2017
Ricky
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4678
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN SEDIAAN HERBAL OBAT DIABETES
MELITUS TIPE 2 YANG BEREDAR DI PASARAN DI
KECAMATAN MEDAN KOTA
SKRIPSI
Oleh :
Ricky
140100213
SKRIPSI
Oleh :
Ricky
140100213
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Penelitian yang dilaksanakan
berjudul “Gambaran Sediaan Herbal Obat Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Beredar
Di Pasaran Di Kecamatan Medan Kota” yang merupakan salah satu syarat untuk
mencapai kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala rasa
hormat, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,
M.Hum.
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy
Safruddin Rambe, Sp.S(K).
3. Dosen Pembimbing, dr. Tri Widyawati, MSi, PhD yang telah memberikan
banyak arahan dan masukan bagi penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
4. Dosen Penguji, dr. Mega Sari Sitorus, M.Kes., Sp.PA dan dr. Yoan
Carolina, MKT yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-
nasihat dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Dosen Pembimbing Akademik, dr. Olga Rasiyanti Siregar, M.Ked(Ped),
Sp.A yang telah membimbing selama menempuh pendidikan di FK USU.
6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga
penyelesaian studi dan juga penulisan skripsi ini.
7. Seluruh responden yang telah sukarela meluangkan waktu yang telah
disediakan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
iii
Penulis
Ricky
140100213
iv
Halaman
Judul…………………………………………………………………….. i
Lembar Persetujuan…………………………………………………...... ii
Kata Pengantar………………………………………………………….. iii
Daftar Isi………………………………………………………………... v
Daftar Tabel…………………………………………………………….. vii
Daftar Gambar………………………………………………………….. vii
Daftar Singkatan………………………………………………………... ix
Abstrak………………………………………………………………… x
Abstract…………………………………………………………………. xi
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………... 2
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………. 2
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………… 2
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………... 4
2.1 Diabetes Melitus………………………………………... 4
2.1.1 Definisi…………………………………………… 4
2.1.2 Klasifikasi………………………………………... 4
2.1.3 Epidemiolgi………………………………………. 5
2.1.4 Patogenesis……………………………………….. 5
2.1.5 Diagnosis…………………………………………. 8
2.1.6 Tatalaksana……………………………………….. 9
2.1.6.1 Edukasi………………………………….. 10
2.1.6.2 Terapi Nutrisi Medis……………………. 11
2.1.6.3 Jasmani………………………………….. 11
2.1.6.4 Terapi Farmakologis……...…………….. 12
2.2 Obat Bahan Alam………………………………………... 16
vi
vii
viii
BB : Berat badan
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
DM : Diabetes Melitus
DEPKES : Departemen Kesehatan
DPP : Dipeptidyl Peptidase
FFA : Free Fatty Acid
GFR : Glomerular Filtration Rate
GIP : Gastric Inhibitory Polypeptide
GLP : Glucose Like Peptide
gr : Gram
Kg : Kilogram
KGD : Kadar Gula Darah
Kkal : Kilokalori
mg : Miligram
ml : Mililiter
PPAR : Peroxisome Proliferator Activated Receptor
RI : Republik Indonesia
SGLT : Sodium Glucose Linked Transporter
TNM : Terapi Nutrisi Medis
TZD : Tiazoleidindion
ix
Latar Belakang. Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula
darah puasa lebih dari 130mg/dL atau kadar gula setelah makan lebih dari 180mg/dL. Dalam
penatalaksanaannya, masyarakat tidak hanya menggunakan obat moderen sebagai pengobatan tapi
juga obat herbal. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sediaan obat herbal
yang beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota. Metode. Penelitian ini dilakukan secara
deskriptif. Data yang didapat disajikan secara deskriptif. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan ada
20 jenis obat herbal diabetes yang beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota. 52% bagian
tanaman yang digunakan adalah campuran dari beberapa tanaman dan bagian tanaman. Kapsul
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan (38%). 52% dari obat sudah teregistrasi
ke Badan Pengawas Obat dan Makanan. 80% obat tidak mencantumkan golongan obat herbal.
Kesimpulan. Ada beragam jenis obat herbal dengan bermacam-macam komposisi, bagian tanaman
yang digunakan dan bentuk sediaan yang beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota dan lebih
dari setengahnya sudah teregistrasi ke Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Background. Diabetes mellitus is a disease marked by fasting blood sugar levels more than
130mg/dl or blood sugar levels after meals is more than 180mg/dl. In the treatment, the population
not only use modern medicine but also herbal medicine. Purpose. This study purpose is to see the
picture of herbal medicine which is circulating in the market in Medan Kota district. Method. This
study was conducted descriptively, the data acquired are served descriptively. Result. The study
result show that there are 20 kind diabetes herbal remedies which is circulating in the market in
Medan Kota district. 52% parts of the plant used is a mix of many plant and many part. Capsule is
the most widely used dosage form (38%). 52% of drugs are already registered on Badan Pengawas
Obat dan Makanan. 80% of drugs do not include herbal medicine classes. Conclusion. There are
diverse kind of herbal medicine with various composition, part of the plant used and dosage form
which is circulating in the market in Medan Kota district and half of it already registered on Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
xi
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
2
Saat ini ada lebih dari 1000 tanaman dan produknya telah dilaporkan
digunakan dalam pengontrolan diabetes dari sistem obat tradisional dari banyak
budaya di dunia (Trojan-Rodrigues et al., 2012), (Coman et al., 2012), (Marles &
Farnsworth, 1995). Penelitian di puskesmas Sering di Medan menunjukkan bahwa
ada 20 jenis tanaman dari 35 penderita DM yang digunakan sebagai obat dan
beberapa diantaranya sudah dilakukan uji khasisat secara ilmiah (Widyawati et al.,
2015).
Obat herbal adalah obat yang mengandung suatu bagian tanaman atau
ekstrak tanaman yang mengandung beberapa komponen tanaman, yang biasanya
berkerja secara sinergis. Komponen ini dapat berasal dari berbagai macam bagian
dari tanaman namun paling sering berasal dari daun, akar biji atau bunga
(Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan studi potong lintang untuk mengetahui gambaran sediaan obat herbal
yang ada di pasaran.
1. Bagi peneliti, dapat mengetahui gambaran dari sediaan obat herbal yang
beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota.
2. Bagi institusi pendidikan, dapat dijadikan masukan untuk memperkaya
bahan pustaka yang berguna untuk pembaca secara keseluruhan dari
penelitian selanjutnya serta dapat dijadikan motivasi untuk mengadakan
penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi atau sumber data
untuk penelitian sejenis berikunya yang akan melakukan penelitian
dengan menggunakan metode dan variable yang lebih kompleks.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
2.1.2. Klasifikasi
4
Universitas Sumatera Utara
5
2.1.3. Epidemiologi
2.1.4. Patogenesis
Resistensi insulin pada otot hati serta kegagalan sel beta pankreas telah
dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2. Belakangan ini
diketahui diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat
daripada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, hati dan sel beta, organ lain
seperti: jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi
incretin), sel alfa pankreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorbs
glukosa), dan otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam
menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM tipe-2. Kedelaan hal
ini disebut oleh DeFronzo (2009) sebagai ominous octet.
2.1.5. Diagnosis
Menurut WHO (2006) metode dan kriteria untuk diagnosis diabetes yaitu:
1. Gejala diabetes (contohnya polyuria, polydipsia dan penurunan berat
badan tanpa sebab untuk tipe-1) ditambah:
Konsentrasi plasma glukosa random vena ≥ 11,1 mmol/l atau
Konsentrasi plasma glukosa puasa ≥ 7,0 mmol/l (whole blood ≥6,1
mmol/l) atau
Konsentrasi plasma glukosa dua jam ≥ 11,1 mmol/l dua jam setelah
anhidros glukosa 75g dalam oral glucose tolerance test (OGTT).
2. Tanpa gejala diagnosis tidak boleh ditentukan hanya dengan satu
pemeriksaan glukosa tetapi membutuhkan confirmatory plasma venous
determination. Setidaknya membutuhkan pengukuran glukosa satu kali
lagi di hari lain dengan hasil di jarak diabetes, antara puasa, random atau
dua jam setelah pemberian glukosa.
2.1.6. Tatalaksana
Tabel 2.1 Ringkasan rekomendasi glikemik untuk orang dewasa tidak hamil
dengan diabetes.2
A1C 7.0% (53 mmol/mol)
Preprandial Capilary Plasma Glucose 80 – 130 mg/dL (4.4 – 7.2 mmol/L)
Peak postprandial capillary plasma 180 mg/dL (10.0 mmol/L)
glucose
2.1.6.1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terbagi menjadi materi edukasi
tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan (Soelistijo et al., 2015).
Karbohidrat: 45 – 65%
Lemak: 20 – 25%
Protein: 10 – 20%
Natrium <2300mg perhari
Serat 20 – 35 gr perhari
2.1.6.3. Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar utama dalam terapi DM tipe-2.
Latihan jasmani dilakukan 3-4 kali seminggu selama 30-45 menit dengan total 150
menit perminggu. Jeda antar latihan tidak boleh lebih dari 2 hari berturut-turut.
Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memprbaiki sensitivitas
insulin, seingga memperbaiki kadar glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan merupakan latihan jasmani aerobik dengan intensitas menengah
(50-70% dari denyut jantung maksimal, denyut jantung maksimal dapat dihitung
dengan mengurangi angka 220 dengan umur penderita) seperti jalan cepat,
bersepeda santai, jogging, dan berenang (Soelistijo et al., 2015).
Terapi farmkologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan (Soelistijo et al.,
2015).
1. Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya obat antihipergikemia dibagi menjadi 5:
a. Pemacu Sekresi Insulin
Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Efek samping utama
adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan
Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi
insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat
yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian
secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini
dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. Efek samping yang
mungkin terjadi adalah hipoglikemia.
b. Peningkat Sensitivitas Terhadap Insulin
Metformin
Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi
glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan
glukosa di jaringan perifer. Metformin merupakan pilihan
pertama pada sebagian besar kasus DM tipe-2. Efek samping
yang mungkin berupa gangguan saluran pencernaan seperti
3. Terapi Kombinasi
Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu
dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Bersamaan dengan
pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan
pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi obat
antihiperglikemia oral sejak dini.
Terapi dengan obat antihiperglikemia oral kombinasi, harus
dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme
kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral dari
kelompok yang berbeda atau kombinasi obat antihiperglikemia oral
dengan insulin.
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai
dengan pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin
kerja panjang). Insulin kerja menengah harus diberikan jam 10 malam
menjelang tidur, sedangkan insulin kerja panjang dapat diberikan sejak
sore sampai sebelum tidur. Dosis awal insulin basal untuk kombinasi
adalah 6-10 unit, kemudian dilakukan evaluasi dengan mengukur kadar
glukosa darah puasa keesokan harinya.
Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal
dari alam (tumbuhan dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi
3 jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka (Lestari, 2007).
2.2.1. Jamu
Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan
bakunya telah di standarisasi (ADA, 2007). Obat herbal ini umumnya ditunjang
oleh pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinis. Penelitian ini meliputi
standarisasi kandungan senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun, standarisasi
pembuatan ekstrak yang higenis, serta uji toksisitas akut maupun kronis (Winata,
2013).
Umumnya, herbal standar telah mengalami pemrosessan, misalnya berupa
ekstrak atau kapsul. Ekstrak dari herbal tersebut telah diteliti khasiat dan
keamanannya melalui uji pra klinis. Uji tersebut melalui beberapa proses antara
lain: uji penerapan standar kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak, higenitas,
serta uji toksisitas (Winata, 2013).
2.2.3. Fitofarmaka
No. Nama Nama Latin Bagian Bentuk Uji coba Dosis Cara Kandungan Referensi
Indonesia Sediaan Penggunaan Kimia
1. Sirih Merah Piper Daun Air Tikus 2,4ml Oral Flavonoid Liestiono
crocatum rebusan wistar Alkaloid et al.,
Tanin 2015
4. Pepaya Carica papaya Daun Ekstrak Tikus 400 Oral Flavonoid, Johnson et
Biji ethanol wistar mg/kg sekali sehari Alkaloid, al., 2015
Saponin,
Tanin, dll
9. Kumis Orthosiphon Daun Ekstrak Sprague 1 g/kg Oral, 2 kali Terpenoids, Mohamed
Kucing stamineus chlorofo Dawley sehari Flavonoids et al.,
rm 2013
10. Sambung Gynura Daun Ekstrak Sprague 1 g/kg Oral Flavonoid Algariri
Nyawa procumbens ethanol Dawley et al.,
2013
19
Definisi Diabetes
Patofisiologi: Klasifikasi:
Diabetes Tipe-2 Diabetes tipe-1
Diabetes tipe-2
Diabetes Gestational
Epidemiologi Diabetes lainnya
Obat Konvensional
Obat Tradisional
Nama Dagang
Bagian yang
- - - - - : Diteliti
Digunakan
Komposisi
: Tidak diteliti
Bentuk Sediaan
Dosis
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis deskriptif
dengan melakukan observasi untuk melihat sediaan herbal antidiabetik yang
beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota dengan rancangan penelitian cross
sectional.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh apotek dan toko obat yang ada di
Kecamatan Medan Kota, yaitu 41 apotek dan 25 toko obat.
22
Universitas Sumatera Utara
23
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan subjek penelitian ini
adalah:
1. Kriteria Inklusi
Seluruh Apotek dan Toko Obat Berizin yang menjual obat herbal
dan memberikan izin
2. Kriteria Eksklusi
Obat Tradisional yang mengandung bahan selain tanaman
Sesuai dengan jenis penelitian, maka analisa terhadap data yang terkumpul
dilakukan secara deskriptif yang disertai tabel, narasi dan pembahasan tentang
sediaan herbal antidiabetik
Dari 13 apotek dan 8 toko obat berizin yang disurvei, diketahui daftar nama
dagang, komposisi, dosis dan cara penggunaan obat herbal diabetes sebagaimana
tercantum pada tabel 4.1
25
Universitas Sumatera Utara
26
Tabel 4.1 Nama dagang, komposisi, dosis dan cara penggunaan obat herbal
diabetes di apotek dan toko obat berizin di Kecamatan Medan Kota
Berdasarkan tabel 4.1 ada 20 nama dagang obat herbal sebagai antidiabetes yaitu,
Anglubet Specifik Juk Tsyn Wan, Beras Hitam, Bunga Merah, Chong Cao & Ling
Zhi Xiang Tang Capsule, Diabemed, Garcia, Gentong Mas, Glucotrim, Insulfit,
Mastin, Tahesta, Teh Kelopak Bunga MHS Rosela, Teh MHS Daun Sirih Merah,
Teh Sanna Al-Sunnah, Tribetis, Tu Fu Ling, Virgin Coconut Oil, Wei Yi Wang,
Wolf Berry, Zhen Qi Jiang Tang Jiao Nang. Komposisi dari obat herbal diabetes
bervariasi, ada yang dalam bentuk simplisia dan ada juga dalam bentuk ekstrak.
Dosis obat bervariasi namun lebih banyak mengarah ke pemakaian 3 kali sehari,
semua cara penggunaan obat herbal dari data yang dikonsumsi peroral, hal ini
sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh Kusyanti 2016 yang menyatakan bahwa
cara penggunaan obat herbal diabetes tersering adalah diminum dan dimakan.
Beberapa jenis tanaman yang digunakan sebagai bahan utama pada obat
yang ada pada tabel 4.1 sudah dikaji baik secara pre-klinik maupun klinik. Kajian
Dey (2003) menunjukkan bahwa Panax ginseng (R/ Anglubet Specifik Juk Tsyn
Wan) 150mg/kg ekstrak akar mampu menurunkan KGD pada tikus (Dey et al.,
2003). Kajian dari Mohajeri (2008) Menunjukkan bahwa ekstrak ethanol Crocus
sativus L. stigma (R/ Bunga Merah) 40mg/kg mampu menurunkan KGD tikus
diabetes (Mohajeri et al., 2015).
Kajian dari Wei (2012) menunjukkan bahwa ekstrak Cordyceps sinensis
(R/ Chong Cao & Ling Zhi) 300mg/kg/hari mampu mendukung kelangsungan
hidup sel beta pankreas pada tikus diabetes (Wei et al., 2012). Kajian dari Fukunaga
(1997) menunjukkan bahwa ekstrak Smilax glabra (Tu Fu Ling) 100 mg/kgBB
mampu menurunkan KGD pada tikus normal dan diabetes dengan administrasi
intraperitoneal (Fukunaga et al., 1997). Kajian dari Iranloye (2013) menunjukkan
bahwa Virgin coconut oil dengan dosis 7.5ml/kg dan 10ml/kg mampu menurunkan
KGD dan peningkatan toleransi glukosa oral pada tikus (Iranloye et al., 2013).
Kajian dari Taher (2006) menunjukkan bahwa ekstrak etanol Garcinia
mangostana linn. (R/ Garcia) 200 mg/kg mampu menurunkan KGD tikus diabetes
(Taher M et al., 2016). Kajian dari Atchibri (2010) menunjukkan bahwa Phaseolus
vulgaris (R/ Glucotrim) 300mg/kg mampu menurunkan KGD tikus wistar yang
hiperglikemia (Atchibri et al., 2010). Kajian dari El Rabey (2017) menunjukkan
bahwa ekstrak Nigella sativa (R/ Gentong Mas) mampu menurunkan hiperglikemia
pada tikus diabetes (El Rabey et al., 2017).
Kajian dari Carolo (2017) menujukkan bahwa ekstrak hydroethanol
Smallanthus sonchifolius (R/ Insulfit) 100mg/kg mampu menurunkan KGD tikus
diabetes (Carolo et al., 2017). Kajian dari Iman (2015) menunjukkan bahwa apple
cider vinegar (Tahesta) dapat meurunkan KGD pada tikus diabetes (Iman et al.,
2015). Kajian dari Dewi (2014) menunjukkan bahwa ekstrak etanol Piper ornatum
(Teh MHS Daun Sirih Merah) 50mg/kg - 100mg/kg mampu menurunan KGD pada
tikus diabetes (Dewi et al., 2014). Kajian dari Fan (2015) menunjukkan bahwa
ekstrak air Dioscoreae opposita thumb (Tribetis) 400mg/kg mampu meningkatkan
pembuangan glukosa pada tikus dibetes (Fan et al., 2015).
Kajian dari Gao (2010) menunjukkan bahwa Fagopyrum tataricum (Wei Yi
Yang) yang diberikan pada tikus diabetes menghasilkan penurunan KGD,
pencegahan obesitas dan meningkatkan sensitifitas insulin dalam darah (Gao &
You, 2001). Kajian Verma (2010) menunjukkan bahwa ekstrak air Cassia occident
(R/ Teh Sanna Al-Sunnah) 200mg/kg mampu menurunan KGD pada tikus diabetes
(Verma, L et al., 2010).
Selain kajian pre-klinik ada juga kajian klinik yaitu, kajian dari Huizhen
(2015) menunjukkan bahwa bubuk Lycium barbarum (Wolf Berry) 300
mg/kgBB/hari mampu menurunkan serum glukosa pada pasien yang menderita
diabetes tipe-2 (Huizhen C et al., 2015). Kajian dari Baskaran (1990) menunjukkan
1. Anglubet
2. Beras Hitam
3. Bunga Merah
4. Chong Cao & Ling Zhi Xi
5. Diabemed 6. Garcia
13. Teh MHS Daun Sirih Merah 14. Teh Sanna Al Sunnah
Bentuk produk 20 bahan yang diidentifikasi dapat dilihat pada gambar 4.2,
ada yang berada dalam kemasan seperti botol saset maupun kotak, ada juga yang
merupakan bahan bakunya.
Bagian tanaman yang digunakan pada obat herbal diabetes dijelaskan pada
tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Tabel bagian tanaman yang digunakan dalam membuat obat herbal
diabetes di apotek dan toko obat berizin di Kecamatan Medan Kota
Bagian tanaman yang digunakan Kuantitas Persentase (%)
Akar 1 5,00
Biji 3 15,00
Buah 3 15,00
Bunga 1 5,00
Daun 5 25,00
Campuran 7 35,00
Total 20 100
Tabel 4.3 Tabel distribusi bentuk sediaan obat herbal diabetes di apotek dan toko
obat berizin di Kecamatan Medan Kota
Bentuk Sediaan Kuantitas Persentase (%)
Cairan 2 10,00
Kapsul 8 40,00
Padat 4 20,00
Pil 2 10,00
Serbuk 4 20,00
Total 20 100
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui sebagian besar bentuk sediaan obat herbal
diabetes adalah dengan bentuk kapsul dengan 8 produk (40,00%) yang kemudian
diikuti oleh bentuk padat dan serbuk dengan masing-masing 4 produk (20,00%).
Bentuk cairan dan pil juga digunakan dengan bentuk cairan 2 produk (10,00%) dan
bentuk pil 2 produk (10,00%).
Pada tabel 4.3 terdapat beragam bentuk sediaan obat, ini disebabkan karena
setiap bentuk sediaan obat memiliki keuntungannya masing-masing seperti, cairan
karena mudah diabsorbsi, dosis yang fleksibel dan mudah dibawa, kemudian ada
serbuk, serbuk paling banyak digunakan untuk tanaman yang mengandung perekat
air. Selanjutnya ada kapsul, kapsul adalah cara konvensional untuk mengurangi
aroma tidak sedap, terakhir ada tablet, tablet adalah bentuk sediaan yang
convensional karena tidak ada masalah dengan aroma maupun pelarut, namun tablet
memiliki formulasi tertentu (Green, 2017).
Data distribusi registrasi obat herbal yang tercantum pada obat herbal
diabetes dijelaskan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Tabel distribusi registrasi obat herbal diabetes di apotek dan toko obat
berizin Kecamatan Medan Kota
Registrasi Kuantitas Persentase (%)
BPOM 11 55,00
DEPKES 4 20,00
Tidak tercantum 5 25,00
Total 20 100
Tabel 4.5 Tabel distribusi penggolongan obat herbal diabetes di apotek dan toko
obat berizin Kecamatan Medan Kota
Golongan Kuantitas Persentase (%)
Jamu 3 15,00
Obat herbal terstandar 1 5,00
Fitofarmaka 0 0
Tidak tercantum 16 80,00
Total 20 100
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa pada hampir seluruh data obat herbal
diabetes yang didapatkan yaitu 16 produk (80,00%) tidak mencantumkan
penggolongannya, hanya ada 4 produk (20,00%) yang mencantumkan
penggolongannya yaitu golongan jamu 3 produk (15,00%) dan obat herbal
terstandar 1 produk (5,00%) dan tidak ada produk yang mencantumkan golongan
fitofarmaka. Berdasarkan tabel 4.5 banyak obat tidak mencantumkan
penggolongannya ini karena hingga tahun 2006 produk jamu yang memiliki izin
peredaran di Indonesia sudah ribuan sedangkan produk obat herbal terstandar hanya
17 dan produk dengan sertifikat fitofarmaka hanya 5 produk (Harmanto, 2007).
5.1. Kesimpulan
37
Universitas Sumatera Utara
38
5.2. Saran
Dari hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat diperoleh saran sebagai
berikut:
1. Supaya masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang obat herbal sebagai
pengobatan alternatif untuk diabetes.
2. Supaya institusi mendapat informasi tentang sediaan obat herbal sebagai
obat diabetes.
3. Produsen obat herbal diabetes harus memberi informasi yang lengkap
terutama tentang cara penggunaan obat.
4. BPOM dan DEPKES harus melakukan pemantauan secara berkala ke
apotek dan TOB untuk memastikan obat herbal yang beredar sudah terdaftar
dan memiliki nomor registrasi.
5. BPOM harus memperketatkan undang-undang agar tidak ada obat herbal
yang beredar tanpa nomor registrasi.
6. Produsen harus mendapatkan nomor registrasi dari BPOM atau DEPKES
untuk obat herbal yang diproduksi.
7. Masyarakat lebih teliti dalam memilih obat herbal.
8. Peneliti selanjutnya harus meneliti khasiat obat herbal diabetes yang sudah
tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Harmanto, N. 2007. Pilih Jamu Herbal Tanpa Efek Samping. Jakarta: Penerbit PT.
Elex Media Koputindo
Iman, M., Moallem, S. A. and Barahoyee, A. (2015) ‘Effect of Apple Cider Vinegar
on Blood Glucose Level in Diabetic Mice’, Pharmaceutical Sciences, 20,
pp. 163–168. doi: 10.5681/PS.2015.006.
Inawati, Syamsudin, Winarno H. Pengaruh Ekstrak Daun Inai (Lawsonia Inermis
Linn.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa, Kolestrol Total dan
Trigliserida Darah Mencit Yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Kimia
Indonesia 2006; 1(2): 71-77.
Iranloye, B., Oludare, G. and Olubiyi, M. (2013) ‘Anti-diabetic and antioxidant
effects of virgin coconut oil in alloxan induced diabetic male Sprague
Dawley rats’, Journal of Diabetes Mellitus, 3(4), pp. 221–226. doi:
10.4236/jdm.2013.34034.
Johnson OR, Samuel S, Elnathan WD, John MH. Biochemical Effect of Aqueous
Carica Papaya Seed and Leaf Extract On Serum Biochemistry of Alloxan
Induced Diabetic Rats. J Pharm Bio Sci 2015; 10(4): 18-22.
Kan, W. C. et al. (2012) ‘Effects of extract from solid-state fermented cordyceps
sinensis on type 2 diabetes mellitus’, Evidence-based Complementary
and Alternative Medicine, 2012. doi: 10.1155/2012/743107.
Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. 2013.
Kusyanti et al., (2016) ‘Pemanfaatan tumbuhan obat hipertensi dan diabetes
mellitus pada masyarakat rundeng kota subulusalam’, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Biologi, 2016; 1(1): 85-94.
Lestari ED. Analisis Daya Saing, Strategi Dan Prospek Industri Jamu Di Indonesia.
2007 diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/32349482.pdf
Liestiono SN, Carla FK, Poppy ML. Efek Daun Sirih Merah (Piper Crocatum)
Terhadap Kadar Gula Darah Dan Gambaran Morfologi Endokrin
Pankreas Tikus Wistar. Jurnal e-Biomedik 2015; 3(3): 821-826.
Marles R and Farnsworth N. Antidiabetic plants and their active constituents.
Phytomedicine 1995; 2(2): 137-189.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 761/Menkes/SK/IX/1992 Tentang Pedoman
Fitofarmaka.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional.
Available at:
http://sireka.pom.go.id/requirement/HK.00.05.41.1384-2005.pdf
Widyawati T, Purnawan WW, Atangwho IJ, Yusoff NA, Ahmad M and Mohd.
Asmawi Z: Anti-Diabetic Activity of Syzygium Polyanthum (Wight)
Leaf Extract, the Most Commonly Used Herb Among Diabetic Patients
In Medan, North Sumatera, Indonesia. Int J Pharm Sci Res 2015; 6(4):
1698-04.doi: 10.13040/IJPSR.0975-8232.6(4).1698-04.
Winata I. Karakterisasi Jamu Oplosan Dengan Menggunakan Alat
Spektrofotometer Fourier Transform – Infra Red (FT-IR) Di Balai
Pengujian Dan Identifikasi Barang Medan. 2013
World Health Organization. Global Report On Diabetes; 2016.
World Health Organization. The Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and
Intermediate Hyperglycaemia. WHO Document Production Service
2006; Geneva Switzerland.
World Health Organization. Use of Glycated Haemoglobin (HbA1c) in the
Diagnosis of Diabetes Mellitus. 2011; Geneva Switzerland.
Photo
Nama : Ricky
NIM : 140100213
Tempat / Tanggal Lahir : Bangun Sari, 05 Januari 1997
Agama : Islam
Nama Ayah : Sutuino
Nama Ibu : Dahniar
Alamat : Jalan Abdul Hakim Perumahan Clasic-3 No.1A,
Medan Selayang, Medan
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter
pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan
hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil
karya orang lain dalam penulisan skripsi ini , telah penulis cantumkan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma kaidah dan etika penelitian ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang
dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Medan, 201
Penulis,
Materai
Rp. 6.000
Ricky
140100213
Peneliti,
(Ricky)
140100213
Nama :
Umur :
Nama Apotek / Toko Obat Berizin :
Alamat :
(……………………………….)
17 Virgin Asam Kaprilat, Asam Miristat, Asam Campuran Cairan D: 3x1 Usaha Mandiri - -
Coconut Aurat, Asam Stereat, Air SDM/hari, Stabat Sumut
Oil A: 2x1
SDM/hari,
Peroral
18 Wei Yi Fagopyrum sp, Astrogali Seohedysari Campuran Kapsul 3x1 Jiangsu - POM
Wang Puerarie Radix, Ligustrilucidi Fructus, kapsul/hari, Haihong
Crataegi Fructus, Galia Chineasis Peroral Pharmaceutical
co.,Ltd
19 Wolf Goji beri/ Kici Biji Padat Tergantung China - -
Berry individu
20 Zhen Qi Margarita, Astragali Radix, Polygonati Campuran Kapsul 3x3 Harbin Tong - POM
Jiang Rhizoma, Scutellariae Radix, kapsul/hari, Yi Tang
Tang Jiao Rehmanniae Radix, Trichosanthis Radix, Peroral Pharmaceutical
Nang Ophiopogonis Radix, Dendrobii Caulis, co., Ltd
Dioscorease Rhizoma