BAB III Konduktivitas Termal Kel 20 2017
BAB III Konduktivitas Termal Kel 20 2017
KONDUKSI
4.1 Pendahuluan
4.1.1 Latar Belakang
Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau
material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga
tercapainya kesetimbangan panas. Kesetimbangan panas terjadi jika panas dari
sumber panas sama dengan jumlah panas benda yang dipanaskan dengan panas
yang disebarkan oleh benda tersebut ke medium sekitarnya (Cengel, 2002).
Konduksi adalah bentuk perpindahan panas paling umum pada benda
padat pada kontak termal. Konduksi dapat terjadi dalam cairan dan gas serta
padatan asalkan tidak ada gerakan massal yang terlibat. Meskipun perpindahan
panas dan suhu sangat erat terkait, mereka adalah dari sifat yang berbeda. Tidak
seperti suhu, perpindahan panas memiliki arah serta besarnya, dan dengan
demikian perpindahan panas adalah besaran vektor (Cengel, 2002).
Konduktivitas termal (k) yang menunjukan kemampuan bahan tersebut
untuk menghantar panas. Secara umum, semakin rendah konduktivitas suatu
bahan maka semakin kecil kemampuan bahan tersebut dalam menghantarkan
panas secara efektif dan menjadikanya memliki sifat sebagai peredam (isolator)
panas. Demikian pula jika nilai konduktivitasnya tinggi maka bahan tersebut
merupakan konduktor yang baik (Cengel, 2002).
Dengan mengetahui konduktivitas termal menggunakan analisa konduksi,
sehingga dapat menunjukan seberapa cepat kalor mengalir dalam bahan tertentu.
Penerapan ilmu perpindahan panas konduksi sangat luas, dapat kita temui pada
kehidupan sehari hari maupun pada dunia industri. Sebagai salah satu contohnya
pada kehidupan sehari hari yaitu peristiwa perpindahan panas pada bagian mesin
kendaraan sepeda motor dan pada dunia industri dapat ditemukan pada proses
ekstrusi logam dimana pada saat logam di panaskan maka perpindahan panas akan
terjadi pada logam tersebut secara konduksi.
65
4.1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum konduktivitas termal pada material padat
satu silinder satu dimensi adalah sebagai berikut.
1. Memahami peristiwa perpindahan panas secara konduksi serta parameter-
parameter yang mempengaruhinya.
2. Melakukan pengujian untuk menentukan nilai konduktivitas termal material.
3. Membandingkan hasil pengujian nilai konduktivitas termal dengan data
literatur.
1. Dinding Datar
Thot
T(x)
Tcold
T1 T2
qk (3.4)
ln r2 r1
2kl
T0
r0 Ti
ri
r
dr
hi h0
L1 L2
Ti
T1 K1 K2
q q
T2
T3
T0
R1 R2 R3 R4
Rangkaian Panas
A Harga K diketahui
Termokopel
Harga K tidak
B diketahui
Comber Kalor
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑘𝑠−𝑘𝑢𝑗𝑖
𝜀𝑡 = × 100 % = × 100 % (3.7)
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑡𝑖 𝑘𝑠
dengan :
Nilai sejati (true value) = aproksimasi + galat
Galat (Et) = nilai sejati – aproksimasi
𝐾𝑠(𝑇1 −𝑇2 )
𝐾𝑢𝑗𝑖 = (𝑇3 −𝑇4 )
(3.8)
1
𝐾𝑢𝑗𝑖 2 2 𝐾𝑢𝑗𝑖 2 2 2
𝑤𝑇 1 + 𝑇 𝑤𝑇 2
𝑤𝐾 =± 𝑇1 2 (3.9)
𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑢𝑗𝑖 2 2 𝐾𝑢𝑗𝑖 2
2
+ 𝑤𝑇 3 + 𝑇 (𝑤𝑇4 )
𝑇3 4
dimana :
𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠
=
𝑇1 𝑇3 − 𝑇4
𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠
=−
𝑇2 (𝑇3 − 𝑇4)
keterangan :
WT = = Deviasi standar
n = jumlah sampel
xi = sampel ke i
xm = rata –rata sampel
2. Regulator
Regulator yang ditunjukkan pada Gambar 3.10 merupakan penyuplai
tegangan yang dapat diatur untuk digunakan oleh heater agar diubah menjadi
energi panas.
5. Termodisplay
Termodisplay atau yang ter dapat dilihat di Gambar 3.13 merupakan alat yang
dapat digunakan untuk menunjukkan temperatur material.
7. Stopwatch
Stopwatch pada Gambar 3.15 mempunyai fungsi untuk menghitung tiap 20
detik membaca temperature yang tertera di termodisplay.
8. Heater
Pemanas pada Gambar 3.16 ada alat yang mempunyai fungsi untuk
memanaskan spesimen uji.
B. Pengukuran
1. Menghidupkan pompa untuk sirkulasi air
2. Putar regulator sampai watt meter menunjukan daya 6 watt.
3. Membaca dan mencatat setiap 20 detik data temperatur hasil pengukuran
keempat sensor temperatur hingga dicapai pembacaan temperatur pada
kondisi tunak (steady state).
4. Hentikan pengamatan ketika kondisi sudah mencapai steady atau sudah tidak
ada perubahan temperatur.
5. Matikan heater dan pompa.
No T1 T2 T3 T4
31 40 38 34 32
32 40 39 34 33
33 41 39 35 33
Rata-rata 40,33 38,67 34,33 32,67
Nilai Konduktivitas
Nilai konduktivitas termal benda yang diuji dapat dicari menggunakan rumus:
dT dT
q ks A kuji A
dx dx
s uji
88
𝑑𝑇 𝑑𝑇
−𝑘𝑠𝐴 = −𝑘𝑢𝑗𝑖 𝐴
𝑑𝑥𝑠 𝑑𝑥 𝑢𝑗𝑖
−𝑘𝑠 𝑇2 − 𝑇1 = −𝑘𝑢𝑗𝑖 𝑇4 − 𝑇3
−89,7 38,67 − 40,33 = −kuji 32,67 − 34,33
148,90 = 1,66 kuji
𝑘𝑢𝑗𝑖 = 89,7 𝑊/𝑚, 𝐾
237 – 89,7
= x 100%
237
= 62 %
Deviasi Standard
1
1 2
𝜎 = 𝑤𝑇 = 𝑛 𝑛 𝑥𝑖 − 𝑥𝑚 2
𝑖=1
1 1
2
= 3 𝑥𝑖 − 𝑥𝑚 2
𝑖=1
3
1
1 2
𝑤𝑇1 = 40 − 40,33 2 + 40 − 40,33 2 + 41 − 40,33 2
3
1 1
2
= 0,6667
3
= 0,471
89
1
1 2
𝑤𝑇2 = 2
38 − 38,67 + 39 − 38,67 + 39 − 38,672 2
3
1
1 2
= 0,6667
3
= 0,471
1
1 2
2
34 − 34,33 + 34 − 34,33 + 35 − 34,332 2
𝑤𝑇3 =
3
1 1
2
= 0,6667
3
= 0,471
1
1 2
𝑤𝑇4 = 32 − 32,67 2 + 33 − 32,67 2 + 33 − 32,67 2
3
1
1 2
= 0,6667
3
= 0,471
Dimana:
𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠 89,7
= = = 54,03
𝑇1 𝑇3 − 𝑇4 34,33 − 32,67
𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠
=−
𝑇2 (𝑇3 − 𝑇4)
−89,7
=
34,33 − 32,67
= −54,03
1
54,03 2 0,471 2 + −58,03 2 0,471 2 2
𝑤𝐾𝑢𝑗𝑖 = ±
+ −89,7 2 0,471 2 + 89,7 2 0,471 2
= ±70,45
3.4 PEMBAHASAN
Berikut akan dibahas mengenai pembahasan dari data hasil praktikum
dalam bentuk grafik dan analisanya
3.4.1 Grafik dan Analisa Grafik
Hasil perhitungan ditampilkan dalam bentuk grafik dan dilakukan analisa
seperti di bawah ini:
35
30
25
20
15
10
5
0
T1 T2 T3 T4
Waktu
Gambar 3,17 diatas menunjukan suhu (T) di titik 1, titik 2, titik 3, dan titik
4, Panas berpindah dari titik 1 menuju titik 4, Sumbu X mewakilkan titik
pengujian, sedangkan sumbu Y mewakilkan suhu (oC), Grafik menunjukan
penurunan dari T1 hingga T4, Ini disebabkan karena terdapat gradien temperatur
pada titik T1 sampai T4, T1 memiliki suhu yang lebih tinggi dari T4, sehingga
terjadi perpindahan energi dari T1 menuju T4, Karena perpindahan energi yang
terjadi secara konduksi, maka besarnya perpindahan energi tersebut sebanding
dengan gradien suhunya, Pada grafik terlihat T1 - T2 memiliki gradien yang sama
seperti T3 - T4, sehingga pada praktikum konduktivitas termal aluminium bahwa
92
3, Dari hasil sampel pengujian didapat bahwa nilai konduktivitas bahan uji
jauh dari nilai konduktivitas termal bahan dari literatur dengan perhitungan
dari data di lapangan dan galat eror yang didapat. Nilai error pada sampel
adalah 62 %. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurang stabilnya penurunan
suhu pada masing – masing sampel.
3.5.2 Saran
1. Pada saat pemasangan benda uji sebaiknya lebih hati-hati, agar benda uji
dan benda yang dilewati heater menempel rapat, sehingga proses
perambatan yang baik, yaitu ditandai dengan hasil grafik yang linear turun
yang menunjukkan terjadinya proses perambatan panas.
2. Pada saat pengesetan heater harus diatur dengan baik, karena bila terlalu
tinggi daya heater maka akan terjadi kenaikan temperatur yang lebih
cepat, dan bila heater rendah maka kenaikan temperatur akan lambat dan
bisa jadi akan terjadi penurunan temperature.
93
3. Pemberian silicon heat transfer harus hati-hati & tepat agar tidak ada
kekosongan antar muka 2 benda.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Cengel, Y A. 2002. Heat Transer, Practical Approach. New York. USA :
Mcgraw Hill Book Company.
[2] Jobsheet Praktikum Fenomena Dasar 2019.
[3] Muhammad Mulyadi (2015), Perpindahan Kalor Konduksi Konveksi Radiasi,
http://memetmulyadi.blogspot.com/2013/03/perpindahan-kalor-konduksi-
konveksi-radiasi,html. Diakses tanggal 8 Maret 2017.
[4] Wikipedia. 2017. Perpindahan Panas, https://id.wikipedia.org/wiki/
Perpindahan_pana., Diakses tanggal 9 Maret 2017.
[5] Laboratorium Termofluida, 2017, Alat dan Bahan Praktikum, Teknik Mesin
Universitas Diponegoro, Semarang.
[6] Oktarial, Rino. 2017. Coolant.
http://rinooktarial.blogspot,co,id/2015/05/coolant,html. Diakses tanggal 8
Maret 2017.
[7] Google Site. 2017. Besi Tempa.
https://sites.google.com/site/besitempajakarta1234bp/besi-tempa. Diakses
pada 9 Maret 2017.
[8] Laboratorium Termofluida. 2017. Alat dan Bahan Praktikum. Teknik Mesin
Universitas Diponegoro, Semarang.
[9] Amazon. 2017. Digital Stopwatch.
https://www.amazon.com/Travelwey-Digital-Stopwatch-Operation-Light-
Weight/dp/B0192EVY18. Diakses pada 9 Maret 2017.