pajak (tax deductible).

Modigliani dan Miller mengembangkan teori pertukaran struktur

modal. MM menunjukkan bahwa utang adalah suatu hal yang bermanfaat

karena bunga merupakan pengurang pajak, tetapi utang juga membawa serta

biaya-biaya yang dikaitkan dengan kemungkinan atau kenyataan

kebangkrutan. Teori pertukaran (Trade-off theory) mengansumsikan bahwa

struktur modal perusahaan merupakan hasil pertukaran dari keuntungan

pendanaan melalui utang (pajak perusahaan yang menguntungkan) dengan

tingkat suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. Fakta bahwa

bunga adalah beban pengurangan pajak menjadikan hutang lebih murah

daripada saham biasa atau saham preferen. Akibatnya, secara tidak langsung

pemerintah telah membayarkan sebagian biaya dari modal utang, atau dengan

cara lain, hutang memberikan manfaat perlindungan pajak. Semakin besar

akses ke sumber dana, semakin tersedia potensi dana, maka semakin besar

kemungkinan mengambil peluang investasi yang menguntungkan yang

diperoleh semakin besar dan kinerja perusahaan meningkat, menurut asumsi

tulisan Moddigliani-Miller dengan pajak, harga saham sebuah perusahaan

akan mencapai nilai maksimal jika perusahaan sepenuhnya menggunakan

hutang 100 persen. Alasan utama perusahaan membatasi penggunaan hutang

adalah untuk menjaga biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan

tetap rendah (Brigham dan Houston, 2011).


12

5.1.3. Tax Avoidance

Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh

pemerintah, yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa publik

(Suandy, 2011). Para wajib pajak terutama perusahaan selalu menginginkan

pembayaran pajak yang seminimal mungkin untuk mendapat laba yang

maksimal. Baik dilakukan dengan cara legal ataupun ilegal. Salah satu usaha

yang dilakukan perusahaan dalam meminimalkan pajak secara legal yaitu

dengan perencanaan pajak. Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses

merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak berada dalam

jumlah minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan (Suandy,

2011).

Penghindaran pajak adalah salah satu upaya meminimalisasi beban

pajak yang sering dilakukan oleh perusahaan, karena masih berada dalam

bingkai peraturan perpajakan yang berlaku. Meski penghindaran pajak bersifat

legal, dari pihak pemerintah tetap tidak menginginkan hal tersebut (Darmawan

& Sukartha, 2014). Penghindaran pajak menurut Suandy (2011) adalah suatu

usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan

ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal, seperti

pengecualian dan pemotongan-pemotongan yang diperkenankan maupun

manfaat hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam

peraturan perpajakan yang berlaku. Dengan demikian penghindaran pajak

merupakan proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib

pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya baik pajak penghasilan


13

maupun pajak lainnya berada dalam posisi minimal namun masih sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Faktor yang mempengaruhi wajib pajak melakukan penghindaran pajak yaitu:

1. Kesempatan (opportunities)

Adanya sistem self assessment yang merupakan sistem yang memberikan

kepercayaan penuh terhadap wajib pajak (WP) untuk menghitung,

membayar dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakan kepada fiskus.

Hal ini memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk melakukan

tindakan penghindaran pajak.

2. Lemahnya penegakan hukum (low enforcement)

Wajib Pajak berusaha untuk membayar pajak lebih sedikit dari yang

seharusnya terutang dengan memanfaatkan kewajaran interpretasi hukum

pajak. Wajib pajak memanfaatkan loopholes yang ada dalam peraturan

perpajakan yang berlaku (lawfull)

3. Manfaat dan biaya (level of penalty)

Perusahaan memandang bahwa penghindaran pajak memberikan

keuntungan ekonomi yang besar dan sumber pembiayaan yang tidak

mahal. Di dalam perusahaan terdapat hubungan antara pemegang saham,

sebagai prinsipal, dan manajer, sebagai agen. Pemegang saham, yang

merupakan pemilik perusahaan, mengharapkan beban pajak berkurang

sehingga memaksimalkan keuntungan.

4. Masalah dapat terselesaikan bila terungkap (negotiated settlements)

Banyaknya kasus terungkapnya masalah penghindaran pajak yang dapat

diselesaikan dengan bernegosiasi, membuat wajib pajak merasa leluasa untuk


14

melakukan praktik penghindaran pajak dengan asumsi jika terungkap masalah

dikemudian hari akan dapat diselesaikan melalui negosiasi.

Terdapat karakteristik dari penghindaran pajak menurut Suandy (2011) yang

mencakup tiga hal, yaitu :

1. Terdapat unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah-olah

terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena

ketiadaan faktor pajak.

2. Skema tersebut sering memanfaatkan loopholes dari undang-undang

atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan,

padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat

undang-undang.

3. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema tersebut dimana


umumnya para konsultan menunjukkan alat atau cara untuk

melakukan penghindaran pajak dengan syarat wajib pajak menjaga

rahasia semaksimal mungkin.

5.1.4. Return On Asset

Return On Asset adalah salah satu pendekatan yang dapat

mencerminkan profitabilitas suatu perusahaan. Menurut Hery (2017) hasil

pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar

kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini

digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan

dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini

mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi

yang ada untuk mendapatkan laba.


15

Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula

jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam

dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas aset

berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap

rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery, 2017).

Menurut Prastowo (2015) Return On Asset yaitu mengukur

kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh

laba. ROA merupakan pengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari

seberapa besar perusahaan menggunakan aset. Semakin tinggi nilai ROA,

semakin tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin baik pengelolaan

aset suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin besar juga

laba yang diperoleh perusahaan. Hal ini berarti bahwa manajemen semakin

efektif dalam memanfaatkan asset perusahaan untuk menghasilkan laba.

Penggunaan rasio ini dapat dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan,

terutama laporan keuangan neraca dan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan

untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan

posisi keuangan perusahaan dalam rentan waktu tertentu, baik penurunan atau

kenaikan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen sehingga

dapat diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan perusahaan

tersebut. Semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin sempurna

hasil yang akan dicapai, sehingga posisi dan kondisi tingkat profitabilitas

perusahaan dapat diketahui secara sempurna.


16

5.1.5. Debt to Equity Ratio

Dalam rangka mengukur risiko, fokus perhatian kreditor jangka

panjang terutama ditujukan pada prospek laba. Meskipun demikian, mereka

tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap mempertahankan keseimbangan

antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh

pemilik perusahaan (Prastowo, 2015). Keseimbangan antara proporsi aktiva

yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan diukur

dengan rasio Debt to Equity. Dengan demikian, Debt to Equity ini juga dapat

memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh

perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagih suatu utang

(Prastowo, 2015).

Ratio utang terhadap modal adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai

hasil bagi antara total utang dengan modal. Rasio ini berguna untuk

mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh

kreditor dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Dengan

kata lain berfungsi untuk mengetahui berapa bagian dari setiap jumlah modal

yang dijadikan sebagai jaminan utang. Rasio ini memberikan petunjuk umum

tentang kelayakan kredit dan risiko keuangan debitor (Hery, 2017).

Menurut Hery (2017) memberikan pinjaman kepada debitor yang

memiliki tingkat Debt to Equity ratio yang tinggi menimbulkan konsekuensi

bagi kreditor untuk menanggung risiko yang lebih besar pada saat debitor

mengalami kegagalan keuangan. Hal ini tentu saja sangat tidak

menguntungkan bagi kreditor, sebaliknya, apabila kreditor memberikan


17

pinjaman kepada debitor yang memiliki tingkat Debt to Equity ratio yang

rendah maka hal ini dapat mengurangi risiko kreditor pada saat debitor

mengalami kegagalan keuangan. Dengan kata lain, akan lebih aman bagi

kreditor apabila memberikan pinjaman kepada debitor yang memiliki tingkat

Debt to Equity ratio yang rendah karena hal ini berarti bahwa akan semakin

besar jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang.

DER adalah rasio antara total utang (total debts) baik utang jangka

pendek (current liability) dan utang jangka panjang (long term debt) terhadap

total ekuitas. Rasio ini digunakan untuk membandingkan jumlah hutang

terhadap ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar rasio DER

menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap

pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya utang (biaya

bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan.

5.1.6. Sales Growth

Pertumbuhan penjualan (Sales Growth) adalah kenaikan jumlah

penjualan perusahaan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan penjualan adalah

aktivitas yang memiliki peranan penting dalam manajemen modal kerja,

karena perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan

diperoleh dengan besarnya pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan

pada suatu perusahaan menunjukkan bahwa semakin besar volume penjualan,

maka laba yang akan dihasilkan pun akan meningkat.

Penetapan angka terhadap jumlah produk atau jasa yang dijual kepada

pelanggan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan angka pertumbuhan.

Secara keuangan, tingkat pertumbuhan dapat ditentukan dan didasarkan


18

kepada kemampuan keuangan perusahaan. Tingkat pertumbuhan yang

ditentukan dengan hanya melihat kemampuan keuangan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu.

1. Tingkat pertumbuhan atas kekuatan sendiri (internal growth rate)

adalah tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan

tanpa membutuhkan dana eksternal atau tingkat pertumbuhan yang

hanya dipicu oleh tambahan atas laba ditahan.

2. Tingkat pertumbuhan berkesinambungan (sustainable growth rate)

adalah tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan

tanpa melakukan pembiayaan modal tetapi dengan menggunakan

perbandingan antara utang dengan modal (debt to equity ratio).

5.2. Peneliti Terdahulu

Adapun hasil review penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

dan perbandingan fokus penelitiannya dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :

Tabel 5.1
Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Sampel dan Variabel Hasil Penelitian


dan Tahun Penelitian Periode
Penelitian
1 Ngadiman Pengaruh Sampel : Variabel Kepemilikan
& Leverage, 67 Independen Institusional dan
Puspitasari Kepemilikan perusahaan X1 : Ukuran
(2014) Institusional, manufaktur Leverage perusahaan
Dan Ukuran yang X2 berpengaruh
Perusahaan terdaftar di :Kepemilikan signifikan
Terhadap BEI Institusional terhadap
Penghindaran Periode : X3 :Ukuran penghindaran
Pajak (Tax 2010-2012 perusahaan pajak (tax
Avoidance) Variabel avoidance).
Pada Dependen Sedangkan
Perusahaan Tax leverage tidak
Sektor avoidance berpengaruh
19

Manufaktur signifikan
Yang terhadap tax
Terdaftar Di avoidance.
Bursa Efek
Indonesia
2010-2012
2 Darmawan Pengaruh Sampel : Variabel Corporate
& Penerapan 123 Independen governance,
Surakartha Corporate perusahaan X1 profitabilitas dan
Governance, manufaktur :Corporate ukuran
(2014)
Leverage, yang Governance perusahaan
Return On terdaftar di X2 :Leverage berpengaruh
Assets, Dan BEI X3 signifikan
Ukuran Periode : :Profitabilitas terhadap tax
Perusahaan 2011-2013 X4 :Ukuran avoidance.
Pada Perusahaan Sedangkan
Penghindaran Variabel leverage tidak
Pajak Dependen berpengaruh
Tax signifikan
avoidance terhadap
penghindaran
pajak
3 Swingly & Pengaruh Sampel : Variabel Karakter
Surakartha Karakter 123 Independen Eksekutif, Ukuran
(2015) Eksekutif, perusahaan X1 :Karakter Perusahaan, dan
Komite manufaktur Eksekutif Leverage
Audit, yang X2 :Komite berpengaruh
Ukuran terdaftar di Audit signifikan
Perusahaan, BEI X3 :Ukuran terhadap
Leverage Periode : Perusahaan penghindaran
Dan Sales 2011-2013 X4 :Leverage pajak (tax
Growth Pada X5 : Sales avoidance).
Tax Growth Sedangkan komite
Avoidance Variabel audit dan sales
Dependen growth tidak
Tax berpengaruh
avoidance signifikan
terhadap tax
avoidance.
4 Dewinta & Pengaruh Sampel : Variabel Ukuran
Setyawan Ukuran 176 Independen Perusahaan, Umur
(2016) Perusahaan, perusahaan X1 :Ukuran Perusahaan,
Umur manufaktur Perusahaan Profitabilitas dan
Perusahaan, yang X2 :Umur Sales Growth
Profitabilitas, terdaftar di Perusahaan berpengaruh
Leverage, BEI X3 terhadap
Dan Periode : :Profitabilitas penghindaran
20

Pertumbuhan 2011-2014 X4 :Leverage pajak (Tax


Penjualan X5 : Sales avoidance),
Terhadap Growth Namun Leverage
Tax Variabel tidak berpengaruh
Avoidance Dependen terhadap tax
Tax avoidance
avoidance perusahaan.
5 Cahyono, Pengaruh Sampel : Variabel Komite Audit dan
Andini, & Komite 69 Independen kepemilikan
Raharjo Audit, perusahaan X1 : Komite institusional
(2016) Kepemilikan perbankan Audit berpengaruh
Institusional, yang X2 signifikan
Dewan terdaftar di :Kepemilikan terhadap
Komisaris, BEI Institusional penghindaran
Ukuran Periode : X3 :Dewan pajak (tax
Perusahaan 2011-2013 Komisaris avoidance).
(Size), X4 :Ukuran Sedangkan
Leverage Perusahaan Dewan komisaris,
(DER) Dan X5 : Leverage Ukuran
Profitabilitas X6 : ROA perusahaan,
(ROA) Variabel Leverage dan
Terhadap Dependen ROA tidak
Tindakan Tax berpengaruh
Penghindaran avoidance signifikan
Pajak (Tax terhadap tax
Avoidance) avoidance
Pada
Perusahaan
Perbankan
Yang Listing
BEI Periode
Tahun 2011
– 2013
6 Hidayat Pengaruh Sampel : 25 Variabel Profitabilitas dan
(2018) Profitabilitas, perusahaan Independen Sales Growth
Leverage manufaktur X3 berpengaruh
Dan yang :Profitabilitas terhadap
Pertumbuhan terdaftar di X4 :Leverage
penghindaran
Penjualan BEI X5 : Sales
Terhadap Periode : Growth pajak (Tax
Penghindaran 2011-2014 Variabel avoidance),
Pajak: Studi Dependen Namun Leverage
Kasus Tax tidak berpengaruh
Perusahaan avoidance terhadap tax
Manufaktur
Di Indonesia
21

avoidance
perusahaan.

Sumber : Data diolah dari berbagai jurnal

5.3. Kerangka Konseptual

Melihat adanya hubungan antara Return On Asset, Devt to Equity, dan Sales

Growth terhadap Tax Avoidance, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan dalam gambar 2.1 berikut ini:

Return On Asset
(𝐗 𝟏 )

Debt to Equity (𝐗 𝟐 ) Tax Avoidance (Y)

Sales Growth (𝐗 𝟑 )

Gambar 5.1
Kerangka Konseptual
5.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu rumusan masalah pada

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah ini biasanya disusun dalam bentuk kalimat

pernyataan (Sugiyono, 2010). Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran


22

yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian merumuskan hipotesis sementara

mengenai masalah yang harus dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis yang

dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

5.4.1. Pengaruh Return On Asset terhadap Tax Avoidance

Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk

mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang

dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset

tersebut.

ROA atau hasil dari pengembalian dari harta merupakan perbandingan antara

laba bersih dengan jumlah harta rata-rata, rasio tersebut yang merupakan ukuran

tingkat profitabilitas ditinjau dari jumlah harta yang dimilikinya. ROA merupakan

pengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari seberapa besar perusahaan

menggunakan aset.

Rasio ini paling sering disoroti dalam analisis laporan keuangan karena mampu

menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Semakin

tinggi nilai ROA maka semakin tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin baik

pengelolaan aset suatu perusahaan.

Sesuai dengan teori agensi, para agen berusaha untuk meningkatkan laba

perusahaan. Pada saat laba perusahaan semakin meningkat maka rasio Return On

Asset juga meningkat, sehingga jumlah pajak penghasilan juga akan meningkat sesuai

dengan peningkatan laba tersebut. Hal ini memicu perbedaan kepentingan antara pihak

manajemen dan pihak pemilik perusahaan (prinsipal), maka akan terjadi konflik

kepentingan yang memunculkan keinginan pihak manajemen untuk memenuhi


23

tuntutan dari pihak prinsipal dimana salah satu caranya agen melakukan penghindaran

pajak (tax avoidance) untuk menghidari peningkatan jumlah beban pajak perusahaan.

Supaya beban pajak tidak mengurangi laba perusahaan, agen akan berusaha mengelola

beban pajaknya menjadi seminimal mungkin, karena peraturan pajak memberikan

beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk menentukan

jumlah pajak yang harus dibayar (Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 10 Tahun

1994, pasal 6).

Menurut Hidayat (2018) apabila semakin tingginya profitabilitas, maka akan

semakin mengurangi tingkat tax avoidance suatu perusahaan yang disebabkan karena

perusahaan dengan laba yang besar mampu untuk melakukan pembayaran pajak,

bahkan dengan profit yang tinggi perusahaan dengan mudahnya melakukan

pengaturan laba. Menurut Darmawan & Surakartha (2014) pengaruh ROA terhadap

penghindaran pajak ini dikarenakan perusahaan mampu mengelola asetnya dengan

baik sehingga memperoleh keuntungan dari insentif pajak dan kelonggaran pajak

lainnya sehingga perusahaan tersebut terlihat melakukan pengindaran pajak.

Penelitian terkait yang dilakukan oleh Hidayat (2018), Dewinta & Setyawan

(2016) dan Darmawan & Surakartha (2014) menunjukkan bahwa profitabilitas

berpengaruh terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis

dalam penelitian ini sebagai berikut.

𝐇𝟏 : Return On Asset berpengaruh terhadap Tax Avoidance

5.4.2. Pengaruh Debt to Equity terhadap Tax Avoidance

Debt to Total Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio yang digunakan

untuk mengukur tingkat leverage perusahaan. Leverage merupakan rasio yang


24

menyeluruh karena memasukkan proporsi kewajiban jangka pendek maupun

kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas perusahaan. Rasio ini dapat melihat

seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan

perusahaan yang digambarkan oleh modal.

Perusahaan yang memiliki jumlah pajak yang tinggi cenderung memilih untuk

berhutang agar dapat mengurangi beban pajak. Penambahan jumlah utang akan

mengakibatkan munculnya beban tetap (fix rate of return) bagi perusahaan yang

disebut beban bunga. Komponen beban bunga tersebut akan mengurangi laba sebelum

kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak yang harus dibayar perusahaan akan

menjadi berkurang.

Sesuai dengan teori Trade Off menyatakan bahwa penggunaan utang oleh

perusahaan dapat digunakan untuk penghematan pajak dengan memperoleh insentif

berupa beban bunga yang akan menjadi pengurang penghasilan kena pajak. Semakin

banyak pendanaan yang diambil dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan,

maka semakin tinggi pula tingkat beban bunga yang timbul dari utang tersebut.

Apabila beban pajak suatu perusahaan tinggi, maka laba sebelum kena pajak

perusahaan akan berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap berkurangnya beban

pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan (leverage) maka nilai CETR

akan semakin rendah.

Menurut Oktamawati (2017) menyatakan leverage berpengaruh terhadap tax

avoidance karena hutang yang mengakibatkan munculnya beban bunga dapat menjadi

pengurang laba kena pajak, sedangkan dividen yang berasal dari laba ditahan tidak

dapat menjadi pengurang laba. Beban bunga yang dapat digunakan sebagai pengurang
25

laba kena pajak adalah beban bunga yang muncul akibat adanya pinjaman kepada

kreditur yang tidak memiliki hubungan dengan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Swingly & Surakartha (2015) dan Oktamawati

(2017) menemukan leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian

tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

𝐇𝟐 : Debt to Equity berpengaruh terhadap Tax Avoidance

5.4.3. Pengaruh Sales Growth terhadap Tax Avoidance

Penjualan memiliki pengaruh yang strategis terhadap perusahaan, karena

penjualan yang dilakukan oleh perusahaan harus didukung dengan harta atau aset, bila

penjualan ditingkatkan maka aset perusahaan pun harus ditambah. Pertumbuhan

penjualan merupakan selisih antara jumlah penjualan periode tahun ini dengan periode

sebelumnya. Selain itu pertumbuhan penjualan diartikan sebagai kenaikan jumlah

penjualan dari waktu ke waktu atau dari tahun ke tahun. Pertumbuhan penjualan pada

suatu perusahaan menunjukkan bahwa semakin besar volume penjualan maka laba

yang akan dihasilkan pun akan meningkat.

Sesuai dengan teori agensi, para agen berusaha untuk meningkatkan laba

perusahaan. Apabila pertumbuhan penjualan suatu perusahaan mengalami

peningkatan, maka perusahaan cenderung akan mendapatkan profit yang besar. Hal ini

memicu perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dan pihak pemilik

perusahaan (prinsipal), maka akan terjadi konflik kepentingan yang memunculkan

keinginan pihak manajemen untuk memenuhi tuntutan dari pihak prinsipal, maka dari

itu perusahaan akan cenderung untuk melakukan praktik penghindaran pajak (tax

avoidance) karena laba yang besar akan menimbulkan beban pajak yang besar pula.
26

Menurut Okmawati (2017), hubungan pertumbuhan penjualan terhadap tax

avoidance menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan

yang tinggi berarti memiliki kinerja yang baik dan laba perusahaan cenderung

meningkat, sehingga pembayaran pajaknya juga akan tinggi dengan demikian pihak

manajemen akan melakukan penghematan pajak dan cenderung untuk menghindari

pajak atau melakukan penghematan pajak melalui tax avoidance. Hidayat (2018),

hubungan pertumbuhan penjualan dengan tax avoidance menunjukkan bahwa semakin

tinggi pertumbuhan penjualan, maka semakin berkurang aktivitas tax avoidance suatu

perusahaan yang disebabkan karena perusahaan dengan tingkat penjualan yang relatif

besar akan memberikan peluang untuk memperoleh laba yang besar dan mampu untuk

melakukan pembayaran pajak.

Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hidayat

(2018) dan Dewinta & Setiawan (2016) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan

berpengaruh terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis

dalam penelitian ini sebagai berikut.

𝐇𝟑 : Sales Growth berpengaruh terhadap Tax Avoidance

VI. METODE PENELITIAN

6.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

6.1.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan sesuatu yang menghubungkan antara konsep-

konsep khusus yang akan diteliti dan merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dari

gejala tersebut. Gejala ini biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan

suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut. Variabel merupakan


27

sesuatu yang dijadikan perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat

satu variabel dependen (Y), tiga variabel independen (X).Didalam penelitian ini

terdapat tiga variabel yaitu :

1. Variabel dependen merupakan variabel utama yang akan diteliti untuk diketahui

apakah variabel dependen ini dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel

dependen (variabel terikat) adalah variabel yang memberikan reaksi apabila

variabel tersebut dihubungkan dengan variabel bebas atau nilainya dipengaruhi

oleh variabel independen (Indrianto & Supono, 2016). Variabel terikat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penghindaran pajak perusahaan (tax

avoidance).

2. Variabel independen atau disebut variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya perubahan atau

timbulnya variabel dependen (Indrianto & Supono, 2016). Variabel independen

yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Return On Asset, Debt to Equity Ratio

dan Sales Growth.

6.1.2 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang diberikan pada

suatu variabel dengan cara membenarkan arti atau membenarkan suatu operasional

yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional variabel

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Tax Avoidance

Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan usaha untuk mengurangi

hutang pajak yang bersifat legal. Tax avoidance merupakan salah satu upaya
28

penghindaran pajak secara legal dengan cara mengurangi jumlah pajak terutang

dengan mencari kelemahan peraturan (Dewinta & Setiawan, 2016). Variabel

penghindaran pajak ini diukur menggunakan proksi cash effective tax rate (CETR).

CETR ini digunakan dengan maksud untuk merefleksikan penghindaran pajak. CETR

adalah kas yang dikeluarkan untuk membayar biaya pajak dibagi dengan laba sebelum

pajak. CETR ini menggambarkan besarnya laba sebelum pajak yang dikorbankan

untuk membayar beban pajak perusahaan. Pembayaran pajak dapat dilihat dari laporan

arus kas suatu perusahaan. Semakin tinggi tingkat presentase CETR yaitu mendekati

tarif pajak penghasilan badan sebesar 25% mengindikasikan bahwa semakin rendah

tingkat tax avoidance perusahaan. Penghindaran pajak dapat diukur dengan rumus

sebagai berikut :

Pembayaran Pajak
CETR =
Laba Sebelum Pajak

2. Return On Asset

Return On Asset merupakan mengukur kemampuan perusahaan dalam

memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. ROA merupakan pengukur

keuntungan bersih yang diperoleh dari seberapa besar perusahaan menggunakan aset.

ROA dalam penelitian ini akan diukur menggunakan laba bersih sebelum pajak

ditambah beban bunga, kemudian membandingkannya dengan total aset perusahaan.

Dasar penggunaan laba sebelum pajak yang digunakan untuk menghitung ROA,

karena dengan menggunakan laba sebelum pajak dapat diketahui aktivitas operasi

yang merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba


29

tanpa terpengaruh keputusan perpajakan dan pendanaan (Darmawan dkk, 2014).

Return On Asset dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

Laba Setelah Pajak


ROA = × 100%
Total Asset

3. Debt to Equity Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai

dengan hutang. Variabel ini diukur dengan menggunakan Debt To Equity Ratio

(DER). Debt To Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya

perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana

yang berasal dari pemilik perusahaan. Dengan kata lain berfungsi untuk mengetahui

berapa bagian dari setiap jumlah modal yang dijadikan sebagai jaminan utang. Rasio

ini memberikan petunjuk umum tentang kelayakan kredit dan risiko keuangan debitor.

Dect To Equity Ratio dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

Total Liabilitas
DER = × 100%
Total Ekuitas

4. Sales Growth

Pertumbuhan penjualan (Sales Growth) merupakam kenaikan jumlah

penjualan perusahaan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan penjualan sebagai selisih

antara jumlah penjualan periode ini dengan periode sebelumnya. Pertumbuhan

penjualan merupakan aktivitas yang memiliki peranan penting dalam manajemen

modal kerja, karena perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan
30

diperoleh dengan besarnya pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan pada

suatu perusahaan menunjukkan bahwa semakin besar volume penjualan, maka laba

yang akan dihasilkan pun akan meningkat. Sales Growth dapat diukur dengan rumus

sebagai berikut :

Penjualan Tahun t−Penjualan Tahun t−1


Sales Growth =
Penjualan Tahun t−1

6.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor property dan

real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan property dan real estate

yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017, namun perusahaan yang tidak sesuai dengan

kriteria penelitian akan dikeluarkan dari sampel.

Penentuan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada metode nonprobability

sampling dengan teknik purposive sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan

pertimbangan kriteria tertentu. Adapun kriteria penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2013-

2017.

2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31 Desember.

3. Perusahaan dengan nilai laba komersial positif atau tidak mengalami kerugian

selama periode penelitian.

4. Perusahaan yang menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan

5. Perusahaan dengan nilai CETR < 1


31

6.3 Jenis dan Sumber Data

6.3.1 Jenis Data

Jenis data menurut cara memperolehnya dibagi menjadi dua yaitu data primer

dan data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara tidak

langsung yang diterbitkan oleh suatu perusahaan berupa data dokumentasi dan data

arsip. Data dokumentasi tersebut dapat berupa jurnal, faktur, surat-surat dan laporan

keuangan.

Data sekunder untuk penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bursa Efek

Indonesia, yaitu www.idx.co.id. Data sekunder yang dibutuhkan yaitu informasi dari

laporan keuangan auditan seluruh perusahaan sektor property dan real estate periode

2013-2017 yang termasuk dalam sampel sesuai dengan variabel yang diteliti. Variabel

penelitian yang dimaksud yaitu informasi mengenai total penjualan, total asset, total

laba, total pembayaran pajak, total ekuitas, total liabilitas sesuai periode yang

ditentukan.

6.3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung

yang diterbitkan oleh suatu perusahaan. Tipe data sekunder yang dipakai dalam

penelitian ini adalah data eksternal, merupakan terbitan yang di publikasikan oleh BEI.

Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan oleh situs

resmi Bursa Efek Indonesia.


32

6.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi non participant, yaitu dengan membaca, mengumpulkan, mencatat data-data

dan informasi dimana peneliti hanya seagai pengamat. Data yang dimaksudkan adalah

data publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan property dan real estate yang

terdaftar di BEI periode 2013-2017 dan sesuai dengan kriteria pemilihan sampel.

6.5 Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan pengujian hipotesis.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

karena variabel independen dalam penelitian ini lebih dari satu. Analisis regresi linier

berganda merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

fungsional atau hubungan kausal antara variabel independen terhadap variabel

dependen. Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah

Y = ∝ + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e…..…(1)

Keterangan :

Y = Tax Avoidance

∝ = Konstanta

β1 , β2 , β3 = Koefisien Regresi

X1 = Return On Asset

X2 = Debt to Equity Ratio

X3 = Sales Growth

e = Error
33

6.5.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan deskripsi

atas variabel-variabel penelitian, baik variabel independen maupun variabel dependen.

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari

nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,

kurtosis, dan skewness atau kemencengan distribusi (Ghozali, 2011).

6.5.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian

asumsi klasik yang merupakan syarat untuk analisis regresi linier berganda. Pengujian

asumsi klasik yang dilakukan antara lain uji normalitas, uji autokolerasi, uji

multikolenieritas, dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t

dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika

asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil

(Ghozali, 2011). Untuk uji normalitas, menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Kriteria yang digunakan adalah pengujian pegujian dua arah (two tailed test), yaitu

dengan membandingkan p-value yang diperoleh dengan taraf signifikan yang

digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 0,05. Jika nilai p-value

> 0,05 maka data terdistribusi normal.


34

b. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk melihat apakah didalam model linier ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan

satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas

dari observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2011).

Model yang baik adalah model yang terbebas dari autokolerasi. Untuk menguji

ada tidaknya masalah autokolerasi dapat dilihat dari hasil uji Durbin Waston (DW

test). Kemudian nilai Durbin Waston hitung (dl) yang diperoleh dari hasil pengujian

akan dibandingkan dengan nilai table Durbin Waston.

Tabel 6.2
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokolerasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokolerasi positif Tolak 0<d<dl
Tidak ada autokolerasi positif No Decision dl≤d≤du
Tidak ada kolerasi negative Tolak 4-dl<d<4

Tidak ada kolerasi negative No Decision 4-du≤d≤4-dl

Tidak ada autokorelasi positif Tidak Ditolak du<d<4-du


atau negative

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya kolerasi antar variabel independen (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel independen. Jika variabel

independen saling kolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel

orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
35

independen sama dengan nol. Penelitian ini menguji multikolinieritas berdasarkan

tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi yang bebas

multikolinieritas yaitu apabila nilai VIF ≤ 10 dan mempunyai tolerance value ≥ 0,10.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka

disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Penelitian ini

menguji heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Glejser, yakni meregresi nilai

mutlak (absolut) dari residual dengan variabel independen. Ketika koefisien parameter

memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka ini menandakan bahwa data bebas dari

heterokedastisitas (Ghozali, 2011).

6.5.3 Pengujian Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis regresi. Hasil dari analisis regresi

adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini

diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dengan persamaan. Ketetapan fungsi

regresi sampel dalam menafsir nilai actual dapat diukur dari Goodness Of Fit nya.

Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari koefisien determinasi, nilai statistik S

dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan apabila nilai uji statistiknya

berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak

signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah Ho diterima (Ghozali, 2011)

a. Uji F

Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
36

terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011). Dasar pengambilan

keputusan uji statistik F sebagai berikut:

a) Apabila nilai sig. probabilitas > 0,05 maka 𝐻0 diterima atau 𝐻𝑎 ditolak yang

berarti semua variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai

pengaruh terhadap variabel dependen

b) Apabila nilai sig. probabilitas < 0,05 maka 𝐻0 ditolak atau 𝐻𝑎 diterima yang

berarti semua variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen.

b. Uji t

Uji statistik nilai t digunakan untuk menguji seberapa jauh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengaruh

setiap variabel independen terhadap variabel dependen dapat diketahui dari besarnya

signifikansi. Apabila nilai lebih kecil dari signifikansi 0,05 maka variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).

6.5.4 Koefisien Determinasi (R²)

Uji ketepatan perkiraan bertujuan untuk menilai total variasi variabel dependen

yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Hasil dari pengujian ini adalah

koefisien determinasi majemuk disesuaikan (adjusted R²), yaitu suatu koefisien

determinasi yang menunjukan besaran variasi dari variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua

variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R². Besarnya nilai

adjusted R² berkisar antara ≥ 0 dan ≤ 1. Jika mendekati 1 maka model semakin baik,

begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2011).


37

DAFTAR PUSTAKA

Arianandini, Putu Winning, & Ramantha I.W. 2018. Pengaruh Profitabilitas, Leverage
dan Kepemilikan Institusional pada Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana Vol.22.3: 2088-2116.

Budiman, Judi dan Setiyono. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap


Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Jurnal. Universitas Islam Sultan
Agung.

Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2011. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.


Edisi 11. Erlangga. Jakarta.

Cahyono, Deddy Dyas, Rita Andini dan Kharis Raharjo. 2016. Pengaruh Komite
Audit, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan
(Size), Leverage (DER) dan Profitabilitas (ROA) terhadap Tindakan
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) pada Perusahaan Perbankan yang
Listing BEI Periode Tahun 2011-2013. Journal of Accounting, Vol. 2 No.2.

Darmadi, Iqbal Nul Hakim. 2013. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen
Pajak dengan Indikator Tarif Pajak Efektif. Skripsi Program Sarjana Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

Darmawan, I Gede Hendy dan I Made Sukartha. 2014. Pengaruh Penerapan Corporate
Governance, Leverage, Return On Assets dan Ukuran Perusahaan pada
Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akutansi Universitas Udayana. 9.1 (2014):
h:143-161.

Derashid, C., & Zhang, H. 2003. Effective tax rates and the industrial policy
hypothesis : evidence from Malaysia. Journal of International Accounting,
Auditing and Texation, :pp:45-62

Dewinta, I.A.R., & Putu Ery Setiawan. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Pertumbuhan Penjualan terhadap
Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.14.3: 1584-
1613 ISSN: 2302-8556.

Dyreng, Scott.; Hanlon, Michelle; Maydew Edward L. 2010. The Effect of Executives
on Corporate Tax Avoidance. The Accounting Review, 85, 1163-1189.

Fahmi, Irham. 2017. Etika Bisnis: Teori, Kasus, dan Solusi. Alfabeta. Bandung.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:


In B. P. Diponegoro.

Hamdani. 2016. Good Corporate Governance: Tinjauan Etika dalam Praktik Bisnis.
Mitra Wacana Media. Jakarta.
38

Hidayat, Wastam Wahyu. 2018. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan


Penjualan terhadap Penghindaran Pajak: Studi Kasus Perusahaan Manufaktur
di Indonesia. Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis Universitas Bhayangkara
Jakarta Raya, p-ISSN 2527-7502 e-ISSN 2581-2165.

Hery. 2017. Analisis Laporan Keuangan: Integrated and Comprehensive edition. PT


Grasindo. Jakarta

Indrianto, Nur dan Bambang Supomo. 2016. Metode Penelitian Bisnis Akuntansi &
Manajemen. Edisi Pertama. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics.
Oktober, 1976, V.3, No. 4, pp. 305-360.

Modigliani, F & Miller, M.H. 1958. The Cost of Capital, Corporation Finance and The
Theory of Investment. The American Economic Review. 13(3): 261-297.

Ngadiman & Christiany Puspitasari. 2014. Pengaruh Leverage, Kepemilikan


Institusional dan Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal Akuntasi Universitas Tarumanegara,
Vol.XVIII, No.03:408-421.

Nursari, M., d.k.k. 2017. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan


Institusional terhadap Tax Avoidance: Studi Empiris pada Perusahaan Kimia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Periode Tahun 2009-2016.
Jurnal Akuntansi Universitas Bandung Vol. 3, No.2. ISSN 2460-6561.

Oktamawati, Mayarisa. 2017. Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran


Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan dan Profitabilitas terhadap
Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata,
Vol. XV.

Prastowo, Dwi. 2015. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. Edisi ketiga.
UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Putri, Vidiyana Rizal & Bella Irwansyah Putra. 2017. Pengaruh Leverage,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Proporsi Kepemilikan Institusional
terhadap Tax Avoidance. Junal Ekonomi Manajemen Sumber Daya STIE
Indonesia Banking School, Vol.19, No.1.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 Tentang Ketentuan


Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak. Salemba Empat, Jakarta.


39

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Alfabeta. Bandung

Swingly, C & Sukartha, I. M. 2015. Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit,


Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Sales Growth pada Tax Avoidance. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 10 (1): 47-62.

Anda mungkin juga menyukai