Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DAMPAK DURHAKA KEPADA ORANG TUA

DISUSUN OLEH :

NAMA : BAIQ LAILATUL JANNAH


NIM : 18081018
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM


2019

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin
dan kekuatan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
judul ’’ Dampak Durhaka Kepada Orang Tua” dengan tepat pada waktunya.

Tugas makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam. Saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ahmad Zainul Irpan, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada saya
sehingga tugas makalah Pendidikan Agama Islam ini dapat selesai tepat waktu .

2 kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam mengerjakan tugas makalah Pendidikan
Agama Islam ini.

3. Semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu per satu yang turut membantu
kelancaran dalam mengerjakan tugas makalah Pendidikan Agama Islam ini .

Saya menyadari bahwa makalah Pendidikan Agama Islam ini masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan wawasan saya. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan tugas makalah Pendidikan Agama Islam ini .

Dengan demikian saya mengharapkan semoga tugas makalah Pendidikan Agama Islam
ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca.

Mataram, 15 April 2019

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
1. Pengertian Durhaka......................................................................................................................4
2. Ciri-Ciri Anak Durhaka................................................................................................................4
3. Hadits dan Al-Quran yang mencakup tentang durhaka kepada kedua orang tua...................6
4. Bahaya-bahaya durhaka, azab dan dosa durhaka terhadap orang tua....................................7
5. Hukuman bagi orang yang durhaka kepada orang tuanya........................................................9
6. Sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinya.................................................................11
7. Kisah nyata tentang anak yang durhaka kepada orang tuanya...............................................12
BAB III.....................................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................................14
a) KESIMPULAN............................................................................................................................14
b) SARAN.........................................................................................................................................14
Daftar Pustaka.........................................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban mutlak dan mempunyai
kedudukan amal yang lebih tinggi dibandingkan dengan amal lainnya berkaitan dengan
hubungan manusia dengan sesamanya.
Perintah berbakti kepada orang tua dalam al-Quran selalu disandingkan dengan
perintah untuk taat kepada Allah, mengingat betapa keutamaan dan kedudukan mereka
dihadapan anak-anaknya, dan ditekankannya perintah tersebut agar diperhatikan oleh
manusia. Kedudukan mereka yang begitu agung dan besarnya jasa mereka demi anak-
anak, menjadikan Allah membuat suatu ketentuan mutlak bahwa anak yang tidak
berbakti atau durhaka kepada mereka, akan dijatuhi hukuman dosa paling besar setelah
syirik. Dan hukuman ini tidak akan ditangguhkan menunggu saatnya hari kiamat,
bahkan ketika di dunia ini hukuman tersebut bias diberlakukan.
Perbuatan berbakti atau durhaka akan membuahkan hasil masing-masing, yang
sangat berdampak bagi pelakunya dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan sampai di
akhirat kelak dampak perbuatan tersebut akandirasakan oleh pelakunya. Anak yang
berbakti kepada kedua orang tuanya akan merasakan berbagai keuntungan, kebaikan dan
keselamatan selama di dunia ini, sehingga dikatakan bahwa keberhasilan hidup
seseorang tergantung bagaimana bentuk baktinya kepada orang tua mereka, sebaliknya,
kehancuran hidupnya mencerminkan bagaimana perlakuan buruknya terhadap orang tua,
sehingga berbagai kesulitan, ketidaktenangan, bahkan kesengsaraan selalu mewarnai
kehidupannya karena tindakan yang selalu menentang, menyakiti, dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah untuk dilakukan kepada orang tuanya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu durhaka dan apa macam-macamnya ?
2. Apa ciri-ciri anak durhaka?
3. Apa saja hadits dan al-Quran yang mencakup tentang durhaka kepada kedua
orang tua?
4. Apa bahaya durhaka, azab dan dosa durhaka terhadap orang tua ?
5. Apa sajakah hukuman bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya?
6. Apa yang menyebabkan seorang anak durhaka kepada kedua orang Tuanya
dan bagaimana cara menanggulanginya ?
7. Apa peristiwa nyata yang berkaitan dengan anak yang durhaka kepada orang
tua ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu durhaka dan macam – macamnya
2. Untuk mengetahui dan memahami ciri – ciri anak durhaka
3. Untuk mengetahui dan memahami hadits dan al – Quran tentang durhaka kepada
orang tua
4. Untuk mengetahui dan memahami bahaya durhaka, azab, dan dosa durhaka
terhadap orang tua
5. Untuk mengetahui dan memahami apa saja hukuman bagi orang yang durhaka
kepada orang tua
6. Untuk menegtahui dan memahami penyebab anak durhaka kepada orang tua dan
cara menanggulanginya
2
7. Untuk mengetahui dan memahami peristiwa yang berkaitan dengan anak yang
durhaka kepada orang tua

BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Durhaka
Bakti (dalam bahasa arab disebut birrun) adalah kata yang mencakup kebaikan
dunia dan akhirat. Berbakti kepada kedua orang adalah berbuat baik kepada mereka
memenuhi hak-hak mereka dan menaati mereka dalam hal-hal yang mubah, bukan hal-
hal yang wajib atau maksiat.
Adapun lawan kata bakti adalah durhaka. Durhaka kepada orang tua adalah
berbuat buruk kepada mereka dan menyia-nyiakan hak mereka. Secara bahasa, kata al
-‘uquuq (durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u (memutus,
merobek, memotong, membelah). Adapun menurut syara’ Durhaka adalah setiap
perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti kedua orang tuanya.

3
2. Ciri-Ciri Anak Durhaka
1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun
perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.

2. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua. dan juga Tidak memberikan
nafkah kepada orang tua bila mereka membutuhkan.

3. Membentak atau menghardik orang tua / mengeraskan suara di hadapan mereka


ketika berselisih,

4. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari
pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya
memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.

5. Merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.

6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan.


Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua
atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya
sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.

7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama
baik orang tua.

8. Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang
dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.

9. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang
tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi,
sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan
yang keji dan nista.

10. Duduk mendahului orang tuanya dan berbicara tanpa meminta izin saat memimpin
majelis di mana orang tuanya hadir di majelis itu. Ini sikap sombong dan takabur
yang membuat orang tua terlecehkan dan marah.

4
11. Tidak melayani mereka dan berpaling darinya. Lebih durhaka lagi bila menyuruh
orang tua melayani dirinya dan Mengumpat kedua orang tuanya di depan
orang banyak dan menyebut-nyebut kekurangannya.

12. Menajamkan tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada
mereka berdua karena suatu hal.

13. Membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan sesuatu hal, meskipun sang
anak berhak untuk melakukannya. Tapi ingat, hak kedua orang tua atas diri si anak
lebih besar daripada hak si anak.

14. Malu mengakui kedua orang tuanya di hadapan orang banyak karena keadaan kedua
orang tuanya yang miskin, berpenampilan kampungan, tidak berilmu, cacat, atau
alasan lainnya.

15. Tidak mau berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya.

3. Hadits dan Al-Quran yang mencakup tentang durhaka kepada kedua orang tua

Durhaka kepada kedua orang tua adalah haram dan termasuk dosa besar. Allah
Swt, berfirman:

‫ل تعبدوا إل إياه وبالوالدين إحسان ا ا إما يبلغ نن عندك الكبر أحدهاما او كلهام فل تقل لهما أف‬
‫وقضى ربك ا ن‬
(23 :‫ول تنهرهاما وقل لهما قول كريم اا)السإراء‬

Artinya: dan Tuhanmu menghendaki supaya kamu tidak menyembah keculai


kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua, jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya, sampai berumur lanjut dalam pemeliharaannmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.( QS. Al-Isro [17]: 23)

Diriwayatkan dari Abdurohman bin Abi Bakkah, dari ayahnya, dia

5
berkata: “Rasulullah saw bersabda: Artinya:“Maukah kalian (jika) aku beritahukan
kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Kami (para sahabat ) menjawab: ‘Mau,
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: ‘Menyekutukan (sesuatu) dengan Allah dan
durhaka kepada kedua orang tua.” Saat itu beliau bersandar, lalu beliau duduk,
kemudian bersabda: “Ketahuilah (juga) sumpah palsu dan kesaksian palsu. “Ketahuilah
(juga) sumpah palsu dan kesaksian palsu.” Beliau terus mengulang-ngulang perkataan
itu, sehingga aku berkata: “Beliau tidak mau diam.” (Shahih Bukhori, juz 187, hlm.
372, Hadits No. 5519)

4. Bahaya-bahaya durhaka, azab dan dosa durhaka terhadap orang tua.

1. Haram masuk surga.


“Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat,
pendurhaka terhadap kedua orang tua, dan seorang dayyuts (merelakan kejahatan
berlaku dalam keluargannya, merelakan istri dan anak perempuan
selingkuh)” . [H.R. Nasa’i dan Ahmad].

2. Dimurkai Allah SWT.


“keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah pun tergantung
pada murka kedua orang tua”. (H.R. al-Hakim).

3. Allah tidak menerima shalatnya.


“Allah tidak akan menerima shalat orang dibenci kedua orang tuannya yang
tidak menganiaya kepadannya”. (H.R. Abu al-Hasan bin Makruf)
Ada tiga golongan yang Allah tidak menerima (amal kebajikannya) dari yang
sunnah maupun yang fardhu, yaitu durhaka kepada orang tua, orang yang suka
mengungkit-ungkit kebaikannya, dan orang yang mendustakan takdir”. (H.R.
Thabrani).

4. Dipecat sebagai pengikut nabi SAW.


“bukan termasuk dari golongan kami orang yang diperluas rezekinnya oleh Allah
lalu ia kikir dalam menafkahi keluargannya”. (H.R. ad-Dailamy).

5. Mendapat “gelar” kafir.


“jangan membenci kedua orang tuamu. Barang siapa mengabaikan kedua orang
tua, maka dia kafir”. (H.R. Muslim).

6
6. Balasan azab dengan segera didunia.
Al-hakim dan al-Ashbahani, dari abu bakrah r.a. dari Nabi Saw, beliau bersauba,
“setiap dosa akan diakhirkan oleh Allah sekehendak-Nya sampai hari kiamat,
kecuali dosa mendurhakai kedua orang tua. sesungguhnya Allah akan menyegerakan
(balasan) kepada pelakunnya didalam hidupnya sebelum mati”.

7. Tidak Diampuni Dosannya.


Dari Aisyah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda,“dikatakan kepada orang yang
durhaka kepada kedua orang tua, “berbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku
tidak akan mengampuni. “Dan dikatakan kepada orang yang berbakti kepada orang
tua, perbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku mengambunimu.” (H.R. Abu
Nu’aim).

8. membatalkan Seluruh Amal.


“ada tiga hal yang menyebabkan terhapusnya seluruh amal, yaitu (a) syirik kepada
Allah, (b) durhaka kepada orang tua, (c) seorang alim yang dipermainkan oleh
orang dungu dan jahil”. (H.R. Thabrani).

9. Haram mencium aroma surga.


Bau surga yang radiusnya sejauh 1000 tahun perjalanan itu tak bisa dirasakan oleh
orang durhaka. Benar2 dahsyat.“sesunguhnya aroma surga itu tercium dari jarak
perjalanan seribu tahun, dan demi Allah tidak akan mendapatinnya barang siapa
yang durhaka dan memutuskan silaturahim”. (H.R.Thabrani).

10. Terputus rezekinnya.


“apabila seseorang tidak meninggalkan doa bagi kedua orang tuannya, maka akan
terputus rezekinya”. (H.R. ad-Dailamy).Seseorang yang Tidak mendoakan kedua orang
tuanya termasuk kategori orang yang durhaka terhadap orang tuannya. Oleh karena
itu, orang tua wajib mendapatkan doa dari anaknya.

7
11. Orang yg mendapat Kerugian besar.
“sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina
orang yang mendapati atau salah satunnya sampai tua, lantas ia tidak dapat
masuk surga”. (H.R. Muslim).

12. Dibenci Allah.


“Barang siapa ridha kepada kedua orang tuannya, berarti ia ridha kepada Allah.
Dan barang siapa membenci kedua orang tua, sungguh dia membenci Allah”.
(H.R. Ibnu an-Najjar).

5. Hukuman bagi orang yang durhaka kepada orang tuanya.

Umat Islam sepakat bahwa durhaka kepada kedua orang tua adalah suatu hal
yang diharamkan dan termasuk dosa besar yang sudah disepakati
keharamannya. Barang siapa yang durhaka kepada orang tuanya, maka Allah akan
menghukumnya dengan hukuman yang berat, baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun hukuman di dunia, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya
akan berada dalam kemurkaan Allah. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan oleh sang
pembawa rahmat, Muhammad saw. Diriwayatkan dari ‘Abdulloh bin Amr’ bahwa dia
berkata: “Rasulullah
saw bersabda:
Artinya: “Ridho Allah itu terletak pada Ridho orang tua, dan murka Allah itu terletak
pada murka kedua orang tua.” (Syu’ab al-Iman, Baihaqi, Juz
16, hlm. 338, Hadits no. 7584)
Barang siapa yang dimurkai Allah, maka dia akan dibenci olehNya, juga akan
dibenci oleh seluruh makhlukNya, lebih dari itu, Allah dan malaikat akan melaknatnya.
Diantara hukuman bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tua adalah:

8
1. Pelakunya menjadi sosok yang dilaknat oleh Allah. Hal ini sesuai dengan
sabda Rasulullah saw. Artinya: “Allah melaknat orang yang mengubah batas
(patok) tanah: Allah melaknat budak yang bertuan kepada selain tuannya;
Allah melaknat orang yang menyesatkan jalan orang yang buta; Allah
melaknat orang yang menyembelih (hewan) untuk selain Allah; Allah
melaknat orang yang melakukan hubungan seksual dengan binatang; Allah
melaknat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya; dan Allah
melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth.” (Musnad
Imam Ahmad, Juz 6, hlm. 298, Hadits no. 2765)

2. Rizkinya akan dipersempit. Kalaupun rizkinya dilapangkan, itu merupakan


istidraz (tipuan) baginya. Dengan demikian, barang siapa yang berbakti
kepada kedua orang tuanya, maka Allah akan melapangkan rizkinya. Hal
ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits: Artinya:“Barang siapa
yang ingin dipanjangkan umurnya oleh Allah dan dilapangkan
rizkinya, serta dihindarkan dari kematian yang buruk, maka
hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dan membina hubungan silaturahmi.”
(Al Mustadrak, al Hakim,Juz 17, hlm 128, hadits no. 7389)

3. Ajalnya tidak akan ditangguhkan

4. Pelakunya berpeluang meninggal dunia dalam keadaan yang buruk, ia


berpeluang meninggal dalam keadaan buruk, seperti mati dalam keadaan
maksiat.

5. Amalnya tidak diterima meskipun amal itu baik Itu disebabkan dia telah
durhaka kepada kedua orang tuanya, diriwayatkan dari Abu Umamah al
Bahili, bahwa Rasulullah saw bersabda: Artinya: “Ada tiga (kelompok) yang
Allah tidak akan menerima sharf dan tidak pula adl Nya, yaitu orang
yang durhaka (kepada kedua orang tuanya); orang yang sering menyebut-
nyebut apa yang telah dia berikan; dan orang yang mendustakan taqdir.”
(al-Ibaanah al-Kubraq, Ibnu Bathah, Juz 4, hlm 60 hadits no. 153)

9
6. Sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinya
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang durhaka kepada kedua orang
tuanya, diantaranya:
1. Tidak mengetahui keagungan orang tua dan tidak mengetahui hukuman atas
kedurhakaan itu, baik hukuman di dunia maupun di akhirat kelak.
2. Adanya sikap orang tua yang lebih mengutamakan atau mementingkan
sebagian anak atas sebagian lainnya atau dalam kata lain adanya
ketidakadilan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya.
3. Kelalaian dari orang tua dalam menafkahi anak-anaknya semasa kecil.
4. Berteman dengan orang-orang yang buruk budi pekertinya yang mendorong
sahabatnya menentang orang tuanya.

Diriwayatkan dari Abu Hurariroh r.a., dia berkata : “Rasulullah saw


bersabda:
Artinya : “(Akhlak) seseorang itu tergantung pada akhlak sahabat karibnya.
Karena itu, hendaklah salah seorang diantara kalian
memperhatikan siapa yang digauli (nya).” (Musnad Imam Ahmad, Juz 16. hlm: 226, no
Hadits 7685)
Itulah factor-faktor yang menyebabkan anak durhaka kepada orang tuanya. Namun jika
ditelaah lebih lanjut, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak.
Kesalahan tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti terlalu
banyak aturan atau sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak.
Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan
orangtua dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW
dalam mendidik umatnya. Allah berfirman:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).

10
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah
hiasan bagi segala sesuatu.” (HR. Muslim, bab Al-Birru).
Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung
keberhasilan pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah
malaikat yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi
kebaikan.
Dalam bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim
menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung
memberikan hukuman yang bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan
nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil
memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu, memberikan
bimbingan dan arahan.
Salah seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah
mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa
pendidikan yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia-manusia
suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh.
Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak yang
tumbuh dalam situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan mental
tidak sehat. Pengaruh dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat.”
Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta,
dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan menjadikan
kepercayaan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan tumbuh menjadi
manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang, dan jujur.

7. Kisah nyata tentang anak yang durhaka kepada orang tuanya.

Kisah ini terjadi pada zaman Rasulullah saw. Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi
seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat
tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.

11
Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda
yang sedang sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?
Sang ibu menjawab : Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.
Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya?
Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya
menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah
padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:
‫َ احنرغك أغين غ‬،‫ف غعننيِّ ايلغكثحييغر‬
‫ت ايلغغفميومر الررححييمم‬ ‫َ احيقبغيل حمننىِّ ايليغ ح‬،‫سييغر غويغيعمفو غعحن ايلغكثحييحر‬
‫سييغر غوايع م‬ ‫غياَ غمين يغيقبغمل ايليغ ح‬
“Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah
amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun
dan Maha Penyayang.” 1)
Sang pemuda kini dapat mengucapkannya. Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa
yang kamu lihat? Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah
putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang
yang berwajah hitam itu telah berpaling dariku. Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang
pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat
orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).
1). Doa ini dikenal sebagai doa Yasîr, doa untuk memperoleh kemudahan saat sakaratul maut.

12
BAB III

PENUTUP
a) KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapatlah kita ambil kesimpulan bahwasanya arti durhaka menurut
syara’ adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti kedua orang tuanya.
Allah Swt, berfirman:
‫ل تعبدوا إل إياه وبالوالدين إحسان ا ا إما يبلغ نن عندك الكبر أحدهاما او كلهام فل تقل لهما أف‬
‫وقضى ربك ا ن‬
(23 :‫ول تنهرهاما وقل لهما قول كريم اا)السإراء‬
Artinya:dan Tuhanmu menghendaki supaya kamu tidak menyembah keculai
kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua, jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya, sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaannmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia.( QS. Al-Isro [17]: 23)
Jadi durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar. Dan untuk itu marilah kita
menghormati dan menghargai orang tua ,atas jasa-jasa orang tua kita yang sudah
melahirkan dan membesarkan kita Dan semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan
orang-orang yang durhaka.

b) SARAN

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di

13
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya

14
Daftar Pustaka

http://syamsuri149.wordpress.com/2008/10/09/akibat-durhaka-kepada-orang-tua/
http://anakshalih.wordpress.com/2007/06/25/haramnya-durhaka-kepada-orang-tua/
http://andikajeki.blogspot.com/2011/04/akibat-durhaka-kepada-orang-tua.html
http://7topranking.blogspot.com/2013/01/7-ciri-ciri-anak-durhaka.html
http://sapta06.wordpress.com/2010/05/22/249/
http://catatankecilblogspot.blogspot.com/2013/02/makalah-durhaka-kepada-orangtua.html

http://www.solusiislam.com/

http://m.abdullah-syauqi.abatasa.co.id/

15

Anda mungkin juga menyukai