Anda di halaman 1dari 13

Lex Crimen Vol. II/No.

2/Apr-Jun/2013

PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP DALAM tindak pidana dalam KUHP yang diancam
SISTEM HUKUM PIDANA DI INDONESIA1 dengan pidana seumur hidup adalah tindak
Oleh: Henny C. Kamea2 pidana yang dikualifikasikan sebagai
kejahatan (berat).
ABSTRAK Kata kunci: penjara seumur hidup
Dasar pembenaran dari penjatuhan pidana
terhadap pelaku tindak pidana terletak A. PENDAHULUAN
pada adanya atau terjadinya kejahatan itu Pidana penjara merupakan primadona
sendiri. Setiap kejahatan harus berakibat dalam sistem sanksi pidana yang paling
dijatuhkannya pidana kepada pelaku. Dasar sering dijatuhkan oleh hakim dalam
pembenaran pidana terdapat di dalam memutus perkara. Pelaksanaan pidana
kategorischen imperatif, yakni yang penjara di Indonesia dilaksanakan melalui
menghendaki agar setiap perbuatan sistem pemasyarakatan berdasarkan
melawan hukum itu harus dibalas. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1995
Pembalasan merupakan suatu keharusan tentang Pemasyarakatan, yang merupakan
menurut keadilan dan menurut hukum. perubahan ide secara yuridis filosofis dari
Keharusan menurut keadilan dan menurut sistem kepenjaraan menjadi sistem
hukum tersebut, merupakan keharusan pemasyarakatan. Sistem kepenjaraan yang
mutlak, hingga setiap pengecualian atau sangat menekankan pada unsur balas
setiap pembatasan yang semata-mata dendam dan penjeraan yang disertai
didasarkan pada suatu tujuan itu harus dengan lembaga rumah penjara secara
dikesampingkan. Tujuan pemidanaan berangsur-angsur dipandang sebagai suatu
terhadap terpidana adalah untuk sistem dan sarana yang tidak sejalan
mempertahankan tata tertib dalam dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi
masyarakat dan menjerakan penjahat atau sosial, agar narapidana menyadari
membuat tak berdaya lagi si penjahat dan kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk
untuk memperbaiki pribadi si penjahat agar melakukan tindak pidana dan kembali
menginsafi atau tidak mengulangi menjadi warga masyarakat yang
perbuatannya. Dalam sistem pemidanaan bertanggungjawab bagi diri sendiri,
di Indonesia, pidana seumur hidup selalu keluarga dan lingkungannya.
menjadi alternatif (pengganti) dari pidana Pelaksanaan pidana penjara melalui
mati dan selalu dialternatifkan dengan sistem pemasyarakatan merupakan
pidana penjara selama-lamanya dua puluh rangkaian penegakan hukum yang
tahun. Sebagai alternatif pidana mati, bertujuan agar warga binaan
pidana seumur hidup berhubungan pula pemasyarakatan menyadari kesalahannya,
dengan fungsi subsidair yaitu sebagai memperbaiki diri dan tidak mengulangi
pengganti (alternatif) untuk delik-delik yang tindak pidana sehingga dapat diterima
diancam dengan maksimum pidana mati. kembali oleh lingkungan masyarakat, dan
Pidana seumur hidup merupakan jenis dapat berperan aktif dalam pembangunan,
sanksi pidana yang dapat dipilih untuk serta dapat hidup secara wajar sebagai
penjatuhannya. Dilihat dari kualifikasinya, warga negara yang baik dan bertanggung
jawab.
1
Artikel skripsi. Pidana penjara menurut Pasal 12 ayat
2
NIM: 090711064. Mahasiswa Fakultas Hukum (1) KUHP terdiri dari pidana penjara seumur
Universitas Sam Ratulangi, Manado.

43
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

hidup dan pidana penjara selama waktu pihak yang dendam baik masyarakat sendiri
tertentu. Khusus untuk pidana penjara maupun pihak yang dirugikan atau menjadi
seumur hidup, seperti halnya dengan korban kejahatan. Hal bersifat primitif,
pidana mati, pada dasarnya merupakan tetapi kadang-kadang masih terasa
jenis pidana absolut. Dilihat dari sudut pengaruhnya pada zaman modern ini.
perjatuhan pidana dan juga dari sudut Pemikiran mengenai tujuan pemidanaan
terpidana, pidana penjara seumur hidup itu yang dianut dewasa ini, sebenarnya bukan
bersifat pasti (definite sentence) karena si merupakan suatu pemikiran baru,
terpidana dikenakan jangka waktu yang melainkan sedikit banyak telah mendapat
pasti (a definite period of time), yaitu pengaruh dari pemikiran-pemikiran dari
menjalani pidana sepanjang hidup para pakar dan penulis beberapa abad yang
seseorang di dunia ini. silam, yang pernah mengeluarkan
pendapatnya tentang dasar pembenaran
B. PERUMUSAN MASALAH dari suatu pemidanaan.
1. Bagaimanakah tujuan penjatuhan Perlu atau tidaknya hukum pidana tidak
pidana terhadap terpidana dalam hanya terletak pada persoalan tujuan-
sistem pemidanaan di Indonesia? tujuan yang hendak dicapai, tetapi terletak
2. Bagaimanakah rumusan pidana penjara pada persoalan seberapa jauh untuk
seumur hidup dalam sistem hukum mencapai tujuan itu boleh menggunakan
pidana di Indonesia? paksaan. Tidak semua usaha-usaha
perbaikan bagi terhukum dapat mempunyai
C. METODE PENELITIAN arti, oleh karena itu penggunaan pidana
Penelitian ini merupakan penelitian masih tetap diperlukan walaupun sebagai
normatif, yaitu dengan melihat hukum upaya terakhir.
sebagai kaidah (norma). Dan untuk Menggunakan upaya hukum termasuk
menghimpun bahan digunakan metode hukum pidana sebagai salah satu upaya
penelitian kepustakaan (library research), untuk mengatasi sosial masalah termasuk
yaitu dengan mempelajari kepustakaan dalam kebijakan salah satu upaya untuk
hukum yang berkaitan dengan pokok mengatasi masalah sosial termasuk dalam
permasalahan, himpunan peraturan kebijakan penegak hukum. Di samping itu
perundang-undangan, artikel-artikel tujuan penjatuhan pidana terhadap
hukum, dan berbagai sumber tertulis terpidana adalah untuk mencapai
lainnya. Bahan-bahan yang telah dihimpun kesejahteraan masyarakat untuk umumnya,
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan maka kebijakan penegakan hukum itu
metode analisa kuantitatif, dimana hasilnya termasuk dalam kebijakan sosial, yaitu
disusun dalam bentuk karya ilmiah berupa segala usaha yang rasional untuk mencapai
skripsi. kesejahteraan masyarakat.
Sebagai masalah yang termasuk masalah
D. PEMBAHASAN kebijakan, maka penggunaan hukum pidana
1. Tujuan Pemidanaan sebenarnya tidak merupakan suatu
Tujuan pemidanaan yang berkembang keharusan. Tidak ada absolutisme dalam
dari dahulu sampai kini telah menjurus ke bidang kebijakan, karena pada hakikatnya
arah yang lebih rasional. Yang paling tua dalam kebijakan orang di hadapan pada
ialah pembalasan untuk tujuan memuaskan masalah penelitian dan pemilihan dari

44
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

berbagai masalah penilaian dan pemilihan Ke-1 mencegah


alternatif pilihan. dilakukannya tindak pidana
Dengan demikian masalah pengendalian dengan menegakkan norma
atau penanggulangan kejahatan dengan hukum demi pengayoman
hukum pidana bukan hanya merupakan masyarakat;
problem sosial, tetapi juga merupakan Ke-2 mengadakan koreksi
masalah kebijakan (the problem of policy). terhadap terpidana dan dengan
Persoalan tujuan yang ingin dicapai demikian menjadikannya orang
dengan pemidanaan, khususnya ahli hukum yang baik dan berguna, serta
pidana dan kriminologi. Namun, secara mampu untuk hidup
umum pada dasarnya terdapat tiga pokok bermasyarakat;
pemikiran tentang tujuan yang ingin dicapai Ke-3 menyelesaikan konflik
dengan suatu pemidanaan, yaitu : yang timbul oleh tindak pidana,
1. Untuk memperbaiki pribadi dan memulihkan keseimbangan dan
penjahatnya itu sendiri, mendatangkan rasa damai
2. Untuk membuat orang menjadi jera dalam masyarakat,
untuk melakukan kejahatan, kejahatan, Ke-4 membebaskan rasa
3. Untuk membuat penjahat-penjahat bersalah pada terpidana.
tertentu menjadi tidak mampu untuk (2) Pemidanaan tidak dimaksudkan
melakukan kejahatan-kejahatan untuk merendahkan martabat
lainnya, yakni penjahat-penjahat yang manusia.6
dengan cara-cara yang lain sudah tidak
dapat diperbaiki lagi.1 Berdasarkan Buku I Bab III Rancangan
Pandangan-pandangan tentang tujuan KUHP tahun 2006/2007 dengan judul
pemidanaan sesungguhnya tidak lepas dan Pemidanaan, Pidana dan Tindakan, tujuan
erat kaitannya dengan perkembangan Pemidanaan sebagaimana diuraikan dalam
teori-teori pemidanaan. Secara tradisional, Pasal 54 ditegaskan, bahwa :
teori-teori pemidanaan pada umumnya (1) Pemidanaan bertujuan untuk :
dapat dibagi dalam dua kelompok teori, Ke-1 mencegah dilakukannya
yaitu Teori Absolut atau pembalasan tindak pidana dengan menegakkan
(retributive), dan Teori Relatif atau Tujuan norma hukum demi pengayoman
(Utilitarian). Kedua teori tersebut tidak masyarakat;
luput pula dari pengaruh yang berkembang Ke-2 mengadakan koreksi
dari dua mazhab/aliran dalam hukum terhadap terpidana dan dengan
pidana. Kedua pemikiran tersebut adalah demikian menjadikannya orang yang
pemikiran klasik dan positif. baik dan berguna, serta mampu
Berdasarkan konsep KUHP Buku I tahun untuk hidup bermasyarakat;
1982/1983, tujuan pemberian pidana Ke-3 menyelesaikan konflik
dirumuskan, sebagai berikut : yang timbul oleh tindak pidana,
(1) Pemidanaan bertujuan untuk : memulihkan keseimbangan dan
mendatangkan rasa damai dalam
masyarakat,
1
Nandang Sambas, Pembaruan Sistem
Pemidanaan Anak di Indonesia, Graha Ilmu,
6
Bandung, 2010, hal. 14. Loc-Cit.

45
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

Ke-4 membebaskan rasa Pidana merupakan tuntutan mutlak, bukan


bersalah pada terpidana. hanya suatu yang perlu dijatuhkan tetapi
(2) Pemidanaan tidak dimaksudkan menjadi keharusan. Hakekat pidana ialah
untuk merendahkan martabat pembalasan.
7
manusia. Menurut teori ini bahwa pidana tidaklah
bertujuan untuk yang praktis, seperti
Berkaitan dengan tujuan penjatuhan memperbaiki penjahat. Kejahatan itu
pidana terhadap terpidana, maka ada tiga sendirilah yang mengandung unsur-unsur
golongan utama teori untuk membenarkan untuk dijatuhkan pidana. Tidaklah perlu
penjatuhan pidana yaitu: untuk memikirkan manfaat penjatuhan
1. teori imbalan pidana itu.
(absolute/vergeldingstheorie); Dasar pembenaran pidana terdapat di
2. teori maksud atau tujuan dalam kategorischen imperatif, yakni yang
(relatieve/doeltheorie); menghendaki agar setiap perbuatan
3. teori gabungan (verenigingstheorie)8 melawan hukum itu harus dibalas.
Masing-masing penganut teori tersebut Pembalasan merupakan suatu keharusan
memberi alasan atau dasar dari penjatuhan menurut keadilan dan menurut hukum.
hukuman. Keharusan menurut keadilan dan menurut
hukum tersebut, merupakan keharusan
Teori Imbalan mutlak, hingga setiap pengecualian atau
Teori imbalan biasa juga disebut absolut setiap pembatasan yang semata-mata
atau teori pembalasan mengatakan bahwa didasarkan pada suatu tujuan itu harus
dalam kejahatan itu sendiri terletak dikesampingkan.
pembenaran dari pemidanaan, terlepas Terlepas dari tujuan penjatuhan pidana
dari manfaat yang hendak dicapai. Ada menurut teori pembalasan, pidana juga
pemidanaan karena pelanggaran hukum, ini menginginkan adanya cermin keadilan. Jadi
merupakan tuntutan keadilan. Jadi disamping pidana merupakan alat untuk
menurut teori ini, pidana dijatuhkan tujuan pembalasan tersebut, pidana juga
kepada terpidana semata-mata karena menuntut adanya keadilan. Sehingga
orang telah melakukan suatu kejahatan dengan pidana itu dimaksudkan agar hak
atau tindakan pidana. Pidana merupakan masyarakat dapat merasakan keadilan,
akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu karena yang jahat harus dihukum.
pembalasan kepada orang yang melakukan Hak itu harus dipandang sebagai
kejahatan. kebebasan yang sifatnya nyata, sedang
Dasar pembenaran dari penjatuhan semata yang sifatnya melawan bukan itu
pidana terhadap pelaku tindak pidana sebenarnya bersifat tidak nyata.
terletak pada adanya atau terjadinya Dilanggarnya suatu hak oleh kejahatan,
kejahatan itu sendiri. Setiap kejahatan secara lahiriyah memang mempunyai suatu
harus berakibat dijatuhkannya pidana segi yang sifatnya positif, akan tetapi yang
kepada pelaku. Oleh karena itulah maka menurut sifatnya dari kejahatan itu sendiri
teori ini absolut atau teori pembalasan. segi positif adalah batal. Kebatalan harus
dibuat secara nyata. Perbuatan yang
7
Ibid, hal. 21. sifatnya melawan hukum itu harus
8
Bambang Waluyo, Asas-Teori-Praktik
Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 105.

46
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

ditiadakan dengan pidana, sebagai suatu hukuman dan pelaksanaan (eksekusi)


pembalasan. hukuman;
Asas keadilan abadi telah menghendaki b. ada yang berpendapat agar prevensi
agar pidana itu dijatuhkan bagi setiap orang ditujukan kepada orang yang
yang telah berbuat jahat, dia mengatakan melakukan kejahatan itu (special
selanjutnya bahwa negara itu merupakan preventie).10
suatu pengaturan yang nyata dari Tuhan di Selain itu, timbul perbedaan pendapat
atas bumi, yang karena dilakukan sesuatu mengenai cara mencegah kejahatan, di
kejahatan telah membuat asas-asas antaranya dengan cara :
dasarnya menjadi tercemar. Dan untuk 1) menakut-nakuti, yang ditujukan
menegakkan wibawanya, negara harus terhadap umum;
melakukan tindakan-tindakan terhadap 2) memperbaiki pribadi si pelaku atau
perbuatan seperti pemindahan penjahat agar menginsafi atau tidak
penjahatnya atau membuat penjahatnya mengulangi perbuatannya;
merasakan sesuatu penderitaan, dimana 3) melenyapkan orang yang melakukan
penderitaan itu sendiri bukan merupakan kejahatan dari pergaulan hidup.11
tujuan melainkan hanya merupakan cara Untuk itu, negara menjamin agar
untuk membuat penjahatnya dapat peraturan-peraturan itu senantiasa
merasakan akibat dari perbuatannya. dipatuhi masyarakat dengan memberi
Dari penjatuhan pidana terhadap hukuman pada pelanggarnya.
terpidana dapat dicapai tiga tujuan yakni Menurut teori tujuan, dasar
untuk melindungi tertib hukum, untuk pembenaran pidana semata-mata pada
mencegah orang melakukan kejahatan dan satu tujuan tertentu, dimana pidana itu
untuk membuat orang menjadi jera dan semata-mata berupa:
tidak mengulangi kejahatan. 1. Tujuan untuk memulihkan kerugian
yang ditimbulkan oleh kejahatan atau
Teori Maksud atau Tujuan 2. Tujuan untuk mencegah agar orang lain
(relatieve/doeltheorie) tidak melakukan kejahatan.
Berdasarkan teori ini, hukuman Menurut teori relatif atau tujuan,
dijatuhkan untuk melaksanakan maksud tidaklah mutlak suatu kejahatan harus
atau tujuan dari hukuman itu, yakni diikuti dengan suatu pidana. Untuk itu
memperbaiki ketidakpuasan masyarakat tidaklah cukup adanya suatu kejahatan
sebagai akibat kejahatan itu. Tujuan melainkan harus dipersoalkan pula manfaat
hukuman harus dipandang secara ideal. penjatuhan pidana terhadap terpidana dan
Selain dari itu, tujuan hukuman adalah bagi masyarakat. Sehingga pemberian
untuk mencegah (prevensi) kejahatan. pidana tidak hanya dilihat dari masa
Namun, terdapat perbedaan dalam hal lampau melainkan juga ke masa depan.
prevensi, yakni : Memidana bukanlah untuk memuaskan
a. ada yang berpendapat agar prevensi tuntutan absolut dari keadilan. Memidana
ditujukan kepada umum yang disebut harus ada tujuan lebih jauh dari pada hanya
prevensi umum (algemene preventie). menjatuhkan pidana saja, atau pidana
Hal ini dapat dilakukan dengan bukan hanya sekedar untuk pembalasan
ancaman hukuman, penjatuhan
10
Ibid, hal. 106.
11
Loc-Cit.

47
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

atau pengambilan saja, tetapi mempunyai Yang mendapat pengaruh langsung


tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat. dari penjatuhan pidana adalah orang yang
Oleh karena pembalasan itu tidak dikenai pidana. Pidana ini belum dirasakan
mempunyai nilai tetapi hanya sebagai secara nyata oleh terpidana ketika putusan
sarana untuk melindungi kepentingan baru dijatuhkan, baru dirasakan sungguh-
masyarakat. Juga karena teori ini sungguh kalau sudah dilaksanakan secara
memasyarakatkan adanya tujuan dalam efektif, dengan penjatuhan pidana disini
pembinaan, maka teori ini sering juga dikehendaki agar terpidana tidak
disebut teori utilitarian atau teori tujuan. melakukan tindak pidana lagi. Kalau pidana
Jadi dasar pembenaran dari adanya itu pidana mati atau pidana perampasan
pidana menurut teori ini terletak pada kemerdekaan, maka selama menjalin
tujuannya. Hal ini sesuai dengan adigium pidana ia tidak mungkin melakukan tindak
latin : nemo prundens puint, quapecctum, pidana lagi. Kalau pidana itu pidana mati
sed net peccetur (supaya khalayak ramai atau pidana perampasan kemerdekaan,
betul-betul takut melakukan kejahatan, maka selama menjalani ia tidak mungkin
maka perlu pidana yang ganas dan melakukan tindak pidana dan selama itu
pelaksanaannya di depan umum). pula masyarakat terlindungi dari
Penjatuhan pidana yang perbuatannya. Tetapi hasilnya akan jauh
dimaksudkan agar tidak ada perbuatan menggembirakan bila dengan pidana itu
jahat sebenarnya tidak begitu dapat terkecuali dalam hal pidana mati terpidana
dipertanggungjawabkan, karena ini terbukti berubah tingkah lakunya dan menjadi lebih
dari semakin hari semakin bertambah baik.
meningkatnya kualitas kejahatan dan Bagaimana bekerjanya atau pengaruh
kejahatan. Jadi penjatuhan pidana terhadap penjatuhan pidana itu terhadap terpidana
terpidana tidak menjamin berkurangnya sebenarnya layak diketahui. Dikehendaki
kejahatan. bahwa penjatuhan pidana itu betul-betul
Penjatuhan pidana terhadap mempunyai makna, harus dapat dikira-kira
terpidana mempunyai pengaruh terhadap atau diramalkan bagaimana efek
orang yang dikenai pidana dan juga penjatuhan pidana itu bagi terpidana,
terhadap orang lain pada umumnya. sehingga penjatuhan pidana terhadap
Pengaruh prevensi khusus dijatuhkan untuk terpidana diharapkan akan sangat
mempengaruhi orang pada umumnya. mempengaruhi orang lain supaya tidak
Kedua macam prevensi tersebut melakukan perbuatan yang sama. Dengan
berdasarkan pada gagasan bahwa mulai demikian maka tujuan penjatuhan pidana
dengan ancaman akan dipidana dan terhadap terpidana mempunyai dua aspek
kemudian dengan dijatuhkannya pidana, dan sifat yaitu sebagai prefensi umum dan
orang akan takut melakukan kejahatan. sebagai prefensi khusus.
Ancaman pidana mempunyai daya paksaan Teori Gabungan (verenigingtheorien)
secara psikologis, artinya ialah bahwa Teori gabungan adalah gabungan
dengan diancamnya suatu perbuatan kedua teori di atas. Gabungan kedua teori
diharapkan orang tidak akan melakukan itu mengajarkan bahwa penjatuhan
perbuatan tersebut, meski perbuatan hukuman adalah untuk mempertahankan
tersebut mendatangkan keuntungan tata tertib hukum dalam masyarakat dan
baginya. memperbaiki pribadi si penjahat.

48
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

Aliran ini lahir sebagai jalan keluar patut diragukan. Oleh karena itu, perlu
dari teori imbalan dan teori maksud atau diadakan pengkajian ulang terhadap sistem
tujuan yang belum dapat memberi hasil pemidanaan yang selama ini dipergunakan,
yang memuaskan. Aliran ini didasarkan apakah sudah memadai atau tidak?
pada tujuan pembalasan dan Oleh sebab itu pengadilan sebagai
mempertahankan ketertiban masyarakat lembaga yang bertugas menjatuhkan
yang diterapkan secara terpadu. pidana harus menyadari betul, apakah
Sehubungan dengan masalah pidana yang dijatuhkan itu membawa
pidana sebagai sarana untuk mencapai dampak positif bagi terpidana atau tidak.
tujuan itu, maka harus dirumuskan terlebih Oleh karena itu persoalan penjatuhan
dahulu tujuan pemidanaan yang pidana terhadap terpidana bukan sekedar
diharapkan dapat menunjang tercapainya masalah berat ringannya pidana, akan
tujuan tersebut. Baru kemudian dengan tetapi juga apakah pidana itu efektif atau
bertolak atau berorientasi pada tujuan tidak, dan apakah pidana itu sesuai dengan
tersebut dapat diterapkan cara, sarana atau nilai-nilai sosial, budaya dan struktural yang
tindakan apa yang akan digunakan. hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Sehingga jelas kebijaksanaan yang pertama- Dengan menelaah teori-teori di atas,
tama harus dimasukkan dalam dapat disimpulkan bahwa tujuan
perencanaan strategi di bidang pemidanaan pemidanaan adalah :
adalah menetapkan tujuan penjatuhan a. menjerakan penjahat;
pidana terhadap terpidana. b. membinasakan atau membuat tak
Tujuan penjatuhan pidana terhadap berdaya lagi si penjahat;
terpidana sebagai salah satu masalah yang c. memperbaiki pribadi si penjahat.12
amat penting dalam ilmu pengetahuan
hukum pidana, tidak hanya dikaitkan 2. Pidana Penjara Seumur Hidup
dengan nilai-nilai sosial, budaya dan Di dalam KUHP, ketentuan umum
struktural yang hidup dan berkembang di tentang pidana seumur hidup diatur dalam
masyarakat Indonesia, akan tetapi juga Pasal 12 yang mengatakan :
harus dikaitkan dengan nilai-nilai yang (1) Pidana penjara adalah seumur hidup
terkandung dalam pancasila. atau selama waktu tertentu.
Besarnya perhatian dan pemikiran yang (2) Pidana penjara selama waktu tertentu
dicurahkan terhadap masalah tujuan paling pendek adalah satu hari dan
penjatuhan pidana sudah merupakan paling lama 15 tahun berturut-turut.
bagian dari rencana pembentukan Kitab (3) Pidana penjara selama waktu tertentu
Undang-Undang Hukum Pidana Nasional. boleh dijatuhkan untuk dua puluh tahun
Berbagai bentuk dan usaha berturut-turut dalam hal kejahatan
penanggulangan masalah kejahatan telah yang pidananya hakim boleh memilih
dilakukan, namun kejahatan tak kunjung antara pidana mati, pidana seumur
berkurang. hidup dan pidana penjara selama waktu
Penjatuhan pidana terhadap terpidana tertentu, begitu juga dalam hal batas
sebagai obat terakhir (ultimatum remidium) lima belas tahun dapat dilampaui
yang oleh sebagian orang dianggap mampu karena perbarengan (Concursus),
memberikan tekanan psikologis agar orang
lain tidak melakukan kejahatan, nampaknya 12
Ibid, hal. 107.

49
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

pengulangan (Risidive) atau karena yang (3) Masa percobaan itu lamanya sama
ditentukan dalam Pasal 52 dan 52 a. dengan sisa waktu pidana penjara yang
(4) Pidana penjara selama waktu tertentu belum dijalani, ditambah satu tahun.
sekali-kali tidak boleh lebih dari dua Jika terpidana ada dalam tahanan yang
puluh tahun. sah, maka waktu itu tidak termasuk
Berdasarkan ketentuan Pasal 12 KUHP di masa percobaan.
atas terlihat, bahwa ketentuan umum Dilihat dari kualifikasinya, tindak
tentang pidana seumur hidup hanya diatur pidana dalam KUHP yang diancam dengan
dalam satu ketentuan yaitu dalam ayat (1). pidana seumur hidup adalah tindak pidana
Dari ketentuan tersebut nampak, bahwa yang dikualifikasikan sebagai kejahatan
pengaturan tentang pidana penjara selama (berat). Tindak pidana tersebut terdapat
waktu tertentu. dalam buku II yang tersebut dalam delapan
Ketentuan Pasal 12 ayat (1) KUHP di atas bab dan dua puluh tiga ketentuan.
sebenarnya hanya menunjukkan, bahwa Kejahatan yang secara umum “dianggap”
bentuk pidana penjara itu biasanya berupa lebih berat diatur dalam buku II dan
pidana seumur hidup dan sementara pelanggaran diatur dalam buku III.
waktu. Dengan demikian dalam ketentuan Menurut KUHP, kelompok kejahatan
umum ini sama sekali tidak disinggung terhadap keamanan negara merupakan
tentang bagaimana pengaturan pidana kelompok kejahatan yang paling banyak
seumur hidup sebagaimana dalam memuat ancaman pidana seumur hidup.
pengaturan tentang pidana penjara selama Dari 23 ketentuan yang memuat ancaman
waktu tertentu. pidana seumur hidup dalam KUHP, 7
Sementara itu berkaitan dengan tentang ketentuan di antaranya merupakan
pelepasan bersyarat, Pasal 15 KUHP juga ketentuan dalam kelompok kejahatan
tidak mengatur tentang adanya terhadap keamanan negara. Ketentuan ini
kemungkinan terhadap narapidana seumur meliputi : Pasal 104 tentang makar untuk
hidup untuk memperoleh pelepasan membunuh Presiden atau Wakil Presiden
bersyarat. Ketentuan Pasal 15 KUHP secara atau membuat mereka tidak dapat
jelas menyatakan : memerintah; Pasal 106 tentang makar
(1) Jika terpidana telah menjalani dua per untuk memisahkan sebagian wilayah
tiga dari lamanya pidana penjara yang negara; Pasal 107 makar untuk
dijatuhkan kepadanya, yang sekurang- menggulingkan pemerintahan; Pasal 111 (2)
kurangnya harus Sembilan bulan, maka tentang mengadakan hubungan dengan
kepadanya dapat diberikan pelepasan negara asing dengan maksud
bersyarat. Jika terpidana harus menggerakkan untuk melakukan perbuatan
menjalani beberapa pidana berturut- permusuhan atau perang; Pasal 124 (2)
turut, pidana itu dianggap sebagai satu tentang memberi bantuan kepada musuh
pidana. atau merugikan negara terhadap musuh
(2) Dalam memberikan pelepasan pada masa perang, Pasal 124 (3) ke-1
bersyarat, ditentukan pula suatu masa membantu musuh dan menghalangi
percobaan, serta ditetapkan syarat- serangan terhadap musuh dan ke-2
syarat yang harus dipenuhi selama menyebabkan atau memperlancar
masa percobaan. timbulnya huru-hara atau pemberontakan
di kalangan angkatan perang.

50
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

Pasal 140 (3) mengatur tentang makar pengancaman. Bertolok dari ketentuan
yang dilakukan secara berencana terhadap Pasal 268 (2), maka pemerasan dan
nyawa atau kemerdekaan kepala negara pengancaman yang mengakibatkan luka
sahabat yang berakibat maut. Kejahatan berat atau kematian juga dapat diancam
yang diatur dalam Pasal ini termasuk dengan pidana seumur hidup. Pasal 444
kejahatan terhadap negara sahabat. tentang kejahatan pelayaran yang
Kelompok kejahatan lain yang juga mengakibatkan matinya orang. Pasal ini
banyak diancam dengan pidana seumur mengancam perbuatan kekerasan yang
hidup adalah kelompok kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 438-441 KUHP
membahayakan kepentingan umum. dengan ancaman pidana mati, pidana
Kelompok kejahatan ini tersebar dalam 5 seumur hidup atau pidana selama-lamanya
Pasal, yaitu Pasal 187 ke-3 tentang sengaja dua puluh tahun.
menimbulkan kebakaran, ledakan atau Kelompok kejahatan penerbangan yang
banjir yang mengakibatkan matinya orang; diancam pidana seumur hidup diatur dalam
Pasal 198 ke-2 dengan sengaja Pasal 479f sub b yang mengatur perbuatan
menenggelamkan, mendamparkan atau dengan sengaja dan melawan hukum
merusak perahu yang mengakibatkan mencelakakan, menghancurkan atau
matinya orang; Pasal 200 ke-3 dengan membuat tidak dapat dipakai pesawat
sengaja menghancurkan atau merusak udara yang mengakibatkan matinya orang.
gedung yang mengakibatkan matinya Pasal 479 k yang mengancam dengan
orang; Pasal 202 (2) yaitu kejahatan pidana seumur hidup atau penjara selama-
memasukkan sesuatu ke dalam lamanya dua puluh tahun terhadap
perlengkapan air minum untuk umum yang perbuatan yang diatur dalam Pasal 479i dan
mengakibatkan matinya orang; dan Pasal 479j apabila dilakukan oleh dua orang atau
204 (2) tentang menjual, menawarkan, lebih secara bersama-sama, sebagai
menyerahkan atau membagikan barang kelanjutan dari permufakatan jahat, dengan
yang membahayakan nyawa orang dan rencana lebih dulu, mengakibatkan luka
menimbulkan matinya orang. berat, mengakibatkan kerusakan pada
Pasal 339 mengatur tentang pesawat, untuk merampas kemerdekaan
pembunuhan yang diikuti, disertai atau seseorang ayat (1) atau dengan pidana mati
didahului dengan tindak pidana dengan atau pidana seumur hidup atau pidana
maksud untuk mempersiapkan atau selama dua puluh tahun (2) apabila
mempermudah pelaksanaannya, sedang perbuatan itu mengakibatkan matinya
Pasal 340 mengatur tindak pidana yang orang atau hancurnya pesawat tersebut.
dikenal dengan pembunuhan berencana. Masih dalam kelompok kejahatan ini
Kedua jenis kejahatan pencurian yang adalah kejahatan yang diatur dalam Pasal
didahului, disertai atau diikuti dengan 479 huruf o yang mengancam dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan pidana seumur hidup atau pidana selama
terhadap orang atau barang yang dua puluh tahun terhadap perbuatan dalam
mengakibatkan luka berat atau matinya Pasal 479 huruf 1, Pasal 479 huruf m, dan
orang. Pasal 479 huruf n apabila dilakukan oleh
Pasal 368 (2) merupakan ketentuan yang dua orang atau lebih secara bersama-sama,
memberlakukan Pasal 365 (2), (3) dan (4) sebagai kelanjutan dari pemufakatan jahat,
pada kejahatan pemerasan dan dengan rencana lebih dulu, mengakibatkan

51
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

luka berat ayat (1) atau dengan pidana mati Menurut konteks “pemasyarakatan”
atau seumur hidup atau pidana selama- kebijakan tentang pidana seumur hidup
lamanya dua puluh tahun ayat (2) apabila pada hakikatnya bersifat paradoksial.
perbuatan itu mengakibatkan matinya Menumpuknya narapidana seumur hidup
orang atau hancurkan pesawat tersebut. dalam lembaga pemasyarakatan jelas akan
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat mengganggu proses pembinaan
diketahui, bahwa bagian terbesar kelompok narapidana, terlebih lagi narapidana
kejahatan yang diancam pidana seumur seumur hidup yang telah ditolak
hidup merupakan kejahatan yang permohonan garasinya. Sementara
mengakibatkan matinya berdasarkan hukum pidana di Indonesia
orang/mengakibatkan hilangnya nyawa sekarang ini peluang narapidana seumur
orang. hidup untuk kembali ke masyarakat sangat
Secara umum dalam KUHP hanya dikenal kecil. Kecilnya harapan narapidana seumur
dua bentuk perumusan dengan sistem hidup kembali ke masyarakat disebabkan
tunggal dan bentuk perumusan dengan banyaknya kendala yuridis terhadap
sistem alternatif. kemungkinan memasyarakatkan kembali
Bentuk perumusan ancaman pidana narapidana seumur hidup.
penjara dengan sistem tunggal merupakan Kendala yuridis utama yang
bentuk perumusan ancaman yang paling mengakibatkan sifatnya narapidana seumur
banyak digunakan dalam KUHP. Bahkan hidup kembali ke masyarakat adalah
hampir semua kelompok tindak pidana ketentuan dalam KUHP. Sebagai induk dari
yang dikualifikasikan sebagai kejahatan sistem hukum pidana di Indonesia,
dalam buku II KUHP memuat ancaman ketentuan dalam KUHP banyak yang tidak
pidana penjara dengan perumusan sistem sesuai dengan konsep “pemasyarakatan”.
tunggal. Hal ini terlihat misalnya dari tidak adanya
Mengenai hal pidana seumur hidup, ketentuan dalam KUHP yang memberikan
tidak satu Pasal pun yang ancaman kemungkinan narapidana seumur hidup
pidananya dirumuskan dengan sistem melakukan readaptasi sosial.
tunggal. Semua ancaman pidana seumur Sekalipun berdasarkan ketentuan Pasal
hidup dalam KUHP dirumuskan dengan 15 (1) KUHP pelepasan bersyarat bagi
sistem alternatif. narapidana sangat dimungkinkan, sebagai
Melihat perumusan pidana seumur bentuk “pembinaan dalam masyarakat”
hidup dalam KUHP yang secara keseluruhan tetapi ketentuan tersebut sangat sulit
menggunakan sistem alternatif diterapkan bagi narapidana seumur hidup.
menunjukkan, bahwa pidana seumur hidup Dalam ketentuan Pasal 15 (1) KUHP
dalam KUHP merupakan jenis sanksi yang ditentukan : “jika terpidana telah menjalani
dapat dipilih untuk penjatuhannya, tidak dua pertiga (cetak tebal dari penulis) dari
bersifat imperative. Hal ini berbeda dengan lamanya pidana penjara yang dijatuhkan
perumusan ancaman pidana penjara kepadanya, yang sekurang-kurangnya harus
selama waktu tertentu yang justru banyak sembilan bulan, maka kepadanya dapat
menggunakan perumusan ancaman pidana diberikan pelepasan bersyarat. Jika
dengan sistem tunggal yang bersifat terpidana harus menjalani beberapa pidana
imperatif. berturut-turut, pidana itu dianggap sebagai
satu pidana”.

52
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

Berdasarkan ketentuan 15 (1) KUHP di presiden”. Dengan demikian, berdasarkan


atas terlihat, bahwa pelepasan bersyarat ketentuan Pasal 7 (2) Keppres 5/1987
dan diberikan kepada narapidana setelah pidana seumur hidup hanya dapat berubah
yang bersangkutan menjalani dua pertiga menjadi pidana selama waktu tertentu
(2/3) dari pidana yang dijatuhkan. Dengan melalui garansi.
kata lain, bahwa pelepasan bersyarat hanya Ketentuan Pasal 7 (2) Keppres 5/1987
diberikan apabila batas waktu pidananya disamping membuka kemungkinan bagi
dapat diketahui dan karenanya dapat narapidana seumur hidup memperoleh
dihitung/diukur. remisi juga sekaligus merupakan kendala,
Sebagaimana dimuka telah bahkan merupakan kemunduran. Hal ini
dikemukakan, bahwa undang-undang/ disebabkan tidak ada jaminan apabila
KUHP tidak secara tegas memberikan pidana seumur hidup dimintakan grasi pasti
batasan waktu tentang pidana seumur akan diubah menjadi pidana penjara
hidup dan karenanya batas waktu pidana sementara. Selain itu, perubahan pidana
seumur hidup tidak diketahui. Hal ini seumur hidup menjadi pidana selama
berarti kepada narapidana seumur hidup waktu tertentu melalui grasi bukan
tidak dapat diberikan pelepasan bersyarat. merupakan upaya hukum yang mudah
Sebab, dengan tidak dapat diketahuinya terutama bagi narapidana yang “awam”
batas waktu pidana seumur hidup, maka hukum.
tidak dapat ditentukan dua pertiga (2/3) Selain kedua peraturan tersebut di atas
dari pidana seumur hidup. kendala yuridis bagi narapidana seumur
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 (1) hidup untuk kembali ke masyarakat juga
Keppres 5/1987, pelepasan bersyarat karena berbagai peraturan di bawahnya
diberikan dengan dua persyaratan yaitu : 1) yang merupakan peraturan pelaksanaan
pidananya harus berupa pidana penjara dari kedua peraturan tersebut. Peraturan
selama waktu tertentu (sementara) dan; 2) pelaksanaan dari kedua peraturan di atas
selama menjalani pidana narapidana yang dapat disebut misalnya peraturan Menteri
bersangkutan berkelakuan baik. Kehakiman No. M. 03.HM.02.02 tahun 1988
Dengan persyaratan yang ditentukan dan keputusan Menteri Kehakiman Nomor
dalam poin nomor 1 (satu) di atas Pasal 1 M.01.PR.04.10 tahun 1989 yang
(1) Keppres 5/1987 jelas tidak memberikan menyatakan, bahwa persyaratan substantif
kemungkinan bagi narapidana seumur bagi seorang narapidana untuk dapat ijin
hidup untuk memperoleh remisi. asimilasi, antara lain telah menjalani
Kemungkinan memperoleh remisi bagi setengah (1/2) dari masa pidananya.
narapidana seumur hidup diberikan oleh Berdasarkan ketentuan ini, asimilasi juga
Pasal 7 Keppres 5/1987. Dalam ketentuan tidak mungkin diberikan kepada narapidana
Pasal 7 dibuka kemungkinan bagi seumur hidup.
narapidana seumur hidup memperoleh Melihat berbagai peraturan tersebut di
remisi, dengan syarat pidana telah diubah atas terlihat, bahwa kendala untuk
dari pidana seumur hidup menjadi pidana memasyarakatkan kembali narapidana
penjara selama waktu tertentu. Pasal 7 (2) seumur hidup untuk kembali ke dalam
Keppres 5/1987 menyatakan : “Perubahan masyarakat jelas bertentangan dengan
pidana penjara seumur hidup menjadi konsep “pemasyarakatan” yang dianut
pidana penjara sementara dilakukan oleh

53
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

dalam sistem pembinaan narapidana di Dengan demikian salah satu alasan


Indonesia. pentingnya kajian terhadap pidana seumur
Sebagai bagian dari pidana, pidana hidup didasarkan pada kenyataan bahwa
penjara seumur hidup juga mengandung kebijakan tentang pidana seumur hidup
banyak aspek yang bersifat paradoksal, yang ada selama ini berakar dari pemikiran
yang juga sering diperdebatkan oleh para dunia barat. Padahal terdapat perbedaan
ahli hukum. Tetap dipertahankannya yang menyolok antara aliran pikiran dunia
pidana seumur hidup dalam sistem barat dengan aliran tradisional Indonesia.
pemidanaan di Indonesia tidak berarti
bahwa pidana seumur hidup telah diterima F. PENUTUP
oleh masyarakat tanpa syarat. Banyak pihak 1. Kesimpulan
yang merasa keberatan dengan tetap 1. Tujuan pemidanaan terhadap
dipertahankannya pidana seumur hidup terpidana adalah untuk
karena dianggap tidak sesuai dengan ide mempertahankan tata tertib dalam
pemasyarakatan, yaitu karena dengan masyarakat dan menjerakan penjahat
putusan demikian terpidana tidak akan atau membuat tak berdaya lagi si
mempunyai harapan lagi kembali ke dalam penjahat dan untuk memperbaiki
masyarakat. pribadi si penjahat agar menginsafi
Pidana seumur hidup sebagai pidana atau tidak mengulangi perbuatannya.
perampasan kemerdekaan akan 2. Dalam sistem pemidanaan di
mengakibatkan rantai penderitaan yang Indonesia, pidana seumur hidup selalu
tidak saja dirasakan oleh narapidana yang menjadi alternatif (pengganti) dari
bersangkutan, tetapi juga oleh orang-orang pidana mati dan selalu dialternatifkan
yang kehidupannya tergantung pada dengan pidana penjara selama-
narapidana yang bersangkutan. Dengan lamanya dua puluh tahun. Sebagai
demikian pidana seumur hidup tidak saja alternatif pidana mati, pidana seumur
akan mengakibatkan rantai penderitaan hidup berhubungan pula dengan fungsi
bagi narapidana seumur hidup tetapi juga subsidair yaitu sebagai pengganti
orang-orang yang kehidupannya tergantung (alternatif) untuk delik-delik yang
pada narapidana tersebut. diancam dengan maksimum pidana
Kajian yang membahas masalah pidana mati. Pidana seumur hidup merupakan
seumur hidup secara utuh boleh dikatakan jenis sanksi pidana yang dapat dipilih
sangat jarang, padahal, sebagai jenis pidana untuk penjatuhannya.
berat yang keberadaannya masih
mengandung pro dan kontra pidana 2. Saran
seumur hidup terasa sangat mendesak 1. Agar penjatuhan pidana terhadap
untuk mendapatkan perhatian. terpidana dapat memberikan dampak
Bagi bangsa Indonesia yang sedang positif terhadap terpidana maupun
mengupayakan terbentuknya KUHP masyarakat, maka diharapkan selama
Nasional dalam rangka pembaharuan berada di lembaga pemasyarakatan
hukum pidana yang berakar pada nilai-nilai para narapidana mendapatkan
sosial budaya masyarakat, maka reorientasi pembinaan yang baik agar menyadari
dan reformulasi pidana seumur hidup kesalahannya, memperbaiki diri dan
menjadi sangat urgent. tidak mengulangi tindak pidana

54
Lex Crimen Vol. II/No. 2/Apr-Jun/2013

sehingga dapat diterima kembali oleh Hoge Raad, PT. Raja Grafindo Persada,
lingkungan masyarakat, dan dapat aktif Jakarta, 2007.
dapat berperan dalam pembangunan Soesilo R, Kitab Undang-Undang Hukum
serta dapat hidup secara wajar sebagai Pidana (KUHP) serta Komentar-
warga yang baik dan Komentarnya Lengkap Pasal Demi
bertanggungjawab. Pasal, Politeia, Bogor, 1988.
2. Dalam pembentukan KUHP Nasional Sugandhi R., KUHP Dan Penjelasannya,
yang akan datang, pidana seumur Usaha Nasional, Surabaya, 1980.
hidup masih sangat relevan untuk Tongat, Pidana Seumur Hidup dalam
dipertahankan sebagai pengganti dari sistem Hukum Pidana di Indonesia,
pidana mati dan pidana penjara Universitas Muhamadiyah Malang,
sementara paling lama dua puluh Malang, 2004.
tahun, namun bagi terpidana seumur Waluyo Bambang, Pidana dan
hidup yang telah menjalani pidana Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta,
lebih dari sepuluh tahun supaya 2008.
permohonan grasi kepada Presiden _______________, Asas-Teori-Praktik
dapat diterima supaya boleh Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,
memperoleh remisi atau pembebasan 2009.
bersyarat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika,
Jakarta, 2009.
Bakhri Syaiful, Perkembangan Stelsel
Pidana Indonesia, Total Media,
Yogyakarta, 2009.
Hamzah A., dan Rahayu Siti, Suatu Tinjauan
Ringkas Sistem Pemidanaan di
Indonesia, Akademika Presindo, Jakarta,
1983.
Muladi & Nawawi Badra, Teori-Teori dan
Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,
1984.
Prodjodikoro Wirjono, Asas-Asas Hukum
Pidana di Indonesia, PT. Refika Aditama,
Bandung, 2003.
Sambas Nandang, Pembaharuan Sistem
Pemidanaan Anak di Indonesia, Graha
Ilmu, Yogyakarta, 2010.
Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana,
Alumni, Bandung, 1977.
Soenarto R., KUHP dan KUHAP, Dilengkapi
Yurisprudensi Mahkamah Agung dan

55

Anda mungkin juga menyukai