Anda di halaman 1dari 2

Berdasarkan kasus diatas, Penggugat yaitu, Geger Setyono sekarang Termohon PK,

(Peninjauan Kembali), adalah bukan sebagai pekerja, menurut ketentuan Pasal 1 butir 3
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 jo. Pasal 1 huruf C Peraturan Pemerintah No.8 Tahun
1981 tentang Perlindungan Upah, berdasarkan ketentuan Pasal 191 Undang-Undang No.13
Tahun 2003 jo. butir 1 Surat Edaran Menteri Tenagakerja & Transmigrasi Nomor: SE
01/Men/1982 tanggal 04 Februari 1982 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
No.8 Tahun 1981 maka sebagai konsekuensi hukum terhadap Penggugat, sekarang Termohon
PK (Peninjauan Kembali) tidaklah mendapatkan hak-haknya yang berupa:

a Uang pesangon;

b Uang penghargaan masa kerja;

c Uang penggantian perumahan;

d Uang pengobatan dan perawatan;

e. Upah proses serta uang THR tahun 2010

akan tetapi, Bahwa pihak Penggugat Geger Setyono sekarang Termohon PK, hanya
mendapatkan Uang Tali Asih, sebagaimana tertuang dalam Putusan Pengadilan Hubungan
Industrial No.209/G/2009/PHI.Sby., jo. Putusan Mahkamah Agung RI No.712
K/PDT.SUS/.2010; AD.B. Terdapat putusan yang bertentangan antara yang satu dengan yang
lain;

Agung Republik Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik


Indonesia Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id e Upah proses serta uang THR tahun 2010; Bahwa pihak
Penggugat Geger Setyono sekarang Termohon PK, hanya mendapatkan Uang Tali Asih,
sebagaimana tertuang dalam Putusan Pengadilan Hubungan Industrial
No.209/G/2009/PHI.Sby., jo. Putusan Mahkamah Agung RI No.712 K/PDT.SUS/.2010;
AD.B. Terdapat putusan yang bertentangan antara yang satu dengan yang lain; 6 Bahwa
terdapat putusan yang bertentangan antara satu dengan yang lain sehingga Putusan Kasasi
Nomor 514 K/PDT.SUS/2011 tanggal 6 Januari 2012 yang membatalkan Putusan Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 03/G/2011/PHI.Sby., tanggal
20 April 2011, haruslah dibatalkan. Sebab apabila ditelaah, dan dipelajari pertimbangan
hukum Majelis Hakim dalam putusan kasasi tersebut, adalah sangat bertentangan dengan
Putusan Pengadilan Hubungan Industrial Nomor 209/G/2009/PHI.Sby., jo. Putusan
Mahkamah Agung RI No.712K/ PDT.SUS/2010, dalam pertimbangan hukumnya
menyebutkan: Bahwa yang dimaksud dengan hubungan kerja menurut ketentuan Pasal 1 butir
15 jo. Bab IX, Pasal 50 UU No.13 Tahun 2003 adalah: hubungan antara Pengusaha dan
Pekerja berdasarkan Perjanjian Kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah,
hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara Pengusaha dan Pekerja, karena
Penggugat Geger Setyono sekarang Termohon PK (Peninjauan Kembali), termasuk sebagai
pekerja harian yang secara tertulis tidak bisa membuktikan adanya Perjanjian Kerja sebagai
syarat hukum ketenagakerjaan yang utama dalam hubungan kerja menurut ketentuan
Undang-Undang No.13 Tahun 2003, sehingga secara yuridis formal tidak bisa dibuktikan dan
diketahui tentang: waktu dan kapan Sdr.Geger Setyono memulai bekerja di PT.Maya Muncar
sehingga Majelis Tingkat Kasasi dalam putusannya telah salah menerapkan hukum dengan
mengabaikan syaratsyarat formil yang diwajibkan oleh undang-undang tentang hukum
pembuktian, yang lazim disebut dengan istilah Formale Nietgheid atau Formale Nulliteit,
karenanya Putusan Hakim Kasasi dalam perkara No.:514K/PDT.SUS/2011 haruslah
dibatalkan, selanjutnya Majelis Hakim Peninjauan Kembali dapat mengadili sendiri dengan
amar putusan menguatkan Putusan perkara No.: 03/ G/2011/PHI.Sby., Pengadilan Hubungan
Industrial tanggal 13 April 2011;

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut Mahkamah Agung


berpendapat: Bahwa alasan-alasan peninjauan kembali tidak dapat dibenarkan, karena
meneliti Memori Peninjauan Kembali tertanggal 10 Agustus 2012 berikut bukti-bukti baru
yang diajukan dan Kontra Memori Peninjauan Kembali tanggal 9 November 2012,
dihubungkan dengan pertimbangan putusan Judex Juris, dalam hal ini Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia tanggal 6 Januari 2012, No.514 K/Pdt.Sus/2011, ternyata tidak
terdapat adanya kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang nyata; Bahwa meneliti bukti-bukti
baru yang diajukan ternyata tidak merupakan bukti yang menentukan sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Pasal 67 huruf b UU No.14 Tahun 1985; Menimbang, bahwa berdasarkan
pertimbangan di atas, Mahkamah Agung berpendapat permohonan pemeriksaan peninjauan
kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjuan Kembali PT.MAYA MUNCAR, tidak
beralasan, sehingga harus ditolak; Menimbang, bahwa karena permohonan peninjauan
kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali ditolak, maka Pemohon Peninjauan Kembali
dihukum untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali;
Menimbang, bahwa oleh karena nilai gugatan dalam perkara ini di bawah Rp150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah), sebagaimana ditentukan dalam Pasal 58 Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2004, maka biaya perkara dibebankan kepada Negara;

Sehingga, dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada Mahkamah Agung dimana
terdapat hasil Putusan bahwa, Pengadilan Menolak permohonan peninjauan kembali dari
Pemohon Peninjauan Kembali PT.MAYA MUNCAR, tersebut; karena Membebankan biaya
perkara kepada Negara;

Menurut pendapat kelompok kami, kami setuju dengan amar putusan yang di keluarkan dari
Majelis Hakim MA. Karena di dalam Hubungan Industrial sendiri perusahaan memilki
kewajiban dalam pemenuhan upah pekerjanya sebagai salah satu bentuk perjanjian kerja.
Sehingga apabila suatu perusahaan tidak memenuhi kewajibannya, pekerja pantas untuk
menuntut perusahaan atas Haknya.

Anda mungkin juga menyukai