Anda di halaman 1dari 190

SELAMAT MENGIKUTI PERKULIAHAN

“ANALISA LAPORAN KEUANGAN


PEMERINTAH PUSAT DAN
PEMERINTAH DAERAH”
MENU PERKULIAHAN

Pengantar : Pengaturan dan Pengaturan Sistem dan


1 Arsitektur Pengelolaan 2 Standar Akuntansi
Keuangan Negara Pemerintahan

Peranan dan Implikasi Basis


3 Akrual Terhadap 4 Komponen Laporan
Pengembangan Keuangan Pemerintah
Manajemen Pemerintahan

5 Contoh Analisa Kondisi


Analisa Laporan Keuangan 6 Keuangan Pemerintah
Pemerintah
Daerah
PENGANTAR : PENGATURAN
DAN ARSITEKTUR PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA

“ ERA BARU PENGELOLAAN KEUANGAN


NEGARA / DAERAH DI ERA NEW PUBLIC
MANAGEMENT ”
PERIODISASI PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DI INDONESIA

SEBELUM SESUDAH
KEMERDEKAAN KEMERDEKAAN

• Masa Kerajaan • Masa Orde Lama

• Masa Penjajahan • Masa Orde Baru

• Masa Orde Reformasi


PERIODISASI PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DI INDONESIA

SEBELUM
KEMERDEKAAN
 Terdapat aturan Raja / Kerajaan
 Pencatatan atas pendapatan Kerajaan dari pajak
• Masa Kerajaan dan pungutan dari rakyat kerajaan
 Tidak ditemukan proses pertanggungjawaban
Raja

 Belanda menetapkan : Indonesische


Comptabiliteitswet (ICW) :
 Stbl. 1864 Nomor 106
• Masa Penjajahan
 Stbl. 1925 Nomor 448
 Pengaturan tentang Cara Pengurusan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara
PERIODISASI PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DI INDONESIA

SESUDAH
KEMERDEKAAN
• ICW masih berlaku
• Pasal 23 UUD 1945
• Masa Orde Lama
• UU Darurat No. 3 Thn 1954 tentang ICW
• Pencatatan Masih Berupa Administrasi Keuangan

• .Tidak ada perubahan substantif, walaupun berbagai upaya


perubahan dilakukan :
• Masa Orde Baru • Thn 1980 : Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA)
• Thn 1985 : Sistem Administrasi Keuangan Pemerintah Daerah
• Tahun 1992 : BAKUN

• Terjadi perubahan mendasar, dengan ditetapkannya :


• Paket UU Keuangan Negara (UU No. 17 Thn 2003, UU No. 1 Thn 2004
• Masa Orde Reformasi dan UU No. 15 Thn 2004) dan UU.No. 25 Thn 2004.
• Penerapan tekhnik akuntansi : (1) Financial Accounting, (2)
Budgetary Accounting, dan (3) Fund Accounting
DASAR HUKUM KEUANGAN NEGARA

Pasal 23 UUD 1945 (Asli)


1) Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-
undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang
diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.
2) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.
3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang.
5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil
pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan rakyat.
DASAR HUKUM KEUANGAN NEGARA

Pasal 23 UUD 1945 (Amandemen)


1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari Pengelolaan
Keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan
secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2) Rancangan undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
3) Apabila Dewan Perwakilamn Rakyat tidak menyetujui rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.

Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


(UU Nomor 3 Tahun 2015 - APBNP Tahun 2015)
DASAR HUKUM KEUANGAN NEGARA

Pasal 23 A UUD 1945 (Amandemen)

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
Undang-undang.

Undang-undang Pajak
(UU Nomor 28 Tahun 2007 : KUP, UU Nomor 36 Tahun 2008 : PPh
UU Nomor 42 Tahun 2009 : PPN)
Undang-undang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
(UU Nomor 20 Tahun1997 : PNBP)
DASAR HUKUM KEUANGAN NEGARA

Pasal 23 B UUD 1945 (Amandemen)

Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang

Undang-undang Mata Uang


(UU Nomor 7 Tahun 2011 : Mata Uang)
DASAR HUKUM KEUANGAN NEGARA

Pasal 23 C UUD 1945 (Amandemen)

Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.

UU Nomor 17 Tahun 2003 : Keuangan Negara


UU Nomor 1 Tahun 2004 : Perbendaharaan Negara
UU Nomor 25 Tahun 2004 - Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
DASAR HUKUM KEUANGAN NEGARA

Pasal 23 D UUD 1945 (Amandemen)

Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,


tanggungjawab dan independensinya diatur dengan undang-undang.

Undang-undang Bank Indonesia


(UU Nomo 13 Tahun 1968 : Bank Sentral, UU Nomor 6 Tahun 2009 - Bank Indonesia)
DASAR HUKUM KEUANGAN NEGARA

Pasal 23 E UUD 1945 (Amandemen)


1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggug jawab tentang keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan
kewenangannya.
3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan
lain sesuai dengan undang-undang.

UU Nomor 15 Tahun 2004 : Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan


Negara,
UU Nomor 15 Tahun 2006 - Badan Pemeriksa Keuangan
STRUKTUR PEMERINTAHAN
UUD 1945 (Amandemen), Bab VI Pemerintah Daerah
Pasal 18
1) Negara kesatuan republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki dewan
perwakilan rakyat daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.
7) Susunan dan tatacara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-
undang.

UU Nomor 2 Tahun 2015 - Pemerintahan Daerah


STRUKTUR PEMERINTAHAN

UUD 1945 (Amandemen), Bab VI Pemerintah Daerah


Pasal 18 A
1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota atau provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-
undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumberdaya alam dan
sumberdaya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

UU Nomor 33 Tahun 2004 : Perimbangan Keuangan Antara P. Pusat dan P. Daerah


ARSITEKTUR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

PASAL 6 AYAT (2) UU NO 17 / 2003 :


TIDAK TERMASUK
KEWENANGAN MONETER DIKUASAKAN KEPADA MENTERI
KEUANGAN UNTUK FISKAL DAN
KEKAYAAN NEGARA YANG
PASAL 4 AYAT (1) PASAL 6 AYAT (1) UU NO. 17 DIPISAHKAN
UUD 1945 : TAHUN 2003 :
PRESIDEN SELAKU KEPALA DIKUASAKAN KEPADA
PRESIDEN
PEMERINTAHAN MEMEGANG MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA
MEMEGANG UNTUK PENGGUNA
KEKUASAAN PENGELOLAAN
KEKUASAAN ANGGARAN/BARANG
KEUANGAN NEGARA SEBAGAI
PEMERINTAHAN BAGIAN DARI KEKUASAAN
MENURUT UUD DISERAHKAN KEPADA
PEMERINTAHAN
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
UNTUK KEUANGAN DAERAH
DAN KEKAYAAN DAERAH YANG
DIPISAHKAN

MENTERI KEUANGAN SEBAGAI PEMBANTU PRESIDEN DALAM BIDANG KEUANGAN PADA HAKEKATNYA ADALAH CHIEF
FINANCIAL OFFICER (CFO) PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA, SEMENTARA SETIAP MENTERI / PIMPINAN LEMBAGA PADA
HAKEKATNYA ADALAH CHIEF OPERATIONAL OFFICER (COO) UNTUK SUATU BIDANG TERTENTU PEMERINTAHAN.
ARSITEKTUR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

AYAT (1) DIGUNAKAN UNTUK


MENCAPAI TUJUAN
PASAL 7 UU NO. 17 TAHUN 2003 :
BERNEGARA.

KEKUASAAN ATAS
PENGELOLAAN KEUANGAN
AYAT (2) SETIAP TAHUN
NEGARA
DITUANGKAN DALAM APBN
DAN APBD
TUJUAN BERNEGARA

Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah


1 Indonesia,

Pemerintah
Negara 2 Memajukan kesejahteraan umm,

Indonesia
yang :
3 Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

4 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan


kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
ARSITEKTUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

HURUF a : DILAKSANAKAN OLEH KEPALA


PASAL 10 UU NO. 17 TAHUN 2003 : SATUAN KERJA PENGELOLA KEUANGAN
SELAKU PEJABAT PENGELOLA APBD
KEKUASAAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
HURUF b : DILAKSANAKAN OLEH KEPALA
SEBAGAIMANA TERSEBUT DALAM
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
PASAL 6 AYAT (2) HURUF C :
SELAKU PEJABAT PENGGUNA ANGGARAN /
BARANG DAERAH
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

.
Sistem
Pengelolaan
Keuangan
Pemerintah
Pusat

Sistem
Pengelolaan
Keuangan
Pemerintah
Daerah
PENGERTIAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA / DAERAH

UU No. 15 Tahun 2004 : Pemeriksaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara


• Pasal 1 ayat (6) :
 Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai
dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban.

PP No. 58 Tahun 2005 : Pengelolaan Keuangan Daerah


• Pasal 1 ayat (6) :
 Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

.
Sistem
Perencanaan

SISTEM
Sistem PENGELOLAAN
Pertanggung Sistem
KEUANGAN
PEMERINTAH Pelaksanaan
jawaban PUSAT

Sistem
Pengawasan
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

.
Sistem
Perencanaan

SISTEM
Sistem PENGELOLAAN
Pertanggung Sistem
KEUANGAN
PEMERINTAH Pelaksanaan
jawaban DAERAH

Sistem
Pengawasan
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

. SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

SISTEM
SISTEM
SISTEM PERENCANAAN SISTEM PELAKSANAAN PERTANGGUNG
PENGAWASAN
JAWABAN
SISTEM
SISTEM SISTEM SISTEM SISTEM SISTEM
PERTANGGUNG
PERENCANAAN PENGANGGARAN PENGADAAN AKUNTANSI PENGAWASAN
JAWABAN

• Sistem • Sistem RKA K/L • Sistem Tertutup • Sistem • Sistem • Sistem


Perencanaan Perbendaharaan Pengendalian Pemeriksaan
Jangka Panjang • Sistem RAPBN • Sistem Terbuka (Sistem Treasury) Internal
• Sistem Pelaporan
• Sistem • Sistem DiPA • Sistem Akuntansi • Sistem Pengawasan
Perencanaan Keuangan Masyarakat • Sistem Evaluasi
Jangka Menengah
• Sistem Akuntansi
• Sistem BMN – Barang Milik
Perencanaan Negara
Tahunan
• Sistem
Konsolidasian

MANAJEMEN KINERJA
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

. SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

SISTEM
SISTEM
SISTEM PERENCANAAN SISTEM PELAKSANAAN PERTANGGUNG
PENGAWASAN
JAWABAN
SISTEM
SISTEM SISTEM SISTEM SISTEM SISTEM
PERTANGGUNG
PERENCANAAN PENGANGGARAN PENGADAAN AKUNTANSI PENGAWASAN
JAWABAN

• Sistem • Sistem RKA SKPD / • Sistem Tertutup • Sistem • Sistem • Sistem


Perencanaan SKPKD Perbendaharaan Pengendalian Pemeriksaan
Jangka Panjang • Sistem Terbuka (Sistem Treasury) Internal
• Sistem RAPBD • Sistem Pelaporan
• Sistem • Sistem Akuntansi • Sistem Pengawasan
Perencanaan • Sistem DPA SKPD / Keuangan Masyarakat • Sistem Evaluasi
Jangka Menengah SKPKD
• Sistem Akuntansi
• Sistem BMD– Barang Milik
Perencanaan Daerah
Tahunan
• Sistem
Konsolidasian

MANAJEMEN KINERJA
SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

. SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

SISTEM
SISTEM
SISTEM PERENCANAAN SISTEM PELAKSANAAN PERTANGGUNG
PENGAWASAN
JAWABAN
SISTEM
SISTEM SISTEM SISTEM SISTEM SISTEM
PERTANGGUNG
PERENCANAAN PENGANGGARAN PENGADAAN AKUNTANSI PENGAWASAN
JAWABAN

• Sistem • Sistem RKA K/L / • Sistem Tertutup • Sistem • Sistem • Sistem


Perencanaan SKPD Perbendaharaan Pengendalian Pemeriksaan
Jangka Panjang • Sistem Terbuka (Sistem Treasury) Internal
• Sistem RAPBN / D • Sistem Pelaporan
• Sistem • Sistem Akuntansi • Sistem Pengawasan
Perencanaan • Sistem DiPA / DPA Keuangan Masyarakat • Sistem Evaluasi
Jangka Menengah SKPD / DPA SKPKD
• Sistem Akuntansi
• Sistem BMN / BMD
Perencanaan
Tahunan • Sistem
Konsolidasian

MANAJEMEN KINERJA
PENGATURAN SISTEM DAN
STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN

“Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010


tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP), Tranformasi Menuju Basis Akrual”
TRANSFORMASI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH

BASIS KAS
BASIS KAS BASIS AKRUAL
MENUJU AKRUAL

• Periode s.d • Periode Thn 2002 • Mulai Thn 2015 -


Tahun 2002 s.d Tahun 2014 dst

• UU Darurat No. 3 • UU No 22 / 1999 • UU No 2 / 2015


Thn 1954 tentang diganti dgn UU • UU No 17/2003
ICW No 32 / 2004. • PP No 71 / 2010
• UU No 5 / 1974 • UU No 17/2003 • Permendagri No
• PP No 24 / 2005 13/2006
• Kepmendagri No • Permendagri No
29/2002 64 / 2013
• Permendagri No • Permenkeu No
13/2006 238/2011
• Permenkeu No • Permenkeu No
233/2007 270/2014
PENGATURAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Pemerintah Pusat

 Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri


Psl 8 huruf g
Keuangan mempunyai tugas menyusun laporan keuangan yang
UU17/2003
merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

 Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna


Psl 9 huruf g Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai
UU17/2003 tugas menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian
negara /lembaga yang dipimpinnya.

 Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna


Psl 4 ayat (2)
Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya berwenang
huruf j
 mempunyai tugas menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
UU1/2004
kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;
PENGATURAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Pemerintah Pusat

 Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang


Psl 30 ayat (1) pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan
UU17/2003 keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan,
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran

 Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan


Psl 30 ayat (2) Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
UU17/2003 Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan
perusahaan negara dan badan lainnya.
PENGATURAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Pemerintah Daerah

Psl 10 ayat (2)  Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola
huruf e Keuangan Daerah mempunyai tugas menyusun laporan keuangan
UU17/2003 yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

 Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna


Psl 10 ayat (2)
anggaran/barang daerah mempunyai tugas menyusun dan
huruf g
menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah
UU17/2003
yang dipimpinnya.

 Kepala satuan kerja perangkat daerah dalam melaksanakan tugasnya


Psl 6 ayat (2) selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah satuan kerja
huruf h perangkat daerah yang dipimpinnya berwenang menyusun dan
UU1/2004 menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah
yang dipimpinnya.
PENGATURAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Pemerintah Daerah

 Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan


daerah tentang ertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada
Psl 31 ayat (1)
DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
UU17/2003
Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
tahun anggaran berakhir.

 Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan


Psl 31 ayat (2) Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
UU17/2003 Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan
perusahaan daerah
PENGATURAN BENTUK LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

 Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan


Psl 32 ayat (1) APBN/APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31
UU17/2003 disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan.

 Standar akuntansi pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat


Psl 32 ayat (2) (1) disusun oleh suatu komite standar yang independen dan
UU17/2003 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu
mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan

Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010 tentangStandar Akuntansi Pemerintahan


menggantikan
Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 2005 tentangStandar Akuntansi Pemerintahan
PENGATURAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

 Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara


Psl 51 Ayat (1) Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi
UU1/2004 keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan
dan perhitungannya.

 Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah selaku


Psl 51 Ayat (2) Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan,
UU1/2004 aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja,
yang berada dalam tanggung jawabnya.

 Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) digunakan untuk
Psl 51 ayat (3)
menyusun laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sesuai dengan
UU 1/2004
standar akuntansi pemerintahan.
PENGATURAN MEKANISME PELAPORAN KEUANGAN
Pasal 55 UU Nomor 1 / 2004
1) Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk
disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
2) Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri
laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing.
b) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-
lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
c) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyusun Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat;
d) Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan menyusun
ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara.
3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Presiden kepada Badan
Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
4) Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan
bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah diatur dengan
peraturan pemerintah.
PENGATURAN MEKANISME PELAPORAN KEUANGAN
Pasal 56 UU Nomor 1 / 2004
1) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
menyusun laporan keuangan pemerintah daerah untuk disampaikan kepada
gubernur/bupati/walikota dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
2) Dalam penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a) Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan
laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan.
b) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada kepala satuan kerja pengelola
keuangan daerah selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
c) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah menyusun Laporan Arus Kas
Pemerintah Daerah;
d) Gubernur/bupati/walikota selaku wakil pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan
menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan daerah.
3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan gubernur/bupati/walikota
kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
4) Kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan
pernyataan bahwa pengelolaan APBD telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern
yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan.
PENGATURAN MEKANISME PELAPORAN KEUANGAN

Psl 55 ayat (5)  Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerja
UU1/2004 instansi pemerintah diatur dengan peraturan pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006


tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
PAYUNG HUKUM SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

 Ayat (13) dan ayat (15) : Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah
Psl 1 pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
UU17/2003  Ayat (14) dan ayat (16) : Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih

 Ayat (9) dan ayat (11) : Penerimaan negara/daerah adalah uang yang masuk
Psl 1 ke kas negara / daerah.
UU17/2003  Ayat (10) dan ayat (12) : Pengeluaran negara/daerah adalah uang yang keluar
dari kas negara / daerah.

 Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja


berbasis akrual, sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15 dan
Psl 36 ayat (1) UU
16, dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama
17/2003
pengakuan dan pengukuran berbasis akrual belum dilaksanakan , digunakan
pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
PAYUNG HUKUM SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

Psl 1 ayat (9) dan Psl 1 ayat (13) dan


ayat (11) ayat (15)
UU17/2003 UU17/2003

Psl 36 ayat (1) UU17/2003

Psl 1 ayat (10) dan Psl 1 ayat (14) dan


ayat (12) ayat (16)
UU17/2003 UU17/2003

Basis Kas
Basis Akrual
Menuju Akrual
PAYUNG HUKUM SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

APBN / D dalam satu tahun anggaran meliputi:


a) hak pemerintah pusat / daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih;
Psl 12 / 13 ayat b) kewajiban pemerintah pusat / daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
(1) UU 1/2004 kekayaan bersih;
c) penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya.

 Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja


berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13 Undang-
Psl 70 ayat (2)
undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 dan
UU 1/2004
selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
PENYUSUNAN SAP AKRUAL

• SAP Akrual dikembangkan dalam proses transformasi.

• Oleh karena itu SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam PP 24/2005 untuk kemudian disesuaikan secara bertahap dengan
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dengan memperhatikan
kondisi lingkungan pemerintahan di negara Indonesia serta struktur dan sisi dari
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

• Pertimbangan:
 Dalam SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005, yang dikatakan sebagai SAP dengan basis ”Cash
Towards Accrual” atau dapat dikatakan berbasis ”Kas Menuju Akrual”, telah terdapat bagian-bagian
yang menggunakan pengakuan dan pengukuran yang berbasis akrual.
 Untuk menjaga kesinambungan dan menjaga peningkatan pemahaman para Pengguna yang sudah
terbiasa dengan SAP PP 24/2005.
KRONOLOGIS PENYUSUNAN SAP AKRUAL

1. Dengar Pendapat (hearing) telah dilaksanakan dari tahun 2007 sampai tahun 2008
2. September 2008, konsultasi ke DPR
3. Desember 2008, draft final telah disampaikan ke BPK untuk dimintakan
pertimbangan
4. Februari 2009, Surat Pertimbangan BPK
5. Agustus 2009, RPP SAP Akrual disampaikan ke Menkeu dan Menhukham
6. November 2009-Juni 2010, pembahasan dengan Menhukham
7. Juli 2010, RPP SAP Akrual disampaikan ke Mensesneg
8. Oktober 2010, terbit PP 71/2010 SAP Akrual
PP NO 71 TAHUN 2010 : LINGKUP PENGATURAN

 PP Nomor 71 Tahun 2010 masih menyajikan SAP dalam dua macam basis akuntansi
yaitu :
 SAP Berbasis Akrual yang ada di Lampiran I; dan
 SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yang ada di Lampiran II.

 SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas

 SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi
entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual
PP NO 71 TAHUN 2010 : PASAL 7 - PENERAPAN BASIS AKRUAL

 Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari penerapan
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual

 Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap
pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan

 Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap
pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
PP NO 71 TAHUN 2010 : PERUBAHAN PSAP

 Dalam hal diperlukan perubahan terhadap Pernyataan Standar Akuntansi


Pemerintahan (PSAP), perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan

 Rancangan perubahan PSAP tersebut disusun oleh KSAP sesuai dengan mekanisme
yang berlaku dalam penyusunan SAP
SAP BERBASIS AKRUAL DALAM LAMPIRAN I PP NO 71 TAHUN 2010

 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan


 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
dan Operasi Yang Tidak Dilanjutkan;
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
12. PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
PERBANDINGAN KOMPONEN SAP DALAM PP NO 24 TAHUN 205
DENGAN SAP DALAM PP NO 71 TAHUN 2010
PP NO 24 TAHUN 2005 PP NO 71 TAHUN 2010

A. Kerangka Konseptual Akuntansi A. Kerangka Konseptual Akuntansi


Pemerintahan Pemerintahan
B. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan B. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP): (PSAP):
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan 1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Keuangan
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi 2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi
Anggaran Anggaran
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas 3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas

4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas 4. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas
Laporan Keuangan Laporan Keuangan
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi 5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi
Persediaan Persediaan
PERBANDINGAN KOMPONEN SAP DALAM PP NO 24 TAHUN 205
DENGAN SAP DALAM PP NO 71 TAHUN 2010
PP NO 24 TAHUN 2005 PP NO 71 TAHUN 2010

6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi 6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi

7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset 7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset
Tetap Tetap
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi 8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi
Konstruksi Dalam Pengerjaan Konstruksi Dalam Pengerjaan
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi 9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi
Kewajiban Kewajiban
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, 10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan,
Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Peristiwa Luar Biasa Estimasi dan Operasi Yang Tidak Dilanjutkan
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan 11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan
Konsolidasian Konsolidasian
- 12. PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional
PP NO 71 TAHUN 2010 : KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN (LK)

1. Laporan Realisasi Anggaran


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
3. Neraca
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Operasional
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
KONSEPSI BASIS AKRUAL DAN KETERKAITAN ANTAR LAPORAN

 LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual


sehingga penyusunan Laporan Operasi (LO), Laporan perubahan ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan

LAPORAN PELAKSANAAN ANGGARAN


BASIS KAS Laporan
LRA SILPA/SIKPA Perubahan
SAL

Laporan Arus
Kas

LAPORAN FINANSIAL
BASIS
AKRUAL Surplus/ Laporan
LO Defisit-LO
Perubahan
Ekuitas
Ekuitas Neraca
PERBANDINGAN KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
DALAM PP NO 24 TAHUN 205 DENGAN PP NO 71 TAHUN 2010

PP NO 24 TAHUN 2005 PP NO 71 TAHUN 2010

A. Laporan Pelaksanaan Anggaran :


1. Laporan Realisasi Anggaran 1. Laporan Realisasi Anggaran
1. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
B. Laporan Finansial :
2. Neraca 1. Neraca
Laporan Kinerja Keuangan (opsional) 2. Laporan Operasi
3. Laporan Arus Kas 3. Laporan Arus Kas
Laporan Perubahan Ekuitas (opsional) 4. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Catatan atas laporan keuangan 5. Catatan atas laporan keuangan
KETERKAITAN ANTAR KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

Laporan Operasional
LRA
Pendapatan 500
Beban (200) Pendapatan 450
Surplus/Defisit Opr 300 Belanja (0)
Kegiatan non Surplus/(defisit) 450
operasional 60 Pembiayaan 1.000
Surplus/Defisit LO 360 SILPA 1.450

Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan SAL


Ekuitas Awal 1.000 SAL Awal 100
Surplus/Defisit LO 360 Penggunaan SAL (30)
Ekuitas Akhir 1.360 SILPA 1.450
SAL Akhir 1.520

Neraca
Aset 2.000
Kewajiban 640
Ekuitas 1.360
PERAN DAN IMPLIKASI
BASIS AKRUAL
TERHADAP PENGEMBANGAN
MANAJEMEN PEMERINTAHAN
“Kesempatan Pengembangan Manajemen Pemerintahan
Dari Munculnya Laporan Operasi
Dalam Sistem Akuntansi Berbasis Akrual”
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL DALAM PERHITUNGAN COST

• Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual yang dapat digunakan untuk
menghitung cost per program/kegiatan pelayanan

AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI BIAYA

Laporan Perhitungan
Operasional Biaya (Cost)
Beban pegawai Biaya (Cost)
Beban belanja barang Labor cost untuk setiap
Beban bunga program/
Beban subsidi Kegiatan/
Beban hibah Material cost Pelayanan
Beban bantuan sosial
Beban penyusutan
Beban transfer Overhead cost
Beban lain-lain
BASIS AKRUAL, LAPORAN OPERASIONAL
DAN LAPORAN KINERJA
Evaluasi kinerja berdasarkan konsep Value for Money (ekonomi, efisien & efektif)
Basis Akrual merupakan
pondasi yang lebih kuat
untuk menerapkan konsep
Value for Money (VFM). Input (cost)
= Belanja
program/ Laporan
Konsep Value for Money kegiatan) Operasional
(VFM) digunakan untuk Ekonomis
menilai apakah suatu
organisasi telah mencapai
benefit maksimal, dengan
mengunakan sumber daya Output
yang ada. (keluaran)
Laporan
Kinerja
efisien Outcome
Konsep VFM memberikan (Hasil) efektivitas
pengertian akan cost dan kinerja
dalam mencapai efisiensi dan
efektivitas aktivitas organisasi
BASIS AKRUAL DAN PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
DALAM MANAJEMEN KINERJA
UU 1/2004 & PP 8/2006 :
Dasar hukum penyajian laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah

Kinerja berupa keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran (beban/cost), dengan kuantitas dan kualitas
terukur

Akuntansi Keuangan  Manajemen Keuangan Akuntansi Biaya  Manajemen Kinerja


Aset &
Pendapatan Beban Cost of Services Kinerja
Kewajiban
Laporan Operasi  Laporan Neraca Biaya pelayanan  keluaran  Hasil

LAPORAN KEUANGAN EVALUASI KINERJA LAPORAN KINERJA


LAPORAN KINERJA :
KETERKAITAN BEBAN DAN HASIL KELUARAN

Dengan diterapkannya LO, dapat


dihitung beban akrual untuk
dibandingkan dengan hasil/keluran
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL
DALAM ESTIMASI PENDAPATAN
 Laporan Operasional memberikan informasi untuk memprediksi pendapatan LO yang
akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang
dengan menyajikan laporan secara komparatif
KOMPONEN
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH

“ Laporan Anggaran dan Laporan Finansial”


PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN
 Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah,
namun tidak terbatas pada:
1. masyarakat;
2. para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
3. pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman; dan
4. pemerintah.
ENTITAS AKUNTANSI DAN ENTITAS PELAPORAN
 Entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang mengelola
anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan
menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya.
 Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang
bertujuan umum, yang terdiri dari:
a) Pemerintah pusat;
b) Pemerintah daerah;
c) Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat;
d) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi ainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan.
PERANAN LAPORAN KEUANGAN

PP NOMOR 24 TAHUN 2005 PP NOMOR 71 TAHUN 2010


BASIS CTA BASIS AKRUAL
Akuntabilitas Akuntabilitas

Manajemen Manajemen

Transparansi Transparansi

Keseimbangan Antar Generasi Keseimbangan Antar Generasi


(Intergenerational Equity) (Intergenerational Equity)
- Evaluasi Kinerja
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

1 menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan.

2 Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai


seluruh pengeluaran.
3 Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
4 Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5 Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan
dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
6 Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama
periode pelaporan.
LAPORAN KEUANGAN UTAMA PEMERINTAH

1 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Keuangan 2 Neraca


Utama Pemerintah

3 Laporan Arus Kas


LAPORAN KEUANGAN UTAMA PEMERINTAH

1 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Keuangan 2 Neraca


Utama Pemerintah

3 Laporan Arus Kas


NERACA
 Neraca menggambarkan posisi keuangan pemda mengenai aset, kewajiban,
dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

1 Aset
Komponen Utama
Neraca
2 Utang

3 Ekuitas
NERACA

1 Aset Lancar

2 Investasi Jk Panjang

Komponen Aset 3 Aset Tetap

4 Dana Cadangan / Piutang Jk Pjg

5 Aset Lainnya
NERACA
Aset Lancar
 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.
 Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu aset
diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat
direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu dua belas
bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria
tersebut diklasifikasikan sebagai aset non lancar.
NERACA

1 Kas dan Setara Kas

2 Investasi Jk Pendek
Komponen Aset
Lancar
3 Piutang

4 Uang Muka

5 Persediaan
NERACA
 Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan
aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk
kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar
diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana
cadangan,dan aset lainnya.
NERACA

1 Investasi Jangka Panjang

2 Aset Tetap
Komponen Aset
Non Lancar
3 Dana Cadangan

4 Aset Lainnya
NERACA
Investasi jangka panjang
 Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimilikii
selama lebih dari dua belas bulan. Investasi jangka panjang terdiri dari :
1. Investasi nonpermanen
Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliiki secara tidak berkelanjutan. Investasi nonpermanen terdiri dari
pembelian Surat Utang Negara, penanaman modal dalam proyek
pembangunan yang dapat dialihkan; kepada fihak ketiga; dan investasi
nonpermanen lainnya
2. Investasi permanen
 Investasi permanen merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanent terdiri dari
penyertaan modal Pemerintah Daerah pada perusahaan
negara/perusahaan daerah, lembaga keuangan negara, badan hukum milik
negara, badan internasional dan badan hokum lainnya bukan milik Negara;
dan investasi permanen lainnya.
NERACA
Aset tetap
 Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua
belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan
konstruksi dalam pengerjaan.
Dana cadangan
 Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan
yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu
tahun anggaran. Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya.
Aset lainnya
 Aset-aset lain yang tidak bisa masuk dalam kategori aset di atas dimasukkan
sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud,
tagihan, penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari dua belas bulan, aset
kerjasama dengan fihak ketiga (kemitraan).
NERACA
Kewajiban Jangka Pendek
 Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan
akan dibayar dalam waktu dua belas bulan sejak tanggal pelaporan. Termasuk
dalam kewajiban jangka pendek utang transfer pemerintah atau utang kepada
pegawai, bunga pinjaman, utang jangka pendek dari fihak ketiga, utang
perhitungan fihak ketiga (PFK), bagian lancar utang jangka panjang.
Kewajiban Jangka Panjang
 Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1. jangka waktu jatuh tempo lebih dari dua belas bulan;
2. entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas
dasar jangka panjang;
3. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan
kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap
pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
NERACA
 Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun berikutnya
mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau digulirkan (roll
over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan
segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan
untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang dan
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
NERACA
Ekuitas
 Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.
CONTOH NERACA
NERACA
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
PER 31 DESEMBER 2011 DAN 2010

(dalam rupiah)
URAIAN CATATAN 2011 2010

ASET 5.2.1
ASET LANCAR 5.2.1.1
Kas 5.2.1.1.1 139.891.052.527,78 111.947.483.939,22
Piutang Pajak 5.2.1.1.2 5.077.124.558,46 1.759.611.790,16
Piutang Retribusi 5.2.1.1.3 3.315.000.440,00 4.974.217.895,67
Piutang Lainnya 5.2.1.1.4 4.139.252.258,00 1.668.129.024,00
Persediaan 5.2.1.1.5 17.968.908.392,17 19.130.114.970,02
Jumlah Aset Lancar 170.391.338.176,41 139.479.557.619,07

INVESTASI JANGKA PANJANG 5.2.1.2


Investasi Non Permanen 5.2.1.2.1 54.942.952.578,00 55.166.126.822,00
Investasi Permanen 5.2.1.2.2 97.511.074.727,57 88.047.222.471,07
Jumlah Investasi Jangka Panjang 152.454.027.305,57 143.213.349.293,07

ASET TETAP 5.2.1.3


Tanah 5.2.1.3.1 565.033.403.925,00 146.650.422.175,00
Jalan, Irigasi dan Jaringan 5.2.1.3.2 912.082.540.538,77 1.260.888.832.882,00
Gedung dan Bangunan 5.2.1.3.3 696.437.089.546,60 536.826.809.034,81
Peralatan dan Mesin 5.2.1.3.4 283.152.815.265,64 243.045.178.830,00
Aset Tetap Lainnya 5.2.1.3.5 47.467.773.292,96 37.364.532.291,00
Konstruksi dalam Pengerjaan 5.2.1.3.6 327.704.550,00 4.816.651.570,00
Jumlah Aset Tetap 2.504.501.327.118,97 2.229.592.426.782,81

ASET LAINNYA 5.2.1.4


Sistem Informasi 5.2.1.4.1 3.149.450.875,00 2.684.219.875,00
Aktiva Lainnya 5.2.1.4.2 3.744.782.029,00 3.008.691.329,00
Built Operating Transfer (BOT) 5.2.1.4.3 272.874.000,00 272.874.000,00
Jumlah Aset Lainnya 7.167.106.904,00 5.965.785.204,00

JUMLAH ASET 2.834.513.799.504,95 2.512.285.333.694,95


CONTOH NERACA
KEWAJIBAN 5.2.2
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 5.2.2.1
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 5.2.2.1.1 639.299.235,96 380.058.213,17
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 5.2.2.1.2 183.018.051,43 199.315.476,55
Utang Jangka Pendek Lainnya 5.2.2.1.3 3.669.289.073,57 1.611.385.397,00
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 4.491.606.360,96 2.190.759.086,72

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 5.2.2.2


Utang kepada Pemerintah Pusat 5.2.2.2.1 316.581.850,32 499.599.901,75
Utang Janka Panjang Lainnya 5.2.2.2.2 268.900.000,00 268.900.000,00
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 585.481.850,32 768.499.901,75

EKUITAS DANA 5.2.3


EKUITAS DANA LANCAR 5.2.3.1
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 5.2.3.1.1 138.694.508.682,82 111.413.870.267,05
Pendapatan yang Ditangguhkan 5.2.3.1.2 557.244.609,00 153.555.459,00
Cadangan Piutang 5.2.3.1.3 12.531.377.256,46 8.401.958.709,83
Cadangan Persediaan 5.2.3.1.4 17.968.908.392,17 19.130.114.970,02
Dana yang disediakan untk Utang Jangka Pendek 5.2.3.1.5 (3.852.307.125,00) (1.810.700.873,55)
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 165.899.731.815,45 137.288.798.532,35

EKUITAS DANA INVESTASI 5.2.3.2


Diinvestasikan dlm Investasi Jangka Panjang 5.2.3.2.1 152.454.027.305,57 143.213.349.293,07
Diinvestasikan dlm Aset Tetap 5.2.3.2.2 2.504.501.327.118,97 2.229.592.426.782,81
Diinvestasikan dlm Aset Lainnya 5.2.3.2.3 7.167.106.904,00 5.965.785.204,00
Dana yg harus disediakan untk Utang Jangka Panjang 5.2.3.2.4 (585.481.850,32) (768.499.901,75)
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 2.663.536.979.478,22 2.378.003.061.378,13

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 2.834.513.799.504,95 2.518.251.118.898,95


LAPORAN REALISASI ANGGARAN
 Laporan realisasi anggaran menyajikan informasi mengenai realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu perioda.

 Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi


keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan
ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran.

 Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi


sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah
daerah dalam perioda mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif.

 Unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
LAPORAN REALISASI ANGGARAN

1 Pendapatan

2 Belanja
Komponen
Laporan Realisasi 3 Transfer
Anggaran
4 Surplus (Defisit)

5 Pembiayaan
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Pendapatan
 Pendapatan adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Bendahara Umum
Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran
Lebih dalam perioda tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Pendapatan Pajak Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Negara Bukan Pajak Pendapatan Transfer

Pendapatan Hibah Lain-lain Pendapatan Yang Sah


LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Pendapatan Pemerintah Pusat

1 Pajak Dalam Negeri


Unsur
Pendapatan Pajak
Pajak Perdagangan
2
Internasional
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Pendapatan Pemerintah Pusat

1 Penerimaan Sumberdaya Alam

Unsur 2 Bagain Pemerintah Atas Laba BUMN


Pendapatan
Negara Bukan
Pajak 3 Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya

4 Pendapatan BLU
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Pendapatan Pemerintah Pusat

1 Hibah Dalam Negeri


Unsur
Pendapatan Hibah

2 Hibah Luar Negeri


LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Pendapatan Pemerintah Daerah

1 Pajak Daerah

Unsur 2 Retribusi Daerah


Pendapatan
Asli Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
(PAD) 3 Dipisahkan

4 Lain-lain PAD Yang Sah


LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Pendapatan Pemerintah Daerah

1 Dana Bagi Hasil Pajak

2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)


Unsur
Pendapatan 3 Dana Alokasi Umum
Transfer
(Dana Perimbangan)
4 Dana Alokasi Khusus

5 Pendapatan Transfer Lainnya


LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Pendapatan Pemerintah Daerah

1 Hibah

Unsur 2 Donasi
Lain-lain
Pendapatan Yang
Sah 3 Dana Darurat

4 Pendapatan Lainnya
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Belanja
 Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara
Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam perioda tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh pemerintah.

1 Klasifikasi Ekonomi (Jenis Belanja)

Klasifikasi Belanja 2 Klasifikasi Organisasi

3 Klasifikasi Fungsi
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Belanja
 Belanja diklasifikasikan menurut :
 klasifikasi ekonomi (jenis belanja),
 klasifikasi organisasi, dan
 klasifikasi fungsi.

 Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis


belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas.
 Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-
lain.
 Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak
terduga.
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Pusat

1
Belanja Pemerintah
Pusat
Jenis
Belanja Negara
Belanja Transfer ke
2
Daerah
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Pusat
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Pusat
I Belanja Pemerintah Pusat
1 Belanja Pegawai
2 Belanja Barang
3 Belanja Modal
4 Belanja Pembayaran Bunga Utang
5 Belanja Subsidi
6 Belanja Hibah
7 Belanja Bantuan Sosial
8 Balanja Lain-lain
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Pusat
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Pusat
II Belanja Transfer ke Pemerintah Daerah
1 Dana Perimbangan
a Dana Bagi Hasil
B Dana Alokasi Umum
c Dana Alokasi Khusus
2 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
a Dana Otonomi Khusus
B Dana Penyesuaian
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Daerah

1 Belanja Operasi

Jenis Belanja
2 Belanja Modal
Pemerintah
Daerah 3 Belanja Tidak Terduga

4 Belanja Transfer
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Daerah
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Daerah
I Belanja Operasi
1 Belanja Pegawai
2 Belanja Barang dan Jasa
3 Belanja Bunga
4 Belanja Subsidi
5 Belanja Bantuan Sosial
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Daerah
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Daerah
I Belanja Modal
1 Belanja Modal Tanah
2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
3 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
4 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
5 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Daerah
Klasifikasi Ekonomis Belanja Pemerintah Daerah
II Belanja Transfer
1 Transfer Bagi Hasil Pendapatan
a Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
b Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
2 Transfer Bantuan Keuangan
a Transfer Bantuan Keuangan ke Pemda Lainnya
b Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
c Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
d Transfer Dana Otonomi Khusus
LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Belanja Lain-lain / Belanja Tidak Terduga


 Belanja lain-lain/tidak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan
pemerintah pusat/daerah
LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Transfer
 Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan
dana bagi hasil. Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas
pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan
oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Pembiayaan
 Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-
tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

Jenis
1 Penerimaan Pembiayaan
Pembiayaan

2 Pengeluaran Pembiayaan
LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Pembiayaan
 Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, pnejualan
obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara / daerah, penerimaan
kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi
permanen lainnya dan pencairan dana cadangan.

 Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum


Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga,
penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam
perioda tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.
CONTOH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMDA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN


LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010
(dalam rupiah)
2011
URAIAN CATATAN REALISASI 2010
ANGGARAN REALISASI %

PENDAPATAN 5.1.1 1.272.583.652.677,00 1.311.473.547.855,47 103,06 1.095.628.887.559,93

Pendapatan Asli Daerah 5.1.1.1 203.416.683.768,00 226.723.271.088,47 111,46 163.056.459.137,93


Pendapatan Asli Daerah 5.1.1.1.1 122.700.165.400,00 142.698.407.280,12 116,30 80.611.542.955,52
Pendapatan Retribusi Daerah 5.1.1.1.2 30.068.639.273,00 33.163.697.870,80 110,29 59.110.503.292,07
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan 11.027.000.000,00 11.036.188.376,45 100,08 10.169.824.623,38
Daerah yg Dipisahkan 5.1.1.1.3
Lain-lain PAD yang Sah 5.1.1.1.4 39.620.879.095,00 39.824.977.561,10 100,52 13.164.588.266,96

Pendapatan Transfer 5.1.1.2 1.045.903.488.909,00 1.062.765.759.317,00 101,61 911.787.128.872,00


Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan 5.1.1.2.1 737.072.791.549,00 753.889.009.957,00 102,28 740.198.028.398,00
Dana Bagi Hasil Pajak 5.1.1.2.1.1 60.104.485.406,00 76.228.591.902,00 126,83 104.361.867.117,00
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 5.1.1.2.1.2 2.397.343.143,00 3.089.385.055,00 128,87 2.667.969.281,00
Dana Alokasi Umum 5.1.1.2.1.3 631.920.663.000,00 631.920.733.000,00 100 563.320.892.000,00
Dana Alokasi Khusus 5.1.1.2.1.4 42.650.300.000,00 42.650.300.000,00 100 69.847.300.000,00

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 5.1.1.2.2 206.545.369.360,00 206.591.421.360,00 100,02 86.353.294.000,00


Dana Tunjangan Pendidikan 5.1.1.2.2.1 148.082.286.360,00 148.082.286.360,00 100,00 84.453.294.000,00
DPPIP 5.1.1.2.2.2 0 0 0 1.000.000.000,00
DPPID 5.1.1.2.2.3 3.983.760.000,00 3.983.760.000,00 100,00 900.000.000,00
Bosnas 5.1.1.2.2.4 54.479.323.000,00 54.525.375.000,00 100,08 0
CONTOH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMDA
(dalam rupiah)
2011
URAIAN CATATAN REALISASI 2010
ANGGARAN REALISASI %

Transfer Pemerintah Provinsi 5.1.1.2.3 102.285.328.000,00 102.285.328.000,00 100 85.235.806.474,00


Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya 5.1.1.2.3.1 94.205.328.000,00 94.205.328.000,00 100 73.868.806.474,00
Bantuan Keuangan dari Prov. Atau Pemda Lainnya 5.1.1.2.3.2 8.080.000.000,00 8.080.000.000,00 100 11.367.000.000,00

Lain-lain Pendapatan yang Sah 5.1.1.3 23.263.480.000,00 21.984.517.450,00 94,5 20.785.299.550,00


Pendapatan Hibah 5.1.1.3.1 23.263.480.000,00 21.984.517.450,00 94,5 20.785.299.550,00

BELANJA 5.1.2 1.376.859.030.800,05 1.278.055.164.511,30 92,82 1.131.602.398.904,14

BELANJA OPERASI 5.1.2.1 1.189.606.875.415,05 1.142.118.624.078,58 96,01 989.131.133.924,33


Belanja Pegawai/Personalia 5.1.2.1.1 888.389.749.624,05 860.572.677.185,19 96,87 755.838.243.854,94
Belanja Barang 5.1.2.1.2 230.691.104.566,00 214.562.841.228,24 93,01 182.639.531.636,08
Belanja Bunga 5.1.2.1.3 144.000.000,00 61.570.548,15 42,76 77.980.369,31
Belanja Hibah 5.1.2.1.4 37.714.827.000,00 36.819.419.800,00 97,63 18.413.622.487,00
Belanja Bantuan Sosial 5.1.2.1.5 32.667.194.225,00 30.102.115.317,00 92,15 32.161.755.577,00

BELANJA MODAL 5.1.2.2 145.735.876.798,00 96.111.399.134,72 65,95 99.812.269.370,81


Belanja Tanah 5.1.2.2.1 17.278.259.400,00 16.552.702.227,00 95,8 69.802.625,00
Belanja Peralatan dan Mesin 5.1.2.2.2 33.352.626.626,00 12.745.728.259,00 38,22 25.939.878.319,00
Belanja Gedung dan Bangunan 5.1.2.2.3 39.501.347.430,00 25.008.806.786,65 63,31 31.751.996.688,81
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5.1.2.2.4 43.837.087.977,00 41.563.390.374,07 94,81 29.450.357.528,00
Belanja Aset Tetap Lainnya 5.1.2.2.5 11.766.555.365,00 240.771.488,00 2,05 12.600.234.210,00
CONTOH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMDA
(dalam rupiah)
2011
URAIAN CATATAN REALISASI 2010
ANGGARAN REALISASI %

BELANJA MODAL 5.1.2.2 145.735.876.798,00 96.111.399.134,72 65,95 99.812.269.370,81


Belanja Tanah 5.1.2.2.1 17.278.259.400,00 16.552.702.227,00 95,8 69.802.625,00
Belanja Peralatan dan Mesin 5.1.2.2.2 33.352.626.626,00 12.745.728.259,00 38,22 25.939.878.319,00
Belanja Gedung dan Bangunan 5.1.2.2.3 39.501.347.430,00 25.008.806.786,65 63,31 31.751.996.688,81
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 5.1.2.2.4 43.837.087.977,00 41.563.390.374,07 94,81 29.450.357.528,00
Belanja Aset Tetap Lainnya 5.1.2.2.5 11.766.555.365,00 240.771.488,00 2,05 12.600.234.210,00

BELANJA TIDAK TERDUGA 5.1.2.3 1.004.281.320,00 489.223.000,00 48,71 4.404.090.314,00


Belanja Tidak Terduga 5.1.2.3 1.004.281.320,00 489.223.000,00 48,71 4.404.090.314,00

TRANSFER 5.1.2.4 40.511.997.267,00 39.335.918.298,00 97,1 38.254.905.295,00


Transfer Bagi Hasil ke Desa 40.511.997.267,00 39.335.918.298,00 97,1 38.254.905.295,00
Belanja Bagi Hasil kepada
Provinsi/Kab./Kota & Pemerintah Desa 5.1.2.4.1 19.693.062.267,00 19.693.062.267,00 100 19.528.558.295,00
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/Kab./Kota & Pemerintah Desa 5.1.2.4.2 20.818.935.000,00 19.642.856.031,00 94,35 18.726.347.000,00

Surplus(Defisit) (104275378123,05) 33.418.383.344,17 (32,05) (35.973.511.344,21)


CONTOH LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMDA
(dalam rupiah)
2011
URAIAN CATATAN REALISASI 2010
ANGGARAN REALISASI %

PEMBIAYAAN 5.1.3

Penerimaan Pembiayaan 5.1.3.1


Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Th Sebelumnya 5.1.3.1.1 111.413.378.123,05 111.413.870.267,05 100 164.125.626.539,66
Jumlah 111.413.378.123,05 111.413.870.267,05 100 164.125.625.539,66

Pengluaran Pembiayaan 5.1.3.2


Penyertaan Modal 5.1.3.2.1 7.000.000.000,00 6.000.000.000,00 85,7 10.500.000.000,00
Pembayaran Pokok Utang 5.1.3.2.2 138.000.000,00 137.744.928,40 99,8 137.744.928,40
Pemberian Pinjaman Daerah (Penguatan Modal) 5.1.3.2.3 0 0 0 6.100.500.000,00
Jumlah 7.138.000.000,00 6.137.744.928,40 99,99 16.738.244.928,40

Pembiayaan Netto 104.275.378.123,05 105.276.125.338,65 100,96 147.387.381.611,26

SILPA 5.1.4 0 138.694.508.682,82 0 111.413.870.267,05


LAPORAN ARUS KAS
Laporan Arus Kas
 Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo
awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah
selama perioda tertentu.

1 Aktivitas Operasi

Klasifikasi 2 Aktivitas investasi


Arus Kas
3 Aktivitas Pendanaan

4 Aktivitas Transitoris (Non Anggaran)


LAPORAN ARUS KAS

• Aktivitas operasi
• adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional
pemerintah selama satu perioda akuntansi. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan
indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang
cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar.

• Aktivitas investasi
• adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan
pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas. Arus kas
dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka
perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.
LAPORAN ARUS KAS

 Aktivitas Pendanaan
 adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan
pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang
jangka panjang. Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka
panjang.

 Aktivitas Transitoris
 mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi
pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain
transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang persediaan
kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang
berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara
tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang
menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.
CONTOH LAPORAN ARUS KAS PEMDA
LAPORAN ARUS KAS
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010

(dalam rupiah)
URAIAN Catatan 2.011,00 2.010,00

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 5.3.1

ARUS MASUK KAS


PENDAPATAN ASLI DAERAH 5.3.1
Pendapatan Pajak Daerah 5.3.1.1 142.698.407.280,12 80.611.542.955,52
Pendapatan Retribusi Daerah 5.3.1.2 33.163.697.870,80 59.110.503.292,07
Pendapatan Bagian Laba Badan Usaha Daerah 5.3.1.3 11.036.188.376,45 10.169.824.623,38
Lain-lain Pendapatan 5.3.1.4 39.747.077.561,10 12.854.480.816,96
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 226.645.371.088,47 162.746.351.687,93

PENDAPATAN TRANSFER
PENDAPATAN TRANSFER PEMERINTAH PUSAT 5.3.2
Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 5.3.2.1 79.317.976.957,00 107.029.836.398,00
Dana Alokasi Umum 5.3.2.2 631.920.733.000,00 563.320.892.000,00
Dana Alokasi Khusus 5.3.2.3 42.650.300.000,00 69.847.300.000,00
Dana Tunjangan Pendidikan 5.3.2.4 148.082.286.360,00 84.453.294.000,00
Jumlah Pendapatan Dana Perimbangan dr Pem. Pusat 901.971.296.317,00 824.651.322.398,00

PENDAPATAN TRANSFER PEMERINTAH PROPINSI


Pendapatan Bagi Hasil Pajak 5.3.3 94.205.328.000,00 73.868.806.474,00
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 5.3.3.1 8.080.000.000,00 11.367.000.000,00
Jumlah Pendapatan Bagi Hasil dari Propinsi 5.3.3.2 102.285.328.000,00 85.235.806.474,00
CONTOH LAPORAN ARUS KAS PEMDA

PENDAPATAN LAIN-LAIN YANG SAH 5.3.4


Pendapatan Hibah 5.3.4.1 21.984.517.450,00 20.785.299.550,00
Bosnas 5.3.4.2 54.525.375.000,00
DPPIP 5.3.4.3 1.000.000.000,00
DPPID 5.3.4.4 3.983.760.000,00 900.000.000,00
Jumlah Pendapatan Lain-lain yang Sah 80.493.652.450,00 22.685.299.550,00
Jumlah Arus Masuk Kas 1.311.395.647.855,47 1.095.318.780.109,93

ARUS MASUK KAS


Belanja Pegawai/Personalia 860.572.677.185,19 755.838.243.854,94
Belanja Barang 214.562.841.228,24 182.639.531.636,08
Belanja Bunga 61.570.548,15 77.980.369,31
Belanja Bantuan Sosial 30.102.115.317,00 32.161.755.577,00
Belanja Tidak Terduga 489.223.000,00 4.404.090.314,00
Belanja Hibah 36.819.419.800,00 18.413.622.487,00
Belanja Bagi Hasil kpd Pem. Prov/Kab/Desa 19.693.062.267,00 19.528.558.295,00
Belanja Bantuan Keuangan kpd Pem. Prov/Kab/Desa 19.642.856.031,00 18.726.347.000,00
Jumlah Arus Kas Keluar 1.181.943.765.376,58 1.031.790.129.533,33
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 129.451.882.478,89 63.528.650.576,60
CONTOH LAPORAN ARUS KAS PEMDA

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON KEUANGAN


ARUS MASUK KAS 5.3.2
Pendapatan dari Penjualan atas Gedung dan Bangunan 5.3.2.1
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap 5.3.2.2 77.900.000,00 310.107.450,00
Pendapatan dari Penjualan Aset Lain 5.3.2.3
Jumlah Arus Masuk Kas 77.900.000,00 310.107.450,00

ARUS KELUAR KAS 5.3.2.2


Bangunan Dalam Pengerjaan 5.3.2.2.1
Belanja Tanah 5.3.2.2.2 16.552.702.227,00 69.802.625,00
Belanja Peralatan dan Mesin 5.3.2.2.3 12.745.728.259,00 25.939.878.319,00
Belanja Gedung dan Bangunan 5.3.2.2.4 25.008.806.786,65 31.751.996.688,81
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 5.3.2.2.5 41.563.390.374,07 29.450.357.528,00
Belanja Aset Tetap Lainnya 5.3.2.2.6 240.771.488,00 12.600.234.210,00
Belanja Aset Lainnya 5.3.2.2.7
Mutasi Investasi Permanen 5.3.2.2.8
Biaya Dibayar Dimuka 5.3.2.2.9
Jumlah Arus Keluar Kas 96.111.399.134,72 99.812.269.370,81
Arus Kas Bersih dari Akt. Investasi Non Keuangan (96.033.499.134,72) (99.502.161.920,81)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN 5.3.3


ARUS MASUK KAS 5.3.3.1
Penerimaan Kembali Pinjaman 5.3.3.1.1
Penerimaan Pajak Bencana 5.3.3.1.2
Jumlah Arus Masuk Kas - -
CONTOH LAPORAN ARUS KAS PEMDA

ARUS KELUAR KAS 5.3.3.2


Pembayaran Pokok Pinjaman 5.3.3.2.1 137.744.928,40 137.744.928,40
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 5.3.3.2.2 6.000.000.000,00 10.500.000.000,00
Pemberian Pinjaman Derah 5.3.3.2.3 6.100.500.000,00
Pengembalian PPh 21 5.3.3.2.4
Pembayaran Hutang Pajak Bencana 5.3.3.2.5
JPKM 5.3.3.2.6
Restitusi Pajak 5.3.3.2.7
Jumlah Arus Keluar Kas 6.137.744.928,40 16.738.244.928,40
Arus Kas Bersih Dari Aktivitas Pembiayaan (6.137.744.928,40) (16.738.244.928,40)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN 5.3.4


ARUS KAS MASUK 5.3.4.1
Penerimaan PPh 21 5.3.4.1.1 12.711.179.461,00 10.217.690.756,00
Penerimaan Askes 5.3.4.1.2 8.912.841.871,80 8.039.169.859,00
Penerimaan Taperum 5.3.4.1.3 1.239.144.000,00 1.256.759.000,00
Pembayaran dana pensiun 5.3.4.1.4 35.625.881.019,20 32.131.350.878,00
Jumlah Arus Masuk Kas 58.489.046.352,00 51.644.970.493,00

ARUS KELUAR KAS 5.3.4.2


Pembayaran PP 21 5.3.4.2.1 12.711.179.461,00 10.217.690.756,00
Pembayaran Askes 5.3.4.2.2 8.912.841.871,80 8.039.169.859,00
Pembayaran Taperum 5.3.4.2.3 1.239.144.000,00 1.256.759.000,00
Pemabayaran dana pensiun 5.3.4.2.4 35.625.881.019,20 32.131.350.878,00
Jumlah Arus Keluar Kas 58.489.046.352,00 51.644.970.493,00
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran - -
CONTOH LAPORAN ARUS KAS PEMDA

Kenaikan/Penurunan Kas 27.280.638.415,77 (52.711.756.272,61)


Saldo Awal Kas 111.413.870.267,05 164.125.626.539,66
Saldo Akhir Kas 138.694.508.682,82 111.413.870.267,05
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran - Utang Pajak Pusat 625.679.485,96 380.058.213,17
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran - Utang Pajak Restouran 108.553.971,00
Saldo Kas kelebihan setor dana bergulir 13.619.750,00
Saldo kas pada Rekening SKPD - Jasa Giro 105.551.763,00 70.379.407,00
Saldo kas di Bendahara Penerimaan 340.565.995,00 23.738.102,00
Saldo akhir kas di Jamkesmas Puskesmas 55.000,00 85.000,00
Saldo akhir kas di Penguatan Modal Kontribusi - 59.382.950,00
Saldo akhir kas di Bendahara Dinkes 2.617.880,00 -
Saldo Akhir Kas 5.3.5 139.891.052.527,78 111.947.483.939,22
ANALISA LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH

“ Melihat Kinerja dan Memahami Kondisi


Keuangan Pemerintah”
.
DEFINISI

 Analisa laporan keuangan adalah suatu cara untuk mengetahui dan memahami
kondisi keuangan suatu entitas dalam rangka mengambil suatu keputusan,
dengan cara melakukan analisa terhadap pos-pos yang terdapat dalam laporan
keuangan.
.
MEKANISME

Laporan Keuangan

Metode/teknik Analisis

Informasi untuk Pengambilan


Keputusan
TUJUAN

Pemerintah Pusat / Pemerintah Daerah

Kondisi keuangan
Dituangkan Dlm

LAPORAN KEUANGAN

Dianalisis Untuk

• Understanding
• Diagnosis
• Forecasting
• Evaluation
METODE ANALISA
 Vertikal
 Analisa laporan keuangan dengan cara menghubungkan atau membandingkan pos-
pos laporan keuangan suatu entitas dengan pos-pos lainnya dalam satu laporan
keuangan untuk satu periode pelaporan, sehingga nampak besarnya persentase
suatu pos terhadap pos lain yang dijadikan dasar.
 Horizontal
 Analisa laporan keuangan dengan cara membandingkan data keuangan
satu entitas selama lebih dari satu periode pelaporan, sehingga nampak
pos-pos yang berubah selama periode analisa tersebut.
 Korelasi
 Analisa laporan keuangan dengan cara menghubungkan atau
membandingkan pos-pos laporan keuangan dalam suatu laporan keuangan
dengan pos-pos laporan keuangan dalam laporan keuangan lainnya dalam
suatu entitas untuk satu periode pelaporan, sehingga nampak besarnya
persentase suatu pos terhadap pos lain yang dijadikan dasar (rasio) atau
nampak pengaruh dari suatu pos terhadap suatu pos lainnya.
TEKHNIK ANALISA
 Comparative
 Analisa yang dilakukan dengan cara melakukan perbandingan antar rencana
(anggaran) dan realisasi, antar periode untuk suatu laporan keuangan entitas atau
perbandingan suatu laporan keuangan antar entitas.
 Common Size
 Analisa yang dilakukan dengan melihat ukur-ukuran umum dari suatu laporan.
 Trend
 Analisa yang dilakukan dengan cara melihat perkembangan suatu pos laporan
keuangan dalam periode lebih dari 2 (dua) tahun (time serie analisys).
 Rasio
 Analisa yang dilakukan dengan melakukan perbandingan antar pos laporan
keuangan baik dalam satu laporan keuangan maupun antar laporan keuangan
sehingga diperoleh nilai dalam bentuk prosentase atau rasio.
 Analisa Khusus
 Analisa yang dilakukan dengan menggunakan data-data lain di luar data dalam
laporan keuangan seperti : ramalan pendapatan, analisa piutang tidak tertagih dan
lain sebagainya.
TEKHNIK

 Horizontal
 Comparative
 Trend
 Vertikal
 Common Size
 Rasio
 Korelasi
 Rasio
 Analisa Khusus : Regresi
IKHTISAR

Understanding

Diagnostic
Tujuan
Forecasting

Evaluation

LRA

Analisa LK Peralatan Neraca

Arus Kas

Vertikal

Sistematika Metode Horizontal

Korelasi

Perbandingan

Common Size
Tekhnik
Trend

Rasio
COMPARATIVE – ANGGARAN V.S. REALISASI
Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Daerah
Anggaran Realisasi
Prosentase
TA 2010 TA 2010
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 973,400 785,000 81%
Pendapatan Retribusi Daerah 304,048 245,200 81%
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 147,000 150,000 102%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 349,076 356,200 102%
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 1,773,524 1,536,400 87%
Pendapatan Transfer
Pendapatan Bagian Daerah PBB & BPHTB 429,514 452,120 105%
Pendapatan Bagian Daerah PPh 731,472 653,100 89%
Pendapatan Bagian Daerah SDA 425,400 354,500 83%
Dana Alokasi Umum 522,432 453,500 87%
Dana Alokasi Khusus 296,571 245,100 83%
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 2,034 2,450 120%
Jumlah Pendapatan Transfer 2,407,423 2,160,770 90%
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Pendapatan Hibah 7,252 7,400 102%
Pendapatan Dana Darurat 54,516 35,400 65%
Lain-lain Pendapatan 50,292 45,720 91%
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah 112,060 88,520 79%

TOTAL PENDAPATAN 4,293,007 3,785,690 88%


dst …… …
COMPARATIVE – ANGGARAN V.S. REALISASI
Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Daerah
Anggaran Realisasi
Prosentase
TA 2010 TA 2010
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 973,400 785,000 81%
Pendapatan Retribusi Daerah 304,048 245,200 81%
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 147,000 150,000 102%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 349,076 356,200 102%
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 1,773,524 1,536,400 87%
Pendapatan Transfer
Pendapatan Bagian Daerah PBB & BPHTB 429,514 452,120 105%
Pendapatan Bagian Daerah PPh 731,472 653,100 89%
Pendapatan Bagian Daerah SDA 425,400 354,500 83%
Dana Alokasi Umum 522,432 453,500 87%
Dana Alokasi Khusus 296,571 245,100 83%
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 2,034 2,450 120%
Jumlah Pendapatan Transfer 2,407,423 2,160,770 90%
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Pendapatan Hibah 7,252 7,400 102%
Pendapatan Dana Darurat 54,516 35,400 65%
Lain-lain Pendapatan 50,292 45,720 91%
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah 112,060 88,520 79%

TOTAL PENDAPATAN 4,293,007 3,785,690 88%


dst …… …
COMPARATIVE – ANTAR PERIODE
Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Daerah
Naik
TA 2011 TA 2010 Prosentase
(Turun)
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 973,400 785,000 188,400 24%
Pendapatan Retribusi Daerah 304,048 245,200 58,848 24%
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 147,000 150,000 (3,000) -2%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 349,076 356,200 (7,124) -2%
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 1,773,524 1,536,400 237,124 15%
Pendapatan Transfer
Pendapatan Bagian Daerah PBB & BPHTB 429,514 452,120 (22,606) -5%
Pendapatan Bagian Daerah PPh 731,472 653,100 78,372 12%
Pendapatan Bagian Daerah SDA 425,400 354,500 70,900 20%
Dana Alokasi Umum 522,432 453,500 68,932 15%
Dana Alokasi Khusus 296,571 245,100 51,471 21%
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 2,034 2,450 (417) -17%
Jumlah Pendapatan Transfer 2,407,423 2,160,770 246,653 11%
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Pendapatan Hibah 7,252 7,400 (148) -2%
Pendapatan Dana Darurat 54,516 35,400 19,116 54%
Lain-lain Pendapatan 50,292 45,720 4,572 10%
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah 112,060 88,520 23,540 27%

TOTAL PENDAPATAN 4,293,007 3,785,690 507,317 13%


dst …… …
COMPARATIVE – ANTAR PERIODE
Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Daerah
Naik
TA 2011 TA 2010 Prosentase
(Turun)
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 973,400 785,000 188,400 24%
Pendapatan Retribusi Daerah 304,048 245,200 58,848 24%
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 147,000 150,000 (3,000) -2%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 349,076 356,200 (7,124) -2%
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 1,773,524 1,536,400 237,124 15%
Pendapatan Transfer
Pendapatan Bagian Daerah PBB & BPHTB 429,514 452,120 (22,606) -5%
Pendapatan Bagian Daerah PPh 731,472 653,100 78,372 12%
Pendapatan Bagian Daerah SDA 425,400 354,500 70,900 20%
Dana Alokasi Umum 522,432 453,500 68,932 15%
Dana Alokasi Khusus 296,571 245,100 51,471 21%
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 2,034 2,450 (417) -17%
Jumlah Pendapatan Transfer 2,407,423 2,160,770 246,653 11%
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Pendapatan Hibah 7,252 7,400 (148) -2%
Pendapatan Dana Darurat 54,516 35,400 19,116 54%
Lain-lain Pendapatan 50,292 45,720 4,572 10%
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah 112,060 88,520 23,540 27%

TOTAL PENDAPATAN 4,293,007 3,785,690 507,317 13%


dst …… …
COMPARATIVE – ANTAR ENTITAS
Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Daerah

SKPD A SKPD B Prosentase

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 973,400 785,000 81%
Pendapatan Retribusi Daerah 304,048 245,200 81%
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 147,000 150,000 102%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 349,076 356,200 102%
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 1,773,524 1,536,400 87%
Pendapatan Transfer
Pendapatan Bagian Daerah PBB & BPHTB 429,514 452,120 105%
Pendapatan Bagian Daerah PPh 731,472 653,100 89%
Pendapatan Bagian Daerah SDA 425,400 354,500 83%
Dana Alokasi Umum 522,432 453,500 87%
Dana Alokasi Khusus 296,571 245,100 83%
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 2,034 2,450 120%
Jumlah Pendapatan Transfer 2,407,423 2,160,770 90%
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Pendapatan Hibah 7,252 7,400 102%
Pendapatan Dana Darurat 54,516 35,400 65%
Lain-lain Pendapatan 50,292 45,720 91%
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah 112,060 88,520 79%

TOTAL PENDAPATAN 4,293,007 3,785,690 88%


dst …… …
COMPARATIVE – ANTAR ENTITAS
Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Daerah

SKPD A SKPD B Prosentase

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 973,400 785,000 81%
Pendapatan Retribusi Daerah 304,048 245,200 81%
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 147,000 150,000 102%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 349,076 356,200 102%
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 1,773,524 1,536,400 87%
Pendapatan Transfer
Pendapatan Bagian Daerah PBB & BPHTB 429,514 452,120 105%
Pendapatan Bagian Daerah PPh 731,472 653,100 89%
Pendapatan Bagian Daerah SDA 425,400 354,500 83%
Dana Alokasi Umum 522,432 453,500 87%
Dana Alokasi Khusus 296,571 245,100 83%
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 2,034 2,450 120%
Jumlah Pendapatan Transfer 2,407,423 2,160,770 90%
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Pendapatan Hibah 7,252 7,400 102%
Pendapatan Dana Darurat 54,516 35,400 65%
Lain-lain Pendapatan 50,292 45,720 91%
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah 112,060 88,520 79%

TOTAL PENDAPATAN 4,293,007 3,785,690 88%


dst …… …
COMMON SIZE
Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Daerah

Tahun 2011 Prosentase

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 973,400 23%
Pendapatan Retribusi Daerah 304,048 7%
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 147,000 3%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 349,076 8%
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 1,773,524 41%
Pendapatan Transfer
Pendapatan Bagian Daerah PBB & BPHTB 429,514 10%
Pendapatan Bagian Daerah PPh 731,472 17%
Pendapatan Bagian Daerah SDA 425,400 10%
Dana Alokasi Umum 522,432 12%
Dana Alokasi Khusus 296,571 7%
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 2,034 0%
Jumlah Pendapatan Transfer 2,407,423 56%
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Pendapatan Hibah 7,252 0%
Pendapatan Dana Darurat 54,516 1%
Lain-lain Pendapatan 50,292 1%
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah 112,060 3%

TOTAL PENDAPATAN 4,293,007 100%


dst …… …
COMMON SIZE
Laporan Realisasi Anggaran
Pemerintah Daerah

Tahun 2011 Prosentase

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 973,400 23%
Pendapatan Retribusi Daerah 304,048 7%
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 147,000 3%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 349,076 8%
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 1,773,524 41%
Pendapatan Transfer
Pendapatan Bagian Daerah PBB & BPHTB 429,514 10%
Pendapatan Bagian Daerah PPh 731,472 17%
Pendapatan Bagian Daerah SDA 425,400 10%
Dana Alokasi Umum 522,432 12%
Dana Alokasi Khusus 296,571 7%
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 2,034 0%
Jumlah Pendapatan Transfer 2,407,423 56%
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Pendapatan Hibah 7,252 0%
Pendapatan Dana Darurat 54,516 1%
Lain-lain Pendapatan 50,292 1%
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah 112,060 3%

TOTAL PENDAPATAN 4,293,007 100%


dst …… …
COMMON SIZE
Laporan Realisasi Anggaran
dalam Persentase terhadap Total Pendapatan
Pemerintah Daerah SAMPUNG BARU
TA 2000
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah ….. dst 47%
Pendapatan Dana Perimbangan dst …. 24%
Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Propinsi 23%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 6%
Total Pendapatan 100%

Belanja 100%
Belanja Operasi
Belanja Pegawai 12%
Belanja Barang dan Jasa 23%
Belanja Perjalanan Dinas 10%
Belanja Pinjaman 7%
Belanja Subsidi 8%
Belanja Hibah 4%
Belanja Bantuan Sosial 1%
Belanja Operasi Lainnya 3%
Total Belanja Operasi 68%
Belanja Modal
Belanja Modal Aset Tetap 20%
Belanja Modal Aset Lainnya 12%
Total Belanja Modal 32%
dst ….
COMMON SIZE
Laporan Realisasi Anggaran
dalam Persentase terhadap Total Pendapatan
Pemerintah Daerah SAMPUNG BARU
TA 2000
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah ….. dst 47%
Pendapatan Dana Perimbangan dst …. 24%
Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Propinsi 23%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 6%
Total Pendapatan 100%

Belanja 100%
Belanja Operasi
Belanja Pegawai 12%
Belanja Barang dan Jasa 23%
Belanja Perjalanan Dinas 10%
Belanja Pinjaman 7%
Belanja Subsidi 8%
Belanja Hibah 4%
Belanja Bantuan Sosial 1%
Belanja Operasi Lainnya 3%
Total Belanja Operasi 68%
Belanja Modal
Belanja Modal Aset Tetap 20%
Belanja Modal Aset Lainnya 12%
Total Belanja Modal 32%
dst ….
TREND ANALISYS

Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran Per 31 Desember YYYY


Pemerintah Daerah
TA 2013 TA 2012 TA 2011 TA 2010 TA 2009
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 1,210,054 975,850 966,092 859,821 842,625
Pendapatan Retribusi Daerah 428,135 345,270 445,398 440,944 418,897
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 174,097 177,650 158,109 156,527 175,311
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 46,271 47,215 42,966 38,669 37,509
Total Pendapatan 1,858,557 1,545,985 1,612,564 1,495,962 1,474,342

Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran Per 31 Desember YYYY


Ditampilkan Sebagai Persentase dg Tahun Dasar 2009
Pemerintah Daerah
TA 2013 TA 2012 TA 2011 TA 2010 TA 2009
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 144% 116% 115% 102% 842,625
Pendapatan Retribusi Daerah 102% 82% 106% 105% 418,897
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 99% 101% 90% 89% 175,311
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 123% 126% 115% 103% 37,509
Total Pendapatan 126% 105% 109% 101% 1,474,342
TREND ANALISYS

Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran Per 31 Desember YYYY


Pemerintah Daerah
TA 2013 TA 2012 TA 2011 TA 2010 TA 2009
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 1,210,054 975,850 966,092 859,821 842,625
Pendapatan Retribusi Daerah 428,135 345,270 445,398 440,944 418,897
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 174,097 177,650 158,109 156,527 175,311
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 46,271 47,215 42,966 38,669 37,509
Total Pendapatan 1,858,557 1,545,985 1,612,564 1,495,962 1,474,342

Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran Per 31 Desember YYYY


Ditampilkan Sebagai Persentase dg Tahun Dasar 2009
Pemerintah Daerah
TA 2013 TA 2012 TA 2011 TA 2010 TA 2009
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Pajak Daerah 144% 116% 115% 102% 842,625
Pendapatan Retribusi Daerah 102% 82% 106% 105% 418,897
Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lain 99% 101% 90% 89% 175,311
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 123% 126% 115% 103% 37,509
Total Pendapatan 126% 105% 109% 101% 1,474,342
RASIO / INDIKATOR LAPORAN KEUANGAN

 Indikator Analisa Laporan Keuangan dan Kondisi Keuangan :


1. Indikator Likuiditas
2. Indikator Solvabilitas
3. Indikator Kemandirian (autonomous Indicators)
4. Indikator Efektivitas Anggaran Belanja
5. Indikator Kestabilan Pendapatan (Stability of Revenue Indicators)
6. Indikator Pola Belanja (Spending Patterns Indicators)
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
• Indikator Likuiditas
 Indikator ini menyediakan informasi pada kemampuan organisasi untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek, yaitu:

 Rasio Lancar (Current Ratio) :


Aset Lancar .
Utang Lancar

 Rasio Cepat (Quick Ratio) :


Aset Lancar – Persediaan .
Utang Lancar
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
• Indikator Solvabilitas
 Indikator ini menyediakan informasi pada kemampuan organisasi untuk
memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun
jangka panjang, yaitu:
 Rasio Solvabilitas : Total Aset .
Total Utang

 Rasio Utang Terhadap Ekuitas : Total Utang .


Total Ekuitas

 Rasio Utang Per Kapita: Total Utang .


Total Jumlah Penduduk

 Rasio Utang Terhadap PDRB : Total Utang .


PDRB
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
• Indikator Kemandirian (autonomous Indicators)
 Rasio Kemandirian Organisasi (tidak memiliki pinjaman) / Rasio Kecukupan
Pendapatan (Adequacy of Revenues/Operating Positions)
Total Pendapatan
Total Belanja
 Rasio Kemandirian Organisasi (memiliki pinjaman)
Total Pendapatan
Total Pinjaman
 Rasio Kemandirian Keuangan Daeah
Total PAD .
Pendapatan Transfer dan Pinjaman
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
• Indikator Efektivitas Belanja

 Rasio Pelayanan Program (Program Service Ratio)


Belanja-belanja Program (Program Expenses)
Total Belanja (Total Expenses)
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
• Indikator Kestabilan Pendapatan (Stability of Revenue Indicators)

 Rasio Pendapatan Pajak Properti/Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan


Operasi
Pendapatan Pajak Properti atau Bumi dan Bangunan
Total Pendapatan

 Rasio Efektivitas Pendapatan Pajak Properti/Bumi dan Bangunan


Pendapatan Pajak Properti tak Tertagih
Total Pajak Properti yang dipungut
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
• Indikator Pola Belanja (Spending Patterns Indicators)
 Rasio Pegawai terhadap Jumlah Penduduk atau Rasio Belanja Gaji Pegawai
terhadap total Belanja

Jumlah Pegawai (Number of Employees)


Jumlah Penduduk (Population)
Atau
Belanja gaji Pegawai (Payroll Expenditure)
Total Belanja (Total Expenditure)

 Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas organisasi. Nilai


rasio yang tinggi mengindikasikan operasi organisasi kurang efisien tapi
dapat juga berarti organisasi sedang meningkatkan tingkat pelayanan publik.
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
• Rata-rata proporsi nilai aset tetap terhadap total nilai aset pemerintah daerah secara
nasional berada pada kisaran 70 persen sampai dengan 85 persen.

Proporsi Nilai Aset Tetap Terhadap Total Nilai Aset, 432 Pemda Tahun 2008
120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

% Aset Tetap Thdp Total Aset


ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Proporsi Nilai Aset Tetap Terhadap Total Nilai Aset, 429 Pemda Tahun 2009
120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

% Aset Tetap Thdp Total Aset


ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Proporsi Nilai Aset Tetap Terhadap Total Nilai Aset, 462 Pemda Tahun 2010
120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

% Aset Tetap Thdp Total Aset


ANALISA LAPORAN KEUANGAN
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
SATU CONTOH PRAKTIK
ANALISA KONDISI
KEUANGAN PEMERINTAH

“ Melihat Kinerja dan Memahami Kondisi


Keuangan Pemerintah Daerah”
KONSEPTUALISASI
ANALISA KONDISI
KEUANGAN PEMERINTAH
DEFINISI KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH

 Kondisi keuangan Pemerintah Daerah dapat dipahami sebagai :


 kondisi dimana Pemerintah dapat memenuhi segala kewajiban keuangannya kepada
pemangku kepentingan ketika kewajiban tersebut jatuh tempo.
 kapasitas pemerintah untuk mendanai layanan secara berkelanjutan.

 Beberapa ahli melihat kondisi keuangan Pemerintah dengan menggunakan


tolok ukur sebagai berikut :
 solvabilitas kas,
 solvabilitas anggaran,
 solvabilitas jangka panjang dan
 solvabilitas layanan.

 Digunakan terutama untuk Pemerintahan Daerah


DEFINISI KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH

 Solvabilitas Kas
 adalah kemampuan pemerintah untuk menghasilkan kas yang cukup untuk memenuhi
kewajiban dalam waktu satu bulan sampai tiga bulan.

 Solvabilitas Anggaran
 mengacu pada kemampuan pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan yang
memadai untuk membiayai layanan standar atau layanan yang diinginkan.

 Solvabilitas Jangka Panjang


 menunjukkan kapasitas pemerintah daerah untuk memenuhi semua pengeluaran kegiatan-
kegiatannya, termasuk pengeluaran rutin dan pengeluaran lainnya yang hanya akan terjadi di
saat-saat pengeluaran tersebut harus diselesaikan.

 Solvabilitas Layanan
 adalah kemampuan pemerintah daerah untuk memberikan berbagai layanan dalam kuantitas
dan kualitas yang dibutuhkan dan diminta oleh rakyatnya.
DEFINISI KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH

 The Canadian Institute of Chartered Accountants (CICA, 1997) mendefinisikan


kondisi keuangan pemerintah sebagai kesehatan keuangan, yang diukur dari
aspek keberlanjutan, kerentanan dan fleksibilitas dalam konteks keseluruhan
lingkungan ekonomi dan keuangan.
 Kesinambungan keuangan
 adalah suatu kondisi di mana pemerintah mampu mempertahankan program yang sudah ada
dan memenuhi persyaratan kreditor tanpa menimbulkan beban utang terhadap
perekonomian.

 Fleksibilitas keuangan
 adalah suatu kondisi di mana pemerintah dapat meningkatkan sumber daya keuangan untuk
merespon peningkatan komitmen, baik melalui peningkatan pendapatan atau meningkatkan
kapasitas utang.
 Kerentanan finansial
 adalah suatu kondisi di mana pemerintah menjadi tergantung, sehingga menjadi rentan,
terhadap sumber pendanaan di luar kendali atau pengaruhnya, baik dari sumber-sumber
domestik dan internasional.
KONSEPTUALISASI DEFINISI KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH

STAKEHOLDERS

Apakah Pemerintah mampu memenuhi


Kewajiban keuangannya ?

Apakah Pemerintah mampu SOLVABILITAS JANGKA PENDEK &

Kewajiban
Hak
Mengeksekusi hak keuangan PANJANG
Secara efisien dan efektif

KEMANDIRIAN KEUANGAN
Apakah Pemerintah mampu
memberikan layanan dengan
standar dan kualitas yang
sesuai dengan keinginan
PEMERINTAH Program dan Kegiatan TUJUAN NEGARA masyarakat

SOLVABILITAS LAYANAN
Apakah Pemerintah mampu
Mengantisipasi kejadian tak Apakah Pemerintah mampu menutupi
terduga di masa datang ? Biaya operasionalnya ?

SOLVABILITAS ANGGARAN

LINGKUNGAN
KONSEPTUALISASI DEFINISI KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH

 Terdapat enam dimensi yang membentuk kondisi keuangan pemerintah yaitu :


1. kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, selanjutnya disebut
solvabilitas jangka pendek
2. kemampuan untuk memenuhi kewajiban operasional, selanjutnya disebut
solvabilitas anggaran
3. kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang, selanjutnya
disebut solvabilitas jangka panjang
4. kemampuan untuk mengatasi kejadian tak terduga di masa depan,
selanjutnya disebut fleksibilitas keuangan
5. kemampuan untuk melaksanakan hak-hak keuangan secara efektif dan
efisien, selanjutnya disebut kemandirian keuangan
6. kemampuan untuk memberikan layanan kepada masyarakat, selanjutnya
disebut solvabilitas layanan.
TAHAPAN MENGANALISIS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH

Tahap 1
Menentukan Kelompok Acuan (Benchmark) Pemerintah Daerah Yang
Setara
• Sebelum menghitung indeks indikator masing-masing dimensi, langkah
pertama adalah menentukan kelompok Pemerintah Daerah (Pemda) yang
memiliki karakteristik yang mirip dalam rangka tercapainya homogenitas antar
Pemda. Pengelompokan ini dimaksudkan untuk meningkatkan fairness dan
daya banding antar pemerintah daerah karena besaran indeks akan
menunjukkan kondisi keuangan realatif antar pemerintah daerah yang setara.
• Pemerintah Daerah dapat dikelompokkan berdasarkan jenis layanan yang
diberikannya, area, jumlah populasi; dan kepadatan penduduk dalam rangka
tercapainya homogenitas sehingga komparabilitasnya dapat dimaksimalkan
TAHAPAN MENGANALISIS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH

Tahap 2
Menghitung Indeks Indikator dan Indeks Dimensi
 Formula untuk menghitung indeks indikator adalah sebagai berikut:

Indeks Indikator = (nilai aktual - nilai minimum) /


(nilai maksimum – nilai minimum)

 Nilai minimum adalah nilai terendah dari semua data yang di observasi selama
perioda pengamatan. Nilai maksimum adalah nilai aktual tertinggi dari semua
data yang di observasi selama perioda pengamatan. Akibatnya, indeks akan
memiliki nilai tertinggi 1 dan nilai terendah 0.
TAHAPAN MENGANALISIS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH

 Formula untuk menghitung indeks dimensi adalah sebagai berikut.

Index dimensi = (IIndikator-1 + IIndikator-2 +…+ IIndikator-n ) : n

 Dimana :
 I adalah indeks indikator dan
 n adalah jumlah indikator yang membentuk dimensi.
TAHAPAN MENGANALISIS KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH

Tahap 3
Menghitung Indeks Komposit Kondisi Keuangan Pemerintah Daerah
 Setelah menghitung indeks dimensi dan indeks indikator kondisi keuangan,
langkah berikutnya adalah menghitung indeks komposit kondisi keuangan
pemerintah daerah.
 Indeks kondisi keuangan adalah rata-rata tertimbang dari indeks dimensi yang
membentuknya.
 Formula menghitung indeks komposit adalah sebagai berikut :

FCI = w1*DI1 + w2*DI2+……+wn*DIn


TAHAP-TAHAP MENGANALISIS KONDISI KEUANGAN PEMDA

 Dimana :
 FCI = Indeks kondisi keuangan,
 w = bobot indeks dimensi;
 DI = indeks dimensi,
 n = jumlah dimens
ANALISA KEMANDIRIAN
KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH
PENGANTAR

 Kemandirian keuangan adalah suatu kondisi di mana pemerintah daerah tidak


rentan terhadap sumber pendanaan di luar kendalinya atau pengaruhnya, baik
dari sumber-sumber nasional dan internasional (CICA, 1997).
 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dihitung dengan menggunakan formula
sebagai berikut :

Rasio A = Total pendapatan asli daerah : Total pendapatan


Rasio B = Total pendapatan asli daerah : Total belanja

• Semakin besar nilai rasio-rasio tersebut, semakin besar pula kontribusi


pendapatan asli daerah dalam mendanai aktivita pemda. Dengan demikian,
semakin besar nilai dari kedua rasio, maka semakin baik kemandirian
keuangan pemerintah daerah.
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS KEMANDIRIAN KEUANGAN

Tahap 1: Menghitung Rasio-Rasio Kemandirian Keuangan


 Menghitung rasio-rasio yang menggambarkan kemandirian keuangan
berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit. Berikut ini adalah hasil
penghitungan rasio-rasio kemandirian keuangan untuk tahun 2010 untuk
seluruh pemerintah kabupaten di Provinsi Bali.
No Pemerintah Daerah Rasio A Rasio B
1 Kabupaten Jembrana 0,09 0,08
2 Kabupaten Tabanan 0,15 0,15
3 Kabupaten Badung 0,69 0,74
4 Kabupaten Gianyar 0,20 0,20
5 Kabupaten Klungkung 0,07 0,07
6 Kabupaten Bangli 0,03 0,03
7 Kabupaten Karangasem 0,09 0,10
8 Kabupaten Buleleng 0,10 0,10

Sumber: data diolah dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI tahun 2010 atas pemda pemda di Propinsi Bali
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS KEMANDIRIAN KEUANGAN

Tahap 2: Menghitung Indeks Rasio


 Menghitung indeks masing-masing rasio dengan formula:

Indeks Rasion = (Nilai Aktualn – Nilai Terendah) /


(Nilai Tertinggi – Nilai Terendah)

 Misalnya, untuk Rasio A, nilai maksimal adalah 0,69 dan nilai minimal adalah
0,03. Dengan demikian indeks Rasio A untuk Pemerintah Kabupaten Jembrana
adalah (0,09 – 0,03) / (0,69 – 0,03) = 0,08. Berikut ini disajikan indeks rasio
kemandirian keuangan tahun 2010 untuk semua pemerintah kabupaten di
Provinsi Bali.
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS KEMANDIRIAN KEUANGAN

No Pemerintah Daerah Indeks Rasio A Indeks Rasio B


1 Kabupaten Jembrana 0,08 0,07
2 Kabupaten Tabanan 0,18 0,16
3 Kabupaten Badung 1,00 1,00
4 Kabupaten Gianyar 0,25 0,24
5 Kabupaten Klungkung 0,06 0,05
6 Kabupaten Bangli 0,00 0,00
7 Kabupaten Karangasem 0,09 0,09
8 Kabupaten Buleleng 0,10 0,10
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS KEMANDIRIAN KEUANGAN

Tahap 3: Menghitung Indeks Dimensi Kemandirian Keuangan


 Menghitung indeks dimensi kemandirian keuangan yang merupakan rata-rata
aritmatik dari indeks rasio-rasio kemandirian keuangan. Misalnya, indeks
kemandirian keuangan Pemerintah Kabupaten Jembrana adalah (0,08 + 0,07) /
2 = 0,075 dibulatkan menjadi 0,08.
Indeks Dimensi
No Pemerintah Daerah Kemandirian
Keuangan
1 Kabupaten Jembrana 0,08
2 Kabupaten Tabanan 0,17
3 Kabupaten Badung 1,00
4 Kabupaten Gianyar 0,25
5 Kabupaten Klungkung 0,05
6 Kabupaten Bangli 0,00
7 Kabupaten Karangasem 0,09
8 Kabupaten Buleleng 0,10
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS KEMANDIRIAN KEUANGAN

 Tabel di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Badung, dengan


indeks 1,00, adalah pemda yang paling baik dalam dimensi kemandirian
keuangan dibandingkan dengan sejawatnya untuk kelompok pemerintah
kabupaten di Propinsi Bali. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Bangli,
indeks 0.00, adalah pemda yang paling lemah dalam kelompok pemerintah
kabupaten di Propinsi Bali.
ANALISA
SOLVABILITAS ANGGARAN
PEMERINTAH DAERAH
PENGANTAR

 Solvabilitas anggaran menunjukkan kemampuan pemerintah daerah untuk


mendapatkan pendapatan untuk mendanai operasinya selama satu perioda
anggaran keuangan.
 Dengan demikian, indikator dimensi ini harus menunjukkan keseimbangan
antara pendapatan normal Pemda (yaitu sebagai pembilang) dan pengeluaran
operasional (yaitu sebagai penyebut) selama satu perioda.
 Formulasi rasio-rasio solvabilitas anggaran adalah sebagai berikut :

Rasio A = (Total pendapatan - pendapatan dana alokasi khusus) / (Total


Belanja - Belanja modal)
Rasio B = (Total pendapatan - pendapatan dana alokasi khusus)/ Belanja
Operasional
Rasio C = (Total pendapatan - pendapatan dana alokasi khusus)/ Belanja
Pegawai
Rasio D = Total pendapatan/ Total Belanja
ANALISIS SOLVABILITAS ANGGARAN

 Pengurangan pendapatan dana alokasi khusus dari total pendapatan karena


pendapatan dana alokasi khusus bukanlah pendapatan yang bersifat reguler
dan berada di luar kendali pemerintah daerah.

 Semakin tinggi nilai rasio-rasio tersebut maka menunjukkan semakin banyak


pendapatan Pemda yang tersedia untuk untuk membiayai belanja operasional
pemerintah daerah.

 Ini berarti bahwa pertumbuhan nilai-nilai rasio ini menunjukkan kondisi


solvabilitas anggaran yang membaik.
ANALISIS SOLVABILITAS ANGGARAN
Tahap 1: Menghitung Rasio-Rasio Solvabilitas Anggaran
 Menghitung rasio-rasio yang menggambarkan dimensi solvabilitas anggaran
berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit. Berikut ini adalah hasil
penghitungan rasio-rasio solvabilitas anggaran untuk tahun 2010 untuk seluruh
pemerintah kabupaten di Propinsi Bali.
No Pemerintah Daerah Rasio A Rasio B Rasio C Rasio D
1 Kabupaten Jembrana 1,04 1,08 1,6 0,99
2 Kabupaten Tabanan 1,05 1,06 1,43 1,01
3 Kabupaten Badung 1,24 1,39 2,36 1,08
4 Kabupaten Gianyar 1,13 1,16 1,49 1,02
5 Kabupaten Klungkung 1,05 1,05 1,43 1,01
6 Kabupaten Bangli 1,11 1,19 1,54 1,01
7 Kabupaten Karangasem 1,06 1,12 1,4 1,02
8 Kabupaten Buleleng 0,995 0,999 1,31 1,02

Sumber: data diolah dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI tahun 2010 atas pemda-pemda di Propinsi Bali
ANALISIS SOLVABILITAS ANGGARAN

Tahap 2: Menghitung Indeks Rasio


 Menghitung indeks masing-masing rasio dengan formula:

Indeks Rasion = (Nilai Aktualn – Nilai Terendah) /


(Nilai Tertinggi – Nilai Terendah)

 Misalnya, untuk Rasio A, nilai maksimal adalah 1,24 dan nilai minimal adalah
0,995. Dengan demikian indeks Rasio A untuk Pemerintah Kabupaten
Jembrana adalah (1,04 – 0,995) / (1,24 – 0,995) = 0,17.
 Berikut ini disajikan indeks rasio kemandirian keuangan tahun 2010 untuk
semua pemerintah kabupaten di Propinsi Bali.
ANALISIS SOLVABILITAS ANGGARAN

No Pemerintah Daerah Indeks Rasio A Indeks Rasio B Indeks Rasio C Indeks Rasio D
1 Kabupaten Jembrana 0.17 0.21 0.28 0
2 Kabupaten Tabanan 0.24 0.15 0.12 0.31
3 Kabupaten Badung 1 1 1 1
4 Kabupaten Gianyar 0.54 0.42 0.17 0.4
5 Kabupaten Klungkung 0.2 0.12 0.12 0.28
6 Kabupaten Bangli 0.46 0.49 0.22 0.26
7 Kabupaten Karangasem 0.27 0.31 0.09 0.41
8 Kabupaten Buleleng 0 0 0 0.34
ANALISIS SOLVABILITAS ANGGARAN

Tahap 3: Menghitung Indeks Dimensi Solvabilitas Anggaran


 Menghitung indeks dimensi solvabilitas anggaran yang merupakan rata-rata
aritmatik dari indeks rasio-rasio kemandirian keuangan. Misalnya, indeks
solvabilitas anggaran Pemerintah Kabupaten Jembrana adalah (0,17 + 0,21 +
0,28 + 0,00) / 4 = 0,16.
No Pemerintah Daerah Indeks Dimensi Solvabilitas Anggaran

1 Kabupaten Jembrana 0,16


2 Kabupaten Tabanan 0,2
3 Kabupaten Badung 1
4 Kabupaten Gianyar 0,38
5 Kabupaten Klungkung 0,18
6 Kabupaten Bangli 0,36
7 Kabupaten Karangasem 0,27
8 Kabupaten Buleleng 0,09
ANALISIS SOLVABILITAS ANGGARAN

 Tabel di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Badung, dengan


indeks 1,00, adalah pemda yang paling baik dalam dimensi solvabilitas
anggaran dibandingkan dengan sejawatnya untuk kelompok pemerintah
kabupaten di Propinsi Bali. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Buleleng,
dengan indeks 0,09, adalah pemda yang paling lemah dalam kelompok
pemerintah kabupaten di Propinsi Bali.
ANALISA
SOLVABILITAS KEUANGAN
JANGKA PENDEK
PEMERINTAH DAERAH
PENGANTAR

 Solvabilitas keuangan jangka pendek menunjukkan kemampuan pemerintah


daerah untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang jatuh tempo dalam
waktu 30 sampai 60 hari atau kurang atau sama dengan 12 bulan.
 Informasi keuangan tentang kewajiban pemerintah daerah yang akan jatuh
tempo dalam satu tahun ditampilkan dalam segmen kewajiban lancar dalam
neraca,
 Sedangkan sumber daya pemerintah daerah yang tersedia dan dimaksudkan
untuk digunakan dalam satu tahun digambarkan di segmen aktiva lancar di
neraca.
 Oleh karena itu, untuk menunjukkan solvabilitas jangka pendek, pembilang dari
rasio-rasio dimensi ini adalah aktiva lancar dan penyebutnya adalah kewajiban
lancar pemerintah daerah.
PENGANTAR

 Rasio-rasio untuk mengukur solvabilitas keuangan jangka pendek pemerintah


daerah adalah sebagai berikut :

Rasio A = (Kas/Setara Kas + Investasi Jangka Pendek)/


Hutang Jangka Pendek
Rasio B = (Kas/Setara Kas + Investasi Jangka Pendek + Piutang)/
Hutang Jangka Pendek
Rasio C = Aktiva Lancar/Hutang Lancar
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS SOLVABILITAS KEUANGAN JANGKA
PENDEK
Tahap 1: Menghitung Rasio-Rasio Solvabilitas Keuangan Jangka Pendek
 Menghitung rasio-rasio yang meggambarkan solvabilitas jangka pendek
berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit. Berikut ini adalah hasil
penghitungan rasio-rasio solvabilitas untuk tahun 2010 untuk seluruh
pemerintah kabupaten di Provinsi Bali.

No Nama Daerah Rasio A Rasio B Rasio C


1 Kabupaten Jembrana 13,69 17,72 18,37
2 Kabupaten Tabanan 7,24 9,84 11,27
3 Kabupaten Badung 98,76 148,49 149,61
4 Kabupaten Gianyar 3,37 4,7 4,98
5 Kabupaten Klungkung 83,93 102,85 109,03
6 Kabupaten Bangli 52,68 73,18 74,09
7 Kabupaten Karangasem 21,51 28,93 30,84
8 Kabupaten Buleleng 5,55 9,07 10,5

Sumber: Data diolah dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI tahun 2010 atas pemda di Propinsi Bali
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS SOLVABILITAS KEUANGAN JANGKA
PENDEK
Tahap 2: Menghitung Indeks Rasio
 Menghitung indeks masing-masing rasio dengan formula:

Indeks Rasion = (Nilai Aktualn – Nilai Terendah) /


(Nilai Tertinggi – Nilai Terendah)

 Misalnya, untuk Rasio A, nilai maksimal adalah 98,76 dan nilai minimal adalah
3,37. Dengan demikian indeks Rasio A untuk Pemerintah Kabupaten Jembrana
adalah (13,69 – 3,37) / (98,76 – 3,37) = 0,11. Berikut ini disajikan indeks rasio
solvabilitas keuangan jangka pendek tahun 2010 untuk semua pemerintah
kabupaten di Provinsi Bali
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS SOLVABILITAS KEUANGAN JANGKA
PENDEK

No Nama Daerah Indeks Rasio A Indeks Rasio B Indeks Rasio C


1 Kabupaten Jembrana 0,11 0,09 0,09
2 Kabupaten Tabanan 0,04 0,04 0,04
3 Kabupaten Badung 1 1 1
4 Kabupaten Gianyar 0 0 0
5 Kabupaten Klungkung 0,84 0,68 0,72
6 Kabupaten Bangli 0,52 0,48 0,48
7 Kabupaten Karangasem 0,19 0,17 0,18
8 Kabupaten Buleleng 0,02 0,03 0,04
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS SOLVABILITAS KEUANGAN JANGKA
PENDEK
Tahap 3: Menghitung Indeks Dimensi Solvabilitas Keuangan Jangka Pendek
 Menghitung indeks demensi solvabilitas keuangan jangka pendek yang
merupakan rata-rata aritmatik dari indeks rasio-rasio solvabilitas keuangan
jangka pendek. Misalnya, indeks dimensi solvabilitas keuangan jangka pendek
Pemerintah Kabupaten Jembrana adalah (0,11 + 0,09 + 0,09) / 3 = 0,10.
Indeks Dimensi
Nama Pemerintah
No. Solvabilitas Jangka
Daerah
Pendek
1 Kabupaten Jembrana 0,1
2 Kabupaten Tabanan 0,04
3 Kabupaten Badung 1
4 Kabupaten Gianyar 0
5 Kabupaten Klungkung 0,75
6 Kabupaten Bangli 0,49
7 Kabupaten Karangasem 0,18
8 Kabupaten Buleleng 0,03
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS SOLVABILITAS KEUANGAN JANGKA
PENDEK
• Tabel di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Badung, indeks 1,00,
adalah pemda yang paling baik dalam dimensi solvabilitas keuangan jangka
pendek dibandingkan dengan sejawatnya untuk kelompok pemerintah
kabupaten di Propinsi Bali. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Gianyar,
indeks 0,00, adalah pemda yang paling lemah dalam kelompok pemerintah
kabupaten di Propinsi Bali.
ANALISA
SOLVABILITAS LAYANAN
PEMERINTAH DAERAH
PENGANTAR

 Solvabilitas layanan menunjukkan kemampuan pemerintah daerah untuk


menyediakan dan mempertahankan kualitas pelayanan publik yang dibutuhkan
dan diinginkan oleh masyarakat.
 Untuk memenuhi definisi tersebut, maka penyebut untuk rasio-rasio untuk
dimensi ini adalah jumlah orang yang dilayani oleh pemerintah daerah.
 Di sisi lain, pembilang untuk rasio ini adalah sumber daya fasilitas atau sarana
yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk memberikan
layanan kepada masyarakat.
PENGANTAR

Rasio Tingkat Layanan Solvabilitas

Rasio A = Total ekuitas : Penduduk


Rasio B = Total aset : Penduduk
Rasio C = Total Aset Tetap : Penduduk
Rasio D = Total Belanja : Penduduk
Rasio E = Total Belanja Publik : Penduduk
Rasio F = Total Belanja Modal : Penduduk
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS KEMANDIRIAN KEUANGAN

Tahap 1: Menghitung Rasio-Rasio Solvabilitas Layanan


 Menghitung rasio-rasio yang menggambarkan solvabilitas layanan berdasarkan
laporan keuangan yang telah diaudit. Berikut ini adalah hasil penghitungan
rasio-rasio solvabilitas layanan untuk tahun 2010 untuk seluruh pemerintah
kabupaten di Provinsi Bali.
No Pemerintah Daerah Rasio A Rasio B Rasio C
1 Kabupaten Jembrana 4.306.030,04 4.321.630,41 1.896.925,43
2 Kabupaten Tabanan 4.726.046,78 4.744.163,77 1.838.149,62
3 Kabupaten Badung 7.397.225,15 7.406.496,13 2.427.720,71
4 Kabupaten Gianyar 2.466.438,33 2.514.346,12 1.605.177,53
5 Kabupaten Klungkung 3.610.157,62 3.614.328,89 2.591.721,69
6 Kabupaten Bangli 2.381.118,06 2.386.280,76 2.185.713,28
7 Kabupaten Karangasem 2.370.467,31 2.381.716,84 1.659.397,64
8 Kabupaten Buleleng 1.852.653,84 1.871.443,41 1.341.944,31
Sumber: data diolah dari Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RItahun 2010 atas pemda-pemda di Propinsi Bali
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS KEMANDIRIAN KEUANGAN

Tahap 2: Menghitung Indeks Rasio


 Menghitung indeks masing-masing rasio dengan formula:

Indeks Rasion = (Nilai Aktualn – Nilai Terendah) /


(NilaiTertinggi – Nilai Terendah)

 Misalnya, untuk Rasio A, nilai maksimal adalah 7.397.225,15 dan nilai minimal
adalah 1.852.653,84. Dengan demikian indeks Rasio A untuk Pemerintah
Kabupaten Jembrana adalah (4.306.030,04 - 1.852.653,84) / (7.397.225,15 –
1.852.653,84) = 0,44
 Berikut ini disajikan indeks rasio solvabilitas layanan tahun 2010 untuk semua
pemerintah kabupaten di Provinsi Bali.
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS KEMANDIRIAN KEUANGAN

No Pemerintah Daerah Indeks Rasio A Indeks Rasio B Indeks Rasio C


1 Kabupaten Jembrana 0,44 0,44 0,44
2 Kabupaten Tabanan 0,52 0,52 0,4
3 Kabupaten Badung 1,00 1,00 0,87
4 Kabupaten Gianyar 0,11 0,12 0,21
5 Kabupaten Klungkung 0,32 0,31 1,00
6 Kabupaten Bangli 0,1 0,09 0,68
7 Kabupaten Karangasem 0,09 0,09 0,25
8 Kabupaten Buleleng 0,00 0,00 0,00
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS KEMANDIRIAN KEUANGAN

Tahap 3: Menghitung Indeks Solvabilitas Layanan


 Menghitung indeks kemandirian keuangan yang merupakan rata-rata aritmatik
dari indeks rasio-rasio solvabilitas layanan. Misalnya, indeks solvabilitas
layanan Pemerintah Kabupaten Jembrana adalah (0,44 + 0,44 + 0,44) / 3 =
0,44
Indeks
No Pemerintah Daerah
Solvabilitas Layanan
1 Kabupaten Jembrana 0,44
2 Kabupaten Tabanan 0,48
3 Kabupaten Badung 0,96
4 Kabupaten Gianyar 0,15
5 Kabupaten Klungkung 0,54
6 Kabupaten Bangli 0,29
7 Kabupaten Karangasem 0,15
8 Kabupaten Buleleng 0,00
ILUSTRASI PENGHITUNGAN INDEKS KEMANDIRIAN KEUANGAN

• Tabel di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Badung, indeks 0,96,


adalah pemda yang paling baik dalam dimensi solvabilitas layanan
dibandingkan dengan sejawatnya untuk kelompok pemerintah kabupaten di
Propinsi Bali. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Buleleng, indeks 0,00,
adalah pemda yang paling lemah dalam kelompok pemerintah kabupaten di
Propinsi Bali.
DAFTAR PUSTAKA

 Dr. Mardiasmo, MBA, Ak., “Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah”, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2002.
 Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, Ak., “Akuntansi Sektor Publik”, Penerbit Andi, Yogyakarta,
2009.
 Freeman dan Shoulders, “Governmental And Nonprofit Accounting : Theory and
Practice”, Prentice Hall, 2003, 7th Ed.
 Theodore H. Poister, “Measuring Performance in Public and Nonprofit Organizations”,
John Willey & Sons., Inc, 2003.
 Michael H. Granof, “Government And Non For Profit Accounting”, John Wiley & Sons,
Inc., 2005, 3rd ed.
 Lee, Johnson dan Joyce, “Public Budgeting systems”, Jones and Bartlett Publishers,
2008, 8th Ed.
DAFTAR PUSTAKA

 Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Pemerintahan Daerah.


 Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Keuangan Negara.
 Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Perimbangan Keuangan.
 Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Pemeriksaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara.
 Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Sistem Perencanaan
Pembangunan.
 Data laporan keuangan daerah diunduh dari website Ditjen Perbendaharaan.
 www.ksap.org
PATH

Performance
Accountability
Transparency
Honesty

Anda mungkin juga menyukai