Anda di halaman 1dari 12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Fakultas Teknik
Universitas Mataram.

3.2 Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Bambu petung yang masih segar berumur kurang-lebih 4 tahun. Bambu
didapatkan dari Desa Bunkate, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.
2) Umbi gadung sebagai bahan pengawet bamboo petung.

3.3 Peralatan Penelitian


Berdasarkan jenis kegiatan, alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
dikelompokkan menjadi :
3.3.1 Alat uji pendahuluan
Alat-alat pengamatan dan pengukuran sifat fisik bambu, seperti:
1) Jangka sorong, digunakan untuk menentukan luasan dan dimensi bambu,
memilki ketelitian 0,05 mm dengan merk Tricle Brand.
2) Timbangan digital, digunakan untuk menimbang berat bambu, memiliki
ketelitan 0,01 gram dengan merk Ohaus.
3) Oven, digunakan untuk mengeringkan benda uji kadar air pada suhu antara 100-
105 ºC dengan merk Elle.

3.3.2 Alat pembuatan benda uji dan bahan pengawet


Alat yang digunakan dalam pembuatan benda uji dan bahan pengawet.
1) Gergaji, digunakan untuk memotong bambu.
2) Meteran, digunakan untuk mengukur panjang bambu sesuai ukuran.
3) Cutter dan pisau, digunakan untuk memotong dan membuat benda uji.
4) Ember, digunakan untuk menampung filtrat umbi gadung.
5) Saringan, digunakan untuk menyaring filtrat umbi gadung.
6) Timbangan, digunakan untuk menimbang takaran dari umbi gadung.

18
3.3.3 Alat pengujian
Alat yang digunakan untuk pengujian terhadap rayap adalah:
1) Parutan, digunakan untuk membuat filtrat sebagai bahan pengawet alami bambu.
2) Toples, digunakan sebagai wadah pengujian bambu terhadap serangan rayap.
3) Universal Testing Machine (UTM), digunakan untuk pengujian kuat tarikbambu,
bekerja secara computerize, memiliki kapasitas sampai 30 ton dengan merk
Controls.
4) Compression Testing Machine (CTM), digunakan untuk melakukan pengujian
kuat tekan bambu. Alat ini dilengkapi dengan pembaca beban, memiliki
kapasitas 2000 kN dengan merk Controls.

3.4 Pelaksanaan Penelitian


3.4.1 Tahap persiapan
Tahap persiapan dilakukan agar dalam pelaksanaannya, penelitian dapat berjalan
dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam tahap persiapan ini adalah :
1) Menyediakan alat-alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Mempersiapkan bahan pengawet bambu.
3) Mempersiapkan bahan pustaka (literatur) sebagai pendukung dalam pelaksanaan
penelitian.

3.4.2 Pemeriksaan bahan


Pemeriksaan bahan dilakukan untuk mengetahui spesifikasi dan kualitas bahan
yang akan digunakan agar tidak terjadi kesalahan dalam penelitian nantinya dan
mendapatkan hasil yang baik.

3.4.2.1 Bambu
Dalam penelitian ini dipakai bambu petungyang masih segar dan belum
mendapat perlakuan. Bambu yang digunakan haruslah bambu yang baik, yaitu yang
sesuai dengan persyaratan dan tidak memiliki cacat karena dapat mengurangi kekuatan
dari bambu itu sendiri. Adapun yang termasuk cacat bambu adalah:
1) Retak
2) Pecah
3) Belah

19
4) Kerusakan akibat perilaku manusia, dan sebagainya

3.4.2.2 Bahan pengawet bambu


Bahan pengawet bambu menggunakan filtrat dari umbi gadung yang bersifat
racun bagi serangga perusak. Bahan pengawet ini sudah disiapkan terlebih dahulu
sebelum proses penebangan bambu, sehingga setelah penebangan dapat langsung
dilakukan proses pengawetan bambu dengan filtrat umbi gadung tersebut.

3.4.3 Proses awal pengawetan bambu


Proses pengawetan bambu diawali dengan pembuatan filtrat umbi gadung
sebagai bahan alami pengawet bambu, dan kemudian dilanjutkan dengan proses
pemasukan filtrat umbi gadung ke dalam benda uji berupa bambu petung yang masih
segar.

3.4.3.1 Pembuatan filtrat umbi gadung


Pembuatan filtrat umbi gadung dilakukan dengan variabel konsentrasi yang
ditentukan. Proses pembuatan filtrat umbi gadung menurut Wulandari (2012) sebagai
berikut:
1) Umbi gadung dikupas, kulit umbi gadung dikupas hingga bersih
2) Umbi gadung dihancurkan, penghancuran umbi gadung dilakukan dengan cara
diparut
3) Hasil parutan kemudian ditimbang beratnya dan dicampurkan dengan air biasa
untuk mendapatkan hasil konsentrasi larutan yang diinginkan
4) Perendaman, umbi gadung yang telah selesai diparut, kemudian direndam dalam
air biasa di dalam kolam yang telah dibuat selama 24 jam.
5) Penyaringan, umbi gadung yang telah direndam selama 24 jam, kemudian
dilakukan penyaringan menggunakan saringan untuk mendapatkan filtrat dari
umbi gadung itu sendiri

20
Gambar 3.1 Hasil parutan dan penimbangan umbi gadung

3.4.3.2 Pemasukan benda uji bambu ke dalam larutan filtrat umbi gadung
Benda uji berupa bambu petung di rendam di dalam kolam yang berisi larutan
filtrat umbi gadung sebagai bahan pengawet selama 36 jam.

Gambar 3.2 Perendaman bambu dalam kolam

3.4.4 Pembuatan benda uji


Pembuatan benda uji meliputi benda uji untuk kadar air dan pengawetan dibuat
tiga benda uji. Pada pengujian keawetan dibuat tiga benda uji untuk masing-masing
variabel konsentrasi racun umbi gadung.

3.4.4.1 Bentuk dan ukuran benda uji


Dalam penelitian ini, pengujian bambu mengikuti standar spesimen
pengujianyang pernah dilakukan sebelumnya.

1. Benda uji kadar air


Benda uji kadar air dibuat dengan dimensi 100 mm x 50 mm x tebal bambu,
seperti yang terlihat pada Gambar 3.3.

21
Gambar 3.3 Spesimen uji kadar air

2. Benda uji keawetan


Benda uji keawetan dibuat dengan ukuran 100 cm x diameter bambu x tebal
bambu. Cara pembuatan benda uji yaitu pangkal bambu dipotong sekitar 20-40
cm dari buku-buku. Setelah itu bambu di rendam selama 36 jam di dalam kolam
yang berisi larutan filtrat umbi gadung.

3. Benda uji kuat tarik


Benda uji kuat tarik dibuat untuk mengetahui kuat tarik dari bambu yang akan
diuji. Dimensi benda uji tarik dapat dilihat seperti pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Spesimen uji tarik

4. Benda uji kuat tekan


Benda uji kuat tekan dibuat untuk mengetahui kuat tekan dari bambu yang akan
diuji. Benda uji kuat tekan dibuat dengan panjang dua kali diameter bambu
tersebut, seperti pada Gambar 3.5.

22
Gambar 3.5 Spesimen uji tekan

3.4.4.2 Jenis dan jumlah benda uji


Adapun jenis dan jumlah benda uji untuk pengujian yang dilakukan dapat dilihat
pada Tabel 3.1, Tabel 3.2 dan Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.1 Jenis dan jumlah benda uji keawetan bambu petung
Kode Benda Uji Konsentrasi Jumlah
KW-0 Tanpa Perlakuan 3
KW-1 Konsentrasi filtrasi 10% 3
KW-2 Konsentrasi filtrasi 15% 3
KW-3 Konsentrasi filtrasi 20% 3
KW-4 Konsentrasi filtrasi 25% 3
KW-5 Konsentrasi filtrasi 30% 3
Jumlah 18

Tabel 3.2 Jenis dan jumlah benda uji retensi dan penetrasi bambu
petung
Kode Benda Uji Konsentrasi Jumlah
RT-PN-10 Konsentrasi filtrasi 10% 3
RT-PN-15 Konsentrasi filtrasi 15% 3
RT-PN-20 Konsentrasi filtrasi 20% 3
RT-PN-25 Konsentrasi filtrasi 25% 3
RT-PN-30 Konsentrasi filtrasi 30% 3
Jumlah 15

23
Tabel 3.3 Jenis dan jumlah benda uji mekanik bambu petung
Jumlah Bambu
Bagian Tidak diawetkan Diawetkan
Jenis Pengujian
Bambu Tanpa
Nodia Tanpa Nodia Nodia
Nodia
Pangkal - 3 - -
Uji Kadar Air Tengah - 3 - -
Ujung - 3 - -
Pangkal 3 3 3 3
Uji Kuat Tekan Tengah 3 3 3 3
Ujung 3 3 3 3
Pangkal 3 3 3 3
Uji Kuat Tarik Tengah 3 3 3 3
Ujung 3 3 3 3
Jumlah 18 27 18 18

3.5 Pelaksanaan Pengujian


3.5.1 Pengujian kadar air bambu
Pengujian kadar air bambu dilakukan pada bambu yang belum mendapat
perlakuan (proses pengawetan). Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengujian
ini adalah sebagai berikut :
1) Pemberian kode pada masing-masing benda uji.
2) Pengukuran dimensi benda uji sesuai standar pengujian bambu.
3) Menimbang spesimen benda uji dan mencatat berat bambu basah (m0).
4) Memasukkan benda uji kedalam oven untuk proses pengeringan. Suhu pada
oven diatur antara 101-105˚C.
5) Setiap satu jam benda uji dikeluarkan dari oven untuk kemudian ditimbang
beratnya. Hal ini dilakukan terus-menerus hingga didapatkan berat bambu yang
konstan.
6) Setelah berat bambu dapat dinyatakan konstan, maka didapatkan berat kering
tanur dari bambu tersebut (m1).
7) Setelah data diperoleh, maka kadar air bambu dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 2-1.

24
Gambar 3.6 Pengujian kadar air bambu

3.5.2 Pengujian retensi dan penetrasi


Untuk pengujian retensi, sampel bambu dipotong sesuai ukuran yang diinginkan
dan ditimbang berat awalnya, kemudian dilakukan pengawetan dengan cara
perendaman selama 36 jam. Setelah proses perendaman, bambu ditimbang kembali dan
nilai retensi dapat dihitung. Sedangkan untuk pengujian penetrasi setelah sampel
diawetkan, sampel dibelah secara horizontal dan vertikal agar tingkat penetrasi larutan
dapat dilihat dengan jelas.untuk mengukur dalamnya penetrasi bahan pengawet, benda
uji dipotong pada bagian tengahnya dan diukur ketebalannyaempat kali dari arah dalam
pada tiap perempat lingkaran. Dalamnya bahan pengawet yang masuk pada sampel
selanjutnya dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.2 dan Persamaan 2.3.

Gambar 3.7 Penimbangan berat benda uji pada pengujian retensi

25
Gambar 3.8 Hasil penetrasi bahan pengawet

3.5.3 Pengujian keawetan bambu


Bambu yang telah diawetkan dengan variabel konsentrasi larutan filtrat umbi
gadung tesebut, kemudian proses selanjutnya membuat benda uji keawetan sesuai
ukuran yaitu 10 cm x ½keliling bambu, kemudian diberikan kode menurut perlakuan.
Setelah itu benda uji dimasukkan ke dalam wadah toples yang di dalamnya telah berisi
rayap kayu kering. Perkembangan masing-masing sampel tiap perlakuan diamati secara
berkala sampai akhir periode pengujian selama 8 minggu. Pengamatan dilakukan pada
moralitas rayap, tekstur yang diserang rayap dan berat benda uji pada akhir periode
pengamatan. Untuk pengujian moralitas rayap dan kehilangan berat bambu setelah
diumpankan pada rayap dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.4 dan Persamaan
2.5.

3.5.4 Pengujian kuat tarik bambu


Alat yang digunakan untuk pengujian kuat tarik bambu ini adalah Universal
Testing Machine (UTM) merk Controls dengan kapasitas maksimum 300 kN, dan
bekerja secara computerize. Beban diberikan secara bertahap sampai benda uji
mengalami kegagalan. Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :
1) Mempersiapkan benda uji kuat tarik yang sudah dibuat terlebih dahulu sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan.
2) Benda uji kuat tarik diukur menggunakan penggaris dan jangka sorong untuk
mengetahui dimensinya.
3) Mencatat hasil pengukuran dimensinya.
4) Mempersiapkan alat pengujian mesin UTM.
5) Setelah alat siap, benda uji dipasang pada mesinUTM.

26
6) Setelah benda uji terpasang, dilakukan penarikan sampai benda uji mengalami
kegagalan berupa retak atau putus.
7) Proses penarikan benda uji dilakukan secara computerize, sehingga data yang
diperoleh juga secara otomatis tercatat dalam komputer.
8) Dari pengujian tersebut diperoleh data yang kemudian digunakan untuk
menghitung besarnya kuat tarik dengan Persamaan 2-6.

Gambar 3.9 Proses pengujian kuat tarik bambu


3.5.5 Pengujian kuat tekan bambu
Alat yang digunakan untuk pengujian ini adalah Compression Testing Machine
(CTM) merk Controls dengan kapasitas maksimum 2000 kN.Benda uji kuat tekan ini
dibedakan berdasarkan bagian-bagiannya, yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung.
Selain itu, benda uji kuat tekan juga dibedakan berdasarkan bambu dengan nodia dan
tanpa nodia. Adapun langkah-langkah dalam pengujiankuat tekan ini adalah sebagai
berikut :
1) Mempersiapkan benda uji kuat tekan yang sudah dibuat terlebih dahulu sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang sudah ditentukan.
2) Benda uji diukur menggunakan penggaris dan jangka sorong untuk mengetahui
panjang dan diameter bambu.
3) Mencatat dimensi benda uji berupa tinggi, diameter luar, dan diameter dalam.
4) Mempersiapkan alat pengujian mesin CTM.
5) Setelah alat pengujian siap, benda uji diletakkan sentris terhadap alat
pembebanan.
6) Memulai pengujian tekan dengan kecepatan pembebanan konstan hingga benda
uji mengalami retak, pecah atau kegagalan.
7) Mencatat beban maksimumnya.

27
8) Setelah data diperoleh, kuat tekan bambu petung dapat dihitung dengan
Persamaan 2-7.

Gambar 3.10 Proses pengujian kuat tekan bambu

28
3.6 Tahapan Penelitian
Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam bagan alir penelitian
seperti yang tercantum pada Gambar 3.11 berikut.

Mulai

1. Studi Pustaka
2. Survey pendahuluan

Persiapan alat dan bahan

Pengujian awal

Tidak
Kadar air bambu
18-35%

Ya

Pembuatan filtrat umbi gadung Pembuatan benda uji

Pengawetan bambu dengan cara perendaman

Proses pengeringan

Proses Pengujian

Analisis data

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.11 Bagan alir penelitian

29

Anda mungkin juga menyukai