Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katak merupakan salah satu hewan yang bersifat poikiloterm ektotermik.

Akibat sifat ektotermiknya maka temperatur sangat berpengaruh terhadap fisiologi

dan perilaku katak. Temperatur pada hewan ektoterm terutama pada katak dapat

digunakan untuk membantu dalam proses metabolismenya. Panas dari luar tersebut

dapat membantu proses metabolisme pada katak tetapi juga dapat berakibat

sebaliknya apabila terdapat panas yang berlebihan. Beberapa jenis katak mempunyai

mekanisme untuk bertahan dalam panas lingkungan yang berlebih, seperti pada

katak yang mampu untuk membuat semacam kokon berupa cairan yang mengelilingi

tubuhnya sehingga terhindar dari kehilangan air yang berlebih (Vitt & Caldwell,

2009).

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di Indonesia, terletak

di wilayah perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Gunung Merapi diketahui memiliki siklus letusan setiap dua sampai tiga

tahun sekali. Letusan Gunung Merapi yang terakhir adalah pada tahun 2010. Letusan

tersebut turut melanda kawasan lereng selatan khususnya daerah Kali Kuning dan

Kaliurang. Dua kawasan tersebut merupakan tempat yang mempunyai

keanekaragaman jenis katak yang cukup tinggi. Data terakhir sebelum erupsi tahun

2010 menyebutkan bahwa terdapat sekitar 13 jenis amfibi di lereng selatan Gunung

Merapi (Eprilurahman & Kusuma, 2011) sedangkan data setelah erupsi yaitu data

tahun 2012 menyatakan bahwa terdapat dua belas jenis anura di daerah lereng selatan

1
2

Gunung Merapi (Kusuma, 2011; Yonathan, 2012). Data tersebut menunjukkan

bahwa terdapat beberapa jenis anura yang mampu untuk bertahan terhadap

temperatur tinggi akibat letusan Gunung Merapi yang melanda daerah lereng selatan.

Mekanisme untuk bertahan tersebut belum diketahui hingga saat ini sehingga perlu

diadakan penelitian mengenai pengaruh temperatur terhadap respirasi (konsumsi

oksigen), pola pigmentasi dan perilaku katak yang terdapat di lereng selatan Gunung

Merapi. Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan dapat diketahui mekanisme

katak untuk dapat bertahan dalam temperatur tinggi terutama yang berkaitan dengan

respirasi (konsumsi oksigen), pola pigmentasi dan perilaku katak untuk dapat

mengatasi temperatur yang tinggi tersebut. Perilaku katak tersebut terutama yang

berhubungan dengan perilaku pergerakan dan perilaku vokalisasi yang dilakukan

untuk bertahan pada temperatur tinggi.

B. Permasalahan

Dari latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa permasalahan antara

lain :

1. Bagaimanakah pengaruh temperatur terhadap respirasi, pola pigmentasi, dan

perilaku katak ?

2. Bagaimanakah mekanisme katak untuk dapat menghindar dan bertahan dalam

temperatur yang tinggi?


3

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian antara lain :

1. Mempelajari pengaruh temperatur terhadap respirasi, pola pigmentasi, dan

perilaku katak

2. Mempelajari mekanisme katak untuk menghindar dan bertahan dari

temperatur tinggi

D. Manfaat

Manfaat penelitian ini antara lain: untuk memperoleh data tentang mekanisme

yang dilakukan oleh katak untuk menghadapi temperatur yang tinggi dan dapat

dijadikan rujukan mengenai mekanisme yang dilakukan oleh katak dalam

menghadapi temperatur yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai