Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Eritroderma atau dermatitis eksfoliativa adalah suatu kelainan kulit yang

ditandai dengan adanya eritema universalis (90-100%), biasanya disertai

dengan pembentukan skuama pada hampir atau di seluruh tubuh. Pada

beberapa kasus, skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada eritroderma

yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai

skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena

bercampur dengan hiperpigmentasi.1

Dasar terjadinya eritroderma adalah adanya penyakit yang mendasari.

Penyakit yang mendasari eritroderma ini bisa berupa penyakit yang

dermatosis, sistemik, infeksi, keganasan dan kongenital.2 Eritroderma dapat

timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang telah ada sebelumnya

(psoriasis, dermatitis atopik dan dermatosis spongiotik lainnya), reaksi

hipersensitivitas obat (antiepilepsi, antihipertensi, antibiotika, calcium channel

blocker, dan bahan topikal), penyakit sistemik termasuk keganasan, serta

idiopatik (20%).3

1
Insidens eritroderma sangat bervariasi, mulai dari 0,9-70 dalam 100.000

populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling

sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia lebih dari

40 tahun,kecuali pada kondisi yang dihasilkan dari dermatitis atopik,

dermatitis seboroik, staphylococcal scalded skin syndrome, atau ichthyosis

herediter. Usia onset berhubungan dengan etiologi terjadinya eritoderma.

Namun, pada 20% pasien tidak mungkin untuk mengetahui penyebab

eritroderma. Angka kematian tergantung pada penyebab eritroderma.4

Untuk menemukan penyebab eritroderma diperlukan anamnesa yang teliti,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium. Sebagian besar penyebab

eritroderma adalah akibat perluasan penyakit kulit sebelumnya seperti

dermatitis kontak, psoriasis vulgaris, dermatitis seborrhoik, pemphigus

foliaceus dan lain-lain. Sehigga untuk dapat melakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang eritroderma, diperlukan

berbagai pemahaman. Pemahaman yang diperlukan adalah mengenai definisi,

etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis diagnosis banding, dan

penatalaksaan eritroderma.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan peulisan laporan ini adalah sebagai berikut.

1. Menjelaskan tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

diagnosis, diagnosis banding, dan penatalaksanaan eritroderma.

2. Menganalisis diagnosis, etiologi dan penatalaksanaan pada kasus.

2
BAB II

STATUS PASIEN

Masuk Ruang Murai RSUD Dr. H. Abdul Moeloek


Tanggal 28 April 2017
MR: 48.02.70

A. Identifikasi Pasien

Nama : Tn. N
Umur : 53 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Way Kanan
Pekerjaan : Petani
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status : Menikah

B. Anamnesis

Keluhan Utama

Bercak kemerahan bersisik pada kulit yang tersebar di seluruh tubuh sejak ±2

bulan lalu

Keluhan Tambahan

Gatal

3
Riwayat Penyakit Sekarang

6 bulan SMRS, pasien mengalami gatal-gatal di seluruh tubuh setelah terkena

getah pohon palem. Pasien merasa gatal dan muncul bintik merah hanya di

lengan bawah tangan dan dekat pergelangan kaki. Lalu, pasien tidak dibawa

berobat, keluarga hanya memberikan brotowali kepada pasien untuk

mengurangi rasa gatal.

2 bulan SMRS, pasien merasa keluhan gatal bertambah parah. Kemudian

pasien dibawa ke puskesmas dan disuntik obat untuk mengurangi rasa

gatalnya. Pasien tidak mengetahui nama obat yang disuntikan tersebut.

Kemudian 1 minggu setelah obat disuntikan, selain gatal yang menetap pasien

juga mengalami keluhan kulit berupa bercak kemerahan bersisik dan

membengkak pada seluruh tubuhnya. Lalu, bercak kemerahan bersisik

tersebut meluas.

4 hari SMRS, pasien mengeluhkan gatal yang semakin hebat. Pasien sering

terlihat menggaruk-garuk karena tidak dapat menahan rasa gatal. Akhirnya

keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke RSUD Abdul Moeloek. dan

pasien dirawat di RSUD Abdul Moeloek. Setelah dirawat pasien mengalami

perbaikan terhadap rasa gatal dan keluhan kulit yang dideritanya.

Pengobatan yang Pernah Didapat

Pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan.

4
Penyakit Lain yang Pernah Diderita

Pasien tidak memiliki riwayat asma dan rhinitis alergi. Pasien juga tidak

riwayat penyakit kulit lain sebelumnya. Pasien tidak memiliki alergi makanan

maupun obat-obatan.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti ini. Tidak ada

anggota keluarga juga yang memiliki riwayat eksema, rhinitis alergi, dan

asma.

C. Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Baik

Tanda Vital

a. Tekanan darah : 120/80 mmHg

b. Nadi : 80 x/menit

c. RR : 20 x/menit

d. Suhu : 36,3oC

Kepala : dalam batas normal

Leher : KGB tidak teraba membesar, JVP normal

Thoraks : dalam batas normal

5
Abdomen : dalam batas normal

Ekstrimitas : dalam batas normal

D. Status Dermatologis

Lokasi : Regio facialis, Regio thorakoabdominal, Regio truncus

posterior, Regio ekstrimitas superior dan inferior

Distribusi lesi : Generalisata

Inspeksi : Makula eritematous hiperpigmentasi, multiple, ukuran

plakat difus, ditutupi skuama putih selapis, tidak

berminyak, permukaan sedang sampai kasar.

Ukuran Lesi Konfigurasi Ef. Primer Ef. Sekunder Ef. Khusus

Pungtata Soliter/multiple Linier Makula Krusta Komedo

Milier Diskret/konfluen Anuler Papula Erosi Terowongan

Guttata Diskret Gyrata Vesikel Eksoriasi Purpura

Lentikuler Konfluen Kribiformis Pustula Ulkus Eksantema

Numularis General Arsiner Bula Skuama Milia

Plakat Nodulus Likenifikasi

Nodus Vegetasi

Plak Sikatriks

Urtika Abses

Kista

Tumor

6
7
E. Laboratorium

Hematologi
Hb : 11,4 g/dl GDS : 151 mg/dl
Ht : 35 g/dl SGOT : 22 U/l
Leukosit : 8.600 mm3 SGPT : 25 U/l
Trombosit : 416.000 mm3 Cholesterol total : 63 mg/dl

F. Pemeriksaan Anjuran

Pemeriksaan darah rutin

Histopatologi

G. Resume

Tn. N, laki-laki, usia 53 tahun datang ke RSAM dengan keluhan kulit berupa
bercak kemerahan bersisik dan membengkak pada seluruh tubuhnya sejak 2
bulan SMRS setelah disuntikan obat. Pada 4 hari SMRS, pasien mengeluhkan
gatal yang dirasakan semakin hebat sehingga pasien dibawa ke RSAM. Status
generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik inspeksi didapatkan
pada regio facialis, regio thorakoabdominal, regio truncus posterior, regio
ekstremitas superior dan inferior didapatkan makula hiperpigmentasi,
multiple, ukuran plakat difus, ditutupi skuama putih selapis, tidak berminyak,
sedang sampai kasar dengan penyebaran generalisata.

H. Diagnosis Banding

1. Eritroderma ec Alergi obat


2. Eritroderma ec Psoriasis
3. Eritroderma ec Dermatitis Atopi
4. Eritroderma ec Penyakit keganasan

8
I. Diagnosis Kerja

Eritroderma ec alergi obat

J. Penatalaksanaan

1. Umum
a. Hentikan pengobatan yang diduga sebagai penyebab
b. Edukasi kepada pasien untuk menghindari menyentuh atau menggaruk
lesi karena bisa menimbulkan infeksi sekunder
c. Memperhatikan kebersihan badan dan penggunaan sabun bayi
2. Khusus
a. Pengobatan sistemik
1) Pemberian kortikosteroid, inj. methyl prednisolon 62,5 mg/12 jam
2) Anti histamine, ceterizine tablet 2 x 10 mg/hari
b. Pengobatan topikal
Kortikosteroid cream 2x1 sehabis mandi

K. Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

9
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Eritroderma atau dermatitis eksfoliativa adalah suatu kelainan kulit yang

ditandai dengan adanya eritema universalis (90-100%), biasanya disertai

dengan pembentukan skuama pada hampir atau di seluruh tubuh. Pada

beberapa kasus, skuama tidak selalu ditemukan, misalnya pada eritroderma

yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai

skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena

bercampur dengan hiperpigmentasi. Nama lain penyakit ini adalah dermatitis

eksfoliativa generalisata, meskipun sebenarnya mempunyai pengertian yang

agak berbeda karena pada dermatitis eksfoliativa skuamanya berlapis lapis.1

Sindrom eritroderma eksfoliatif (SEE) merupakan reaksi yang serius dan

mengancam jiwa, dari kulit yang dikarakteristikkan oleh kemerahan dan

bersisik yang secara umum meliputi seluruh kulit dan berhubungan dengan

toksisitas sistemik, limfadenopati sistemik, dan demam.P ada fase akut dan

subakut, terdapat eritema kemerahan dan bersisik secara umum dengan onset

yang cepat; pasien merasa panas dan dingin, menggigil, dan demam.Pada fase

kronik, kulit menebal dan sisik berlanjut dan menjadi pipih.Terdapat

10
kehilangan kulit kepala dan rambut pada tubuh, kuku menebal dan menjadi

terpisah dari dasarnya (onycholysis), dan mungkin terdapat hiperpigmentasi

atau patchy loss pigmen pada pasien yang berkulit coklat atau hitam.Sekitar

50% pasien dengan SEE memiliki riwayat dermatosis yang telah ada

sebelumnya yang bisa ditemukan pada fase akut maupun subakut. Kelainan

kulit yang paling sering telah ada sebelumnya dari yang paling sering adalah

psoriasis, dermatitis atopik, reaksi efek samping obat kutan, limfoma,

dermatitis kontak alergi, dan pityriasis rubra pilaris.5

B. Etiologi

Berdarkan penyebabnya eritroderma dibagi menjadi 3 golongan yaitu

1. Akibat alergi obat secara sistemik.

2. Akbat perluasan penyakit kulit seperti pada pada liken planus, psoriasis,

pitiriasis rubra pilaris, pemflagus foliaseus, dermatitis seboroik dan

dermatitis atopik.

3. Penyakit sistemik termasuk keganasan.6

1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik

Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat

menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang),

penisilin, barbiturat. Pada beberapa masyarakat, eritroderma mungkin

lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan pengobatan secara tradisional.7

Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi

dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema

11
universal. Bila ada obat yang masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam

tubuh diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering

menyebabkan alergi.1

2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit

Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling

banyak ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun

akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.penyakit tersebut bersifat

menahn an residif, kelaina kulit berupa skuama yang berlapis- lapis dan

kasar diatas kulit yang eritematosa dan sirkumskrip.1 Dermatitis seboroik

pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal sebagai

penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita

berkisar 4-20 minggu. Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama

beberapa minggu dapat pula menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat

menyebabkan eritroderma adalah pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan

liken planus.7

3. Eritroderma akibat penyakit sistemik

Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat

memberi kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma

yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit

harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan menyeluruh

(termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks), untuk melihat

adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya

terdapat leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat

infeksi bakterial yang tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati.1

12
Tabel 1. Proses yang Berkaitan dengan Timbulnya Eritroderma
Penyakit Kulit Penyakit Sistemik Obat-obatan
Dermatitis atopik Mikosis fungoides Sulfonamid
Dermatitis kontak Penyakit Hodgkin Antimalaria
Dermatofitosis Limfoma Penisilin
Penyakit Leiner Leukemia akut dan Sefalosporin
Liken planus kronis Arsen
Mikosis fungoides Multipel mieloma Merkuri
Pemfigus foliaceus Karsinoma paru Barbiturat
Pitiriasis rubra Karsinoma rektum Aspirin
Psoriasis Karsinoma tuba Kodein
Sindrom Reiter falopii Difenilhidantoin
Dermatitis seboroik Dermatitis Yodium
Dermatitis statis papuloskuamosa Isoniazid
pada AIDS Kuinidin
Kaptopril

C. Patofisiologi

Pada eritroderma terjadi peningkatan laju pengelupasan epidermis. Meskipun

beberapa peneliti memperkirakan sekitar 100 gram epidermis hilang setiap

harinya, tetapi pada beberapa literatur menyatakan bahwa hanya 20-30 gr

yang hilang. Pada skuama penderita eritroderma ditemukan peningkatan

jumlah asam nukleat dan hasil metabolismenya, penurunan jumlah asam

amino, dan peningkatan jumlah protein bebas.5

Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan,

perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik) adalah berupa pelebaran

13
pembuluh darah kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi

pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat

sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan

menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat

terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang

makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat,

kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan

panas menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju

metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding

laju metabolisme basal.5

Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih

sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan

berkurangnya albumin dan peningkatan relatif globulin terutama

gammaglobulin merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi,

kemungkinan disebabkan oleh pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler.7

Eritroderma akut dan kronis dapat menganggu mitosis rambut dan kuku

berupa kerontokan rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan

kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan-bulan

dapat terjadi perburukan keadaan umum yang progresif. 7

Respon metabolik terhadap SEE mungkin mendalam. Sejumlah besar darah

hangat yang muncul di kulit akibat dilatasi kapiler, menyebabkan pembuangan

panas yang cukup besar. Selain itu, mungkin terdapat gagal jantung output

14
tinggi; hilangnya sisik (dan juga protein) melalui pengelupasan kulit dapat

cukup besar, mencapai 9g/m2 permukaan tubuh per hari.5

D. Manifestasi Klinis

Mula-mula timbul bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh tubuh dalam

waktu 12-48 jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan,

kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai membrane mukosa, terutama

yang disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi

alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat terlepas. Dapat terjadi

limfadenopati dan hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai

di daerah lipatan. Skuamanya besar pada keadaan akut, dan kecil pada

keadaan kronis. Warnanya bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah

terang, panas, kering dan kalau diraba tebal. Pasien mengeluh kedinginan.

Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai

kompensasi terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil

untuk dapat menimbulkan panas metabolik.8

Pasien dengan eritroderma tampak ketakutan, kemerahan seluruh tubuh,

“toksik,” dan dapat juga berbau busuk. Lesi pada kulit tampak kemerahan,

menebal dan bersisik. Dermatitis yang terjadi seragam meliputi seluruh

permukaan tubuh kecuali pada pityriasis rubra pilaris, dimana masih terdapat

kulit normal yang berbatas tegas. Penebalan kulit menyebabkan penambahan

lipatan kulit. Sisik dapat terlihat halus dan branny yang mungkin sulit terlih

atatau besar, mencapai 0,5 cm dan juga tampak pipih. Pada area tangan dan

telapak tangan, biasanya terdapat hyperkeratosis dan terdapat fisura yang

15
dalam pada pityriasis rubra pilaris, sindrom Sézary, dan psoriasis. Pada

rambut tampak telogen effluvium, atau bahkan alopesia, kecuali pada

eritroderma karena eczema atau psoriasis. Pada kuku tampak menebal,

onycholysis, dan penanggalan kuku. Pada eritoderma kronik, terdapat

hiperpigmentasi atau patchy loss pigmen pada orang yang berkulit coklat atau

hitam.5

Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan

dermatitis seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal

yaitu: karena penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat.

Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda khasnya akan menghilang.5

Gambar. Eritroderma psoriasis

Pada eritroderma psoriasis terdapat eritema pada seluruh tubuh, penebalan

kulit, dan sisik yang berat. Pasien ini telah mengalami psoriasis yang ditandai

16
oleh sisik putih silver yang besar dan keluhan tersebut hingga ke kulit kepala

dan kuku. Pasien mengalami kelelahan, kelemahan, malaise dan menggigil.

Sisik yang luas tersebut dapat menyebabkan hilangnya protein dan dilatasi

maksimal kapiler kulit sehingga menyebabkan pembuangan panas yang cukup

besar dan gagal jantung karena output tinggi.5

Pada eritroderma karena obat-obatan, terdapat eritroderma generalisata dengan

penebalan kulit yang menyebabkan peningkatan lipatan kulit, kemerahan

secara umum, dengan sisik fine brawny. Biasanya pasien ini mengalami

eritroderma setelah injeksi garam emas yang merupakan terapi rheumatoid

arthritis, walaupun dapat juga disebabkan oleh obat-obatan lainnya.5

Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan, yang tidak

termasuk golongan akibat alergi dan akibat perluasan penyakit kulit, harus

dicari penyebabnya dan diperiksa secara menyeluruh, termasuk dengan

pemeriksaan laboratorium dan foto toraks. Termasuk dalam golongan ini

adalah sindrom Sezary.Penyakit ini termasuk limfoma. Penyebabnya belum

diketahui, diduga berhubungan dengan infeksi virus HTLV-V dan dimasukkan

ke dalam CTCL (Cutaneus T-Cell Lymphoma). Yang diserang adalah orang

dewasa, mulanya penyakit pada pria rata-rata berusia 64 tahun, sedangkan

pada wanita berusia 53 tahun.6

Ptiriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula

menjadi eritroderma. Mula-mula terdapat skuama moderat pada kulit kepala

diikuti perluasan ke dahi dan telinga; pada saat ini akan menyerupai gambaran

dermatitis seboroik. Kemudian timbul hiperkeratosis palmoplantaris yang

17
jelas. Berangsur-angsur menjadi papul folikularis di sekeliling tangan dan

menyebar ke kulit berambut.1

Gambar Ptiriasis rubra pilaris

E. Diagnosis

Diagnosis mungkin sulit ditegakkan karena harus melihat dari tanda dan gejala

yang sudah ada sebelumnya. Untuk mempermudah penegakkan diagnosis

eritroderma, dapat menggunakan algoritma pada gambar.5

Gambar. Algoritma penegakkan diagnosis eritroderma

18
Untuk mendapatkan riwayat yang mendetail dari pasien pada kasus

eritroderma sangatlah penting untuk mengetahui etiologinya. Dari anamnesis

kita dapat mengetahui kemungkinan penyebab eritroderma seperti riwayat

medis sebelumnya (riwayat dermatosis, kondisi medis sistemik), riwayat

keluarga dan penggunaan obat-obatan. Pasien dengan riwayat psoriasis dan

dermatitis atopic harus ditanyakan tentang penggunaan kortikosteroid sistemik

maupun topical, metotreksat, ataupun obat-obatan sistemik lainnya; iritasi

topikal; penyakit sistemik; infeksi; luka bakar akibat fototerapi; kehamilan;

dan stres emosional. Gangguan termoregulasi, malaise, kelelahan dan pruritus

merupakan gejala yang paling umum pada pasien eritroderma akan tetapi

gejala tersebut tidak lah spesifik terhadap etiologi tertentu.5

Waktu onset juga penting untuk menilai etiologi eritroderma. Onset karena

reaksi obat biasanya cepat dan perbaikannya juga lebih cepat dibandingkan

dengan penyebab lainnya. Namun terdapat pengecualian pada eritroderma

yang berhubunga dengan reaksi hipersensitivitas obat karena antikonvulsan,

antibiotik dan allopurinol. Reaksi ini berkembang setelah 2-5 minggu setelah

pengobatan dimulai dan dapat terus berlanjut setelah pengobatan selesai.

Tanda yang berhubungan dengan etiologi karena obat adalah demam,

limfadenopati, organomegali, edema, leukositosis dengan eosinofilia dan

disfungsi hati serta ginjal. Riwayat transplantasi harus dicurigai sebagai

CTCL, yang memiliki frekuensi yang lebih tinggi untuk terjadinya

eritroderma.5

19
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin, didapatkan penurunan

hemoglobin, peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada infeksi

sekunder). Kadar imunoglobulin dapat meningkat, khususnya IgE.

Albuminserummenurun dangamma globulin meningkat relatif. Didapatkan

pula ketidakseimbanganelektrolit karena dehidrasi.7

Pasien dengan eritrodetma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda dari

ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya

masa otot. Beberapa penelitian menunjukan terdapat perubahan

keseimbangan nitrogen dan potasium ketika laju pembentukan skuama

mencapai 17 gr/m2 per 24 jam.7

2. Histopatologi

Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat

membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan

50% kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi,

tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis

dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis

dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.5

Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin

pleomorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik,

20
seperti bandlike limfoid infiltrat di dermis-epidermis, dengan sel

cerebriform mononuclear atipikal dan Pautrier's microabscesses. Pasien

dengan sindrom Sezary sering menunjukkan beberapa fitur dari dermatitis

kronis, dan eritroderma jinak mungkin kadang-kadang menunjukkan

beberapa gambaran tidak jelas pada limfoma.5

Pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit

menyelesaikan permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya

memperlihatkan gambaran sel T matang pada eritroderma jinak maupun

ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan papiler

dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superficial juga

ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi

diulang dari tempat-tempat yang dipilih dengan cermat dapat

memperlihatkan gambaran khasnya. 5

G. Diagnosis Banding

Ada beberapa diagnosis banding pada eritorderma :

1. Eritroderma e.c Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada orang

dewasa dimana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-existing,

pruritus yang parah, likenifikasi dan prurigo nodularis, sedangkan pada

gambaran histologi terdapat akantosis ringan, spongiosis variabel, dermal

eosinofil dan parakeratosis.1

21
2. Eritoderma e.c Psoriasis

Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan topikal

yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Ketika

psoriasis menjadi eritroderma biasanya lesi yang khas untuk psoriasis

tidak tampak lagi karena terdapat menghilang dimana plak-plak psoriasis

menyatu, eritema dan skuama tebal universal. Psoriasis mungkin menjadi

eritroderma dalam proses yang berlangsung lambat dan tidak dapat

dihambat atau sangat cepat. Faktor genetik berperan. Bila orang tuanya

tidak menderita psoriasis resiko mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika

salah seseorang orang tuanya menderita psoriasis resikonya mencapai 34-

39%.7

Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas tegas


dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai
fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.1

3. Eritroderma e.c Dermatitis seboroik

Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman Pityrosporum

ovale yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur. Pada kepala

tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit tampak

berminyak dan menghasilkan skuama putih yang berminyak pula.

Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat. Dermatitis seboroik dapat

diakibatkan oleh ploriferasi epidermis yang meningkat seperti pada

psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik

dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai faktor

22
predisposisi, timbulnya DS dapat disebabkan oleh faktor kelelahan sterss

emosional infeksi, atau defisiensi imun.7

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan eritroderma dapat dibagi menjadi 2, yaitu lini pertama dan

lini kedua. Lini pertama berisi tentang penatalaksanaan secara umum

sedangkan lini kedua adalah penatalaksanaan khusus setelah etiologi

ditegakkan. 5

Penatalaksanaan lini pertama terdiri dari pemberian oathmeal bath, balutan

basah, bland emollients, kortikosteroid potensi rendah, antihistamin sedatif,

antibiotik sistemik, diuretik, pergantian cairan dan elektrolit. Pada semua

pasien eritroderma, pastikan tidak terdapat dehidrasi ataupun gangguan

elektrolit. Apabila terdapat dehidrasi ataupun gangguan elektrolit, diperlukan

pergantian cairan dan koreksi elektrolit. Apabila dicurigai eritroderma

disebabkan oleh obat-obatan tertentu, pengobatan tersebut harus dihentikan.

Untuk perawatan kulit secara umum, oatmeal bath dan balutan basah

diberikan untuk kulit berkrusta, bland ointment dan pemberian kortikosteroid

topikal potensi rendah juga harus dimulai. Untuk mengatasi gejala, berikan

antihistamin sedatif untuk mengatasi pruritus dan diuretik untuk edema

perifer. Antibiotik juga dapat diberikan jika terdapat infeksi sekunder5

23
Tabel 2. Terapi medikamentosa eritroderma4
Terapi Topikal Sistemik Dosis
Oatmeal bath Antihistamin sedatif
Balutan basah Antibiotik sistemik bila terjadi
infeksi sekunder
Lini pertama
Bland emollients Diuretik untuk edema perifer
Kortikosteroid Pergantian cairan dan
potensi rendah elektrolit
Kortikosteroid untuk reaksi 1-2 mg/kg/hari dengan
hipersensitivitas, dermatitis tapering
atopic
Siklosporin untuk psoriasis 4-5 mg/kg/hari
dan dermatitis atopik
Lini kedua
Metotreksat untuk psoriasis, 5-25 mg/minggu
(setelah
dermatitis atopik danpityriasis tergantung pada fungsi
etiologi
rubra pilaris ginjal dan respon terapi
ditegakkan)
Acitretin untuk untuk psoriasis 25-50 mg/hari
dan pityriasis rubra pilaris
Mikofenolat mofetil untuk 1-3 g/hari
psoriasis, dermatitis atopik
Infliximab untuk psoriasis 5-10 g/kg

Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I,

yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 4 x 10 mg.

Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari – beberapa

minggu.

Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid.

Dosis mula prednison 4 x 10 mg- 4 x 15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari

tidak tampak perbaikan dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan,

dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan

dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan. Eritroderma

karena psoriasis dapat pula diobati dengan asetretin. Lama penyembuhan

golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan, jadi tidak

secepat seperti golongan I.

24
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortokosteroid memberi hasil yang baik.

Dosis prednison 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrome Sezary pengobatannya

terdiri atas kortikosteroid dan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil

dengan dosis 2-6 mg sehari.1

25
BAB IV

ANALISIS KASUS

Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada hasil

anamnesis pasien mengeluhkan Bercak kemerahan bersisik pada kulit yang

tersebar di seluruh tubuh sejak ±6 bulan lalu yang disertai dengan rasa gatal.

Pemeriksaan fisik didapatkan Pada pemeriksaan fisik inspeksi didapatkan

pada region facialis, regio thorakoabdominal, region truncus posterior, regio

ekstremitas superior dan inferior didapatkan makula hiperpigmentasi,

multiple, ukuran plakat difus, ditutupi skuama putih selapis, tidak berminyak,

sedang sampai kasar dengan penyebaran generalisata.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini dapat di

diagnosis dengan eritroderma. Eritoderma adalah kelainan kulit yang ditandai

dengan adanya eritema universalis (90-100%), biasanya disertai dengan

pembentukan skuama pada hampir atau di seluruh tubuh. Pada eritroderma

yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan

hiperpigmentasi atau patchy loss pigmen pada orang yang berkulit coklat atau

hitam.

Penebalan kulit menyebabkan penambahan lipatan kulit. Sisik dapat terlihat

halus dan branny yang mungkin sulit terlihat atau besar, mencapai 0,5 cm dan

26
juga tampak pipih Pada area tangan dan telapak tangan, biasanya terdapat

hyperkeratosis dan terdapat fisura yang dalam pada pityriasis rubra pilaris,

sindrom Sézary, dan psoriasis. Pada rambut tampak telogen effluvium, atau

bahkan alopesia, kecuali pada eritroderma karena eczema atau psoriasis. Pada

kuku tampak menebal, onycholysis, dan penanggalan kuku.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gangguan termoregulasi seperti

hipertermia atau yang lebih jarang, hipotermia tetapi pasien biasanya merasa

kedinginan. Takikardi terjadi karena peningkatan aliran darah ke kulit dapat

menjadi gagal jantung karena output tinggi dan kehilangan cairan karena

gangguan barrier epidermal. Edema perifer pada pedis dan preorbital juga

terjadi pada 54% pasien. Limfadenopati umum terjadi pada lebih dari

sepertiga pasien. Hepatomegali lebih sering terjadi pada eritroderma karena

obat-obatan. Splenomegali juga jarang dilaporkan dan umunya terjadi pada

pasien dengan limfoma. Pada kasus tidak ditemukan hal-hal yang

diungkapkan pada teori.

Berdasarkan gejala, diagnosis kasus sudah sesuai dengan eritroderma.

Walaupun pada sebagian pemeriksaan fisik tidak ditemukan sesuai teori,

mungkin hal itu dikarenakan kekurang piawaian penulis dalam melakukan

pemeriksaan pada pasien.

Diagnosis banding pada kasus sesuai dengan etiologi dari eritroderma sesuai

dengan penyakit yang mendasarinya Berdasarkan teori, yang dapat

menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%, dermatitis

spongiotik 20% (dermatitis atopi, dermatitis seboroik dan dermatitis kontak),

27
alergi obat 15%, cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau sindrom sezary

5%. Pada kasus, terdapat riwayat konsumsi obat-obatan yang setelah

dikonsumsi, pasien mengalami keluhan kulit keluar bercak kemerahan dan

membengkak pada hampir seluruh tubuh pasien. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa penyebab eritroderma pada kasus ini adalah alergi

obat. Berdasarkan teori, obat-obatan yang dapat menyebabkan eritroderma

adalah Sulfonamid penisilin, sefalosporin, arsen, merkuri, barbiturate, aspirin,

kodein, difenilhidantoin, yodium, isoniazid, kuinidin, kaptopril, dan lain-lain.

Eritroderma dapat juga terjadi akibat penyakit kulit seperti dermatitis atopic,

dan psoriasis. Pada hasil anamnesa pasien tidak didapatkan penyebab

eritoderma dari semua penyakit kulit tersebut. Dermatitis atopi salah satu

penyebab eritroderma pada orang dewasa dimana didapatkan gambaran

klinisnya terdapat lesi pra-existing, pruritus yang parah, likenifikasi dan

prurigo nodularis, sedangkan pada gambaran histologi terdapat akantosis

ringan, spongiosis variabel, dermal eosinofil dan parakeratosis. Pada kasus ini

tidak memenuhi kriteria Hanifin dan Rajka sehingga penyebab eritroderma

akibat dermatitis atopi dapat disingkirkan.

Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan topikal yang

terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Ketika psoriasis

menjadi eritroderma biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak

lagi karena terdapat menghilang dimana plak-plak psoriasis menyatu,

eritema dan skuama tebal universal. Psoriasis mungkin menjadi eritroderma

dalam proses yang berlangsung lambat dan tidak dapat dihambat atau sangat

cepat.

28
Eritroderma dapat juga diakibatkan penyakit sistemik termasuk keganasan,

yang tidak termasuk golongan akibat alergi dan akibat perluasan penyakit

kulit, harus dicari penyebabnya dan diperiksa secara menyeluruh, termasuk

dengan pemeriksaan laboratorium dan foto toraks. Termasuk dalam golongan

ini adalah sindrom Sezary. Penyakit ini termasuk limfoma. Penyebabnya

belum diketahui, diduga berhubungan dengan infeksi virus HTLV-V dan

dimasukkan ke dalam CTCL (Cutaneus T-Cell Lymphoma). Yang diserang

adalah orang dewasa, mulanya penyakit pada pria rata-rata berusia 64 tahun,

sedangkan pada wanita berusia 53 tahun. Sepertiga sampai setengah

penderita mengalami splenomegali, limfadenopati superficial, alopesia,

hoperkeratosis palmaris et plantarisserta kuku distrofik. Pada kasus tidak

ditemukan pemeriksaan fisik sesuai diatas sehingga penyebab eritroderma

akibat keganasan dapat disingkirkan.

Berdasarkan teori, penatalaksanaan eritroderma dapat dibagi menjadi 2, yaitu

lini pertama dan lini kedua. Lini pertama berisi tentang penatalaksanaan

secara umum sedangkan lini kedua adalah penatalaksanaan khusus setelah

etiologi ditegakkan.

Pada kasus tatalaksana lini pertama yang dilakukakan adalah pasien diterapi

dengan menghentikan pengobatan yang diduga sebagai penyebab,

mengedukasi kepada pasien untuk menghindari menyentuh atau menggaruk

lesi karena bisa menimbulkan infeksi sekunder, memperhatikan kebersihan

badan dan penggunaan sabun bayi. Pemberian obat antihistamin; ceterizine

tablet 2 x 10 mg/hr untuk mengurangi pruritus dan kortikosteroid cream 2x1

sehabis mandi. Oatmeal bath tidak mungkin dilakukan di Indonesia sehingga

29
tidak dilakukan. Pemberian topical emolien dapat diberikan untuk

mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema.

Pada kasus pengobatan lini kedua umumnya terapi eritoderma diberikan

kortikosteroid yaitu inj. methyl prednisolon 62,5 mg/12 jam. Kortikosteroid

yang diberikan dengan dosis 1-2 mg/kg/hari dapat diberikan untuk reaksi

hipersensitivitas. Secara umum, penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.
Hal: 197-200
2.
William D James, Timothy G Berger, Dirk M Elston. Exfoliative
Dermatitis. Andrews’ Disease of The Skin Clinical Dermatology. 10th ed.
Canada: WB Saunders Company.2006:215-216
3. Grant-Kels JM, Bernstein ML, Rothe MJ. Exfoliative Dermatitis In: Wolff
K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, leffell DJ, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York:
McGraw-Hill Book Co; 2008. p. 225–32
4. Umar SH, Kelly AP. Erythroderma (Generalized Exfoliative Dermatitis).
2015. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/1106906-
overview #showall [diakses pada 7 Januari 2017].
5. Wolff K, Johnson RA, Saaverda AP. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. 7th edition. New York: McGraw-Hill
Companies. 2013.
6. Siregar RS. Atlas saripati penyakit kulit edisi 2. Jakarta: EGC; 2004.
Hal:236-237
7. Champion RH. Eczema, Lichenification, Prurigo, and Erythroderma. In:
Champion RH eds. Rook’s, Textbook of dermatology, 5th ed.
Washington ; Blackwell Scientific Publications. 1992.p; 17.48-17.49.
8. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. 2008.

31

Anda mungkin juga menyukai