Anda di halaman 1dari 8

Nama : Mayuriko Olivia Pertiwi

NIM : 11140163000019
Kelas : Fisika 2 A
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Alamat Blog : mayurikoolivia.blogspot.com
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

EMOSI
A.Pengertian Emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang


berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut
Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan
untuk bertindak.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai
pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti
meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
(Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam
emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas :
Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love
(cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga
macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta).
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa
macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu:
1. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
2. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,
putus asa
3. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,
waspada, tidak tenang, ngeri
4. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur,
bangga
5. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa
dekat, bakti, hormat, dan kemesraan
6. Terkejut : terkesiap, terkejut
7. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
8. malu : malu hati, kesal

B. Macam-Macam Emosi

Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi individu dapat


dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu: (1) emosi sensoris dan (2)
emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh
rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit,
lelah, kenyang dan lapar. Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai
alasan-alasan kejiwaan, seperti : (1) perasaan intelektual, yang
berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran; (2) perasaan sosial, yaitu
perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang
bersifat perorangan maupun kelompok; (3) perasaan susila, yaitu
perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika
(moral); (4) perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan
dengan keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun
kerohanian; dan (5) perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai
makhluk Tuhan (Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo Religious)

C. Ciri-ciri Emosi

Setiap orang memiliki pola emosional masing-masing yang


berupa ciri-ciri atau karakteristik dari reaksi-reaksi perilakunya. Ada
individu yang mampu menampilkan emosinya secara stabil yang
ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengontrol emosinya secara baik
dan memiliki suasana hati yang tidak terlau variatif dan fluktuatif.
Sebaliknya, ada pula individu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak
memiliki stabilitas emosi, biasanya cenderung menunjukkan perubahan
emosi yang cepat dan tidak dapat diduga-duga. Nana Syaodih
Sukmadinata (2005) mengemukakan empat ciri emosi, yaitu:

1. Pengalaman emosional bersifat pribadi dan subyektif


2. Emosi diekspresikan dalam perilaku
3. Emosi sebagai motif
4. Adanya perubahan aspek jasmaniah

Syamsu Yusuf (2003) memberikan gambaran tentang keadaan


emosi seorang individu dikaitkan dengan perubahan jasmaniah,
sebagaimana tampak tabel di bawah ini:
Terpesona Reaksi elektris pada kulit
Marah Peredaran darah bertambah cepat
Terkejut Denyut jantung bertambah cepat
Kecewa Bernafas panjang
Sakit marah Pupil mata membesar
Cemas Air liur mengering
Takut Berdiri bulu roma
Tegang Terganggu pencernaan, otot
tegang dan bergetar.

D. Perkembangan Emosi

Sejalan dengan usianya, emosi seorang individu pun akan


terus mengalami perkembangan. Dengan mengutip pendapat Bridges,
Loree (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) menjelaskan proses
perkembangan dan diferensiasi emosional pada anak-anak, sebagai
berikut
Usia Ciri-Ciri
Pada saat Bayi dilengkapi kepekaan umum terhadap
dilahirkan rangsangan – rangsangan tertentu (bunyi,
cahaya, temperatur)
0 – 3 bln Kesenangan dan kegembiraan mulai
didefinisikan dari emosi orang tuanya
3 – 6 bln Ketidaksenangan berdiferensiasi ke dalam
kemarahan, kebencian dan ketakutan
9 – 12 bln Kegembiraan berdiferensiasi ke dalam
kegairahan dan kasih sayang
18 bulan Kecemburuan mulai berdiferensiasi ke dalam
pertama kegairahan dan kasih sayang
2 th Kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi
dari kesenangan
5 th Ketidaksenangan berdiferensiasi di dalam
rasa malu, cemas dan kecewa sedangkan
kesenangan berdiferensiasi ke dalam harapan
dan kasih sayang

E. Upaya Memelihara Emosi

Emosi sangat memegang peranan penting dalam kehidupan


individu, akan memberi warna kepada kepribadian, aktivitas serta
penampilannya dan juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan
kesehatan mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental ini tetap
terjaga, maka individu perlu melakukan beberapa usaha untuk
memelihara emosi-emosinya yang konstruktif. Dengan merujuk pada
pemikiran James C. Coleman (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005), di bawah
ini dikemukakan beberapa cara untuk memelihara emosi yang konstruktif.
1. Bangkitkan rasa humor. Yang dimaksud rasa humor disini adalah rasa
senang, rasa gembira, rasa optimisme. Seseorang yang memiliki rasa
humor tidak akan mudah putus asa, ia akan bisa tertawa meskipun
sedang menghadapi kesulitan.
2. Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkanlah emosi negatif.
Dengan selalu mengusahakan munculnya emosi positif, maka sedikit
sekali kemungkinan individu akan mengalami emosi negatif. Kalaupun
ia menghayati emosi negatif, tetapi diusahakan yang intensitasnya
rendah, sehingga masih bernilai positif.
3. Senatiasa berorientasi kepada kenyataan. Kehidupan individu memiliki
titik tolak dan sasaran yang akan dicapai. Agar tidak bersifat negatif,
sebaiknya individu selalu bertolak dari kenyataan, apa yang dimiliki dan
bisa dikerjakan, dan ditujukan kepada pencapaian sesuatu tujuan yang
nyata juga.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emosi

Beberapa ahli psikologi menyebutkan adanya beberapa faktor


yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang (Astuti,
2005), yaitu:
1. Pola asuh orangtua.
2. Pengalaman traumatik
3. Temperamen
4. Jenis kelamin
5. Usia perkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang
sejalan dengan pertambahan usianya.
6. Perubahan jasmani.
7. Perubahan interaksi dengan teman sebaya.
8. Perubahan Pandangan Luar.
9. Perubahan interaksi dengan sekolah.

G. Mengembangkan Perkembangan Moral, Nilai, dan


Sikap

Ada tiga konsep yang masing-masing mempuyai makna,


pengaruh, dan konsekuensi yang besar terhadap perkembangan perilaku
individu, termasuk juga perilaku remaja.
1. Nilai
2. Moral
3. Sikap

Tahap – Tahap Perkembangan Moral Kholberg

Ketika orang mempertimbangkan dilema moral, penalaran


mereka sendirilah yang berperan penting, bukan keputusan akhir mereka,
menurut Lawrence Kohlberg. Dia mempunyai teori bahwa orang melewati
tiga tingkat ketika mereka mengembangkan kemampuan penalaran moral.
I. Tingkat II. Tingkat Konvensi III. Pasca-Konvensi
Prakonvensi
Individu menganut Orang
Aturan aturan dan kadang – mendefinisikan nilai
dirumuskan orang kadang akan – nilainya sendiri
lain. menomorduakan berdasar prinsip etika
kebutuhan sendiri yang telah mereka
Tahap 1 : dibandingkan pilih untuk diikuti
Orientasi Hukum kebutuhan kelompok.
dan Ketaatan. Harapan keluarga, Tahap 5 : Orientasi
Konsekuensi fisik kelompok atau Kontrak Sosial.
tindakan bangsa dipandang Apa yang benar
menentukan bernilai bagi dirinya, ditentukan berdasar
kebaikan dan tanpa peduli pada hak – hak individu
keburukannya. konsekuensinya yang umum dan berdasar
langsung dan tampak standar yang telah
Tahap 2 : jelas. disepakati oleh
Orientasi seluruh masyarakat.
Relativis Tahap 3 : Orientasi “ Berbeda dari Tahap
Instrumental. Apa Anak Baik .“ 4, undang – undang
yang benar Perilaku yang baik tidak “beku” – UU
adalah apa saja adalah apa saja yang tersebut dapat
yang memuaskan menyenangkan atau diubah demi
kebutuhan diri membantu orang lain kebalikan
sendiri dan dan disetujui oleh masyarakat.
kadang – kadang mereka. Seseorang
kebutuhan orang memeroleh Tahap 6 : Orientasi
lain. Unsur – persetujuan dengan Prinsip Etika
unsur keadilan bersikap “ manis.” Universal. Apa yang
dan benar ditentukan
ketimbalbalikan Tahap 4 : Orientasi “ oleh keputusan suara
ada, tetapi Hukuman dan hati menurut prinsip
kebanyakan Keteraturan.” etika yang dipilih
ditafsirkan dalam pribadi. Prinsip ini
bentuk “ Anda Benar berarti adalah abstrak dan
menggaruk melakukan kewajiban etis (seperti Kaidah
punggung saya, seseorang, dengan Emas), bukan
saya akan memperlihatkan sikap
menggaruk hormat kepada orang ketentuan moral
punggung anda.” yang berwenang dan spesifik.
mempertahankan
tatanan sosial
tertentu bagi dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral ini


sesungguhnya banyak sekali yang terpenting antara lain:
1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada setiap orang dalam
masyarakat.
2. Keadaan masyarakat yang kurang stabil.
3. Banyaknya tulisan dan gambar yang tidak mengindahkan dasar moral.
4. Tidak terlaksananya pendidikan moral yang baik.
5. Kurangnya kasadaran orang tua akan pentingnya pendidikan moral
dasar sejak dini
6. Banyaknya orang melalaikan budi pekerti
7. Suasana rumah tangga yang kurang baik
8. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang
9. Kurangnya tempat layanan bimbingan

Adapun upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan


nilai, moral dan sikap remaja adalah:
1. Menciptakan komunikasi
2. Menciptakan iklim lingkungan yang serasi

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT


Rosda Karya Remaja.
Calvin S. Hall & Gardner Lidzey (editor A. Supratiknya). 2005. Teori-Teori
Psiko Dinamik (Klinis). Jakarta : Kanisius

Chaplin, J.P. (terj. Kartini Kartono).2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta


: P.T. Raja Grafindo Persada.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT.


Remaja Rosda Karya.
Hartinah, Sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika
Aditama.

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Developmental Phsychology. New Yuork :


McGraw-Hill Book Company.

Jufri, A. Wahab. 2010. Belajar dan Pembelajaran Sains. Mataram: Arga


Puji Press.
Muhibbin, Syah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.


Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.

Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Jakarta :


Kencana.
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT.
Indeks.
Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono.2008. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta:Rineka Cipta.
Syamsu Yusuf LN. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
https://safnowandi.wordpress.com/2012/11/04/teori-perkembangan-
kepribadian-sosial-dan-moral/ [Jum’at,1 Mei 2015. 20:59].
(https://malpalenisatriana.wordpress.com/2010/11/05/perkembangan-moral-
menurut-teori-lawrence-kohlberg/ ) [Sabtu.2 Mei 2015. 17:30].

Anda mungkin juga menyukai