Anda di halaman 1dari 19

princess asseylum

MAKALAH BAWANG MERAH ( DASAR- DASAR


AGRONOMI )
Agustus 19, 2017
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bawang adalah komoditas bumbu yang paling banyak digunakan di Indonesia. Masyarakat
Indonesia tidak pernah lepas dari yang namanya bawang, khususnya bawang merah. Bawang
merah sering dijadikan berbagai olahan yang banyak digemari masyarakat luas. Seperti bawang
goreng, kerupuk bawang, sambal bawang dan masih banyak lagi. Bawang merupakan tanaman
yang menghasilkan buah melalui umbi. Layaknya singkong, bawang tumbuh didalam tanah
dengan menghasilkan banyak siung dalam satu bongkahan bawang. Bongkahan bawang ini
bermanfaat. Bawang sendiri mempunyai aroma yang khas. Namun apabila dikonsumsi terlalu
banyak bawang dapat menyebabkan aroma yang tidak sedap. Bawang merah dalam bahasa
Sunda dinamakan “bawang beureum” dan dalam bahasa Jawa disebut “brambang”, sedangkan
dalam bahasa Inggris disebut “shallot”. Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran yang
digunakan sebagai bahan/bumbu penyedap makanan sehari-hari dan juga biasa dipakai sebagai
obat tradisional atau bahan untuk industri makanan yang saat ini berkembang dengan
pesat dengan beraneka ragam olahan makanan lezat yang bermunculan.
Di Indonesia, bawang merah berkembang dan diusahakan petani mulai di dataran rendah
sampai dataran tinggi. Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) menurut sejarah awalnya
tanaman ini memiliki hubungan erat dengan bawang bombay (Allium cepa L.), yaitu merupakan
salah satu bentuk tanaman hasil seleksi yang terjadi secara alami terhadap varian-varian dalam
populasi bawang bombay. Penyebaran alami tanaman bawang merah berkembang dari daerah
asalnya yaitu dimulai dari Tazhikistan, Afganistan dan Iran. Tanaman tersebut menyebar di
dunia, mulai dari Eropa sampai sekarang ditemukan di daerah ekuator sampai jauh ke Utara dan
Selatan pusat polar. Di daerah tropik, bawang merah dominan dibudidayakan di dataran rendah
pada 10° Lintang Utara dan 10° LS.Bagi masayarakat indonesia, bawang merah adalah salah satu
bahan yang tidak dapat dipisahkan dengan masakan sehari-hari. Hampir semua masakan
memakai bumbu bawang merah karena aromanya yang khas dan mengugah selera makan.
Bawang merah yang lebih dikenal dengan sayuran rempah banyak ditanam di daerah
dataran rendah dengan ketinggian antara 10-250 meter diatas permukaa air laut. Walaupun
demikian tanaman ini dapat pula diusahakan di daerah pegunungan dengan ketinggian sampai
1.200 mdpl. Namun, terkadang harga jual tanaman bawang merah tidak stabil. Hal ini
dikarenakan bawang merah sulit didapat pada saat musim hujan. Hal ini mengakibatkan
tingginya harga jual bawang merah dipasaran.Sistem budidayanya merupakan perkembangan
dari cara-cara tradisional yang bersifat subsisten ke budidaya intensif dan berorientasi. Produksi
bawang merah sampai saat ini memang belum optimal dan masih tercermin dalam keragaman
cara budidaya yang bercirikan spesifik agroekosistem tempat bawang merah
diusahakan. Budidaya tanaman bawang dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko)
dilapangan diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro dan
lainnya yang menyebabkan produksi menurun. Memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang
bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas
(titik tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu dari pelepah-pelepah daun.
Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi
umbi lapis (bulbus). Diantara kelopak bulbus terdapat mata tunas yang dapat membentuk
tanaman baru atau anakan, terutama pada spesies bawang merah biasa. Bunga bawang merah
merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga.
Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti
pipa yang berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari
daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang
tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik.

1.1 Tujuan
Untuk mengetahui proses budidaya bawang merah serta pengaruh mulsa dan waring terhadap
pertumbuhan bawang merah.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Bawang Merah


a. Klasifikasi botani bawang merah adalah sebagai berikut:

Kingdom Plantae
Subkingdom Tracheobionta
Super Divisi Spermatophyta
Divisi Magnoliophyta
Kelas Liliopsida
Sub Kelas Liliidae
Ordo Lilialesn b
Famili Liliaceae
Genus Allium
Spesies Allium Cepa Var.Aaggregatum L.

b. Morfologi Bawang Merah


Ciri-ciri morfologis bawang merah yaitu berumbi lapis, berakar serabut, berdaun silindris
seperti pipa, memiliki batang sejati seperti cakram tipis yang disebut diskus. Pangkal daun
bersatu membentuk batang semu. Batang semu yang berada di dalam tanah, kemudian berubah
bentuk dan menjadi umbi lapis atau bulbus. Bagian-bagian dari umbi bawang merah terdiri dari
sisik daun, kuncup, subang (diskus), dan akar adventif.Kemudian, pada awal pertumbuhannya,
tangkai bunga keluar dari dasar umbi (cakram). Tiap tangkai bunga tumbuh dan memanjang.
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai antara 50-
200 kuntum bunga. Bagian ujung dan pangkal tangkai bunga mengecil dan menggembung di
bagian tengah seperti pipa. Tangkai tandan bunga ini bisa tumbuh mencapai 30-50 cm. Bunga
bawang merah termasuk bunga sempurna yang memiliki benang sari dan kepala putik.
Pada umumnya terdiri dari 5-6 benang sari, sebuah putik, dan daun bunga yang berwarna
putih. Bakal buah terbentuk dari tiga daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga buah
ruang, dan dalam tiap ruang tersebut terdapat dua calon biji. Buah berbentuk bulat dengan ujung
tumpul yang membungkus biji yang berbentuk agak pipih. Biji Bawang merah dapat digunakan
sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Penyerbukan bunga bawang merah melalui
perantaraan lebah madu atau lalat hijau.Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk
berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal
tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang
didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan
mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat
benang sari dan kepala putik. Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut
carpel, yang membentuk tiga buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji.
Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat
digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
Bawang merah lebih cocok tumbuh pada tanah subur, gembur, dan banyak mengandung
bahan organik, serta memerlukan drainase yang baik. Suhu yang dikehendaki 25-300C dengan
ketinggian tempat 0-900 m dpl. Curah hujan 300-2500 mm/th. Jenis tanah yang baik untuk
budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol dan aluvial (Dewi, 2012). Keasaman
(pH) tanah yang cocok untuk tumbuh bawang merah berkisar 5,5-6,5. Jika pH terlalu asam maka
garam alumunium larut dalam tanah dan dapat mengakibatkan racun bagi tanaman bawang
merah. Sedangkan apabila pH terlalu basa unsur Mangan tidak dapat dimanfaatkan sehingga
umbinya menjadi kecil. Bawang merah membutuhkan iklim agak kering dan suhu udara panas
sehingga cocok bila ditanam di daerah dataran rendah. Bawang merah sangat baik ditanam pada
musim kemarau (Sunarjono, 2013). Bawang merah biasanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan
dalam bentuk segar, bumbu-bumbu masakan, dan atau bentuk olahan kering. Tangkai bawang
merah juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayur. Pemanfaatan tangkai bawangmerah sebagai
bahan sayur terutama dilakukan jika budidaya tanaman tidak menggunakan pestisida sehingga
relative lebih amn bagi kehidupan jangka panjang.
2.2 Budidaya Bawang Merah
Cara pembudidayaan bawang merah dimulai dari pengolahan tana sampai pasca panen.
1. Pengolahan Tanah
a. Pembuatan bedengan pada lahan 120-180 cm
b. Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2
c. Diukur kemudian digaru (biarkan + 1 minggu
d. Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman
50 cm.
e. Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan
dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
f. Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-
50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.

2. Pemilihan Bibit
a. Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
b. Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih
ada daunnya)
c. Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi
tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)

3. Fase Tanam
1. Jarak tanam pada musim kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
2. Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron
3. Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam
permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.

4. Awal Pertumbuhan ( 0 - 10 HST )


Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada
pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi
benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman
hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan
VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis
Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan
dengan VIREXI.
5. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk
membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang.
Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang.
6. Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman
pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk
mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh
telah mencapai lebih 90 %.

7. Pengelolaan Tanaman
Penyiangan kedua dilakukan pada umur 0-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan
perbaikan bedengan yang rusak. Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada
serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.

8. Pembentukan Umbi ( 36 - 50HST )


Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah
pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan
penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.

9. Pematangan Umbi ( 51- 65 HST )


Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu
pada sore hari.

10. Panen dan Pasca Panen


Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek. Pemanenan dengan
pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa
: dipocong) untuk pasca panen, Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg).
Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya
mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas,
tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa
kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru
disimpan di gudang.
2.3 Mulsa
Mulsa adalah bahan plastik/non plastik, organik dan nonorganik yang digunakan sebagai penutup
tanaman, pelindung tanaman dari pertumbuhan tanaman, serta penjaga kelembaban tanah agar produksi
pertanian maksimal. Mulsa dapat bersifat permanen seperti serpihan kayu, atau sementara seperti mulsa
plastik. Mulsa dapat diaplikasikan sebelum penanaman dimulai maupun setelah tanaman muncu. Mulsa
organik akan secara alami menyatu dengan tanah dikarenakan proses alami yang melibatkan organisme
tanah dan pelapukan non-biologis. Mulsa digunakan pada berbagai aktivitas pertanian, mulai
dari pertanian subsisten berkebun,hingga pertanian industri. Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan
sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam
perak atau karung. Mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai
dengan jarak tanam. Mulsa anorganik ini harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak yang
banyak digunakan dalam budi daya cabai atau melon. Mulsa alami sepertijerami dan sisa-sisa tanaman
laimya telah digunakan berabad-abad yang lalu. Artinya sudah sejak dahulu sekali.

Dengan adanya penggunaan mulsa sintetis telah mengubah metode penggunaan mulsa
alami.(Dewi,2012). Pemakaian plastik sebagai mulsa untuk menggantikan kertas pada akhir tahun 1950
an dan awat tahun 1960 an. Sejak saat itu pemakaian mulsa plastik untuk tanamansayuran komersial
telah menyebar ke seluruh dunia dan merupakan suatu metode yarg penting untuk memperbaiki produksi
hasilpertanian. Di Jepang, mulsa plastik telah digunakan pada bidang pertanian di lahan terbuka maupun
di rumah plastik. Mulsa plastik lebih tahan lama, sehingga dapat digunakanberkali-kali dibanding
pemakaian mulsa dari bahan organik (alami), khususnya pada pertanian (budidaya tanaman bawang
merah) dengan sistem penanaman yang intensif. Penggunaan mulsa plastik lebih efektif dibandingkan
mulsa organik. Karena mulsa organik sering kali memicu pertumbuhan jamur yang dapat menyerang
tanaman. Khususnya pada bawang merah yang sifatnya rentan terhadap pertumbuhan jamur dan bakteri
lainnya.

2.4 Penggunaan Mulsa Pada Bawang Merah


Penggunaan mulsa pada bawang merah dilakukan dengan bantun bambu sebagai penguat
mulsa. Mulsa akan lebih melekat pada tanah dengan bantun bambu. Selain itu, bambu juga dapat
membuat susunan mulsa menjadi lebih rapi. Bawang merah lebih cocok tumbuh pada tanah
subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik, serta memerlukan drainase yang baik.
Suhu yang dikehendaki 25-300C dengan ketinggian tempat 0-900 m dpl. Curah hujan 300-2500
mm/th. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol
dan aluvial (Dewi, 2012). Keasaman (pH) tanah yang cocok untuk tumbuh bawang merah
berkisar 5,5-6,5. Jika pH terlalu asam maka garam alumunium larut dalam tanah dan dapat
mengakibatkan racun bagi tanaman bawang merah. Sedangkan apabila pH terlalu basa unsur
Mangan tidak dapat dimanfaatkan sehingga umbinya menjadi kecil. Bawang merah
membutuhkan iklim agak kering dan suhu udara panas sehingga cocok bila ditanam di daerah
dataran rendah. Bawang merah sangat baik ditanam pada musim kemarau (Sunarjono, 2013).
Penggunaan mulsa plastik pada budidaya bawang merah ini bertujuan untuk : a) mengurangi
evaporasi dan run off , b) menjaga lengas tanah,c) menekan perturnbuhan gulma, d) menurunkan
kehilangan unsur hara, karena adanya pelindihan, e) memodifikasi suhu tanah yang dapat
meoingkatkan pertumbuhan tanaman, mengurangi serangan harna penyakit serta g) mencegah
hasil tercampur dengan tanah, sehingga produknya bersih dan dapat mengurangi tenaga kerja
dalam pensortiran, pengepakan dan prosesing (Sumiati, 1989). Mulsa plastik lebih tahan lama,
sehingga dapat digunakanberkali-kali dibanding pemakaian mulsa dari bahan organik (alami),
khususnya pada pertanian (budidaya tanaman bawang merah) dengan sistem penanaman yang
intensif. Pemasangan mulsa pada tanaman bawang merah, menggunakan mulsa perak untuk
mengurangi penyerapan radiasi matahari, sehingga suhu tanah menjadi rendah (menjaga
kelembaban), menekan gulma yang tumbuh disekitar tanaman bawang merah.

2.5 Waring
Waring adalah sarana pertanian yang digunakan untuk melindungi tanaman
dari serangan hama pengganggu. Seperti belalang, jangkrik, burung dan lain
sebagainya. Selain itu, waring juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari
jatuhnya daun-daun dan ranting pohon yang dapat merusak tanaman. Penggunaan
waring secara baik dan benar dapat mendukung perkembangan tanaman sehingga
menghasilkan produksi yang maksimal.Waring merupakan jejaring yang dibentuk dari
anyaman plastik /nets/snare nets. Produk ini memiliki fungsi, manfaat dan kegunaan yang luar
biasa.
Waring dapat digunakan dalam keperluan tambak ikan atau biasa disebut water net, biasanya
berwarna hitam, karena warna inilah banyak orang menyebutnya sebagai Waring Hitam. Pada
budidaya tanaman waring hitam digunakan sebagai pelindung tanaman budidaya dari penyinaran
matahari langsung dan melindungi tanaman dari hewan pengganggu. Adapun jenis- jenis waring
yaitu jaring trowl,waring hitam, kasa, polynet, agronet, tambang jala-jala dan lain-lain. Waring
adalah produk yang mempunyai karakteristik serupa jaring dengan jalinan yang membentuk
ikatan yang kuat. Waring-waring yang kami produksi selalu mengutamakan mutu dan selalu ada
inovasi-inovasi untuk membuat kualitas waring kami semakin baik dan bermutu. Selain itu,
Waring Jaring Hitam merupakan produk yang multifungsi dipergunakan untuk perikanan,
perkebunan, dan peternakan. Waring merupakan rangkaian anyaman serupa jaring yang
dipergunakan untuk keperluan pagar perkebunan Sawit, Karet, dan Pagar Perkebunan -
perkebunan lainnya, serta multifungsi juga untuk tambak ikan, benih lele dan tambak serta
peternakan - peternakan.

2.6 Penggunaan Waring Pada Bawang Merah


Penggunaan waring pada pertanian khususnya pada tanaman bertujuan melindungi tanaman
dari gangguan/hambatan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Seperti hama-hama penyakit, ranting dan dedaunan pengganggu dan lain sebagainya. Waring
adalah anyaman dari benang yang terbuat dari plastik. Waring ini banyak ragam kegunaannya.
Baik untuk Perikanan, Pertanian ataupun Perkebunan. Di bidang perikanan, Waring yang
digunakan biasanya adalah Waring RK, waring ini biasanya digunakan untuk pembuatan Kolam
/ Empang Keramba Ikan. Waring jenis lainnya yaitu yang biasa digunakan di pertanian dan
perkebunan yang digunakan sebagai Pagar Tanaman. Waring pagar tanaman ini banyak
manfaatnya, selain menyederhanakan bentuk pagar, waring pagar ini juga bisa menjaga tanaman
dari hama perkebunan / pertanian.Saat ini waring semakin banyak diminati petani. Waring sangat
membantu para petani pada berbagai proses produksi dan pemanenan hasil pertanian.
Pada pertanian ikan, waring ikan digunakan sebagai pembatas yang mudah dan murah,
memberikan pemilahan budidaya perikanan jauh lebih mudah. Dengan menggunakan waring,
maka pertanian ikan dapat dilakukan di kolam, danau, sungai hingga muara laut.Waring jenis
lain juga bermanfaat pada sektor pertanian budidaya buah dan sayuran. Jenis waring ini
digunakan untuk pengemasan atau packing hasil panen sayur dan buah. Bentuk waring dengan
jaring dan ruang rongga yang longgar membantu aliran udara masuk dan mempertahankan
kesegaran buah dan sayur. Penggunaan waring juga dimanfaatkan pada proses budidaya tanaman
buah pohon. Waring digunakan untuk menghalau hama masuk dan membusukkan buah. Waring
juga dapat digunakan untuk pemagaran sawah atau kebun. Dari keterangan di atas, ternyata
waring memiliki aneka bentuk, jenis, dan ragam manfaatnya untuk mendukung sektor pertanian
produktif nasional. Secara umum warning dapat diklasifikasikan pada dua manfaat, sekaligus
dua bentuk utama waring. Yakni bentuk waring yang dimanfaatkan untuk budidaya dan proses
pemanenan ikan. Waring untuk pertanian perikanan ini sering disebut dengan waring ikan atau
water net.

BAB 3

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Budidaya Tanaman Bawang Merah dilakukan pada hari Rabu, pukul 14:30 WIB Selama 3 bulan.
Bertempat di Lahan Pertanian Agronomi Universitas Sriwijaya.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan antara lain

Alat Bahan
Cangkul
Parang Bawang Merah
Sabit Pupuk Kandang
Bambu Air
Mulsa Fungisida
Waring

3.3 Cara Kerja


1. Penyiapan Lahan
Proses budidaya bawang merah dimulai dari proses pencarian lahan yang tepat. Suhu lingkungan dan
media yang akan ditanami harus cocok dengan sifat dan struktur bawang. Tanaman bawang merah dapat
tumbuh baik di sawah, tanah tegalan atau pekarangan, asalkan kedua tanahnya subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik atau humus dan mudah mengikat air serta mempunyai aerasi (peredaran oksigen)
yang baik. Jenis tanah yang paling cocok untuk budidaya bawang merah adalah tanah jenis lempung berpasir
atau lempung berdebu karena tanah jenis ini mempunyai aerasi dan (drainase) yang cukup baik. Setelah tanah
ditentukan selanjutnya dibuatkan bedengan dengan menggunakan cangkul (penggemburan).
2. Pupuk Kandang
Pupuk ditaburkan dipermukaan bedengan secara merata. Setiap lahan memerlukan pupuk kandang
sebanyaj 1,5-2 kg.
3. Seleksi Bibit
Bawang yang akan ditanam haruslah bawang yang telah cukup umur, tidak terluka dan tidak keriput.
Sebelum ditanam, bagian ujung bawang dipotong untuk kemudian direndam pada cairan fungisida agar
terhindar dari pertumbuhan jamur.
4. Penanaman
Satu hari sebelum tanam, bedengan dibasahi. Setelah agak kering, buatlah guritan-guritan sejajar dengan
lebar bedengan sedalam 2-3 cm. Setelah itu bibit dibenamkan dalam guritan dengan posisi tegak dan agak
ditekan sedikit kebawah, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman bawang pada pagi dan sore hari, kemudian penyiangan
gulma-gulma serta pemberian pupuk tambahan secara teratur.
6. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah tanam karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman
yang pertumbuhannya tidak normal. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja
disisakan dan dibiarkan tumbuh pada lahan yang lain sebagai bibit cadangan. Bibit tersebut digunakan untuk
menyulam agar pertumbuhan tanaman dapat seragam.
7. Panen dan Pasca Panen
Bawang merah dipanen saat usianya 2,5 bulan. Hasil panen dikumpulkan untuk kemudian dikeringksn
dan disimpan. Stelah dibersihkan bawang siap dipasarkan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pengamatan Budidaya Tanaman Bawang Merah

Pengamatan
No Hari/ Tanaman Tinggi Lebar Daun Jumlah Keterangan
Tanggal Daun (cm) (cm) Daun
(Helai)
1 Rabu, 2 Bawang 119,5 0,4 16 Hidup
November Merah 1
2016
2 Rabu, 2 Bawang 18,8 0,5 13 Hidup
November Merah 2
2016
3 Rabu, 2 Bawang 8,6 0,4 6 Hidup
November Merah 3
2016
4 Rabu, 2 Bawang Mati
November Merah 4
2016
5 Rabu, 2 Bawang Mati
November Merah 5
2016

Pengamatan
No Hari/ Tanaman Tinggi Lebar Daun Jumlah Keterangan
Tanggal Daun (cm) (cm) Daun
(Helai)
1 Rabu, 2 Bawang 119,5 0,4 16 Hidup
November Merah 1
2016
2 Rabu, 2 Bawang 18,8 0,5 13 Hidup
November Merah 2
2016
3 Rabu, 2 Bawang 8,6 0,4 6 Hidup
November Merah 3
2016
4 Rabu, 2 Bawang Mati
November Merah 4
2016
5 Rabu, 2 Bawang Mati
November Merah 5
2016

4.2 Pembahasan

Dari praktikum mengenai pengamatan budidaya tanaman bawang merah, dapat diketahui bahwa
pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah (Allum cepa) sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, mulai dari persiapan lahan hingga pemeliharaan. Pengolahan tanah haruslah dilakukan dengan baik
agar menghasilkan produk yang baik. Hal terpenting dari budidaya tanaman bawang merah adalah proses
pemeliharaan. Karena proses pemeliharaan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman bawang merah. Pengamatan dilakukan pada budidaya tanaman bawang merah yang menggunakan
mulsa dan tidak menggunakan mulsa. Pengamatan pada budidaya tanaman menggunakan mulsa diamati
tinggi daun, lebar daun dan jumlah daun. Tanaman bawang merah mulai tumbuh pada hari ke-3. Dengan
tinggi ±1 cm, lebar ± 1 mm, dan jumlah daun 1-2 daun. Pengamatan pada hari Senin, 31 Oktober 2016, ke-
lima tanaman yang dialami mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Tinggi rata- rata
tanamannya yaitu 12,8 cm. Dengan tinggi minimun yaitu terdaapat pada tanaman B (3,3 cm). Lebar daun rata-
rata yaitu 3,8 mm. Jumlah daun rata- rata yaitu 9,. Semua tanaman bawang merah yang diamati hidup.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bentuk daun dan volume daunnya berbeda, ada beberapa
tanaman berdaun tegak dan ada yang berdaun keriting. . Pengamatan pada hari Selasa, 1 November 2016, ke-
lima tanaman yang dialami mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Beberapa tanaman
bertambah tinggi. Tinggi rata- rata tanamannya yaitu 13,4 cm. Dengan tinggi minimun yaitu terdaapat pada
tanaman B (3,7 cm). Lebar daun rata- rata yaitu 3,84 mm. Jumlah daun rata- rata yaitu 10. Semua tanaman
bawang merah yang diamati hidup. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bentuk daun dan volume
daunnya berbeda, ada beberapa tanaman berdaun tegak dan ada yang berdaun keriting. Namun sedikit layu
karena kurangnya airasi pada tanaman. Tanaman bawang merah membutuhkan kelembaban dan air yang
cukup. Pengamatan pada hari rabu , 2 November 2016, ke-lima tanaman yang dialami mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda dan ada beberapa tanaman yang tidak mengalami
pertumbuhan (pertumbuhan tetap). Tinggi rata- rata tanamannya yaitu 13,38 cm. Dengan tinggi minimun
yaitu terdaapat pada tanaman B (4cm). Lebar daun rata- rata yaitu 4,1 mm. Jumlah daun rata- rata yaitu 11.
Semua tanaman bawang merah yang diamati hidup. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bentuk
daun dan volume daunnya berbeda, ada beberapa tanaman berdaun tegak dan ada yang berdaun keriting.
Pengamatan pada hari Kamis, 3 November 2016, ke-lima tanaman yang dialami mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang berbeda. Tinggi rata- rata tanamannya yaitu 13,5 cm. Dengan tinggi minimun yaitu
terdaapat pada tanaman B (4,2 cm). Lebar daun rata- rata yaitu 4,1 mm. Jumlah daun rata- rata yaitu 12.
Semua tanaman bawang merah yang diamati hidup. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bentuk
daun dan volume daunnya berbeda, ada beberapa tanaman berdaun tegak dan ada yang berdaun keriting.
Pengamatan pada hari Selasa, 8 November 2016, ke-lima tanaman yang dialami mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang berbeda. Tinggi rata- rata tanamannya yaitu 9,84 cm. Dengan tinggi minimun yaitu
terdaapat pada tanaman B (4,3 cm). Lebar daun rata- rata yaitu 4,5 mm. Jumlah daun rata- rata yaitu 13.
Semua tanaman bawang merah yang diamati hidup. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan bentuk
daun dan volume daunnya berbeda, ada beberapa tanaman berdaun tegak dan ada yang berdaun keriting.
Melalui pengamatan selama beberapa minggu, bahwa mulsa, waring mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Jika dibandingkan maka tanaman yang tidak menggunakan mulsa tumbuh subur tetapi
terdapat gulma disekitarnya dan harus dibersihkan agar tidak mengganggu tanaman bawang merah. Pada saat
budidaya tanaman bawang merah kita perlu memperhatikan iklim dan cuaca, saat ini cuaca kemarau dan
tanaman perlu unsur air , namun jika terlalu banyak akan mengalami pembusukan
BAB 5

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

1. Penggunaan mulsa dan waring pada budidaya tanaman mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan
tanaman bawang merah.
2. Tanaman bawang merah mulai tumbuh dan berkembang pada hari ke-3. Dengan tinggi ±1 cm, lebar ± 1 mm,
dan jumlah daun 1-2 daun.
3. Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan
anorganik.
4. Pertumbuhan tanaman bawang merah dapat tumbuh hinga ketinggian maksimal ±25 cm.
5. Budidaya tanaman yang baik dimulai dari pemilihan jenis tanaman sesuai dengan lokasi,
ekosistem tempat tanaman akan dibudidayakan dan dengan syarat tumbuh tanaman.

5.2 Saran

Pada Praktikum mengenai pengaruh mulsa dan waring terhadap budidaya tanaman bawang merah,
diharapkan praktikan lebih paham bagaimana cara budidaya tanaman bawang merah yang baik dan
mengetahui bahwa ada faktor- faktor yang mempengaruhi budidaya tanaman bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA
Dewantoro. 2012. Petani Minta Impor Bawang Merah Tepat Sasaran.
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/02/16/81668/petani_minta_impor_bawang_m
erah_tepat_sasaran/#.UGJ3J43iYxI. Diakses pada tanggal 29 oktober 2016.
Dewi, N. 2012. Untung Segunung Bertanam Bawang Merah. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. 195 h.
Firmanto, B. 2011. Praktis Bertanam Bawang Merah Secara Organik. Angkasa. Bandung.74 h.
Heru, R. 2012. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Produktivitas Tanaman Padi Sistem Jajar
Legowo. http://rezer-adt.blogspot.com/2013/04/pengaruh-jarak-tanam-terhadap.html. Diakses
pada tanggal 29 Oktober 2016.
Husna, A. 2013. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhandan Hasil Tanaman Bawang
Merah.http://jurnal.umsb.ac.id//uploads/2014/03/ JURNAL-yona.pdf. Skripsi. Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Diakses pada tanggal 29
Oktober 2016.
Navratilova, Kusuma dan Prijono. 2013.Pengaruh Mulsa Sekam, Jerami Padi, Alang-Alang, dan
Plastik Hitam Perak Terhadap Laju Evaporasi http://download.portalgaruda.org/
article.php?article=29699&val=2165&title=. Jurnal.Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Malang. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2016.
Prawiranata dan Tjondronegoro. 2002. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian IPB,
Bogor.
Sembiring, A. P. 2013. Pemanfaatan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dalam
Budidaya(CapsicumannuL).http://www.scribd.com/doc/82000378/Pemanfaatan-Mulsa-Plastik-
Hitam-Perak-MPHP-Dalam-Budidaya-Cabai-Capsicum-annum-L. Diakses pada tanggal 28
Oktober 2016.
Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta 204 h.
Zulfahmi, M. 2014. Mulsa.http://kickfahmi.blogspot.com/2013/12/mulsa.html. Diakses pada tanggal
28 Oktober 2016 .
LAMPIRAN
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iii
MOTTO DAN TUJUAN ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1. Botani Bawang Merah................................................................................. 3
2.2. Budidaya Bawang Merah............................................................................. 4
2.3. Mulsa............................................................................................................ 7
2.4. Penggunaan Mulsa pada budidaya bawang merah ..................................... 8
2.5. Waring.......................................................................................................... 9
2.6. Penggunaan Waring pada budidaya bawang merah.................................... 9
BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM ........................................................ 11
3.1. Tempat dan Waktu....................................................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan............................................................................................ 11
3.3. Cara Kerja.................................................................................................... 12
3.4 Pasamotor...................................................................................................... 12
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 13
4.1 Hasil ............................................................................................................. 13
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 15
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................. 17
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 17
5.2 Saran............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
LAMPIRAN................................................................................................ ......

LEMBAR PERSYARATAN
PRAKTIKUM DASAR- DASAR AGRONOMI
PENGARUH MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Alium cepa)

OLEH :
CYNTHIA MANDA SARI
05021281621047

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk lulus


mata kuliah Praktikum Dasar- Dasar Agronomi

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM DASAR- DASAR AGRONOMI
PENGARUH MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH (Alium cepa)

OLEH :
CYNTHIA MANDA SARI
05021281621047

Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk lulus dalam Praktikum Dasar-
Dasar Agronomi.

Indralaya, 2016
Asisten I Koordinator Asisten

Slamet Triyadi
0507181320009

Dwi Ayu Raffi


05121006033
Asisten II

Rio Arianto
05021281320015
Komentar

Postingan populer dari blog ini


MAKALAH BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN TEKS AKADEMIK
April 30, 2017

MAKALAH BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN TEKS AKADEMIK

DISUSUN OLEH :
AYU DELLA 05021281621091 CYNTHIA MANDA SARI 05021281621047 SUCI
SEPRIYANTI 05021381621076 YANDI ARYANSAH 05021281621084

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS


PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016 KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah Bahasa Indonesia. Makalah ini disusun untuk
mengetahui perbedaan teks akademik dan non akademik. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu dan mendukung Saya
dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini . Terutama kepada dosen yang telah membimbing dan
memberi arahan kepada kami. Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih minim dan masih jauh dari kesempurnaan . Oleh karena itu,…
BACA SELENGKAPNYA
Agustus 19, 2017

MAKALAH PANCASILA BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA

DISUSUN OLEH : Aditya Septiawan Jalaludin ( 05021181621003 ) Cynthia Manda


Sari ( 05021281621047 ) Edo Saputra ( 05021181621023 ) M.
Ahfaz ( 05021281621031 ) Mia Audina (
05021181621009 ) Mira Purnama Inriani ( 05021281621028 ) Olivia
Ritanty ( 05021181621018 ) Ratna Widia Ningsih (
05021181621019 ) Yudha Mulyadi ( 05021381621066 )
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
DOSEN PEMBIMBING Drs. Erwin Nofyan, M.Si.
FAKULTAS PERTANIAN / TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016 KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya Kami dapat menyusun makalah yang berjudul Bagaima…
BACA SELENGKAPNYA

Diberdayakan oleh Blogger


Gambar tema oleh luoman

CYNTHIA MANDA SARI


KUNJUNGI PROFIL

Arsip
Laporkan Penyalahgunaan

Anda mungkin juga menyukai