Anda di halaman 1dari 11

Kerang Darah (Anadara granosa)

Posted by Muhammad Alzibilla On Jumat, 16 Desember 2011 0 komentar

Kerang darah (Anadara granosa) adalah sejenis kerang yang biasa dimakan oleh
warga Asia Timur dan Asia Tenggara. Anggota suku Arcidae ini disebut kerang darah karena
ia menghasilkan hemoglobin dalam cairan merah yang dihasilkannya.
Kerang andara terdapat di pantai laut pada substrat lumpur berpasir dengan
kedalaman 10 m sampai 30 m. kerang andara termasuk ke dalam sub kelas lamellibranchia,
dimana filament insang
klasifikasi kerang darah adalah sebagai berikut :
Kindom : Animalia
Fillum : Moluska
Kelas : Bivalva
Subkelas : Pteriomorphia
Ordo : Arcoida
Famili : Arcidae
Subfamili : Anadarinae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa

Morfologi Kerang Darah (Anadara granosa)

Gambar 1. Morfologi Anadara granosa


Seperti kerang pada umumnya, kerang darah merupakan jenis bivalvia yang hidup
pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping cangkang (valve)
yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah persendian berupa engsel elastis yang
merupakan penghubung kedua valve tersebut.
Kerang darah mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan menutup
dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal tebal dan
bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu
1. periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung.
2. lapisan prismatic tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma,
3. lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan
kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang paling tua.
Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel pada
pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di
bawah cangkang. Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata pada tepi mantelnya.
Banyak diantaranya mempunyai banyak insang. Umumnya memiliki kelamin yang terpisah,
tetapi diantaranya ada yang hermaprodit dan dapat berubah kelamin.
Kakinya berbentuk seperti kapak pipih yang dapat dijulurkan keluar. Kaki kerang
berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. Kerang bernafas dengan dua buah
insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-lembaran (lamela) yang banyak
mengandung batang insang. Antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel yang
merupakan jalan keluar masuknya air.

Anatomi Kerang Darah (Anadara granosa)

Gambar 2. Anatomi Anadara granosa


Hewan berkaki pipih, cangkok berjumlah dua (sepasang) ada di bagian anterior dan
umbo (bagian yang membesar/menonjol) terdapat dibagian posterior (punggung). Cangkol
tersusun dari zat kapur dan terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
• Periostrakum (luar)
• Prismatik (tengah, tebal)
• Nakreas (dalam, disebut pula sebagai lapisan mutiara)
Alat pernapasan kerang berupa insang dan bagian mantel. Insang kerang berbentuk W
dengan banyak lamella yang mengandung banyak batang insang. Pertukaran O2 dan CO2
terjadi pada insang dan sebagian mantel. Mantel terdapat di bagian dorsal meliputi seluruh
permukaan dari cangkang dan bagian tepi. Antara mantel dan cangkang terdapat rongga yang
di dalamnya terdapat dua pasang keping insang, alat dalam dan kaki. Alat peredaran darah
sudah agak lengkap dengan pembuluh darah terbuka. System pencernaan dari mulut sampai
anus.
Sistem saraf kerang terdiri dari 3 pasang ganglion yang saling berhubungan:
•ganglion anterior terdapat di sebelah ventral lambung
• Ganglion pedal terdapat pada kaki
• Ganglion posterior terdapat disebelah ventral otot aduktor posterior.
Kerang berkulit ganda secara menyamping dimampatkan conchiferans tertutup
dengan suatu kulit/kerang yang terdiri atas dua klep bersendi secara di belakang oleh suatu
ikatan sendi. Rongga mantel melingkupi tubuh berisi suatu pasang ctenidia yang diperbesar,
dan mantel pantat sering diperluas ke dalam pipa pemindah. Mereka bersifat bentos, sering
kali geronggang, atau mungkin epifit dan mereka menduduki suatu angkatan laut yang luas
dan tempat kediaman air tawa(Pratt, 1923)

Kandungan gizi Kerang Darah (Anadara granosa)


Menurut Moeljanto dan Heruwati (1975) diacu dalam Kasry (2003), kerang darah
merupakan salah satu jenis kerang yang mempunyai nilai ekonomis penting dan disukai
masyarakat. Selanjutnya Ismail (1971) diacu dalam Kasry (2003) mengatakan kerang darah
mempunyai rasa yang guring karena mengandung lemak dan kadar protein yang tinggi.
Komposisi kimia kerang dara (Anadara sp.) adalah air 83%, lemak 0.91%, protein 10.33%
dan kadar abu 1.84% (Moeljanto dan Heruwati 1975 diacu dalam Kasry 2003). Kerang darah
yang telah dewasa yang berukuran diameter 4 cm dapat memberikan sumbangan energi
sebesar 59 kalori serat mengandung 8 gram protein, 1.1 gram lemak, 3.6 gram karbohidrat,
133 mg kalsium, 170 mg phosfor, 300 SI vitamin A dan 0.01 mg vitamin B1 (Karnadi 1991
diacu dalam Kasry 2003).

MORFOLOGI KERANG
Kerang termasuk kedalam filum Mollusca dan kelas Bivalvia = pelecypoda = Lamellibranchiata.
Kerang bertubuh simetris bilateral, memiliki dua buah cangkang yang setangkup tersusun dari zat
kapur dengan beragam bentuk dan ukuran. Kepala kerang tidak ada. Reproduksi kerang bersifat
eksternal . Dioecious. Cangkang kerang dibuka tutup dengan otot adduktor dan refraktor. Jenis
karang tertentu mampu berpindah tempat dengan melakukan gerakan membuka dan menutup
cangkang secara cepat. Kerang mencari makan dengan menyaring plankton atau organisme
mikroskopis lainnya (Filter feeder).

Morfologi Kerang

ANATOMI KERANG
Tubuh kerang terdiri dari mantel yang melekat pada cangkang dengan sederet otot yang terdapat
disepanjang garis pallial. Fungsi mantel kerang adalah untuk mensekresi gliko protein dan
menimbun. Kristal kapur pembentuk cangkang. Insang kerang berfungsi untuk menyerap oksigen
dan menyaring plankton. Sistem saraf, peredaran darah dan sistem pencernaan kerang masih
tampak sederhana namun telah berkembang dengan baik.
anatomi kerang anadara

Karakteristik dan Morfologi Kerang Darah


Karakteristik Morfologi Kerang Darah

(Anadara granosa)

Asti Latifah (C34090043)

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor

24 Maret 2011

ABSTRAK

Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang dari kelas Bivalvia yang berpotensi dan memiliki
nilai ekonomis untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan mineral untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Kerang darah biasanya dijadikan makanan dan diproduksi
dalam bentuk segar, hidup, kupas rebus, dan sate. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik
preparasi kerang darah (Anadara granosa), mengetahui karakteristik rendemen, laju kemunduran
mutu, dan komposisi kimia (analisis proksimat). Metode yang digunakan adalah perhitungan
morfometrik, perhitungan rendemen dari kerang darah, dan analisis proksimat. Data yang diperoleh
dari hasil praktikum adalah panjang total kerang darah (3,13 ± 0,24) cm, lebar (2,53 ± 0,29) cm, tinggi
(2,29 ± 0,41) cm, dan bobot total (10,29 ± 1,74) gr. Rendemen kerang darah yang diperoleh adalah
rendemen daging sebesar 13%, rendemen cangkang sebesar 69%, dan rendemen jeroan sebesar
18%.

Kata kunci : analisis proksimat, kerang darah, morfometrik, rendemen.

PENDAHULUAN
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu jenis kerang yang berpotensi dan bernilai
ekonomis tinggi untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan mineral untuk memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Kerang darah banyak ditemukan pada substrat yang
berlumpur di muara sungai dengan topografi pantai yang landai sampai kedalaman 20 m. Kerang
darah bersifat infauna yaitu hidup dengan cara membenamkan diri di bawah permukaan lumpur di
perairan dangkal (PKSPL 2004).

Ciri-ciri dari kerang darah adalah mempunyai dua keping cangkang yang tebal, ellips, dan kedua sisi
sama, kurang lebih 20 rib, cangkang berwarna putih ditutupi periostrakum yang berwarna kuning
kecoklatan sampai coklat kehitaman. Ukuran kerang dewasa 6-9 cm. Menurut Pratt (1935) dan
Barnes (1974) klasifikasi dari kerang darah (Anadara granosa) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Pelecypoda/ Bivalvia

Subkelas : Lamelladibranchia

Ordo : Taxodonta

Famili : Arcidae

Genus : Anadara

Spesies : Anadara granosa

Kerang darah termasuk ke dalam kelas Pelcypoda/ Bivalvia yang kebanyakan hidup di laut terutama
di daerah litoral, dasar perairan yang berlumpur atau berpasir. Pada dasarnya tubuh Pelecypoda ini
tertutup dua keping cangkang yang berhubungan di bagian dorsal dengan adanya hinge ligamen,
yaitu semacam pita elastik yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk. Kedua keping
cangkang pada bagian dalam juga ditautkan oleh satu atau dua buah otot aduktor yang bekerja
secara antagonis dengan hinge ligamen (Suwignyo 1998).

Kerang darah (Anadara granosa) merupakan ciliary feeder (sebagai deposit feeder atau filter feeder).
Sebagai filter feeder kerang menyaring makanannya menggunakan insang yang berlubang-lubang.
Makanan utamanya adalah plankton, terutama fitoplankton (Suwignyo 1998).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik preparasi, rendemen, komposisi kimia, dan
kemunduran mutu kerang darah.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat


Praktikum karakteristik dan morfologi kerang darah (Anadara granosa) dilaksanakan pada hari
Kamis, 24 Maret 2011, pukul 15.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di
Laboratorium Pengetahuan Bahan Baku dan Industri Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam praktikum ini adalah kerang darah (Anadara granosa), es batu,
air, serta bahan kimia seperti HCl, NaOH, H2SO4, H3BO3, dan selenium.

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat bedah, baskom, wadah/ nampan, heater
(pemanas air), plastik, trash bag, penggaris, score sheet, sarung tangan, timbangan digital, tabung
Kjeldahl, dan destilator.

Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini meliputi teknik preparasi, perhitungan morfometrik, rendemen,
dan analisis proksimat. Sebelumnya, kerang darah ditimbang berat utuhnya terlebih dahulu dengan
timbangan digital, kemudian kerang darah diukur panjang, lebar, serta tingginya dengan penggaris.
Setelah ditimbang dan diukur daging dipisahkan dari cangkangnya dengan cara kedua keping
cangkangnya dibuka. Kemudian daging dipisahkan dengan jeroannya. Setelah semuanya dipisahkan,
masing-masing ditimbang bobotnya dengan timbangan digital lalu dihitung masing-masing
rendemennya. Tahap selanjutnya adalah daging kerang darah diuji dengan analisis proksimatnya dan
diamati laju kemunduran mutunya selama 3 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran dan Berat Kerang Darah (Anadara granosa)

Pengamatan yang dilakukan pada praktikum karakteristik dan morfologi kerang darah (Anadara
granosa) diantaranya adalah penghitungan data morfometrik dari kerang darah (Anadara granosa).

Morfometrik adalah pengukuran standar yang digunakan pada ikan atau hewan air lainnya antara
lain panjang standar, panjang moncong, panjang sirip punggung. Morfometrik merupakan ciri yang
dapat dihitung berupa panjang total, panjang badan, lebar badan, dan bobot total (Iktiologi
Indonesia 2008).

Berdasarkan perhitungan data sampel yang diambil (sampel personal absen 24-47) diperoleh data
panjang total kerang darah (Anadara granosa) adalah (3,13 ± 0,24) cm berkisar antara 2,89 cm
hingga 3,37 cm, lebar badan (2,53 ± 0,29) cm berkisar antara 2,24 cm hingga 2,82 cm, tinggi sebesar
(2,29 ± 0,41) cm berkisar antara 1,88 cm hingga 2,7 cm, dan bobot total adalah (10,29 ± 1,74) gr
berkisar antara 8,55 gr hingga 12,03 gr. Menurut Nurjanah et.al. (2005) ukuran kerang darah
(Anadara granosa) berkisar antara 3,2-7,2 cm (panjang) dan lebar sekitar 2,8-5,6 cm.

Rendemen Kerang Darah (Anadara granosa)


Rendemen adalah persentase seberapa besar bagian dari komoditi yang dapat dimanfaatkan.
Berdasarkan perhitungan data sampel yang diambil (sampel personal absen 24-47) diperoleh data
rendemen kerang darah (Anadara granosa) adalah rendemen daging sebesar 13%, rendemen
cangkang sebesar 69%, dan rendemen jeroan 18%. Rendemen yang terbesar adalah rendemen
cangkang yang persentasenya adalah 69% dan yang terkecil adalah rendemen daging sebesar 13%.
Saat ini, daging kerang darah dimanfaatkan sebagai bahan pangan (konsumsi) dalam bentuk produk
segar, kupas rebus, dan sate. Jeroan kerang darah digunakan untuk pakan ternak, dan cangkang
digunakan untuk penjernihan air.

Komposisi Kimia Kerang Darah (Anadara granosa)

Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mngidentifikasi kandungan nutrisi
seperti protein, karbohidrat, lemak, dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau
pangan.

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen.
Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan (Winarno 1997). Berdasarkan
hasil pengamatan kadar air pada kerang darah sebesar 77,80%. Hal ini menunjukkan bahwa kerang
darah merupakan komoditi hasil perikanan yang memiliki kadar air yang tinggi. Menurut Nurjanah
et.al. (2005) nilai proksimat kadar air kerang darah sebesar 74,37%.

Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan
komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya
dengan mineral suatu bahan (Winarno 1997). Berdasarkan hasil pengamatan kadar abu pada kerang
darah sebesar 2,30%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu pada kerang darah kandungannya
tinggi. Menurut Nurjanah et.al. (2005) kadar abu pada kerang darah sebesar 2,24%.

Hasil perikanan digolongkan sebagai ikan berlemak rendah jika mengandung lipid kurang dari 2%,
ikan berlemak sedang mengandung lipid 2-5%, dan ikan berlemak tinggi mengandung lipid di atas 5%
(Irianto dan Giyatmi 2009). Berdasarkan hasil pengamatan kadar lemak pada kerang darah sebesar
5,85%. Menurut Nurjanah et.al. (2005) kadar lemak kerang darah sebesar 2.50%. Kerang-kerangan
adalah makanan sumber lemak yang aman. Kadar asam lemak tak jenuh ganda omega-3 dalam
makanan laut cukup tinggi. Asam lemak omega-3 dapat menigkatkan kadar HDL (High Density
Lipoprotein) dan menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) dan trigliserida dalam darah (Furkon
2004).

Berdasarkan hasil pengamatan kadar protein kerang darah sebesar 10,27%. Hal ini menunjukkan
bahwa kerang darah mengandung kadar protein yang tidak terlalu tinggi. Menurut Nurjanah et.al.
(2005) kadar protein kerang darah tinggi sebesar 19,48%. Kandungan protein jenis kerang-kerangan
relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan kandungan protein dari jenis ikan pada umumnya, namun
kerang-kerangan mempunyai kandungan taurin yang cukup tinggi (Andamari dan Subroto 1991).

Kadar karbohidrat pada praktikum kerang darah ini diketahui dengan metode by difference. Hasil
pengamatan menunjukkan kadar karbohidrat kerang darah sebesar 3,78%.

Kemunduran Mutu pada Kerang Darah (Anadara granosa)


Produk perikanan memiliki sifat cepat mengalami kemunduran mutu. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar kandungan daging ikan merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Daging ikan sebagian besar terdiri dari protein dan air. Tingginya kadar air dalam ikan inilah yang
menyebabkan ikan mudah sekali mengalami pembusukan karena bakteri.

Kemunduran mutu kerang darah (Anadara granosa) dapat diuji dengan pengujian organoleptik. Uji
organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses penginderaan. Uji organoleptik
merupakan penilaian subyektif yang dilakukan secara individu dengan mengandalkan indera
manusia sebagai alat utama (Irianto dan Giyatmi 2009). Parameter yang diamati dalam mengamati
kemunduran mutu kerang darah adalah penampakan, bau, dan tekstur. Berikut ini adalah hasil
pengamatan kemunduran mutu pada kerang darah (Anadara granosa).

Penampakan

Laju kemunduran mutu kerang darah dipengaruhi oleh suhu, lingkungan, pH, dan faktor internal dari
kerang darah tersebut. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, perlakuan suhu kamar
mengakibatkan kemunduran mutu pada kerang darah lebih cepat terjadi dibandingkan dengan
kerang darah yang diberi perlakuan suhu chilling. Selain itu kerang darah dalam kondisi utuh juga
lebih cepat mengalami kemunduran mutu dibandingkan dengan kerang darah yang dalam keadaan
tanpa jeroan. Hal ini disebabkan di dalam jeroan terdapat banyak mikroorganisme yang berperan
aktif untuk perombakan dan mempercepat peristiwa pembusukan pada tubuh kerang darah.

Suhu ruangan dapat mempengaruhi proses cepat berlangsungnya oksidasi lemak pada kerang darah
sehingga kerang darah lebih cepat mengalami kemunduran mutunya, sedangkan pada suhu chilling
laju kemunduran mutunya lebih lambat karena pada suhu dingin kerja enzim lebih terhambat. Selain
itu, mikroorganisme yang terdapat pada saluran pencernaan (jeroan) mengakibatkan kerang darah
dalam kondisi utuh lebih cepat mengalami proses kemunduran mutunya karena bakteri dalam
jeroan dengan cepat menyerang bagian-bagian tubuh biota tersebut (Irianto dan Giyatmi 2009).

Bau

Bau merupakan parameter untuk menilai laju kemunduran mutu kerang darah. Berdasarkan
pengamatan laju kemunduran mutu bau pada kerang darah semakin hari laju kemunduran mutunya
semakin menurun dan baunya semakin membusuk. Bau yang timbul diakibatkan oleh
terakumulasinya basa-basa yang menguap hasil proses dekomposisi oleh mikroorganisme seperti
senyawa-senyawa sulfur, alkohol aromatik (fenol, kresol), serta senyawa-senyawa heterosiklik
seperti indol dan skatol (Nurjanah et.al. 2004). Bau pada kerang darah utuh suhu kamar lebih cepat
berbau busuk karena adanya bakteri yang mendekomposisi senyawa-senyawa sederhana hasil
perombakan enzim menjadi senyawa-senyawa basa menguap yang baunya menyengat sehingga
terjadi kemunduran mutu.

Tekstur

Kemunduran mutu tekstur pada kerang darah ditandai dengan semakin melunaknya daging.
Kemunduran mutu kerang darah yang berpengaruh pada tekstur daging adalah penurunan pH yang
mengakibatkan enzim-enzim yag bekerja pada pH rendah menjadi aktif. Katepsin, yaitu enzim
proteolitik yang berfungsi menguraikan protein menjadi senyawa sederhana, merombak jaringan
otot menjadi lebih longgar yang mengakibatkan daging pada biota hasil perairan menjadi lunak.
Proses perombakan oleh enzim tersebut disebut dengan autolisis (Diniah et.al. 2006).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pengukuran morfometrik dan rendemen dilakukan pada praktikum kerang darah (Anadara granosa)
ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar persentase dari bagian biota kerang darah yang daat
dimanfaatkan. Berdasarkan data yang diperoleh panjang total kerang darah (Anadara granosa)
adalah (3,13 ± 0,24) cm, lebar badan (2,53 ± 0,29) cm, tinggi sebesar (2,29 ± 0,41) cm, dan bobot
total adalah (10,29 ± 1,74) gr. Nilai rendemen terbesar adalah rendemen cangkang 69% dan yang
terkecil adalah rendemen daging sebesar 13%. Hasil uji proksimat yang diperoleh adalah kadar air
sebesar 77,80%, kadar abu sebesar 2,30%, kadar protein sebesar 10,27%, kadar lemak sebesar
5,85%, dan kadar karbohidrat sebesar 3,78%. Laju kemunduran mutu kerang darah yang paling cepat
adalah kerang darah dalam kondisi utuh dengan perlakuan suhu kamar. Hal ini disebabkan oleh
adanya mikroorganisme yang terdapat di dalam jeroan kerang tersebut dan mikroorganisme
berperan dalam mendekomposisi senyawa sederhana hasil perombakan dari autolisis enzim pada
tubuh biota.

Saran

Pelaksanaan praktikum dan pengamatan lanjutan berupa analisis proksimat dengan menggunakan
metode lain sehingga bisa dibandingkan dan hasilnya lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

[Iktiologi Indonesia]. 2008. Morfometrik dan Meristik. http://iktiologi-indonesia.org. [29 Maret 2011]

Andamari R, Subroto W. 1991. Pengamatan kerang-kerangan terutama nilai gizi dan kemungkinan
budidayanya di Pantai Paperu (P. Saparua). Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Vol 59: 51-60.

Diniah, Lismawati,D., Martasuganda,S. 2006. Uji coba dua jenis bubu penangkap keong macan di perairan
Karang Serang kabupaten Tanggerang. Jurnal Mangrove dan Pesisir Vol. VI No.2/2006.

Furkon UA. 2004. Konsumsi Kerang dan Udang Membahayakan Kesehatan, Benarkah ?. http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/0404/15/cakrawala/lainnya06.htm. [29 Maret 2011].

Irianto,H.E. dan Giyatmi,S. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Nurjanah, Setyaningsih,I., Sukarno, Muldani,M. 2004. Kemunduran mutu ikan Nila merah (Oreochromis
sp.) selama penyimpanan pada suhu ruang. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Volume VII Nomor 1
tahun 2004.
Nurjanah, Zulhamsyah, Kustiyariyah. 2005. Kandungan mineral dan proksimat kerang darah (Anadara
granosa) yang diambil dari Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Buletin Teknologi Hasil Perairan. Vol VIII.
Nomor 2.

Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai