Anda di halaman 1dari 11

0I.

TOPIK PRAKTIKUM
“Pengaruh Suhu Terhadap Permeabilitas Membran Sitoplasma”
II. TUJUAN PRAKTIKUM
“Untuk Mengetahui Pengaruh Suhu Terhadap Permeabilitas Membran Sitoplasma”
III. DASAR TEORI
Membran plasma merupakan batas kehidupan, batas yang memisahkan sel hidup dari
sekelilingnya yang mati. Lapisan tipis yang luar biasanya ini tebalnya kira-kira hanya 8 nm
dibutuhkan lebih dari 8000 membran plasma mengontrol lalu lintas ke dalam dan ke luar sel
yang dikelilinginya. Seperti semua membran biologis, membran plasma memiliki
permeabilitas selektif, yakni membran ini memungkinkan beberapa substansi dapat
melintasinya dengannya lebih mudah dari pada substansi yang lainnya. Salah satu episode
yang paling awal dalam evolusi kehidupan mungkin berupa pembentukan membran yang
membatasi suatu larutan yang mempunyai komposisi yang berbeda dari larutan sekelilingnya,
tetapi masih bisa melakukan penyerapan nutrien dan pembuangan produk limbahnya.
Kemampuan sel untuk membedakan pertukaran kimiawinya ini dengan lingkungannya
merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan, dan membran plasma inilah yang membuat
keselektifan ini bisa terjadi. (Campbell, dkk, 2002).
Diketahui bahwa pada membran sel terdapat lapisan protein yang membentuk struktur
globular yang terikat pada permukaan membran yang disebut sebagai protein ekstrinsink, ada
juga yang berintegrasi ke dalam membran sebagai protein intrinsink, protein ini melintas
membran membentuk kanal protein (protein transport). Kanal protein ini merupakan pori
yang hidrofilik yang memungkinkan dilewati bahan terlarut polar seperti ion. (Anonimous,
2008).
Membran ini, utamanya tersusun atas protein dan lipida, sedikit karbohidrat.
Kandungan protein dan lipida ini bervariasi tergantung dari jenis membran plasma dari organ
sel yang bersangkutan (membran sel, mitokondria, kloroplas). Tiga macam lipida polar yang
utama adalah fosfolipida, glukolipida dan sedikit sulfolipida. Pada lipida polar, asam lemak
yang hidrofobik berorientasi ke bagian dalam membran. Variasi antara panjang dan tingkat
ketidakjenuhan (jumlah ikatan rangkap) dari rantai asam lemak berpengaruh terhadap titik
cair. (Anonimous, 2008).
Membran sel merupakan permeabel terhadap bagian pelarut larutan secara eksternal
maka interaksi fisiologi dapat terjadi diantara aliran-aliran antara pelarut. Untuk mengukur
berbagai pelarut berbagai membran “nilella transinans” bahwa membran terutama
plasmolemma dan protoplasma yang diplasmolisis mungkin sangat berbeda dengan sel yang
normal kurang atau lebih lumid karena tingkat volumenya dari protoplas yang diplasmolisi
sulit diukur dengan tiap terjadinya. (Willking, 1989).
Membran haruslah bersifat fluida agar dapat bekerja dengan baik, membran itu
biasanya sekental minyak salad. Apabila membran membeku, permeabilitasnya berubah, dan
protein enzimatik di dalamnya mungkin menjadi inaktif. Suatu sel dapat mengubah
komposisi lipid membrannya dalam tingkatan tertentu sebagai penyesuaian terhadap suhu
yang berubah. Misalnya, dalam banyak tumbuhan yang dapat bertahan pada kondisi yang
sangat dingin, persentase fosfolipid tak jenuh meningkat dalam musim gugur, suatu adaptasi
yang menghalangi pembekuan membran selama musim dingin. (Campbell, dkk, 2002).
Terdapat dua populasi utama protein membran. Protein integral umumnya merupakan
protein transmembran, dengan daerah hidrofobik yang seluruhnya membentang sepanjang
interior hidrofobik membran tersebut. Daerah hidrofobik protein integral terdiri atas satau
atau lebih rentangan asam amino nonpolar. Protein periferal sama sekali tidak tertanam dalam
bilayer lipid, protein ini merupakan anggota yang terikat secrara longgar pada permukaan
membran, sering juga pada bagian integral yang dibiarkan terpapar. (Campbell, dkk, 2002).
Ada beberapa perbedaan besar antara karakter permeabilitas pada tanaman yang berbeda
tetapi mempunyai prinsip umum yang sama. Salah satu faktanya adalah komposisi relatif dari
daerah lipid dan area penjaringan terhadap permeabilitas yang berbeda dari tiap tanaman.
Pada Chara, permeabilitas diatur oleh solubilitas lipid pada penyerapan larutan. Sedangkan
pada Beggiataa, ukuran merupakan penentu paling utama. Pada tumbuhan tingkat tinggi yang
memiliki sifat permeabilitas yang sama dengan Chara, solubilitas lipid merupakan faktor
dominan penyerapan walaupun perbedaan kuantitatif dapat diperhitungkan pada angka
penyerapan. (Kimball, 2000).
Model membran uap merupakan contoh membran semipermeabel yang sejati, padahal
semua membran pada tumbuhan harus dapat melewatkan linarut tertentu saja. Membran
seperti itu dikatakan bersifat permeabel diferensial, tidak lagi disebut semi permeabel sejati.
Meskipun membran hidup bersifat permeabel terhadap pelarut maupun linarut, tapi umumnya
jauh lebih permeabel terhadap pelarut. Permeabilitas membran terhadap linarut membuat
keruwetan lagi pada model osmosis, mempengaruhi laju pergeseran titik keseimbangan
secara bertahap (ditentukan oleh konsentrasi linarut dan tekanan) saat potensial osmotik di
kedua sisi membran berubah, sebagai akibat dari lalu lalangnya partikel linarut. (Salisbury
dan Ross, 1995).
IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1 Tabel alat

No Nama alat Jumlah


1. Tabung reaksi 5 buah
2. Termometer 2 buah
3. Kakitiga dan kasa 2 buah
4. Lidi 1 buah
5. Lampu spritus 2 buah
6. Pisau/ silet 1 buah
7. Beaker glass 400 ml 2 buah

IV.2 Tabel bahan

No Nama bahan Jumlah


1. Kunyit 15 potong
2. Aquades Secukupnya

V. PROSEDUR KERJA

1. Menyediakan 5 tabung reaksi A, B, C, D dan E lalu mengisi masing-masing tabung


dengan 5 ml aquadest.
2. Menyediakan 5 penangas air dengan suhu 30°C, 40°C, 50°C, 60°C, 70°C.
3. Memotong kunyit menjadi 15 potongan dengan ukuran 1x1x1 cm³, lalu dicuci,
kemudian merendam dalam aquades.
4. Setelah kelima macam suhu air dalam penangas air tercapai, potongan kunyit tersebut
dimasukkan ke dalam tiap-tiap tabung reaksi.
5. Memasukkan kelima tabung reaksi itu ke dalam masing-masing penangas air. Sambil
dipertahankan suhu air dalam penangas air itu selama ± 5 menit.
6. Mengamati dan membandingkan warna larutan dalam kelima tabung reaksi tersebut.
7. Mengulangi perlakuan di atas dengan memakai bahan lainnya.
VI. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Pengamatan Tekanan Akar Pada Tanaman Pacar Air

No Menit ke Kenaikan Air Gambar pengamatan


1. 0 menit 0,475

2. 5 menit 0,48

3. 10 menit 0,485

4. 15 menit 0,485

5. 20 menit 0,488
Tabel 2. Pengamatan Daya Isap Daun Pada Tumbuhan (pacar air)
No Menit ke Kenaikan air Gambar pengamatan
1. 0 menit 0,12 ml

2. 5 menit 0,22 ml

3. 10 menit 0,28 ml

4. 15 menit 0,30 ml

5. 20 menit 0,32 ml

Rata-rata 0, 248ml
Diskusi
1. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap permeabilitas membran sitoplasma?
2. Apakah semua jaringan tumbuhan mendapat pengaruh yang sama jika diberikan suhu
yang relatif tinggi? Jelaskan!

Jawaban
1. Membran sel merupakan lapisan yang mengontrol keluar-masuknya zat antara
lingkungan luar dan lingkuangan dalam sel. Memban sel memiliki permeabilitas yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: ukuran solut, kelarutan lemak, derajat
ionisasi, pH, dan temperatur. Ukuran solut yang cenderung semakin besar, serta
derajat ionisasi yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan permeabilitas
membran cenderung menurun, sedangkan pengaruh temperature dan pH yang tinggi
membuat membran sel menjadi lebih mudah mengalami denaturasi.
2. Suhu yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikenal
sebagai suhu kerdinal yaitu meliputi suhu optimum, suhu minimum dan suhu
maksimum. Suhu kardinal yang dibutuhkan oleh tanaman adalah berbeda-beda
tergantung pada jenis tanamannya. Dimana suhu yang berada dibawah batas
maksimum atau diatas optimum ini tidak baik untuk tanaman, keadaan tersebut sering
disebut suhu ekstrim. Pengaruh faktor suhu pada tanaman menimbulkan gangguan-
gangguan pada tanaman baik secara morfologi maupun fisiologinya.
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat dibedakan
sebagai berikut :
1. Batas Suhu Yang Menguntungkan Tanaman
Batas suhu yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman diketahui
sebagai suhu optimum. Pada batas ini semua proses dalam perkembangan dan
pertumbuhan tanaman akan berjalan baik dari segi morfologi muapun fisiologinya.
Proses fisiologi tersebut antara lain yaitu :
a. Fotosintesis
b. Respirasi
c. Penyerapan air
d. Transpirasi
e. Pembelahan sel
f. Pemanjangan sel dan
g. Perubahan fungsi sel akan berlangsung secara baik sehingga akan diperoleh
produksi maksimum pada setiap jenis tanaman kebutuhan akan suhu optimum ini
bervariasi seperti pada tanaman C3 membutuhkan suhu optimumnya antara 27 0C
sampai 280C, sedangkan pada tanaman C4 suhu optimumnya adalah 300C sampai
350C.
VII. PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil pengamatan, pada praktikum ini yang pertama yaitu kami
melakukan beberapa perlakukan terhadap kunyit, 3 potongan kunyit yang berukuran 1x1 cm
di masukkan ke dalam tiap-tiap tabung reaksi yang sudah dipanaskan menggunakan lampu
spritus. Pertama dengan suhu 30°C, hasil rendamannya menjadi berwarna kuning bening.
Pada suhu 40°C , rendamannya berwarna kuning bening. Pada suhu 50°C rendaman kunyit
berwarna kuning. Pada suhu 60°C rendaman kunyit yang berada dalam tabung reaksi berubah
warna menjadi kuning pekat setelah dibiarkan beberapa saat. Kemudian pada suhu 70°C
rendaman kunyitnya berubah menjadi semakin berwarna kuning pekat. Warna larutan
perlahan-lahan berubah menjadi warna kuning hal ini di karenakan pigmen warna yang ada di
dalamnya keluar di karenakan perubahan suhu yang terjadi.
Menurut Nanang (2013), kandungan kunyit berkhasiat sebagai obat-obatankarena
mengandung minyak atsiri (ar-tumeron, αdan β-tumeron, tumerol, α-atlanton,β-
kariofilen,linalol, 1,8 sineol), kurkumin, resin, oleoresin,desmetoksikurkumin,
bidesmetoksikurkumin damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor danbesi. Zat warna
kuning (kurkuminoid) padakunyit dimanfaatkan sebagai pewarna untuk makanan manusia
dan ternak. Sehingga yang menyebabkan perubahan warna kuning adalah kandungan
kurkuminoid yang terdapat pada kunyit keluar dari sel.
Kandungan kurkuminoid yang keluar dari sel berarti menandakan terjadinya
pengeluaran zat pelarut dari konsentrasi tinggi yang di dalam sel menuju ke konsentrasi yang
lebih rendah yang berada di luar sel berarti terjadi proses difusi pada saat kunyit di masukkan
ke dalam aquades yang memiliki suhu rentangan yang lumayan tinggi. Karena suhu yang
tinggi tersebut mengakibatkan energi kinetik menekan partikel partikel yang ada di dalam sel
menjadi cepat, dimana suhu semakin mempercepat laju pegerakan partikel, karena laju
pergerakan partikel nya semakin cepat mengakibatkan isi dari sel akhirnya keluar dari sel dan
sel pun pecah sehingga mengakibatkan zat warna keluar dari sel dan larut dalam air yang ada
di luar sel tersebut.

Perbedaan dari warna yang di hasil kan oleh zat warna kunyit yaitu kurkuminoid pada
suhu 30, 40 , 50, 60 , 70 di karenakan, zat pewarna tersebut sama seperti enzim tidak tahan
terhadap suhu yang tinggi suhu normal dari zat pewarna pada kunyit dan kandungan yang
terdapat pada kunyit hanya dapat bertahan pada suhu 30, jika lebih dari itu maka yang terjadi
adalah enzim-enzim,kandungan, dan zat pewarna dari kunyit tersebut terdegradasi dan sel
pun akan pecah. Maka dari itulah terjadi perbedaan warna pada suhu 30 warna yang di
timbulkan masih berwarna kuning bening itu menandakan bahwa kandungan yang berada di
dalam kunyit masih dalam kondisi utuh sehingga zat pewarna yang berada di dalam sel tidak
keluar di karenakan suhu masih belum terlalu tinggi dan laju pergerakan partikelnya pun
tidak cepat sehingga sel masih dalam kondisi utuh dan sel tidak banyak yang pecah dan
mengakibatkan perubahan warna pun tidak begitu keruh.

Sedangkan pada suhu 40 di dapatkan hasil larutan berubah warna menjadi kuning
bening sama dengan pada suhu 30 hal ini menandakan bahwa pada suhu 40 sel masih banyak
yang dalam keadaan utuh di karenakan partikel-partikel di dalam sel laju nya masih tidak
terlalu cepat sehingga sel masih banyak yang mempertahankan bentuk selnya sehingga ketika
sel masih banyak yang utuh maka zat pewarna yang berada di dalamnya pun tidak keluar
maka dari itu warna larutannya tetap bening.

pada suhu 60 dan 70 berwarna kuning pekat hal ini di karenakan terjadinya
permeabilitas. Semakin permeabel suatu membran maka warna larutannya juga akan semakin
pekat. Permeabilitas membran sel dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : ukuran solut,
derajat ionisasi, pH, temperatur, dan kelarutan lemak. Ukuran solut yang cenderung semakin
besar serta derajat ionisasi yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan permeabilitas
membran rendah. Sedangkan pengaruh pH dan temperatur yang semakin tinggi
menyebabkan membran sel mudah mengalami denaturasi.
VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa Semakin tinggi suhu maka
permeabilitas membran sel semakin berkurang karena komponen mebran akan mengalami
kerusakan karena suhu yang terlalu tinggi. Suhu tinggi mempengaruhi protein dan fosfolipid
lemak penyusun membran. Sehingga menyebabkan sel mengalami difusi cairan sel keluar
membran sel. Semakin menurunnya suhu, maka penyerapan yang teramati semakin rendah
sehingga permeabilitas membran semakin berkurang.

IX. SARAN

Praktikum selanjutnya diharapkan agar praktikan dapat bekerja sama saling membantu
dalam 1 kelompok, agar kegiatan praktikum dapat berjalan lancar dan cepat selesai.
X. DAFTAR PUSTAKA

Bima. 2008. PERMEABILITAS MEMBRAN SEL: Pengaruh Suhu dan Pelarut.


http://bima.ipb.ac.id/~tpbipb/materi/prak_biologi/PERMEABILITAS%20MEMBRAN
%20SEL.pdf.

( 19 November 2012 ).

Anonimous. 2008. Permeabilitas. http://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/prak_biologi.

( 19 oktober 2012)

Utmb. 2008. Membran Strukture and Function. http://cellbio.utmb.edu/cellbio…….basic


arsitecture.htm. (19 oktober 2012).

Campbell, Neil. A., Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchel. 2002. Biologi Edisi kelima Jilid II.
Penerbit Erlangga: Jakarta.

Kimball, J.W. 2000. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga

Yatim,W. 2000. Embriologi. Semarang : CV.Tarsito.

Nanang, Cholib, Fitoni. 2013. Pengaruh Pemanasan Filtrat Rimpang Kunyit (Curcuma
ilonga) terhadap Pertumbuhan Koloni Bakteri Coliform Secara In Vitro. Jurnal LenteraBio.
Volume 3 : Halaman 218

Anda mungkin juga menyukai