Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

KONDUKSI

4.1 Pendahuluan
4.1.1 Latar Belakang
Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi pada benda atau
material yang bersuhu tinggi ke benda atau material yang bersuhu rendah, hingga
tercapainya kesetimbangan panas. Kesetimbangan panas terjadi jika panas dari
sumber panas sama dengan jumlah panas benda yang dipanaskan dengan panas
yang disebarkan oleh benda tersebut ke medium sekitarnya (Cengel, 2002).
Konduksi adalah bentuk perpindahan panas paling umum pada benda
padat pada kontak termal. Konduksi dapat terjadi dalam cairan dan gas serta
padatan asalkan tidak ada gerakan massal yang terlibat. Meskipun perpindahan
panas dan suhu sangat erat terkait, mereka adalah dari sifat yang berbeda. Tidak
seperti suhu, perpindahan panas memiliki arah serta besarnya, dan dengan
demikian perpindahan panas adalah besaran vektor (Cengel, 2002).
Konduktivitas termal (k) yang menunjukan kemampuan bahan tersebut
untuk menghantar panas. Secara umum, semakin rendah konduktivitas suatu
bahan maka semakin kecil kemampuan bahan tersebut dalam menghantarkan
panas secara efektif dan menjadikanya memliki sifat sebagai peredam (isolator)
panas. Demikian pula jika nilai konduktivitasnya tinggi maka bahan tersebut
merupakan konduktor yang baik (Cengel, 2002).
Dengan mengetahui konduktivitas termal menggunakan analisa konduksi,
sehingga dapat menunjukan seberapa cepat kalor mengalir dalam bahan tertentu.
Penerapan ilmu perpindahan panas konduksi sangat luas, dapat kita temui pada
kehidupan sehari hari maupun pada dunia industri. Sebagai salah satu contohnya
pada kehidupan sehari hari yaitu peristiwa perpindahan panas pada bagian mesin
kendaraan sepeda motor dan pada dunia industri dapat ditemukan pada proses
ekstrusi logam dimana pada saat logam di panaskan maka perpindahan panas akan
terjadi pada logam tersebut secara konduksi.

65
4.1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum konduktivitas termal pada material padat
satu silinder satu dimensi adalah sebagai berikut.
1. Memahami peristiwa perpindahan panas secara konduksi serta parameter-
parameter yang mempengaruhinya.
2. Melakukan pengujian untuk menentukan nilai konduktivitas termal material.
3. Membandingkan hasil pengujian nilai konduktivitas termal dengan data
literatur.

4.2 DASAR TEORI


Perpindahan panas adalah perpindahan energi panas akibat adanya
perbedaan suhu spasial (Incropera dkk, 2011). Kesetimbangan panas terjadi jika
panas dari sumber panas sama dengan jumlah panas benda yang dipanaskan
dengan panas yang disebarkan oleh benda tersebut ke medium sekitarnya. Proses
perpindahan panas ini berlangsung dalam 3 mekanisme, yaitu:
1. Konduksi
Konduksi adalah bentuk perpindahan panas paling umum pada benda padat
pada kontak termal. Konduksi steady state adalah bentuk konduksi yang terjadi
ketika perbedaan temperatur yang terjadi pada konduksi berlangsung spontan,
maka setelah waktu kesetimbangan, distribusi spasial temperatur pada benda
terkonduksi tidak berubah-ubah lagi. Pada konduksi steady state, jumlah panas
yang memasuki suatu bagian sama dengan jumlah panas yang keluar. Sedangkan
untuk konduksi transient muncul ketika temperatur objek berubah sebagai fungsi
waktu. Analisis pada sistem transient lebih kompeks dan sering dipakai untuk
aplikasi dari analisis numerik oleh komputer
2. Konveksi
Perpindahan panas konveksi atau konveksi adalah perpindahan panas dari
satu tempat ke tempat lain karena adanya perpindahan fluida, proses perpindahan
panas melalui perpindahan massa.. Konveksi adalah perpindahan panas yang
umum pada cairan dan gas. Konveksi alami muncul ketika gerak fluida
disebabkan oleh perbedaan massa jenis akibat perbedaan temperatur di dalam
fluida. Konveksi paksa adalah istilah yang digunakan ketika aliran di dalam fluida
diinduksi oleh benda eksternal, seperti kipas, pengaduk, dan pompa, sehingga
menyebabkan konveksi induksi buatan.
3. Radiasi
Radiasi termal adalah energi yang dilepaskan oleh benda sebagai gelombang
elektromagnetik, karena adanya tumpukan energi termal pada semua benda
dengan suhu di atas nol mutlak. Radiasi termal muncul sebagai akibat
perpindahan acak dari atom dan molekul benda. Karena atom dan molekul ini
terdiri dari partikel bermuatan (proton dan elektron), pergerakan mereka
menghasilkan pelepasan radiasi elektromagnetik yang membawa energi. [2]
Pada kali ini akan dibahas lebih mendalam mengenai perpindahan panas
secara konduksi. Perpindahan panas secara konduksi yaitu perpindahan panas
dimana panas mengalir di dalam suatu benda (padat, cair, atau gas) yang
bersinggungan secara langsung dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah
yang bertemperatur lebih rendah akibat adanya gradien temperatur pada benda
tersebut.
Perpindahan panas konduksi dapat terjadi satu, dua dan tiga dimensi.
Konduksi satu dimensi terjadi jika suatu sistem dimana suhu dan aliran panas
hanya fungsi dari satu koordinat saja. Sedangkan untuk konduksi dua dan tiga
dimensi, suhu merupakan fungsi dari dua atau tiga koordinat.
Gambar 4.1 Skema perpindahan panas konduksi (Fisika Zone, 2015).

Seperti pada Gambar 4.1 diatas, proses penghantaraan panas dalam


peristiwa konduksi disebabkan oleh getaran atom dan molekul penyusun bahan
yang meningkat saat dikenakan energi dalam bentuk panas. Getaran atom ini
selanjutnya akan mempengaruhi atom atom di sekitarnya dan menyebabkan atom
di sekiranya ikut bergetar. Kondisi ini terus berlangsung hingga energi panas
berpindah dari partikel yang memiliki temperatur tinggi dan energ tinggi ke
partikel bertemperatur dan energi rendah melalui kontak permukaan. Perpindahan
panas konduksi menurut proses aliran perpindahan panas dibagi menjadi dua
proses yaitu:
1. Kondisi stedi (steady state) merupakan suatu proses dimana laju aliran panas
dalam suatu sistem tidak berubah terhadap waktu.
2. Kondisi transien (transient) atau tak-stedi (unsteady) merupakan suatu proses
dimana laju aliran panas dan suhu di berbagai titik dalam suatu sistem
berubah terhadap waktu.
4.2.1 Parameter Perpindahan Panas Konduksi
Konduktivitas termal (thermal conductivity) didefinisikan oleh persamaan
Fourier :
T
q  kA (1)
x
Dimana :
q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft² atau m²)
T
= gradien atau landaian suhu (temperatur gradient) dalam arah arah q
x
perpindahan kalor (oF/ft atau oC/m)
k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.°F atau W/m.°C)
4.2.2 Pengetahuan Umum Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal, yaitu sifat bahan yang menunjukkan jumlah panas yang
mengalir melintasi satu satuan luas jika gradien temperaturnya satu dan dapat
menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir dalam bahan tertentu.
4.2.1.1. Persamaan Konduksi Panas Pada Keadaan Steady-Satu Dimensi
Distribusi temperatur sistem satu dimensi dinyatakan dengan satu variabel, x
untuk bidang datar dan r untuk bentuk silindris dan bola. Pendekatan bentuk
silindris dilakukan jika kondisi akhir bentuk silindris menghasilkan gradien
temperatur yang seragam dalam arah r, , dan z, hal ini diperoleh jika kedua ujung
silinder diisolasi sempurna.

1. Dinding Datar

Thot

T(x)

Tcold

Gambar 3.2 Distribusi temperatur untuk konduksi steady-state melalui


sebuah dinding datar [1].

Perpindahan panas pada dinding datar dapat dimodelkan dengan keadaan


steady dan satu dimensi. Laju aliran panas yang melalui dinding harus konstan.
Pada kondisi steady, distribusi temperaturnya seragam dan dapat dilihat pada
Gambar 3.2 di atas. Persamaan konduksi pada dinding datar dapat didefinisikan
sebagai berikut :
q
Ak
T T
 T (3.2)
hot cold
L L Ak
Dengan L/Ak setara dengan tahanan termal (thermal resistance) Rk. Sedangkan
hantaran termal (termal conductance) adalah Kk:
Ak
K k  (3.3)
L
2. Silinder Berlubang
Contoh kasus konduksi pada silinder berlubang adalah konduksi pada pipa
yang dapat dimodelkan steady dan satu dimensi yang dapat dilihat pada Gambar
3.3. Jika silinder itu homogen dan cukup panjang sehingga pengaruh ujung-
ujungnya dapat diabaikan dan suhu permukaan dalamnya konstan pada T1
sedangkan suhu luarnya T2. Maka persamaan laju panas konduksinya adalah :

T1  T2
qk  (3.4)
ln r2 r1 
2kl

T0

r0 Ti
ri
r

dr

Gambar 3.3 Sketsa konduksi melalui silinder berlubang [1].

3. Dinding Datar (Struktur Komposit Satu Dimensi)


Struktur komposit merupakan suatu struktur yang terdiri dari lebih dari satu
macam bahan yang dirangkapkan. Persamaan-persamaan yang mengatur laju
perpindahan panas dalam dinding komposit dapat diperoleh dengan
menggambarkan rangkaian termalnya seperti pada Gambar 3.4 berikut.

hi h0
L1 L2
Ti

T1 K1 K2
q q
T2

T3
T0

R1 R2 R3 R4

Rangkaian Panas

Gambar 3.4 Struktur komposit dinding datar [1].


Aliran panas pada struktur komposit dinding datar adalah seragam lapisan
dinding dan sisi. Jika luas dinding A sama untuk semua lapisan dinding maka
berlaku :
T1  T2
q (3.5)
1  L1  L2  1
  
h1 A k1 A k2 A h2 A

4. Silinder (Pada Struktur Komposit Satu Dimensi)


Suatu metode yang sangat sederhana untuk pengukuran konduktivitas termal
logam ialah seperti yang digambarkan pada Gambar 3.5. Sebuah batang logam A
yang konduktivitas termalnya diketahui, dihubungkan dengan batang logam B
yang konduktivitas termalnya akan diukur. Sebuah sumber kalor (heat source) dan
comber kalor (heat sink) dihubungkan dengan ujung batang gabungan itu, dan
rakitan itu dibalut dengan bahan isolasi untuk meminimalkan kalor yang keluar ke
lingkungan dan menjaga agar aliran kalor melalui batangan itu bersifat satu
dimensi. Pada kedua bahan yang diketahui dan yang tidak diketahui, ditempelkan
atau ditanamkan termokopel. Jika gradien suhu melalui bahan-bahan yang
diketahui diukur, aliran kalor akan dapat ditentukan.
Sumber Kalor

A Harga K diketahui

Termokopel
Harga K tidak
B diketahui

Comber Kalor

Gambar 3.5 Skema alat untuk pengujian konduktivitas termal [1].

Aliran kalor ini selanjutnya digunakan untuk menghitung konduktivitas


termal bahan yang tak diketahui. Jadi :
 dT   dT 
q  k A A   kB A  (3.6)
dx dx
 A  B
4.2.3 Rumus Perhitungan Konduktivitas Termal
Untuk mencari nilai konduktivitas termal pada praktikum fenomena ini
ada beberapa rumus yang digunakan, yaitu :
1. Persamaan konduksi ( Hukum Fourier )
Persamaan konduksi dapat didefinisikan sebagai berikut :
T
q  kA
x
dimana :
q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
A = luas bidang tempat berlansungnya perpindahan kalor(ft2 atau m2)
T
= gradien atau landasan suhu
x
2. Persamaan laju panas konduksi pada dinding datar
Persamaan laju panas konduksi pada dinding datar dapat didefinisikan
sebagai berikut :
T
q
Ak
Thot  Tcold 
L L Ak
dimana :
q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft2 atau m2)
Thot = temperatur tinggi (oF atau oC)
Tcool = temperatur rendah (oF atau oC)
∆T = perbedaan temperatur (oF atau oC)
L = panjang (ft atau m)
k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)
Dengan L/Ak setara dengan tahanan termal (thermal resistance) Rk.
Sedangkan hantaran termal (termal conductance) adalah Kk:
Ak
Kk 
L
dimana :
Kk = hantaran termal (Btu/h.oF atau W/m.oC)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft2 atau m2)
k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)
L = panjang (ft atau m)

3. Persamaan laju panas konduksi pada silinder berlubang


Persamaan laju panas konduksi untuk silinder berlubang adalah:
T1  T2
qk 
ln r2 r1 
2kl
dimana :
qk = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
T1 = temperatur dalam (oF atau oC)
T2 = temperatur luar (oF atau oC)
r1 = jari-jari dalam (ft atau m)
r2 = jari-jari luar (ft atau m)
l = panjang (ft atau m)
k = konduktivitas termal (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)

4. Persamaan perpindahan panas pada dinding datar (struktur komposit satu


dimensi)
Persamaan perpindahan panas pada dinding datar dapat didefinisikan sebagai
berikut :
T1  T2
q
1  L1  L2  1
  
h1 A k1 A k2 A h2 A
dimana :
q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
T∞1 = temperatur lingkungan 1 (oF atau oC)
T∞2 = temperatur lingkungan 2 (oF atau oC)
h1 = koefisien konveksi 1 (Btu/h.ft2.oF atau W/m2. oC)
h2 = koefisien konveksi 2 (Btu/h.ft2.oF atau W/m2. oC)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft2 atau m2)
L1 = panjang daerah 1 (ft atau m)
L2 = panjang daerah 2 (ft atau m)
k1 = konduktivitas termal 1 (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)
k2 = konduktivitas termal 2 (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)

5. Persamaan laju panas konduksi pada silinder komposit


Selanjutnya untuk menghitung konduktivitas termal silinder komposit maka
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
 dT   dT 
q  k A A   kB A 
dx dx
 A  B

dimana :
q = laju perpindahan kalor (Btu/h atau W)
A = luas bidang tempat berlangsungnya perpindahan kalor (ft2 atau m2)

 dT 
= gradien suhu A (oF/ft atau oC/m)
dx
 A

 dT 
= gradien suhu B (oF/ft atau oC/m)
dx
 B
kA = konduktivitas termal A (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)
kB = konduktivitas termal B (Btu/h.ft.oF atau W/m.oC)
6. Galat (error)
Untuk menghitung galat (error) maka dapat menggunakan persamaan :

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑘𝑠−𝑘𝑢𝑗𝑖
𝜀𝑡 = × 100 % = × 100 % (3.7)
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑡𝑖 𝑘𝑠

dengan :
Nilai sejati (true value) = aproksimasi + galat
Galat (Et) = nilai sejati – aproksimasi

7. Ketidakpastian hasil pengukuran


Untuk menghitung ketidakpastian hasil pengukuran maka digunakan
persamaan :

𝐾𝑠(𝑇1 −𝑇2 )
𝐾𝑢𝑗𝑖 = (𝑇3 −𝑇4 )
(3.8)

1
𝐾𝑢𝑗𝑖 2 2 𝐾𝑢𝑗𝑖 2 2 2
𝑤𝑇 1 + 𝑇 𝑤𝑇 2
𝑤𝐾 =± 𝑇1 2 (3.9)
𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑢𝑗𝑖 2 2 𝐾𝑢𝑗𝑖 2
2
+ 𝑤𝑇 3 + 𝑇 (𝑤𝑇4 )
𝑇3 4

dimana :
𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠
=
𝑇1 𝑇3 − 𝑇4
𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠
=−
𝑇2 (𝑇3 − 𝑇4)

𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠(𝑇1 − 𝑇2)


=−
𝑇3 (𝑇3 − 𝑇4)2
𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠(𝑇1 − 𝑇2)
=
𝑇4 (𝑇3 − 𝑇4)2
 Deviasi standar
Untuk menghitung deviasi standar maka dapat digunakan dengan rumus
sebagai berikut :
𝑛 1
1𝜎 = 𝑥 − 𝑥 2 (3.10)
2
𝑖 𝑚
2
𝑖=1

keterangan :
WT =  = Deviasi standar
n = jumlah sampel
xi = sampel ke i
xm = rata –rata sampel

3.2.1 Aplikasi Konduktivitas Termal Pada Material Padat Silinder Satu


Dimensi
Penerapan ilmu perpindahan panas konduksi sangat luas, dapat kita temui
pada kehidupan sehari hari maupun pada dunia industri.
3.2.1.1 Aplikasi Konduksi Dalam Kehidupan Sehari – hari
Gambar 3.6 merupakan sebuah mesin yang sumber tenaganya berasal dari
pengembangan gas-gas panas bertekanan tinggi hasil pembakaran campuran
bahan bakar dan udara, yang berlangsung di dalam ruang tertutup dalam mesin,
yang disebut ruang bakar (combustion chamber).
Mesin pembakaran dalam sendiri biasanya merujuk kepada mesin yang
pembakarannya dilakukan secara berselang-seling. Yang termasuk dalam mesin
pembakaran dalam adalah mesin empat tak dan mesin dua tak, dan beberapa tipe
mesin lainnya, misalnya mesin enam tak dan juga mesin wankel. Selain itu, mesin
jet dan beberapa mesin roket termasuk dalam mesin pembakaran dalam.
Proses konduksi terjadi pada dinding ruang bakar hingga fin dibagian luar
mesin. Panas hasil pembakaran didalam ruang bakar berpindah kedinding ruang
bakar. Dinding ruang bakar akan memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada fin
yang berada diluar. Sehingga akan terjadi perpindahan panas secara konduksi dari
dinding ruang bakar hingga ujung fin yang berada disisi luar mesin.

Gambar 3.6 Mesin pembakaran dalam. [3].

3.2.1.2 Aplikasi Konduksi Dalam Dunia Industri


Proses ekstrusi adalah proses dimana logam dibentuk dengan cara
menekannya melalui rongga cetakan. Tekanan yang digunakan sangat besar.
Proses ini dapat digunakan untuk membuat batang silinder, tabung atau profil-
profil tertentu. Secara skema dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 3.7 Proses ektrusi [3].


Pada Gambar 3.7 dapat dijelaskan proses perpindahan panas secara
konduksinya. Sebelum dilakukan extrusi billet dipanaskan terlebih dahulu untuk
memudahkan pembentukan logam. Billet yang memiliki suhu tinggi akan
bersinggungan dan bergesekan dengan container dan die. Maka akan terjadi
perpindahan panas secara konduksi dari billet yang memiliki suhu tinggi ke
container dan die yang memiliki suhu rendah.

3.2.2 Alat dan Prosedur Pengujian Konduktivitas Termal Pada Material


Padat Silinder Satu Dimensi
Adapun alat dan prosedur pengujian konduktivitas termal pada material
padat silinder satu dimensi akan dijelaskan sebagai berikut.
3.2.2.1 Peralatan Pengujian Konduktivitas Termal Pada Material Padat Silinder
Satu Dimensi
A. Peralatan praktikum
Peralatan pengujian konduktivitas termal pada material padat silinder satu
dimensi dapat dilihat pada Gambar 3.8 meliputi :

Gambar 3.8 Bagian-bagian alat uji konduktivitas termal [5].


1. Rangka/ Support dan Spesimen Uji
Rangka/ Support yang ditunjukkan pada Gambar 3.9 memiliki kegunaan
untuk meletakan dan mengisolasi spesimen uji.

Gambar 3.9 Rangka dan spesimen uji [5].

2. Regulator
Regulator yang ditunjukkan pada Gambar 3.10 merupakan penyuplai
tegangan yang dapat diatur untuk digunakan oleh heater agar diubah menjadi
energi panas.

Gambar 3.10 Regulator [5].


3. Wattmeter
Wattmeter yang ditunjukkan pada Gambar 3.11 merupakan suatu alat untuk
menunjukkan daya yang dikeluarkan oleh regulator.

Gambar 3.11 Wattmeter [5].

4. Termokopel Tipe T (4 buah)


Termkopel tipe 4 ini dapat dilihat seperti Gambar 3.12 berfungsi untuk
mengukur temperatur pada spesimen uji yang nantinya akan dibaca oleh
termodisplay.

Gambar 3.12 Termokopel [5].

5. Termodisplay
Termodisplay atau yang ter dapat dilihat di Gambar 3.13 merupakan alat yang
dapat digunakan untuk menunjukkan temperatur material.

Gambar 3.13 Termodisplay [5].


6. Pompa dan wadah/bak air
Pompa dan wadah/bak air seperti pada Gambar 3.14 digunakan untuk
mengalirkan air yang ada di bak air untuk dialirkan ke benda uji agar tercipta
temperature yang lebih rendah.

Gambar 3.14 Pompa dan wadah air [5].

7. Stopwatch
Stopwatch pada Gambar 3.15 mempunyai fungsi untuk menghitung tiap 20
detik membaca temperature yang tertera di termodisplay.

Gambar 3.15 Stopwatch [5].

8. Heater
Pemanas pada Gambar 3.16 ada alat yang mempunyai fungsi untuk
memanaskan spesimen uji.

Gambar 3.16 Heater[5].


B. Bahan Pengujian
Bahan pengujian konduktivitas termal pada material padat silinder satu
dimensi meliputi :
1. Material standar : kuningan (k = 89.7 W/m.K),  = 25 mm, l = 30 mm

Gambar 3.17 Kuningan [5].

2. Material uji: baja, kuningan, nilon dengan dimensi  = 25 mm, l = 30 mm

Gambar 3.18 Aluminium [5].

3. Silicone Heat Transfer


Silicone heat transfer berfungsi untuk menghantarkan panas dari heater ke
spesimen uji agar lebih optimal seperti pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19 Silicone heat transfer [5].


4. Air
Air seperti pada Gambar 3.20 berfungsi untuk menurunkan membedakan
suhu pada salah satu permukaan sisi spesimen uji.

Gambar 3.20 Air [5].

3.2.2.2 Prosedur Pengujian Konduktivitas Termal Pada Material Padat Silinder


Satu Dimensi
Untuk memulai praktikum fenomena, ada beberapa langkah/prosedur yang
harus dilakukan agar mendapatkan hasil yang akurat dan benar, yaitu [2] :
A. Persiapan Pengujian
1. Memberi silikon heat transfer pada permukaan kontak antara silinder material
standar (kuningan) dan permukaan silinder material uji
2. Memasukan material uji ke dalam alat uji
3. Menempatkan isolator (kayu) pada rangka alat uji
4. Merekatkan dan mengencangkan antara kedua bagian isolator (kayu) dengan
memutar baut pengencang
5. Memasang sensor temperatur (termokopel) pada titik-titik lubang yang telah
disediakan pada isolator.
6. Menghubungkan selang aliran air pendingin pada pompa yang ditempatkan
pada wadah/ bak untuk sirkulasi aliran air.

B. Pengukuran
1. Menghidupkan pompa untuk sirkulasi air
2. Putar regulator sampai watt meter menunjukan daya 6 watt.
3. Membaca dan mencatat setiap 20 detik data temperatur hasil pengukuran
keempat sensor temperatur hingga dicapai pembacaan temperatur pada
kondisi tunak (steady state).
4. Hentikan pengamatan ketika kondisi sudah mencapai steady atau sudah tidak
ada perubahan temperatur.
5. Matikan heater dan pompa.

3.2.2.3 Diagram Alir Pengujian Konduktivitas Termal Pada Material Padat


Silinder Satu Dimensi
Seperti pada Gambar 3.19, ada diagram alir yang perlu diikuti praktikan
apabila melakukan praktikum ini.

Gambar 3.16 Diagram alir pengujian.


86

3.3 PENGOLAHAN DATA


Dibawah ini merupakan data hasil praktikum serta perhitungan
perhitungan untuk pengolahan datanya.
3.3.1 Data Hasil Praktikum
Daya : 6 watt
0
Material : Kuningan (k = 89,7 W/m. K)

Tabel 3.1 Data hasil praktikum


Waktu Suhu Perpindahan Panas
No
ke [s] T1 T2 T3 T4 Trata-rata
1 20 25 27 26 25 25,75
2 40 26 27 26 26 26,25
3 60 27 28 26 26 26,75
4 80 27 28 27 26 27
5 100 28 28 27 26 27,25
6 120 29 29 27 26 27,75
7 140 29 29 27 26 27,75
8 160 30 30 27 27 28,5
9 180 30 30 28 27 28,75
10 200 31 31 28 27 29,25
11 220 32 31 28 28 29,75
12 240 32 32 29 28 30,25
13 260 33 32 29 28 30,5
14 280 33 32 29 28 30,5
15 300 34 33 30 29 31,5
16 320 34 33 30 29 31,5
17 340 35 33 30 29 31,75
18 360 35 34 30 29 32
19 380 36 34 31 30 32,75
20 400 36 35 31 30 33
21 420 36 35 31 30 33
22 440 37 36 31 30 33,5
23 460 37 36 32 30 33,75
24 480 38 36 32 31 34,25
25 500 38 36 32 31 34,25
26 520 38 37 33 31 34,75
27 540 39 37 33 31 35
28 560 39 37 33 32 35,25
29 580 39 38 33 32 35,5
87

Lanjutan Tabel 3.1 Data Hasil Praktikum


30 600 40 38 34 32 36
31 620 40 38 34 32 36
32 640 40 39 34 33 36,5
33 660 41 39 35 33 37
34 680 41 39 35 33 37
35 700 41 39 35 33 37
36 720 42 40 35 33 37,5
37 740 42 40 35 33 37,5
38 760 42 40 36 34 38
39 780 43 41 36 34 38,5
40 800 43 41 36 34 38,5
41 820 43 41 37 35 39
42 840 43 41 37 35 39
43 860 44 41 37 35 39,25
44 880 44 42 37 35 39,5
45 900 44 42 38 35 39,75
46 920 45 43 38 36 40,5
47 940 45 43 38 36 40,5
48 960 45 43 38 36 40,5
49 980 45 43 38 36 40,5

3.3.2 Perhitungan Data Hasil Praktikum


Perhitungan diambil nilai pada data 20 detik yang ke 32, 33, 34,
Table 3.2 Sample 1

No T1 T2 T3 T4
31 40 38 34 32
32 40 39 34 33
33 41 39 35 33
Rata-rata 40,33 38,67 34,33 32,67

 Nilai Konduktivitas
Nilai konduktivitas termal benda yang diuji dapat dicari menggunakan rumus:
 dT   dT 
q  ks A     kuji A 
dx dx
 s  uji
88

Dengan menggunakan sampel 1 didapat nilai konduktivitas termal sebagai


berikut :

𝑑𝑇 𝑑𝑇
−𝑘𝑠𝐴 = −𝑘𝑢𝑗𝑖 𝐴
𝑑𝑥𝑠 𝑑𝑥 𝑢𝑗𝑖

−𝑘𝑠 𝑇2 − 𝑇1 = −𝑘𝑢𝑗𝑖 𝑇4 − 𝑇3
−89,7 38,67 − 40,33 = −kuji 32,67 − 34,33
148,90 = 1,66 kuji
𝑘𝑢𝑗𝑖 = 89,7 𝑊/𝑚, 𝐾

3.3.3 Perhitungan Ralat


Galat (error)
Galat( Et) = K NilaiSejati – K Benda Uji
= 237 – 89,7
= 147,3
𝑘𝑠− 𝑘𝑢𝑗𝑖
𝜀𝑡 = 𝑘𝑠
x 100%

237 – 89,7
= x 100%
237

= 62 %

 Deviasi Standard
1
1 2
𝜎 = 𝑤𝑇 = 𝑛 𝑛 𝑥𝑖 − 𝑥𝑚 2
𝑖=1

1 1
2
= 3 𝑥𝑖 − 𝑥𝑚 2
𝑖=1
3
1
1 2
𝑤𝑇1 = 40 − 40,33 2 + 40 − 40,33 2 + 41 − 40,33 2
3

1 1
2
= 0,6667
3

= 0,471
89

1
1 2
𝑤𝑇2 = 2
38 − 38,67 + 39 − 38,67 + 39 − 38,672 2
3
1
1 2
= 0,6667
3
= 0,471

1
1 2
2
34 − 34,33 + 34 − 34,33 + 35 − 34,332 2
𝑤𝑇3 =
3
1 1
2
= 0,6667
3

= 0,471

1
1 2
𝑤𝑇4 = 32 − 32,67 2 + 33 − 32,67 2 + 33 − 32,67 2
3
1
1 2
= 0,6667
3
= 0,471

Ketidakpastian hasil pengukuran


𝐾𝑠 𝑇 1 − 𝑇 2
𝐾𝑢𝑗𝑖 =
𝑇3 − 𝑇4
89,7 40,33 − 38,67
=
34,33 − 32,67
= 89,7 W/m,K
1
𝐾𝑢𝑗𝑖
2
2 𝐾𝑢𝑗𝑖 2 2 2
𝑤 𝑇1 + 𝑤𝑇 2
𝑤𝐾 =± 𝑇1 𝑇 2
𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑢𝑗𝑖 2 2 + 𝐾𝑢𝑗𝑖
2
2
+
𝑇 𝑤 𝑇3 𝑇 𝑤𝑇 4
3 4
90

Dimana:
𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠 89,7
= = = 54,03
𝑇1 𝑇3 − 𝑇4 34,33 − 32,67
𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠
=−
𝑇2 (𝑇3 − 𝑇4)
−89,7
=
34,33 − 32,67
= −54,03

𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠(𝑇1 − 𝑇2)


=−
𝑇3 (𝑇3 − 𝑇4)2
−89,7 40,33 − 38,67
=
34,33 − 32,67 2
= −89,7

𝐾𝑢𝑗𝑖 𝐾𝑠(𝑇1 − 𝑇2)


=
𝑇4 (𝑇3 − 𝑇4)2
89,7 40,33 − 38,67
=
34,33 − 32,67 2
= 89,7

1
54,03 2 0,471 2 + −58,03 2 0,471 2 2
𝑤𝐾𝑢𝑗𝑖 = ±
+ −89,7 2 0,471 2 + 89,7 2 0,471 2
= ±70,45

3.3.4 Tabel Hasil Pengolahan Data


Pada Tabel 3.3 akan ditampilkan hasil pengolahan data dari hasil data
praktikum yang telah dilakukan,
Tabel 3.3 Hasil pengolahan data
No Ks Kuji t T1 T2 T3 T4 Kuji* kuji
1 89,7 89,7 62 % 0,471 0,471 0,471 0,471 89,7 ±70,45
91

3.4 PEMBAHASAN
Berikut akan dibahas mengenai pembahasan dari data hasil praktikum
dalam bentuk grafik dan analisanya
3.4.1 Grafik dan Analisa Grafik
Hasil perhitungan ditampilkan dalam bentuk grafik dan dilakukan analisa
seperti di bawah ini:

Grafik Hasil Pengujian


45 40,33 38,67
40
34,33 32,67
Temperatur (Celcius)

35
30
25
20
15
10
5
0
T1 T2 T3 T4
Waktu

Gambar 3.17 Grafik perbandingan temperatur dengan waktu

Gambar 3,17 diatas menunjukan suhu (T) di titik 1, titik 2, titik 3, dan titik
4, Panas berpindah dari titik 1 menuju titik 4, Sumbu X mewakilkan titik
pengujian, sedangkan sumbu Y mewakilkan suhu (oC), Grafik menunjukan
penurunan dari T1 hingga T4, Ini disebabkan karena terdapat gradien temperatur
pada titik T1 sampai T4, T1 memiliki suhu yang lebih tinggi dari T4, sehingga
terjadi perpindahan energi dari T1 menuju T4, Karena perpindahan energi yang
terjadi secara konduksi, maka besarnya perpindahan energi tersebut sebanding
dengan gradien suhunya, Pada grafik terlihat T1 - T2 memiliki gradien yang sama
seperti T3 - T4, sehingga pada praktikum konduktivitas termal aluminium bahwa
92

menunjukkan bahwa nilai konduktivitas termal aluminium (𝑘𝑢𝑗𝑖 ) sama dengan


konduktivitas termal kuningan (𝑘𝑠𝑡 ),
3.5 KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan dan saran yang dapat disaampaikan yaitu sebagai
berikut ini.
3.5.1 Kesimpulan
1, Pada pengujian konduktivitas termal, terdapat hubungan antara
konduktivitas termal dengan q konduksi yaitu semakin besar konduktivitas
termal suatu benda maka q akan semakin besar, ini dapat dibuktikan
dengan persamaan 3.1. Parameter-parameter yang mempengaruhi adalah
nilai perambatan pada setiap material, luas material, serta nilai tahanan
(isolasi) dari kerangka isolasi.
2, Dari hasil pengujian didapat nilai konduktivitas bahan aluminium
𝑊
89,7 𝐾.
𝑚

3, Dari hasil sampel pengujian didapat bahwa nilai konduktivitas bahan uji
jauh dari nilai konduktivitas termal bahan dari literatur dengan perhitungan
dari data di lapangan dan galat eror yang didapat. Nilai error pada sampel
adalah 62 %. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurang stabilnya penurunan
suhu pada masing – masing sampel.

3.5.2 Saran
1. Pada saat pemasangan benda uji sebaiknya lebih hati-hati, agar benda uji
dan benda yang dilewati heater menempel rapat, sehingga proses
perambatan yang baik, yaitu ditandai dengan hasil grafik yang linear turun
yang menunjukkan terjadinya proses perambatan panas.
2. Pada saat pengesetan heater harus diatur dengan baik, karena bila terlalu
tinggi daya heater maka akan terjadi kenaikan temperatur yang lebih
cepat, dan bila heater rendah maka kenaikan temperatur akan lambat dan
bisa jadi akan terjadi penurunan temperature.
93

3. Pemberian silicon heat transfer harus hati-hati & tepat agar tidak ada
kekosongan antar muka 2 benda.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Cengel, Y A. 2002. Heat Transer, Practical Approach. New York. USA :
Mcgraw Hill Book Company.
[2] Jobsheet Praktikum Fenomena Dasar 2019.
[3] Muhammad Mulyadi (2015), Perpindahan Kalor Konduksi Konveksi Radiasi,
http://memetmulyadi.blogspot.com/2013/03/perpindahan-kalor-konduksi-
konveksi-radiasi,html. Diakses tanggal 8 Maret 2017.
[4] Wikipedia. 2017. Perpindahan Panas, https://id.wikipedia.org/wiki/
Perpindahan_pana., Diakses tanggal 9 Maret 2017.
[5] Laboratorium Termofluida, 2017, Alat dan Bahan Praktikum, Teknik Mesin
Universitas Diponegoro, Semarang.
[6] Oktarial, Rino. 2017. Coolant.
http://rinooktarial.blogspot,co,id/2015/05/coolant,html. Diakses tanggal 8
Maret 2017.
[7] Google Site. 2017. Besi Tempa.
https://sites.google.com/site/besitempajakarta1234bp/besi-tempa. Diakses
pada 9 Maret 2017.
[8] Laboratorium Termofluida. 2017. Alat dan Bahan Praktikum. Teknik Mesin
Universitas Diponegoro, Semarang.
[9] Amazon. 2017. Digital Stopwatch.
https://www.amazon.com/Travelwey-Digital-Stopwatch-Operation-Light-
Weight/dp/B0192EVY18. Diakses pada 9 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai