Anda di halaman 1dari 71

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Skripsi Sarjana

2017

Gambaran Sediaan Herbal Obat


Diabetes Melitus Tipe 2 yang Beredar di
Pasaran di Kecamatan Medan Kota

Ricky
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4678
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN SEDIAAN HERBAL OBAT DIABETES
MELITUS TIPE 2 YANG BEREDAR DI PASARAN DI
KECAMATAN MEDAN KOTA

SKRIPSI

Oleh :

Ricky
140100213

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN SEDIAAN HERBAL OBAT DIABETES
MELITUS TIPE 2 YANG BEREDAR DI PASARAN DI
KECAMATAN MEDAN KOTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Kedokteran

Oleh :

Ricky
140100213

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Penelitian yang dilaksanakan
berjudul “Gambaran Sediaan Herbal Obat Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Beredar
Di Pasaran Di Kecamatan Medan Kota” yang merupakan salah satu syarat untuk
mencapai kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala rasa
hormat, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,
M.Hum.
2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr. Aldy
Safruddin Rambe, Sp.S(K).
3. Dosen Pembimbing, dr. Tri Widyawati, MSi, PhD yang telah memberikan
banyak arahan dan masukan bagi penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
4. Dosen Penguji, dr. Mega Sari Sitorus, M.Kes., Sp.PA dan dr. Yoan
Carolina, MKT yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-
nasihat dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. Dosen Pembimbing Akademik, dr. Olga Rasiyanti Siregar, M.Ked(Ped),
Sp.A yang telah membimbing selama menempuh pendidikan di FK USU.
6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga
penyelesaian studi dan juga penulisan skripsi ini.
7. Seluruh responden yang telah sukarela meluangkan waktu yang telah
disediakan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

iii

Universitas Sumatera Utara


8. Orang tua penulis yang telah membesarkan penuh dengan kasih sayang dan
tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi dan pendidikan.
9. Kakak dan abang penulis yang telah mendoakan dan memberikan dukungan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Rekan- rekan penulis, terutama Dharsheena, Andra, Renaldo, Stephen,
Vincent, dan Winnie yang telah banyak membantu dan memberikan
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini
11. Semua pihak yang telah membantu baik dalam bentuk moril maupun materil
yang namanya tidak dapat disebutkan oleh penulis satu per satu.
Penulis memahami sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, segala saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangatlah diharapkan guna menyempurnakan
hasil penelitian skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 10 Desember 2017

Penulis
Ricky
140100213

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
Judul…………………………………………………………………….. i
Lembar Persetujuan…………………………………………………...... ii
Kata Pengantar………………………………………………………….. iii
Daftar Isi………………………………………………………………... v
Daftar Tabel…………………………………………………………….. vii
Daftar Gambar………………………………………………………….. vii
Daftar Singkatan………………………………………………………... ix
Abstrak………………………………………………………………… x
Abstract…………………………………………………………………. xi
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………... 2
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………. 2
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………… 2
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………... 4
2.1 Diabetes Melitus………………………………………... 4
2.1.1 Definisi…………………………………………… 4
2.1.2 Klasifikasi………………………………………... 4
2.1.3 Epidemiolgi………………………………………. 5
2.1.4 Patogenesis……………………………………….. 5
2.1.5 Diagnosis…………………………………………. 8
2.1.6 Tatalaksana……………………………………….. 9
2.1.6.1 Edukasi………………………………….. 10
2.1.6.2 Terapi Nutrisi Medis……………………. 11
2.1.6.3 Jasmani………………………………….. 11
2.1.6.4 Terapi Farmakologis……...…………….. 12
2.2 Obat Bahan Alam………………………………………... 16

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Jamu………………………………………………. 16
2.2.2 Obat Herbal Terstandar…………………………... 16
2.2.3 Fitofarmaka……………………………………….. 17
2.3 Kerangka Teori………………………………………….. 20
2.4 Kerangka Konsep………………………………………... 21
BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………... 22
3.1 Jenis Penelitian…………………………………………... 22
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian…………………………… 22
3.2.1 Tempat Penelitian………………………………… 22
3.2.2 Waktu Penelitian………………………………….. 22
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian…………………………. 22
3.3.1 Populasi Penelitian……………………………...... 22
3.3.2 Sampel Penelitian………………………………… 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data………………………………. 23
3.4.1 Definisi Operasional…………………………….. 23
3.5 Metode Analisis Data……………………………………. 24
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………….. 25
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………. 37
5.1 Kesimpulan ……………………………………………… 37
5.2 Saran………….………………………………………….. 38
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..... 39
LAMPIRAN………………………………………………………….... 44

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


2.1 Ringkasan rekomendasi glikemik untuk orang dewasa 9
tidak hamil dengan diabetes ……………………………….
2.2 Tanaman dengan efek antidiabetes yang telah diteliti…...... 18
4.1 Nama dagang, komposisi, dosis dan cara penggunaan obat
herbal diabetes di apotek dan toko obat berizin di
26
Kecamatan Medan Kota………………………………….
4.2 Tabel bagian tanaman yang digunakan dalam membuat
obat herbal diabetes di apotek dan toko obat berizin di
32
Kecamatan Medan Kota ……………………………….
4.3 Tabel distribusi bentuk sediaan obat herbal diabetes di
apotek dan toko obat berizin di Kecamatan Medan
33
Kota……........................................................................
4.4 Tabel distribusi registrasi obat herbal diabetes di apotek
dan toko obat berizin di Kecamatan Medan Kota………
34
4.5 Tabel distribusi penggolongan obat herbal diabetes di
apotek dan toko obat berizin di Kecamatan Medan
36
Kota……………………………………………………..

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Gambar kerangka teori……………………………………. 20
2.2 Gambar kerangka konsep…………………………………. 21
4.1 Peta Kecamatan Medan kota………………………………. 25
4.2 Gambar obat herbal diabetes yang beredar di pasaran di 29
Kecamatan Medan Kota …………………………………

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

BB : Berat badan
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
DM : Diabetes Melitus
DEPKES : Departemen Kesehatan
DPP : Dipeptidyl Peptidase
FFA : Free Fatty Acid
GFR : Glomerular Filtration Rate
GIP : Gastric Inhibitory Polypeptide
GLP : Glucose Like Peptide
gr : Gram
Kg : Kilogram
KGD : Kadar Gula Darah
Kkal : Kilokalori
mg : Miligram
ml : Mililiter
PPAR : Peroxisome Proliferator Activated Receptor
RI : Republik Indonesia
SGLT : Sodium Glucose Linked Transporter
TNM : Terapi Nutrisi Medis
TZD : Tiazoleidindion

ix

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Latar Belakang. Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula
darah puasa lebih dari 130mg/dL atau kadar gula setelah makan lebih dari 180mg/dL. Dalam
penatalaksanaannya, masyarakat tidak hanya menggunakan obat moderen sebagai pengobatan tapi
juga obat herbal. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sediaan obat herbal
yang beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota. Metode. Penelitian ini dilakukan secara
deskriptif. Data yang didapat disajikan secara deskriptif. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan ada
20 jenis obat herbal diabetes yang beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota. 52% bagian
tanaman yang digunakan adalah campuran dari beberapa tanaman dan bagian tanaman. Kapsul
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan (38%). 52% dari obat sudah teregistrasi
ke Badan Pengawas Obat dan Makanan. 80% obat tidak mencantumkan golongan obat herbal.
Kesimpulan. Ada beragam jenis obat herbal dengan bermacam-macam komposisi, bagian tanaman
yang digunakan dan bentuk sediaan yang beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota dan lebih
dari setengahnya sudah teregistrasi ke Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Kata Kunci: diabetes, herbal, Medan

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Background. Diabetes mellitus is a disease marked by fasting blood sugar levels more than
130mg/dl or blood sugar levels after meals is more than 180mg/dl. In the treatment, the population
not only use modern medicine but also herbal medicine. Purpose. This study purpose is to see the
picture of herbal medicine which is circulating in the market in Medan Kota district. Method. This
study was conducted descriptively, the data acquired are served descriptively. Result. The study
result show that there are 20 kind diabetes herbal remedies which is circulating in the market in
Medan Kota district. 52% parts of the plant used is a mix of many plant and many part. Capsule is
the most widely used dosage form (38%). 52% of drugs are already registered on Badan Pengawas
Obat dan Makanan. 80% of drugs do not include herbal medicine classes. Conclusion. There are
diverse kind of herbal medicine with various composition, part of the plant used and dosage form
which is circulating in the market in Medan Kota district and half of it already registered on Badan
Pengawas Obat dan Makanan.

Keyword: diabetes, herbal, Medan

xi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) atau lebih dikenal di masyarakat sebagai kencing


manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karateristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya (Soelistijo et al., 2015).
Menurut American Diabetes Association (ADA) (2017) DM adalah
penyakit kronis kompleks yang memerlukan perawatan medis berkelanjutan
dengan strategi pengurangan resiko multifaktorial diluar kendali glikemik.
World Health Organization (WHO) (2016) menyatakan populasi yang
menderita diabetes pada tahun 2014 telah mencapai 8,5% atau sekitar 422 juta
penduduk. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2013, prevalensi
DM di Indonesia sebesar 2,1% dari 176 juta penduduk atau sekitar 3,6 juta
penduduk, sedangkan di Sumatera Utara prevalensi DM sebesar 2,4% dari 8,9 juta
penduduk atau sekitar 200 ribu penduduk. Sumatera Utara menduduki peringkat
ke-12 dengan prevalensi DM terbesar di Indonesia.
Penatalaksanaan DM dibagi dua, secara nonfarmakologis dan secara
farmakologis, yaitu dengan obat-obatan penurun kadar gula darah (KGD) seperti
insulin dan obat anti diabetik oral (Soelistijo et al., 2015).
Faktanya beberapa masyarakat masih menggunakan obat herbal untuk
pengobatan diabetes (Widyawati et al., 2015). Penggunaan obat herbal ini
dikarenakan beberapa faktor yaitu (Odorlina dan Harianja, 2014) :
 Faktor dasar: adat istiadat, kepercayaan dan pandangan hidup
 Faktor pendukung: pertimbangan ekonomis dan kemudahan akses
 Faktor pendorong: media massa dan penyuluhan, tokoh atau orang lain dan
tingkat keseriusan penyakit.

1
Universitas Sumatera Utara
2

Saat ini ada lebih dari 1000 tanaman dan produknya telah dilaporkan
digunakan dalam pengontrolan diabetes dari sistem obat tradisional dari banyak
budaya di dunia (Trojan-Rodrigues et al., 2012), (Coman et al., 2012), (Marles &
Farnsworth, 1995). Penelitian di puskesmas Sering di Medan menunjukkan bahwa
ada 20 jenis tanaman dari 35 penderita DM yang digunakan sebagai obat dan
beberapa diantaranya sudah dilakukan uji khasisat secara ilmiah (Widyawati et al.,
2015).
Obat herbal adalah obat yang mengandung suatu bagian tanaman atau
ekstrak tanaman yang mengandung beberapa komponen tanaman, yang biasanya
berkerja secara sinergis. Komponen ini dapat berasal dari berbagai macam bagian
dari tanaman namun paling sering berasal dari daun, akar biji atau bunga
(Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan studi potong lintang untuk mengetahui gambaran sediaan obat herbal
yang ada di pasaran.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut:
Bagaimana gambaran sediaan dari obat herbal antidiabetes yang beredar di
pasaran di Kecamatan Medan Kota ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui gambaran sediaan herbal
antidiabetes yang beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota.

1.3.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui nama dagang sediaan obat herbal sebagai antidiabetes yang
beredar di pasaran.

Universitas Sumatera Utara


3

2. Mengetahui komposisi sediaan obat herbal antidiabetes.


3. Mengetahui bentuk sediaan obat herbal anti diabetes.
4. Mengetahui dosis dan cara penggunaan sediaan obat herbal antidiabetes
5. Mengetahui produsen sediaan obat herbal antidiabetes

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, dapat mengetahui gambaran dari sediaan obat herbal yang
beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota.
2. Bagi institusi pendidikan, dapat dijadikan masukan untuk memperkaya
bahan pustaka yang berguna untuk pembaca secara keseluruhan dari
penelitian selanjutnya serta dapat dijadikan motivasi untuk mengadakan
penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi atau sumber data
untuk penelitian sejenis berikunya yang akan melakukan penelitian
dengan menggunakan metode dan variable yang lebih kompleks.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus

2.1.1. Definisi

Diabetes adalah penyakit kronis kompleks yang memerlukan perawatan


medis berkelanjutan dengan strategi pengurangan resiko multifaktorial diluar
kendali glikemik (ADA, 2017).
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karateristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya (Soelistijo et al., 2015).

2.1.2. Klasifikasi

Diabetes dapat di klasifikasikan dalam kategori di bawah (ADA, 2017):


1. Diabetes tipe-1 (karena penghancuran sel beta autoimun, biasanya
menyebabkan defisiensi absolut insulin).
Diabetes tipe ini yang sebelumnya disebut juga insulin – dependent
diabetes, diderita 5 – 10% dari seluruh penderita diabetes.
2. Diabetes tipe-2 (karena pengurangan progesif dari sekresi sel beta
insulin).
Diabetes tipe ini yang sebelumnya disebut sebagai non-insulin-
dependent diabetes, diderita 90 – 95% dari seluruh penderita diabetes.
3. DM masa kehamilan (Diabetes mellitus gestasional) (Diabetes yang
didiagnosa di trimester kedua atau ketiga saat hamil yang tidak jelas
karena adanya kehamilan).
4. Tipe diabetes spesifik karena hal lain, contoh : Monogenik diabetes
sindrom dan diabetes yang dipaksa dengan obat atau bahan kimia.

4
Universitas Sumatera Utara
5

2.1.3. Epidemiologi

Berdasarkan wawancara yang dilakukan Mentri Kesehatan RI (Kementrian


Kesehatan RI, 2013) untuk mendapatkan proporsi DM pada usia 15 tahun ke atas,
yaitu proporsi penduduk yang pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh
dokter dan penduduk yang belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh
dokter tetapi dalam 1 bulan terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus,
sering buang air kecil dengan jumlah banyak dan berat badan menurun. Proporsi
penduduk yang mengalami gejala DM namun belum terdiagnosis diabetes dapat
menunjukan besarnya jumlah penduduk Indonesia.
Dari data Kementrian Kesehatan RI (2013), dari 176.689.336 penduduk
Indonesia dengan umur diatas 14 tahun, diperkirakan 2.650.340 pernah terdiagnosis
menderita diabetes oleh dokter dan 1.060.136 diperkirakan mengalami gejala
diabetes, sedangkan di Sumatera Utara dari 8.939.623 penduduk dengan umur
diatas 14 tahun, diperkirakan 160.913 pernah terdiagnosis menderita diabetes oleh
dokter dan 44.698 diperkirakan mengalami gejala diabetes

2.1.4. Patogenesis

Resistensi insulin pada otot hati serta kegagalan sel beta pankreas telah
dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2. Belakangan ini
diketahui diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat
daripada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, hati dan sel beta, organ lain
seperti: jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi
incretin), sel alfa pankreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorbs
glukosa), dan otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam
menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM tipe-2. Kedelaan hal
ini disebut oleh DeFronzo (2009) sebagai ominous octet.

Universitas Sumatera Utara


6

Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan hal


(omnious octet) berikut (DeFronzo, 2009) dan (Soelistijo et al., 2015):
1. Kegagalan sel beta pankreas:
Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah
sangat berkurang. Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini
adalah sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor.
2. Hati:
Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan
memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan
basal oleh hati (HGP=hepatic glucose production) meningkat. Obat
yang bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan proses
gluconeogenesis.
3. Otot:
Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang
multiple di intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga
timbul gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis
glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur
ini adalah metformin, dan tiazolidindion.
4. Sel Lemak:
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas
(FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Penigkatan FFA akan
merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin
di hati dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan
yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang
bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion.
5. Usus:
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar
dibanding kalau diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai
efek incretin ini diperankan oleh 2 hormon GLP-1 (glucagon-like
polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent insulinotrophic polypeptide

Universitas Sumatera Utara


7

atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide).


Pada penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi GLP-1 dan resisten
terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh
keberadaan ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa
menit. Obat yang bekerja menghambat kinerja DPP-4 adalah kelompok
DPP-4 inhibitor.
Saluran pencernaan juga mempunyai peran dalam penyerapan
karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-glukosidase yang memecah
polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian diserap oleh usus
dan berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat yang
bekerja untuk menghambat kinerja ensim alfa-glukosidase adalah
akarbosa.
6. Sel Alfa Pankreas:
Sel-α pankreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam
hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam
sintesis glukagon yang dalam keadaan puasa kadarnya di dalam plasma
akan meningkat. Peningkatan ini menyebabkan HGP dalam keadaan
basal meningkat secara signifikan disbanding individu yang normal.
Obat yang menghambat sekresi glukagon atau menghambat reseptor
glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP-4 inhibitor dan amylin.
7. Ginjal:
Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam
pathogenesis DM tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa
sehari. Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap
kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co- Transporter) pada
bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan di
absorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden,
sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM
terjadi peningkatan ekspresi gen SGLT-2. Obat yang menghambat
kinerja SGLT-2 ini akan menghambat penyerapan kembali glukosa di
tubulus ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang

Universitas Sumatera Utara


8

bekerja di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah salah


satu contoh obatnya.
8. Otak:
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu
yang obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan
hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme kompensasi dari
resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru meningkat
akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang
bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin dan bromokriptin.

2.1.5. Diagnosis

Menurut WHO (2006) metode dan kriteria untuk diagnosis diabetes yaitu:
1. Gejala diabetes (contohnya polyuria, polydipsia dan penurunan berat
badan tanpa sebab untuk tipe-1) ditambah:
 Konsentrasi plasma glukosa random vena ≥ 11,1 mmol/l atau
 Konsentrasi plasma glukosa puasa ≥ 7,0 mmol/l (whole blood ≥6,1
mmol/l) atau
 Konsentrasi plasma glukosa dua jam ≥ 11,1 mmol/l dua jam setelah
anhidros glukosa 75g dalam oral glucose tolerance test (OGTT).
2. Tanpa gejala diagnosis tidak boleh ditentukan hanya dengan satu
pemeriksaan glukosa tetapi membutuhkan confirmatory plasma venous
determination. Setidaknya membutuhkan pengukuran glukosa satu kali
lagi di hari lain dengan hasil di jarak diabetes, antara puasa, random atau
dua jam setelah pemberian glukosa.

Pemeriksaan HbA1c (Glycated Haemoglobin) juga direkomendasi sebagai


diagnosis diabetes. HbA1c pada penderita diabetes akan melebihi nilai
48mmol/mol (6,5%). Jika pasien tanpa gejala diabetes memiliki hasil pemeriksaan
HbA1c >48mmol/mol (6,5%) maka pemeriksaan dilakukan kembali dan jika hasil
kedua <48mmol/mol (6,5%) maka pasien memiliki resiko tinggi diabetes dan harus
diperiksa ulang dalam 6 bulan.

Universitas Sumatera Utara


9

2.1.6. Tatalaksana

Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup


penderita diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa


darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien
secara komprehensif (Soelistijo et al., 2015).
American Diabetes Association (2017) merekomendasikan parameter yang
dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan diabetes.

Tabel 2.1 Ringkasan rekomendasi glikemik untuk orang dewasa tidak hamil
dengan diabetes.2
A1C 7.0% (53 mmol/mol)
Preprandial Capilary Plasma Glucose 80 – 130 mg/dL (4.4 – 7.2 mmol/L)
Peak postprandial capillary plasma 180 mg/dL (10.0 mmol/L)
glucose

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2015), terdapat empat


pilar utama dalam penatalaksanaan DM yaitu:
a) Edukasi
b) Terapi Nutrisi Medis (TNM)
c) Jasmani
d) Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi
nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan
obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.

Universitas Sumatera Utara


10

2.1.6.1. Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terbagi menjadi materi edukasi
tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan (Soelistijo et al., 2015).

a) Materi Penatalaksanaan tingkat awal dilaksanakan di pelayanan kesehatan


primer yang meliputi:
 Materi tentang perjalanan penyakit DM.
 Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
 Penyulit DM dan risikonya.
 Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan.
 Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.
 Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah
atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak
tersedia).
 Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
 Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
 Pentingnya perawatan kaki.
 Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan

b) Materi Penatalaksanaan tingkat lanjut dilaksanakan di pelayanan kesehatan


tingkat sekunder dan/atau tersier yang meliputi:
 Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
 Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.
 Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.
 Rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga prestasi).
 Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari sakit).

Universitas Sumatera Utara


11

 Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir


tentang DM.
 Pemeliharaan/perawatan kaki.

2.1.6.2. Terapi Nutrisi Medis

Prinsip pengaturan makan pada penderita DM hampir sama dengan anjuran


makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Standar yang dianjurkan
adalah makanan dengan komposisi yang seimbang sesuai dengan kecukupan gizi
sebagai berikut:

 Karbohidrat: 45 – 65%
 Lemak: 20 – 25%
 Protein: 10 – 20%
 Natrium <2300mg perhari
 Serat 20 – 35 gr perhari

Jumlah kalori disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhinya seperti:


jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan dan lain-lain. Jumlah kalori yang
dibutuhkan dihitung dari berat badan ideal dikali kebutuhan kalori basal
(30 Kkal/kgBB untuk pria dan 25 Kkal/kgBB untuk wanita). Kemudian dapat
bertambah maupun berkurang sesuai faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
kalori (Soelistijo et al., 2015).

2.1.6.3. Jasmani

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar utama dalam terapi DM tipe-2.
Latihan jasmani dilakukan 3-4 kali seminggu selama 30-45 menit dengan total 150
menit perminggu. Jeda antar latihan tidak boleh lebih dari 2 hari berturut-turut.
Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memprbaiki sensitivitas
insulin, seingga memperbaiki kadar glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan merupakan latihan jasmani aerobik dengan intensitas menengah

Universitas Sumatera Utara


12

(50-70% dari denyut jantung maksimal, denyut jantung maksimal dapat dihitung
dengan mengurangi angka 220 dengan umur penderita) seperti jalan cepat,
bersepeda santai, jogging, dan berenang (Soelistijo et al., 2015).

2.1.6.4. Terapi Farmakologis

Terapi farmkologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan (Soelistijo et al.,
2015).
1. Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya obat antihipergikemia dibagi menjadi 5:
a. Pemacu Sekresi Insulin
 Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Efek samping utama
adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan
 Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi
insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat
yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian
secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini
dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. Efek samping yang
mungkin terjadi adalah hipoglikemia.
b. Peningkat Sensitivitas Terhadap Insulin
 Metformin
Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi
glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan
glukosa di jaringan perifer. Metformin merupakan pilihan
pertama pada sebagian besar kasus DM tipe-2. Efek samping
yang mungkin berupa gangguan saluran pencernaan seperti

Universitas Sumatera Utara


13

halnya gejala dispepsia.


 Tiazoleidindion (TZD)
Tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome
Proliferator Activated Receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu
reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati.
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin
dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer.
Tiazolidindion meningkatkan retensi cairan tubuh jantung
karena dapat memperberat edema/retensi cairan. Obat yang
masuk dalam golongan ini adalah Pioglitazone.
c. Penghambat Absorpsi Glukosa di Saluran Pencernaan
 Penghambat Alfa Glukosidase Obat ini bekerja dengan
memperlambat absorbsi glukosa dalam usus halus, sehingga
mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah
makan. Penghambat glukosidase alfa tidak digunakan pada
keadaan: GFR≤30ml/min/1,73 m2, gangguan faal hati yang
berat, irritable bowel syndrome. Efek samping yang mungkin
terjadi berupa bloating (penumpukan gas dalam usus) sehingga
sering menimbulkan flatus. Guna mengurangi efek samping
pada awalnya diberikan dengan dosis kecil. Contoh obat
golongan ini adalah Acarbose.
d. Penghambat DPP – IV (Dipeptidyl Peptidase - V)
Obat golongan penghambat DPP-IV menghambat kerja
enzim DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucose Like Peptide-1) tetap
dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif. Aktivitas GLP-1
untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon
bergantung kadar glukosa darah (glucose dependent). Contoh obat
golongan ini adalah Sitagliptin dan Linagliptin.
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose CO - Transporter 2)
Obat golongan penghambat SGLT-2merupakan obat

Universitas Sumatera Utara


14

antidiabetes oral jenis baru yang menghambat penyerapan kembali


glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara menghambat kinerja
transporter glukosa SGLT-2. Obat yang termasuk golongan ini
antara lain: Canagliflozin, Empagliflozin, Dapagliflozin,
Ipragliflozin.

2. Obat Antihiperglikemia Suntik


Yang termasuk kedalam obat anti hiperglikemia suntik adalah
insulin dan agonis GLP-1.
a. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
 HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi metabolik
 Penurunan berat badan yang cepat
 Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
 Krisis Hiperglikemia
 Gagal dengan kombinasi obat antihiperglikemia oral dosis
optimal
 Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard
akut, stroke)
 Kehamilan dengan DM/Diabetes melitus gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
 Kontraindikasi dan atau alergi terhadap obat
antihiperglikemia oral
 Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi

Insulin sesuai dengan waktu kerjanya terbagi menjadi 5:


 Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
 Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
 Insulin kerja menengah (Intermediate- acting insulin)
 Insulin kerja panjang (Long-acting insulin)

Universitas Sumatera Utara


15

 Insulin kerja sangat panjang (Ultra long-acting insulin)


b. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1
merupakan pendekatan baru untuk pengobatan DM. Agonis
GLP-1 dapat bekerja pada sel-beta sehingga terjadi peningkatan
pelepasan insulin, mempunyai efek menurunkan berat badan,
menghambat pelepasan glukagon dan menghambat nafsu
makan. Efek samping yang timbul pada pemberian obat ini
antara lain rasa sebah dan muntah. Obat yang termasuk golongan
ini adalah: Liraglutide, Exenatide, Albiglutide dan Lixisenatide.

3. Terapi Kombinasi
Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu
dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara
bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Bersamaan dengan
pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan
pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi obat
antihiperglikemia oral sejak dini.
Terapi dengan obat antihiperglikemia oral kombinasi, harus
dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme
kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral dari
kelompok yang berbeda atau kombinasi obat antihiperglikemia oral
dengan insulin.
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai
dengan pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin
kerja panjang). Insulin kerja menengah harus diberikan jam 10 malam
menjelang tidur, sedangkan insulin kerja panjang dapat diberikan sejak
sore sampai sebelum tidur. Dosis awal insulin basal untuk kombinasi
adalah 6-10 unit, kemudian dilakukan evaluasi dengan mengukur kadar
glukosa darah puasa keesokan harinya.

Universitas Sumatera Utara


16

2.2. Obat Bahan Alam

Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal
dari alam (tumbuhan dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi
3 jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka (Lestari, 2007).

2.2.1. Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang diracik dengan menggunakan


bahan tanaman sebagai penyusun jamu tersebut. Satu jenis jamu dapat disusun dari
berbagai tanaman yang jumlahya antara 5 – 10 macam, bahkan lebih (BPOM). Jamu
tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti
empiris (Soelistijo et al., 2015).

2.2.2. Obat Herbal Terstandar

Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan
bakunya telah di standarisasi (ADA, 2007). Obat herbal ini umumnya ditunjang
oleh pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinis. Penelitian ini meliputi
standarisasi kandungan senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun, standarisasi
pembuatan ekstrak yang higenis, serta uji toksisitas akut maupun kronis (Winata,
2013).
Umumnya, herbal standar telah mengalami pemrosessan, misalnya berupa
ekstrak atau kapsul. Ekstrak dari herbal tersebut telah diteliti khasiat dan
keamanannya melalui uji pra klinis. Uji tersebut melalui beberapa proses antara
lain: uji penerapan standar kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak, higenitas,
serta uji toksisitas (Winata, 2013).

Universitas Sumatera Utara


17

2.2.3. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan


khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah
memenuhi persyaratan yang berlaku. Fitofarmaka harus didukung oleh hasil
penelitian dengan protocol yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
Pengujian meliputi toksisitas, uji efek, farmakologik, uji klinik, uji kualitas dan
pengujian lain yang dipersyararkan (Menkes RI, 1992).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2 Tanaman dengan efek antidiabetes yang telah di teliti

No. Nama Nama Latin Bagian Bentuk Uji coba Dosis Cara Kandungan Referensi
Indonesia Sediaan Penggunaan Kimia

1. Sirih Merah Piper Daun Air Tikus 2,4ml Oral Flavonoid Liestiono
crocatum rebusan wistar Alkaloid et al.,
Tanin 2015

2. Sendok Plantago Daun Ekstrak Tikus 0,38, - Flavonoid Ayu et al.,


major L. ethanol galur 0,756, 2014
wistar 1,5
g/kg
3. Inai Lawsonia Daun Ekstrak Mencit 0,8 - - Inawati et
inermis Linn. ethanol mg/kg al., 2006

4. Pepaya Carica papaya Daun Ekstrak Tikus 400 Oral Flavonoid, Johnson et
Biji ethanol wistar mg/kg sekali sehari Alkaloid, al., 2015
Saponin,
Tanin, dll

5. Kayu Manis Cinnamomum Kayu Kapsul Manusia 2gr Oral - Aljamal,


berisi 2009
bubuk
18

Universitas Sumatera Utara


6. Sirsak Annona Daun Ekstrak Tikus 100- Oral - Florence
muricata air 200 et al.,
mg/kg 2014

7. Mahkota Phaleria Buah Ekstrak Sprague 1 g/kg Oral Flavonoid, Rabyah


Dewa macrocarpa Air, Dawley Alkaloid et al.,
Methanol, 2012
Petroleum
Ether
8. Teh Hijai Camellia Daun Ekstrak Tikus 100, Oral - Haidari
sinensis ethanol wistar 200 et al.,
mg/kg 2013

9. Kumis Orthosiphon Daun Ekstrak Sprague 1 g/kg Oral, 2 kali Terpenoids, Mohamed
Kucing stamineus chlorofo Dawley sehari Flavonoids et al.,
rm 2013

10. Sambung Gynura Daun Ekstrak Sprague 1 g/kg Oral Flavonoid Algariri
Nyawa procumbens ethanol Dawley et al.,
2013
19

Universitas Sumatera Utara


20

2.3. Kerangka Teori

Definisi Diabetes

Patofisiologi: Klasifikasi:
Diabetes Tipe-2 Diabetes tipe-1
Diabetes tipe-2
Diabetes Gestational
Epidemiologi Diabetes lainnya

Terapi Tatalaksana Terapi Farmakologi


Nonfarmakologi

Obat Konvensional
Obat Tradisional

Jamu Obat Herbal Fitofarmaka Dan Lain Lain


Terstandar

 Nama Dagang
 Bagian yang
- - - - - : Diteliti
Digunakan
 Komposisi
: Tidak diteliti
 Bentuk Sediaan
 Dosis

Gambar 2.1. Gambar kerangka teori

Universitas Sumatera Utara


21

2.4. Kerangka Konsep

Herbal di pasaran Anti diabetes

Gambar 2.2. Gambar kerangka konsep

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis deskriptif
dengan melakukan observasi untuk melihat sediaan herbal antidiabetik yang
beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota dengan rancangan penelitian cross
sectional.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian di lakukan di beberapa apotek dan toko obat di Kecamatan Medan


Kota. Pemilihan tempat ini dimaksudkan karena merupakan tempat yang berpotensi
menjual sediaan herbal untuk merawat penyakit diabetes.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu pengambilan dan pengumpulan data dilakukan selama 4 bulan dari


bulan September hingga November 2017 setelah mendapat izin dari Komisi Etik
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh apotek dan toko obat yang ada di
Kecamatan Medan Kota, yaitu 41 apotek dan 25 toko obat.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sample penelitian menggunakan metode total sampling dengan cara


mengambil seluruh populasi sebagai sample penelitian.

22
Universitas Sumatera Utara
23

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan subjek penelitian ini
adalah:

1. Kriteria Inklusi
 Seluruh Apotek dan Toko Obat Berizin yang menjual obat herbal
dan memberikan izin
2. Kriteria Eksklusi
 Obat Tradisional yang mengandung bahan selain tanaman

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara melakukan


observasi ke apotek dan toko obat di Kecamatan Medan Kota

3.4.1. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian perlu untuk menghindari perbedaan dan


menyamakan persepsi dalam menginterpretasikan masing-masing variable
penelitian.
1. Gambaran adalah uraian, keterangan atau penjelasan.
2. Obat tradisional atau obat herbal adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat.
3. Obat herbal adalah obat tradisional yang tidak mengandung bahan lain
selain tumbuhan.
4. Obat diabetes adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati
diabetes.

Universitas Sumatera Utara


24

3.5. Metode Analisis Data

Sesuai dengan jenis penelitian, maka analisa terhadap data yang terkumpul
dilakukan secara deskriptif yang disertai tabel, narasi dan pembahasan tentang
sediaan herbal antidiabetik

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di apotek dan toko obat berizin di Kecamatan


Medan Kota dengan koordinat 3.56270 N, 98.69580 E. Sebanyak 41 apotek dan 25
toko obat berizin yang teregistrasi di Dinas Kesehatan Kota Medan yang
dimasukkan dalam penelitian ini.

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Medan Kota

Dari 13 apotek dan 8 toko obat berizin yang disurvei, diketahui daftar nama
dagang, komposisi, dosis dan cara penggunaan obat herbal diabetes sebagaimana
tercantum pada tabel 4.1

25
Universitas Sumatera Utara
26

Tabel 4.1 Nama dagang, komposisi, dosis dan cara penggunaan obat herbal
diabetes di apotek dan toko obat berizin di Kecamatan Medan Kota

Nama dagang Komposisi Dosis dan cara


penggunaan
Anglubet SpecifikPanax ginseng, Glycyrrhzae, 3x3 pil/hari, Peroral
Juk Tsyn Wan Ophiapogonis, Poria,
Astragalus, Rieger
Beras Hitam Oryza sariva L.indica Direbus, peroral
Bunga Merah Crocus sativus L. stigma Direbus, peroral
Chong Cao & Ling Cordyceps sinensis, 3x4 kapsul/hari,
Zhi Xiang Tang Ganoderma lucidum, Peroral
Capsule Momordicae, Paenoiae alba,
Rehmaniae, Rhizoma
Dioscoreae, Cornus, Rhizoma
Alismatis, Poria
Diabemed Gymnema sylvestre folium 3x1 kapsul/hari,
Peroral
Garcia Garcinia mangostana linn. 3x3 kapsul/hari,
Peroral
Gentong Mas Nigella sativa, Arenga 1x1 saset/hari,
pinnata Diseduh, peroral
Glucotrim Phaseolus vulgaris 1x2 kapsul/hari,
Peroral
Insulfit Smallanthus sonchifolius 2x2 kapsul/hari,
Peroral
Mastin Garciniae fructus cortex 2x2 kapsul/hari,
extract Peroral
Tahesta Air, Malus, Gula, Ragi (cuka 1-2SDM 3x/hari,
sari apel) Peroral
Teh Kelopak Hibiscus saladariffa 3x/hari, Diseduh
Bunga MHS
Rosela
Teh MHS Daun Piper ornatun, Gynura 1-3 kantung/hari,
Sirih Merah divaricata, Teh hitam Diseduh, peroral
Teh Sanna Al- Cassia occidentalis 1x1 saset/hari,
Sunnah diseduh, Peroral
Tribetis Dioscoreae rhizoma, 3x8 pil/hari, Peroral
Denbrobius, Astragalus,
Panax ginseng,Paeonia
suffruticosa Andr., Clematis,
Alisma plantago-aquatica
Tu Fu Ling Smilax glabra Direbus, peroral
Virgin Coconut Oil Asam Kaprilat, Asam D: 3x1 SDM/hari, A:
Miristat, Asam Aurat, Asam 2x1 SDM/hari, Peroral

Universitas Sumatera Utara


27

Stereat, Air (minyak kelapa


muda)
Wei Yi Wang Fagopyrum tataricum, 3x1 kapsul/hari,
Astrogalus, Ligustri lucidi, Peroral
Crataegua, Rhus chinensis
Wolf Berry Lycium barbarum Tergantung individu,
peroral
Zhen Qi Jiang Argyranthemum, Astragalus, 3x3 kapsul/hari,
Tang Jiao Nang Polygonati Rhizoma, Peroral
Scutellariae, Rehmanniae
Radix, Trichosanthes,
Ophiopogon, Dendrobius,
Dioscorease rhizoma

Berdasarkan tabel 4.1 ada 20 nama dagang obat herbal sebagai antidiabetes yaitu,
Anglubet Specifik Juk Tsyn Wan, Beras Hitam, Bunga Merah, Chong Cao & Ling
Zhi Xiang Tang Capsule, Diabemed, Garcia, Gentong Mas, Glucotrim, Insulfit,
Mastin, Tahesta, Teh Kelopak Bunga MHS Rosela, Teh MHS Daun Sirih Merah,
Teh Sanna Al-Sunnah, Tribetis, Tu Fu Ling, Virgin Coconut Oil, Wei Yi Wang,
Wolf Berry, Zhen Qi Jiang Tang Jiao Nang. Komposisi dari obat herbal diabetes
bervariasi, ada yang dalam bentuk simplisia dan ada juga dalam bentuk ekstrak.
Dosis obat bervariasi namun lebih banyak mengarah ke pemakaian 3 kali sehari,
semua cara penggunaan obat herbal dari data yang dikonsumsi peroral, hal ini
sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh Kusyanti 2016 yang menyatakan bahwa
cara penggunaan obat herbal diabetes tersering adalah diminum dan dimakan.
Beberapa jenis tanaman yang digunakan sebagai bahan utama pada obat
yang ada pada tabel 4.1 sudah dikaji baik secara pre-klinik maupun klinik. Kajian
Dey (2003) menunjukkan bahwa Panax ginseng (R/ Anglubet Specifik Juk Tsyn
Wan) 150mg/kg ekstrak akar mampu menurunkan KGD pada tikus (Dey et al.,
2003). Kajian dari Mohajeri (2008) Menunjukkan bahwa ekstrak ethanol Crocus
sativus L. stigma (R/ Bunga Merah) 40mg/kg mampu menurunkan KGD tikus
diabetes (Mohajeri et al., 2015).
Kajian dari Wei (2012) menunjukkan bahwa ekstrak Cordyceps sinensis
(R/ Chong Cao & Ling Zhi) 300mg/kg/hari mampu mendukung kelangsungan
hidup sel beta pankreas pada tikus diabetes (Wei et al., 2012). Kajian dari Fukunaga

Universitas Sumatera Utara


28

(1997) menunjukkan bahwa ekstrak Smilax glabra (Tu Fu Ling) 100 mg/kgBB
mampu menurunkan KGD pada tikus normal dan diabetes dengan administrasi
intraperitoneal (Fukunaga et al., 1997). Kajian dari Iranloye (2013) menunjukkan
bahwa Virgin coconut oil dengan dosis 7.5ml/kg dan 10ml/kg mampu menurunkan
KGD dan peningkatan toleransi glukosa oral pada tikus (Iranloye et al., 2013).
Kajian dari Taher (2006) menunjukkan bahwa ekstrak etanol Garcinia
mangostana linn. (R/ Garcia) 200 mg/kg mampu menurunkan KGD tikus diabetes
(Taher M et al., 2016). Kajian dari Atchibri (2010) menunjukkan bahwa Phaseolus
vulgaris (R/ Glucotrim) 300mg/kg mampu menurunkan KGD tikus wistar yang
hiperglikemia (Atchibri et al., 2010). Kajian dari El Rabey (2017) menunjukkan
bahwa ekstrak Nigella sativa (R/ Gentong Mas) mampu menurunkan hiperglikemia
pada tikus diabetes (El Rabey et al., 2017).
Kajian dari Carolo (2017) menujukkan bahwa ekstrak hydroethanol
Smallanthus sonchifolius (R/ Insulfit) 100mg/kg mampu menurunkan KGD tikus
diabetes (Carolo et al., 2017). Kajian dari Iman (2015) menunjukkan bahwa apple
cider vinegar (Tahesta) dapat meurunkan KGD pada tikus diabetes (Iman et al.,
2015). Kajian dari Dewi (2014) menunjukkan bahwa ekstrak etanol Piper ornatum
(Teh MHS Daun Sirih Merah) 50mg/kg - 100mg/kg mampu menurunan KGD pada
tikus diabetes (Dewi et al., 2014). Kajian dari Fan (2015) menunjukkan bahwa
ekstrak air Dioscoreae opposita thumb (Tribetis) 400mg/kg mampu meningkatkan
pembuangan glukosa pada tikus dibetes (Fan et al., 2015).
Kajian dari Gao (2010) menunjukkan bahwa Fagopyrum tataricum (Wei Yi
Yang) yang diberikan pada tikus diabetes menghasilkan penurunan KGD,
pencegahan obesitas dan meningkatkan sensitifitas insulin dalam darah (Gao &
You, 2001). Kajian Verma (2010) menunjukkan bahwa ekstrak air Cassia occident
(R/ Teh Sanna Al-Sunnah) 200mg/kg mampu menurunan KGD pada tikus diabetes
(Verma, L et al., 2010).
Selain kajian pre-klinik ada juga kajian klinik yaitu, kajian dari Huizhen
(2015) menunjukkan bahwa bubuk Lycium barbarum (Wolf Berry) 300
mg/kgBB/hari mampu menurunkan serum glukosa pada pasien yang menderita
diabetes tipe-2 (Huizhen C et al., 2015). Kajian dari Baskaran (1990) menunjukkan

Universitas Sumatera Utara


29

bahwa ekstrak daun gymnema sylvestre (R/ Diabemed) 400mg/hari mampu


menurunkan KGD pasien dengan diabetes tipe-2 (Baskaran et al., 1990). Kajian
dari Khosravi (2009) menunjukkan bahwa Hibiscus sabdariffa (Teh Kelopak
Bunga MHS Rosela) yang diberikan 2 kali sehari mampu menurunkan KGD pada
Pasien (Mozaffari-Khosravi et al., 2009).
Argyranthemum frutescens (R/ Zhen Qi Jiang Tang Jiao Nang) masih belum
ditemukan penelitian yang mampu mendukung tanaman ini memiliki efek sebagai
obat herbal antidiabetes. Begitu pula dengan Oryza sativa L. indica (R/ Beras
hitam) belum ditemukan penelitian yang dapat mendukung.

1. Anglubet
2. Beras Hitam

3. Bunga Merah
4. Chong Cao & Ling Zhi Xi

Universitas Sumatera Utara


30

5. Diabemed 6. Garcia

7. Gentong Mas 8. Glucotrim

9. Insulfit 10. Mastin

11. Tahesta 12. Teh Kelopak Bunga Rosela

Universitas Sumatera Utara


31

13. Teh MHS Daun Sirih Merah 14. Teh Sanna Al Sunnah

15. Tribetis 16. Tufuling

17. Virgin Coconut Oil 18. Wei Yi Wang

20. Zhen Qi Jiang Tang Jiao Nang


19. Wolf Berry
Gambar 4.2 Gambar obat herbal diabetes yang beredar di pasaran di Kecamatan
Medan Kota

Universitas Sumatera Utara


32

Bentuk produk 20 bahan yang diidentifikasi dapat dilihat pada gambar 4.2,
ada yang berada dalam kemasan seperti botol saset maupun kotak, ada juga yang
merupakan bahan bakunya.
Bagian tanaman yang digunakan pada obat herbal diabetes dijelaskan pada
tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Tabel bagian tanaman yang digunakan dalam membuat obat herbal
diabetes di apotek dan toko obat berizin di Kecamatan Medan Kota
Bagian tanaman yang digunakan Kuantitas Persentase (%)
Akar 1 5,00
Biji 3 15,00
Buah 3 15,00
Bunga 1 5,00
Daun 5 25,00
Campuran 7 35,00
Total 20 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bagian tanaman yang digunakan dalam


membuat obat herbal diabetes, sebagian besar menggunakan campuran dari
berbagai bagian tanaman yaitu sebanyak 7 produk (35,00%). Selanjutnya, diikuti
oleh bagian daun sebanyak 5 produk (25,00%) lalu biji dan buah sebanyak 3 produk
(15,00%) masing-masing. Bagian akar dan bunga juga digunakan sebagai bahan
obat herbal diabetes ini, yaitu sebanyak 1 produk (5,00%) masing-masing.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh Kusyanti 2016 yang
menyatakan bahwa selain campuran, bagian tamanan yang paling sering digunakan
dalam obat herbal DM adalah daun.
Meskipun masyarakat berpersepsi bahwa obat herbal itu aman, penelitian
telah membuktikan bahwa produk tersebut memiliki bahaya yang sama dengan
senyawa aktif secara farmakologi. Dalam tabel 4.2 tercantum bahwa kebanyakan
obat herbal menggunakan campuran dari beberapa tanaman dan bagian tanaman,
hal ini dapat menyebabkan terjadinya interaksi obat. Interaksi obat herbal dapat
terjadi antar resep, suplemen makanan dan makanan membuatnya menjadi

Universitas Sumatera Utara


33

tantangan untuk mengidentifikasikan semua interaksi obat herbal (NCCIH 2015).


Interaksi obat yang terjadi dapat memperlihatkan efek sinergis atau antagonis (Ning
et al., 2014).
Bentuk sediaan obat yang digunakan dalam obat herbal diabetes dijelaskan
sebagaimana tercantum pada table 4.3.

Tabel 4.3 Tabel distribusi bentuk sediaan obat herbal diabetes di apotek dan toko
obat berizin di Kecamatan Medan Kota
Bentuk Sediaan Kuantitas Persentase (%)
Cairan 2 10,00
Kapsul 8 40,00
Padat 4 20,00
Pil 2 10,00
Serbuk 4 20,00
Total 20 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui sebagian besar bentuk sediaan obat herbal
diabetes adalah dengan bentuk kapsul dengan 8 produk (40,00%) yang kemudian
diikuti oleh bentuk padat dan serbuk dengan masing-masing 4 produk (20,00%).
Bentuk cairan dan pil juga digunakan dengan bentuk cairan 2 produk (10,00%) dan
bentuk pil 2 produk (10,00%).
Pada tabel 4.3 terdapat beragam bentuk sediaan obat, ini disebabkan karena
setiap bentuk sediaan obat memiliki keuntungannya masing-masing seperti, cairan
karena mudah diabsorbsi, dosis yang fleksibel dan mudah dibawa, kemudian ada
serbuk, serbuk paling banyak digunakan untuk tanaman yang mengandung perekat
air. Selanjutnya ada kapsul, kapsul adalah cara konvensional untuk mengurangi
aroma tidak sedap, terakhir ada tablet, tablet adalah bentuk sediaan yang
convensional karena tidak ada masalah dengan aroma maupun pelarut, namun tablet
memiliki formulasi tertentu (Green, 2017).

Universitas Sumatera Utara


34

Data distribusi registrasi obat herbal yang tercantum pada obat herbal
diabetes dijelaskan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Tabel distribusi registrasi obat herbal diabetes di apotek dan toko obat
berizin Kecamatan Medan Kota
Registrasi Kuantitas Persentase (%)
BPOM 11 55,00
DEPKES 4 20,00
Tidak tercantum 5 25,00
Total 20 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa 15 produk (75,00%) dari seluruh


data yang didapatkan telah terregistrasi dengan pembagian terregistrasi Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 11 produk (55,00%) dan terregistrasi
Departemen Kesehatan (DEPKES) 4 produk (20,00%). Namun masih ada 5 produk
(25,00%) yang tidak mencantumkan registrasinya.
Dalam pembuatan obat tradisional, industri obat tradisional harus membuat
obat tradisional sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, dalam
hal ini BPOM menerapkan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).
Beberapa syarat dasar dari CPOTB adalah:
1. semua proses pembuatan obat tradisional dijabarkan dengan jelas, dikaji
secara sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara
konsisten menghasilkan obat tradisional yang memenuhi persyaratan mutu
dan spesifikasi yang telah ditetapkan;
2. Tahap proses yang kritis dalam proses pembuatan, pengawasan dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi;
3. Tersedia semua sarana yang diperlukan untuk CPOTB termasuk:
 Personil yang terkualifikasi dan terlatih;
 Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai;
 Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
 Bahan, wadah dan label yang benar;

Universitas Sumatera Utara


35

 Prosedur dan instruksi yang disetujui; dan


 Tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.
4. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana
yang tersedia;
5. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar;
6. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan
dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan
jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;
7. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam
bentuk yang mudah diakses;
8. Penyimpanan dan distribusi obat tradisional yang dapat memperkecil risiko
terhadap mutu obat tradisional;
9. Tersedia sistem penarikan kembali bets obat tradisional mana pun dari
peredaran; dan
10. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi sertadilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan
pengulangan kembali keluhan.

Sebelum mengedaran obat tradisional, perlu dilakukan registrasi obat


tradisional sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor
007 tahun 2012, dimana terdapat peraturan mengenai izin edar, persyaratan
registrasi, tata cara registrasi, evaluasi kembali, kewajiban pemegang nomor izin
edar, sanksi, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
Pada nomor registrasi obat yang teregistrasi di BPOM terdapat kode seperti
TL dan TI yang memiliki arti TL: obat tradisional lokal dan TI: obat tradisional
impor (BPOM, 2010).

Universitas Sumatera Utara


36

Data penggolongan obat herbal diabetes yang didapatkan dijelaskan pada


tabel 4.5.

Tabel 4.5 Tabel distribusi penggolongan obat herbal diabetes di apotek dan toko
obat berizin Kecamatan Medan Kota
Golongan Kuantitas Persentase (%)
Jamu 3 15,00
Obat herbal terstandar 1 5,00
Fitofarmaka 0 0
Tidak tercantum 16 80,00
Total 20 100

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa pada hampir seluruh data obat herbal
diabetes yang didapatkan yaitu 16 produk (80,00%) tidak mencantumkan
penggolongannya, hanya ada 4 produk (20,00%) yang mencantumkan
penggolongannya yaitu golongan jamu 3 produk (15,00%) dan obat herbal
terstandar 1 produk (5,00%) dan tidak ada produk yang mencantumkan golongan
fitofarmaka. Berdasarkan tabel 4.5 banyak obat tidak mencantumkan
penggolongannya ini karena hingga tahun 2006 produk jamu yang memiliki izin
peredaran di Indonesia sudah ribuan sedangkan produk obat herbal terstandar hanya
17 dan produk dengan sertifikat fitofarmaka hanya 5 produk (Harmanto, 2007).

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai


berikut:
1. Terdapat 20 jenis obat herbal diabetes yang beredar di pasaran di Kecamatan
Medan Kota yaitu, Anglubet Specifik Juk Tsyn Wan, Beras Hitam, Bunga
Merah, Chong Cao & Ling Zhi Xiang Tang Capsule, Diabemed, Garcia,
Gentong Mas, Glucotrim, Insulfit, Mastin, Tahesta, Teh Kelopak Bunga
MHS Rosela, Teh MHS Daun Sirih Merah, Teh Sanna Al-Sunnah, Tribetis,
Tu Fu Ling, Virgin Coconut Oil, Wei Yi Wang, Wolf Berry, Zhen Qi Jiang
Tang Jiao Nang.
2. Komposisi obat herbal yang beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota
bermacam-macam, ada yang berbentuk simplisia ataupun ekstrak.
3. Bentuk sediaan obat herbal yang paling banyak beredar di pasaran di
Kecamatan Medan Kota adalah dengan bentuk kapsul.
4. Kebanyakan obat herbal diabetes yang beredar di pasaran di Kecamatan
Medan Kota memiliki dosis 3 kali sehari dengan cara penggunaan peroral.
5. Obat herbal diabetes yang beredar di pasaran di Kecamatan Medan Kota
memiliki berbagai macam produsen mulai dari dalam maupun luar negri.

37
Universitas Sumatera Utara
38

5.2. Saran

Dari hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat diperoleh saran sebagai
berikut:
1. Supaya masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang obat herbal sebagai
pengobatan alternatif untuk diabetes.
2. Supaya institusi mendapat informasi tentang sediaan obat herbal sebagai
obat diabetes.
3. Produsen obat herbal diabetes harus memberi informasi yang lengkap
terutama tentang cara penggunaan obat.
4. BPOM dan DEPKES harus melakukan pemantauan secara berkala ke
apotek dan TOB untuk memastikan obat herbal yang beredar sudah terdaftar
dan memiliki nomor registrasi.
5. BPOM harus memperketatkan undang-undang agar tidak ada obat herbal
yang beredar tanpa nomor registrasi.
6. Produsen harus mendapatkan nomor registrasi dari BPOM atau DEPKES
untuk obat herbal yang diproduksi.
7. Masyarakat lebih teliti dalam memilih obat herbal.
8. Peneliti selanjutnya harus meneliti khasiat obat herbal diabetes yang sudah
tersedia.

Universitas Sumatera Utara


39

DAFTAR PUSTAKA

Al Jamal AR. Effects of Cinnamon On Blood Glucose and Lipids Levels in


Diabetic Patients (Type2). Jordan J Bio Sci 2009; 2(3): 135-138.
Algariri K, Meng KY, Atangwho IJ, Asmawi MZ, Sadikun A, Murugaiyah V,
Ismail N. Hypoglycemic and anti-hyperglycemic study of Gynura
procumbens leaf extracts. Asian Pac J Trop Biomed. 2013 May; 3(5):
358-366.
American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes. Diabetes
Care 2017;40(Suppl. 1): S11–S24
American Diabetes Association. Standart of Medical Care in Diabetes 2017.
Diabetes Care. 2017;
Atchibri, A. L. O. et al. (2010) ‘Screening for antidiabetic activity and
phytochemical constituents of common bean Phaseolus vulgaris L.)
seeds’, Journal of Medicinal Plants Research, 4(17), pp. 1757–1761.
doi: 10.5897/JMPR10.280.
Ayu RD, Fatimawali, Citraningtyas G. Uji Efektivitas Penurunan Kadar Gula Darah
Ekstrak Etanol Daun Sendok (Plantango major L.) Pada Tikus Putih
Jantan Galur Wistar (Rattus novergicus) Yang Sudah Diinduksi Sukrosa.
Pharmacon 2014; 3(2): 134-140.
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor:
Hk.00.05.41.1384 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat
Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka. Available at:
http://jdih.pom.go.id/produk/PERATURAN%20MENTERI/Permenkes
_007-2012_Registrasi_Obat_Tradisional1.pdf
Baskaran, K. et al. (1990) ‘Antidiabetic effect of a leaf extract from Gymnema
sylvestre in non-insulin-dependent diabetes mellitus patients.’, Journal
of ethnopharmacology, 30(3), pp. 295–300. doi: 10.1016/0378-
8741(90)90108-6.
Cai, H. et al. (2015) ‘Practical Application of Antidiabetic Efficacy of Lycium
barbarum Polysaccharide in Patients with Type 2 Diabetes’, Med Chem,
11, pp. 383–390. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25381995.
Coman C, Rugina OD and Socaciu C. Plants and Natural Compounds with
Antidiabetic Action. Notulae Botanicae Horti Agrobotanici Cluj-Napoca
2012; 40(1).

Universitas Sumatera Utara


40

DeFronzo RA. From triumvirate to Omnious Octet: A New Paradigm for


Treatment of Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes 2009 Apr; 58(4): 773-
795.
Dewi, Y. F., Anthara, M. S. and Dharmayudha, A. A. G. O. (2014) ‘Efektifitas
Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) terhadap Peningkatan Berat
Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Jantan Kondisi Diabetes yang
Diinduksi Aloksan’, Buletin Veteriner Udayana, 6(1), pp. 73–79.
Dey, L. et al. (2003) ‘Anti-hyperglycemic effects of ginseng: comparison between
root and berry.’, Phytomedicine: international journal of phytotherapy
and phytopharmacology, 10(6–7), pp. 600–605. doi:
10.1078/094471103322331908.
El Rabey, H. A., Al-Seeni, M. N. and Bakhashwain, A. S. (2017) ‘The Antidiabetic
Activity of Nigella sativa and Propolis on Streptozotocin-Induced
Diabetes and Diabetic Nephropathy in Male Rats.’, Evidence-based
Complementary & Alternative Medicine (eCAM), 2017, pp. 1–14. doi:
10.1155/2017/5439645.
Fan, Y. et al. (2015) ‘Characterization and antihyperglycemic activity of a
polysaccharide from Dioscorea opposita Thunb roots’, International
Journal of Molecular Sciences, 16(3), pp. 6391–6401. doi:
10.3390/ijms16036391.
Florence NT, Benoit MZ, Jonas K, Alexandra T, Désiré DD, Pierre K, Théophile
D. Antidiabetic and antioxidant effects of Annona muricata
(Annonaceae), aqueous extract on streptozotocin-induced diabetic rats. J
Ethnopharmacol 2014 Feb 3; 151(2): 784-90.
Fukunaga, T., Miura, T. and Furuta, K. (1997) ‘Hypoglycemic effect of the
rhizomes of Smilax glabra in normal and diabetic mice’, Biological and
Pharamceutical Bulletin, 20(1), pp. 44–46. Available at:
http://europepmc.org/abstract/MED/9013805.
Gao, T. and You, Q. (2001) ‘[The study of Fagopyrum tataricum complex
prescription on type II diabetes rats]’, Zhong Yao Cai, 24(6), pp. 424–
426. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db=Pub
Med&dopt=Citation&list_uids=11563191.
Green, R (2017) ‘Oral dosage form in Herbal Medicine’ Available at:
https://www.backtoyourrootsherbs.com/oral-dosage-forms-in-herbal-
medicine/
Haidari F, Omidian K, Rafiei H, Zarei M, Shahie MM. Green tea (Camellia
sinensis) supplementation to diabetic rats improves serum and hepatic
oxidative stress markers. Iran J Pharm Res 2013 Winter; 12(1): 109–114.

Universitas Sumatera Utara


41

Harmanto, N. 2007. Pilih Jamu Herbal Tanpa Efek Samping. Jakarta: Penerbit PT.
Elex Media Koputindo
Iman, M., Moallem, S. A. and Barahoyee, A. (2015) ‘Effect of Apple Cider Vinegar
on Blood Glucose Level in Diabetic Mice’, Pharmaceutical Sciences, 20,
pp. 163–168. doi: 10.5681/PS.2015.006.
Inawati, Syamsudin, Winarno H. Pengaruh Ekstrak Daun Inai (Lawsonia Inermis
Linn.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa, Kolestrol Total dan
Trigliserida Darah Mencit Yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Kimia
Indonesia 2006; 1(2): 71-77.
Iranloye, B., Oludare, G. and Olubiyi, M. (2013) ‘Anti-diabetic and antioxidant
effects of virgin coconut oil in alloxan induced diabetic male Sprague
Dawley rats’, Journal of Diabetes Mellitus, 3(4), pp. 221–226. doi:
10.4236/jdm.2013.34034.
Johnson OR, Samuel S, Elnathan WD, John MH. Biochemical Effect of Aqueous
Carica Papaya Seed and Leaf Extract On Serum Biochemistry of Alloxan
Induced Diabetic Rats. J Pharm Bio Sci 2015; 10(4): 18-22.
Kan, W. C. et al. (2012) ‘Effects of extract from solid-state fermented cordyceps
sinensis on type 2 diabetes mellitus’, Evidence-based Complementary
and Alternative Medicine, 2012. doi: 10.1155/2012/743107.
Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. 2013.
Kusyanti et al., (2016) ‘Pemanfaatan tumbuhan obat hipertensi dan diabetes
mellitus pada masyarakat rundeng kota subulusalam’, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Biologi, 2016; 1(1): 85-94.
Lestari ED. Analisis Daya Saing, Strategi Dan Prospek Industri Jamu Di Indonesia.
2007 diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/32349482.pdf
Liestiono SN, Carla FK, Poppy ML. Efek Daun Sirih Merah (Piper Crocatum)
Terhadap Kadar Gula Darah Dan Gambaran Morfologi Endokrin
Pankreas Tikus Wistar. Jurnal e-Biomedik 2015; 3(3): 821-826.
Marles R and Farnsworth N. Antidiabetic plants and their active constituents.
Phytomedicine 1995; 2(2): 137-189.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 761/Menkes/SK/IX/1992 Tentang Pedoman
Fitofarmaka.
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional.
Available at:
http://sireka.pom.go.id/requirement/HK.00.05.41.1384-2005.pdf

Universitas Sumatera Utara


42

Mohajeri, D. et al. (2008) ‘Anti-diabetic activity of Crocus sativus L. (Saffron)


stigma ethanolic extract in alloxan-induced diabetic rats.’, Research
Journal of Biological Sciences, 3(9), pp. 1102–1108. Available at:
http://www.medwelljournals.com/fulltext/rjbs/2008/1102-1108.pdf.
Mohamed EA, Yam MF, Ang LF, Mohamed AJ, Asmawi MZ. Antidiabetic
properties and mechanism of action of Orthosiphon stamineus Benth
bioactive sub-fraction in streptozotocin-induced diabetic rats. J
Acupunct Meridian Stud 2013 Feb; 6(1): 31-40.
Mozaffari-Khosravi et al. (2009) ‘Effects of sour tea (Hibiscus sabdariffa) on lipid
profile and lipoproteins in patients with type II diabetes.’, Journal of
alternative and complementary medicine (New York, N.Y.), pp. 899–903.
doi: 10.1089/acm.2008.0540.
National Center for Complementary and Integrative Health (NCCIH) (2015) ‘Herb-
Drug Interactions’ Available at:
https://nccih.nih.gov/health/providers/digest/herb-drug
Ning, Y. et al. (2014) ‘Synergistic and Antagonistic Drug Combinations Depend
on Network Topology’ PLoS One. 2014; 9(4): e93960
Rabyah BA, Item JA, Navneet K, Elsnoussi AHM, Ali JM, Mohd ZA, Roziahanim
M. Hypoglycemic and anti-hyperglycemic study of Phaleria macrocarpa
fruits pericarp. J Med Plants Res 2012 Mar 16; 6(10): 1982-1990.
Rospita Odorlina P. Situmorang, Alfonsus H. Harianja. Faktor –Faktor Yang
Mempengaruhi Kearifan Lokal Pemanfaatan Obat-Obatan Tradisional
Oleh Etnik Karo. 2014;
Santos, K. C. dos et al. (2017) ‘Yacon (Smallanthus sonchifolius) Leaf Extract
Attenuates Hyperglycemia and Skeletal Muscle Oxidative Stress and
Inflammation in Diabetic Rats’, Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine, 2017, pp. 1–9. doi: 10.1155/2017/6418048.
Soelistijo et al. (2015) ‘Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia 2015. PB. Perkeni. 2015;
Taher, M. et al. (2016) ‘Hypoglycaemic activity of ethanolic extract of Garcinia
mangostana Linn. in normoglycaemic and streptozotocin-induced
diabetic rats’, BMC Complementary and Alternative Medicine, 16(1), p.
135. doi: 10.1186/s12906-016-1118-9.
Trojan-Rodrigues M, Alves T.L.S, Soares G.L.G, Ritter M.R: Plants used as
antidiabetics in popular medicine in Rio Grande do Sul, southern Brazil.
Journal of Ethnopharmacology 2012; 139(1): 155-163.
Verma, L. et al. (2010) ‘Antidiabetic activity of Cassia occidentalis (Linn) in
normal and alloxan-induced diabetic rats.’, Indian journal of
pharmacology, 42(4), pp. 224–228. doi: 10.4103/0253-7613.68422.

Universitas Sumatera Utara


43

Widyawati T, Purnawan WW, Atangwho IJ, Yusoff NA, Ahmad M and Mohd.
Asmawi Z: Anti-Diabetic Activity of Syzygium Polyanthum (Wight)
Leaf Extract, the Most Commonly Used Herb Among Diabetic Patients
In Medan, North Sumatera, Indonesia. Int J Pharm Sci Res 2015; 6(4):
1698-04.doi: 10.13040/IJPSR.0975-8232.6(4).1698-04.
Winata I. Karakterisasi Jamu Oplosan Dengan Menggunakan Alat
Spektrofotometer Fourier Transform – Infra Red (FT-IR) Di Balai
Pengujian Dan Identifikasi Barang Medan. 2013
World Health Organization. Global Report On Diabetes; 2016.
World Health Organization. The Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and
Intermediate Hyperglycaemia. WHO Document Production Service
2006; Geneva Switzerland.
World Health Organization. Use of Glycated Haemoglobin (HbA1c) in the
Diagnosis of Diabetes Mellitus. 2011; Geneva Switzerland.

Universitas Sumatera Utara


44

LAMPIRAN A. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Photo

Nama : Ricky
NIM : 140100213
Tempat / Tanggal Lahir : Bangun Sari, 05 Januari 1997
Agama : Islam
Nama Ayah : Sutuino
Nama Ibu : Dahniar
Alamat : Jalan Abdul Hakim Perumahan Clasic-3 No.1A,
Medan Selayang, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SDN 010161


2. SMP Swasta Wage Rudolf Supratman
3. SMA Swasta Wage Rudolf Supratman
Riwayat Pelatihan : -
Riwayat Organisasi : -

Universitas Sumatera Utara


45

LAMPIRAN B. PERNYATAAN KEASLIAN

PERNYATAAN

(GAMBARAN SEDIAAN HERBAL OBAT DIABETES


MELITUS TIPE 2 YANG BEREDAR DI PASARAN DI
KECAMATAN MEDAN KOTA)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter
pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan
hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil
karya orang lain dalam penulisan skripsi ini , telah penulis cantumkan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma kaidah dan etika penelitian ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang
dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, 201
Penulis,
Materai
Rp. 6.000

Ricky
140100213

Universitas Sumatera Utara


46

LAMPIRAN C. LEMBAR PENJELASAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK


PENELITIAN
Saya yang bernama Ricky adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul "Gambaran sediaan
herbal obat diabetes melitus tipe 2 yang beredar di pasaran di Kecamatan Medan
Kota". Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu persyaratan kegiatan dalam
rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.
Sesuai judul penelitian saya, diperlukan data tentang berbagai sediaan obat herbal
sebagai antihipertensi yang ada di apotek / toko obat berizin di Kecamatan Medan
Kota. Oleh karena itu, saya memohon izin untuk mengambil data yang terdiri dari
nama dagang, komposisi, bagian tanaman yang digunakan, bentuk sediaan, dosis
dan cara penggunaan, produsen, golongan, dan registrasi BPOM di apotek / toko
obat berizin yang Bapak / Ibu miliki.
Atas kesediaan partisipasi dan izin dari Bapak / Ibu saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.

Medan, ……………………….. 2017

Peneliti,

(Ricky)
140100213

Universitas Sumatera Utara


47

LAMPIRAN D. INFORMED CONSENT

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI


PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :
Umur :
Nama Apotek / Toko Obat Berizin :
Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Gambaran sediaan


herbal obat diabetes melitus tipe 2 yang beredar di pasaran di Kecamatan Medan
Kota", maka dengan in saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan
bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Demikianlah surat pernyataan ini
untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, ………………… 2017

(……………………………….)

Universitas Sumatera Utara


48

Lampiran E. TABEL DATA OBSERVASI


TABEL DATA OBSERVASI

No. Nama Komposisi Bentuk Dosis Cara Produsen Golongan


Dagang Sediaan Penggunaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Universitas Sumatera Utara


49

LAMPIRAN F. IZIN ETIK PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


50

LAMPIRAN G. IZIN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


53

Universitas Sumatera Utara


54

Universitas Sumatera Utara


55

Universitas Sumatera Utara


38

LAMPIRAN J. DATA KOMPUTERISASI


No. Nama Komposisi Bagian Bentuk Dosis & cara Produsen Golonga Regristas
dagang tanaman sediaan penggunaan n i POM
yang
digunakan
1 Anglubet Ginseng, Glycyrrhzae, Ophiapogonis, Campuran Pil 3x3 pil/hari, PT. Sinar - POM
Specifik Poria, Fructus, Astrageus, Trichstus, Peroral Herbal Radix
Juk Tsyn Rierariae
Wan
2 Beras Beras Biji Padat Seperti Beras Kelompok - -
Hitam Tani Patriot
3 Bunga Safron Bunga Padat Direbus Spanyol/ China - -
Merah
4 Chong Cordyceps Sinensis, Ganoderma Campuran Kapsul 3x4 PT. Citra Deli Jamu POM
Cao & Lucidum, Fructus Momordicae, Radix kapsul/hari, Kreasitama
Ling Zhi Paenoiae Alba, Radix Rehmaniae, Peroral
Xiang Rhizoma Dioscoreae, Fructus Corni,
Tang Rhizoma Alismatis, Poria
Capsule
5 Diabemed Gymnema Sylvestre Folium Daun Kapsul 3x1 PT. Hermed Jamu POM
kapsul/hari,
Peroral
6 Garcia Ekstrak Kulit Manggis Buah Kapsul 3x3 PT. Zena - POM
kapsul/hari, Nirmala
Peroral Sentosa
7 Gentong Gula Aren, Habatussauda Campuran Serbuk 1x1 PD. Gentong - Depkes
Mas saset/hari, Mas
Diseduh

Universitas Sumatera Utara


39

8 Glucotrim Phaseolus Vulgaris Biji Kapsul 1x2 PT. Konimex - POM


kapsul/hari,
Peroral
9 Insulfit Ekstrak Smallanthus Sonchifolia Folium Daun Kapsul 2x2 Al-Manar - POM
kapsul/hari, Herbafit
Peroral
10 Mastin Garciniae Fructus Cortex extract Buah Kapsul 2x2 Borobudur OHT POM
kapsul/hari, Natural Herbal
Peroral Industry
11 Tahesta Air, Buah Apel, Gula, Ragi Buah Cairan 1-2SDM PT. Tirta - Depkes
3x/hari, Sarana Sukses
Peroral
12 Teh Hibiscus Saladariffa Daun Serbuk 3x/hari, Jaya Makmur - Depkes
Kelopak Diseduh Lestari
Bunga Indonesia
MHS
Rosela
13 Teh MHS Piper Ornatun, Daun Dewa, Black Tea Daun Serbuk 1-3 Jaya Makmur - Depkes
Daun kantung/hari, Lestari
Sirih Diseduh Indonesia
Merah
14 Teh Daun Sanna Daun Serbuk 1x1 CV. Sehat - POM
Sanna saset/hari, Alami
Al- Peroral
Sunnah
15 Tribetis Dioscoreae Rhizoma, Denbrobii Caulis, Campuran Pil 3x8 pil/hari, Industri Jamu Jamu POM
Astragali, Ginseng Radix, Moutan Radix, Peroral Santeri
Clematidis Radix, Alismatis Indonesia
16 Tu Fu Glabrous Greenbrier Rhizome Akar Padat Direbus China - -
Ling

Universitas Sumatera Utara


40

17 Virgin Asam Kaprilat, Asam Miristat, Asam Campuran Cairan D: 3x1 Usaha Mandiri - -
Coconut Aurat, Asam Stereat, Air SDM/hari, Stabat Sumut
Oil A: 2x1
SDM/hari,
Peroral
18 Wei Yi Fagopyrum sp, Astrogali Seohedysari Campuran Kapsul 3x1 Jiangsu - POM
Wang Puerarie Radix, Ligustrilucidi Fructus, kapsul/hari, Haihong
Crataegi Fructus, Galia Chineasis Peroral Pharmaceutical
co.,Ltd
19 Wolf Goji beri/ Kici Biji Padat Tergantung China - -
Berry individu
20 Zhen Qi Margarita, Astragali Radix, Polygonati Campuran Kapsul 3x3 Harbin Tong - POM
Jiang Rhizoma, Scutellariae Radix, kapsul/hari, Yi Tang
Tang Jiao Rehmanniae Radix, Trichosanthis Radix, Peroral Pharmaceutical
Nang Ophiopogonis Radix, Dendrobii Caulis, co., Ltd
Dioscorease Rhizoma

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai