Translate TG Case 1 PDF
Translate TG Case 1 PDF
CASE 1
INSOMNIA
(Sesi Pertama)
Judul kasus: Ny. Wati
Ny. Wati, 32 tahun, Jawa, sudah menikah, datang ke puskesmas dengan keluhan utama sulit
memulai tidur.
RPS
Kondisi ini telah terjadi selama lebih dari 3 bulan dan menyebabkan aktivitas sehari-hari
pasien terganggu, kesulitan dalam berkonsentrasi, dan merasa malas tiap hari.
RPD
Tidak ada riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, atau penyakit lainnya.
RK
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama.
R. Obat
Tidak ada riwayat pengobatan atau penggunaan obat dan alkohol.
R. Sosial dan Faktor Premorbid
Pasien adalah seorang asisten manajer, tinggal di lingkungan perumahan yang tidak jauh dari
pusat kota. Pasien adalah seorang wanita perfeksionis.
1. ?
Tanda vital
Tekanan darah = 130/80 mmHg
Denyut nadi = 88 bpm, reguler
Suhu = 36°C
RR = 20x/menit
Pemeriksaan Fisik
❖ Pemeriksaan mata: anemia (-), icterus (-), kemerahan konjungtiva (-), mata berair (-),
kongesti nasal (hidung buntu) (-)
❖ Jantung:
o Inspeksi: IC tidak tampak
o Palpasi: IC teraba pada ICS V MCL 5
o Perkusi: batas kanan: garis parasternal kanan
batas kiri: MCL kiri
o Auskultasi: S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
❖ Paru:
o Inspeksi: simetris
o Palpasi: VF (N/N)
o Perkusi: sonor/sonor
o Auskultasi: vesikuler (+/+), rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
❖ Abdomen:
o Inspeksi: distensi (-), darm contour (-), darm steifung (-)
o Auskultasi: suara perut (+) normal
o Palpasi: hepar = tidak teraba; lien = tidak teraba, traube space tympani
o Perkusi: tympani
❖ Ekstremitas: hangat (+/+), edema (-/-)
Status Mental:
Penampilan: sedih, tampak lelah
Psikomotor: lambat
Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif
Bicara: cukup jelas
Mood/suasana hati: depresif
Afek: hipotim
Proses berpikir: koheren, realistis
Isi pikiran: dipenuhi dengan keluhannya
Judgmental dan intelektual: rentang normal tapi cenderung menurun
❖ TIDUR REM
Tidur REM dinamakan demikian karena terjadinya pergerakan mata yang khas
selama tahap tidur ini
• Gelombang lambat beramplitudo tinggi yang tampak pada EEG selama tidur
secara berkala digantikan oleh aktivitas EEG bervoltase rendah dan cepat,
menyerupai yang tampak pada keadaan bangun dan pada tidur tahap 1 (Gambar
14-7). Oleh karena itu, tidur REM juga disebut tidur paradoksal (paradoxical
sleep). Akan tetapi, tidur tidak terputus/terganggu; tepat bahwa ambang batas
terbangun oleh stimuli sensoris dan oleh stimulasi dari formatio reticularis
meningkat selama tidur REM.
• Pergerakan berputar dari mata yang cepat terjadi selama tidur paradoksal, dan
oleh karena inilah tidur ini disebut juga tidur REM.
• Ciri lain dari tidur REM adalah terjadinya potensial fasik besar yang berasal dalam
neuron kolinergik dalam pons dan dengan cepat berpindah ke corpus
geniculatum laterale, lalu dari sana menuju ke cortex occipitalis. Potensial ini
disebut ponto-geniculo-occipital (PGO) spikes. Tonus otot skelet dalam leher
dengan jelas menurun selama tidur REM.
• Walaupun pada awalnya diduga bahwa mimpi hanya terjadi selama tidur REM,
studi terbaru telah menunjukkan bahwa mimpi dapat terjadi pada tahap tidur
REM maupun NREM.
• Mimpi-mimpi yang terjadi selama tidur REM cenderung lebih lama, dan lebih
visual dan emosional dibandingkan mimpi yang terjadi selama tidur NREM.
• Hasil PET (Positron Emission Tomography) scan manusia dalam tidur REM
menunjukkan peningkatan aktivitas dalam area pons, amygdala, dan gyrus
cingularis anterior, tapi terjadi penurunan aktivitas dalam cortex pre-frontalis
dan parietalis. Aktivitas dalam area-area yang berhubungan dengan
visual/penglihatan meningkat, tapi terdapat suatu penurunan dalam cortex
visualis primus. Hal ini konsisten dengan peningkatan emos/perasaan dan kerja
dari suatu sistem saraf tertutup yang dipisahkan dari area-area yang
menghubungkan aktivitas otak dengan dunia luar.
9. Bagaimana distribusi dari tahap-tahap tidur?
Pada suatu tidur malam yang khas, seorang dewasa muda pertama memasuki tidur NREM,
lalu melewati tahap 1 dan 2, dan menghabiskan waktu selama 70 – 100 menit dalam
tahap 3 dan 4. Kemudian orang yang tidur menjadi lebih mudah dibangunkan dan diikuti
oleh suatu periode REM. Siklus ini diulangi pada interval sekitar 90 menit sepanjang
malam. Siklus-siklusnya mirip, walaupun makin menuju pagi hari tidur tahap 3 dan 4
berkurang dan tidur REM makin banyak. Jadi, 4 – 6 periode REM terjadi tiap malam.
Tidur REM menempati 80% dari total waktu tidur pada bayi prematur dan 50% pada
neonatus aterm. Dengan demikian, proporsi tidur REM berkurang dengan pesat dan
mencapai stabil/plateau pada angka sekitar 25% hingga berkurang menjadi sekitar 20% pada
lansia. Anak-anak memiliki total waktu tidur lebih banyak (8 – 10 jam) dibandingkan
dengan sebagian besar orang dewasa (sekitar 6 jam).
(Sesi Kedua)
Ia sangat mengkhawatirkannya, bahkan ia pergi ke banyak dokter dan juga ke
pengobatan tradisional untuk pendapat/opini kedua tapi hingga hari ini keluhannya tetap
terjadi. Beberapa hari belakangan ini ia menjadi temperamental dan putus asa.
Ia telah datang ke psikologis tapi kondisinya belum membaik juga. Dokter umum merujuknya
ke RSUD. Ia telah melakukan beberapa pemeriksaan seperti lab dan EEG tapi menurut para
dokter tidak ditemukan adanya penyakit atau malfungsi dari organ-organnya yang dapat
menyebabkan keluhan.
Temuan lab:
➢ Hb = 13 mg/dL, Hct (PCV) = 40%, Leukosit = 7500/µL, Trombosit = 295.000/µL
➢ Urine: pH = 6.8; warna = kuning; reduksi (-), protein (-)
➢ Sedimen = eritrosit (0 - 1), leukosit (2 - 3), kristal (-)
➢ SGOT, SGPT, dan bilirubin dalam batas normal
1. Apa saja masalah pasien?
❖ Ia sangat mengkhawatirkannya, bahkan ia pergi ke banyak dokter dan juga ke
pengobatan tradisional hanya untuk opini kedua, tapi hingga hari ini keluhannya tetap
ada.
❖ Dalam beberapa hari terakhir ini ia menjadi lebih temperamental dan putus asa.
❖ Ia telah pergi ke psikolog.
❖ Dokter umum merujuknya ke RSUD (psikiater)