CASE REPORT
SEORANG LAKI-LAKI 46 TAHUN DENGAN POLISITEMIA VERA
Disusun Oleh
Muhammad Dony Hermawan, S. Ked
J510181089
Pembimbing:
dr. Asna Rosida, Sp. PD
Pembimbing:
dr. Asna Rosida, Sp. PD (............................)
Dipresentasikan dihadapan
dr. Asna Rosida, Sp. PD (............................)
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Kauman, Ponorogo
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Masuk RS : 4 Juni 2018
Tanggal Pemeriksaan : 5 Juni 2018
B. Keluhan Utama:
Lemas
C. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien seorang laki-laki usia 46 tahun datang ke IGD RSUD Dr. Harjono Ponorogo
pada tanggal 4 Juni 2018 dengan keluhan utama Lemas dan demam sejak 2 hari SMRS.
Demam disertai mengigil. Demam dirasakan meningkat saat malam hari. Keluhan lain
mual, batuk berdahak dan pilek. Pasien juga mengeluh mudah capek saat beraktivitas.
Pasien mengaku pernah didiagnosis polisitemia sejak tahun 2015. Pasien mengaku saat
dibawa datang ke IGD RSUD Dr. Harjono Ponorogo dalam keadaan sadar.
Setelah itu, pasien dipindahkan ke ruang Mawar RSUD Dr. Harjono. Keluhan lain
pusing (-), nyeri kepala (-), muntah (-), sesak nafas(-). BAB dan BAK dalam batas normal.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Penyakit lain : Hemorrhoid
b. Riwayat Opname : diakui beberapa kali di RSUD Harjono sejak tahun 2015,
dengan diagnosis polisitemia
c. Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
d. Riwayat Penyakit Paru : disangkal
e. Riwayat Luka bakar : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Serupa : disangkal
1
2
C. GDS
Tanggal Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan
05-06-2018 142 <140
D. EKG
G. RESUME
Pasien seorang laki-laki usia 46 tahun dengan keluhan utama lemas
sejak 2 hari SMRS. Keluhan lain mual, batuk berdahak dan pilek. Pasien juga
mengeluh mudah capek saat beraktivitas. Pasien memiliki riwayat polisitemia sejak
tahun 2015. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi 88
kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36,3oC, SpO2 97%, konjungtiva hiperemis,
faring hiperemis, dan splenomegaly schuffner 3. dari pemeriksaan lab, RBC 6.83,
PLT 665, WBC 29.4, HCT 53.2. Pada pemeriksaan EKG ditemukan LVH.
kedalaman
dari
gelombang S
lead V1 atau
V2 >35mm.
- Batuk ISPA Pemeriksaan -Codein tab 3x1 -Klinis
berdahak, flu, sputum : -GG tab 3x1
TINJAUAN PUSTAKA
I. POLISITEMIA VERA
A. Definisi
Polisitemia vera, merupakan suatu penyakit atau kelainan pada sistem
mieloproliferatif yang melibatkan unsur-unsur hemopoetik dalam sumsum tulang
dengan karakteristik peningkatan jumlah eritrosit absolut dan volume darah total,
biasanya disertai lekositosis, trombositosis dan splenomegali. Mulainya diam-diam
tetapi progresif, kronik terjadi karena sebagian populasi eritrosit berasal dari satu klon
sel induk darah yang abnormal. Berbeda dengan keadaan normalnya, sel induk darah
yang abnormal ini tidak membutuhkan eritropoetin untuk proses pematangannya.
Meningkatnya jumlah sel darah merah dalam sirkulasi darah, menaikkan
viskositas darah total, suatu peristiwa yang menyebabkan melambatnya aliran darah
dan merupakan penyebab dari banyak manifestasi patofisiologi penyakit ini.
Meningkatnya viskositas darah ini mengakibatkan peningkatan volume darah dan
selanjutnya diikuti dengan meningkatnya beban kerja jantung, vasodilatasi serta
meningkatnya suplai oksigen ke jaringan.
B. Klasifikasi
Secara garis besar Polisitemia dibedakan atas Polisitemia Primer dan
Polisitemia sekunder:
a. Polisitemia Primer terjadi peningkatan volume sel darah merah tanpa
diketahui penyebabnya.
b. Polisitemia sekunder, terjadinya peningkatan volume sel darah merah
secara fisiologis karena kompensasi atas kebutuhan oksigen yang
meningkat seperti pada penyakit paru kronis, penyakit jantung
kongenital atau tinggal didaerah ketinggian dll, disamping itu
peningkatan sel darah merah juga dapat terjadi secara non fisiologis
pada tumor yang menghasilkan eritropoitin seperti tumor ginjal, tumor
ovarium dll.
7
8
Adapun Klasifikasi Polisitemia Vera tergantung volume sel darah merah yaitu
Polisitemia Relatif dan Polisitemia Aktual atau Polisitemia Vera, dimana pada
Polisitemia Relatif terjadi penurunan volume plasma tanpa peningkatan yang
sebenarnya dari volume sel darah merah, seperti pada pada keadaan dehidrasi berat,
luka bakar, reaksi alergi.
C. Epidemiologi
Polisitemia vera biasanya mengenai pasien berumur 40-60 tahun, rasio
perbandingan antara pria dan wanita adalah 2:1 dan dilaporkan insidensi polisitemia
vera adalah 2,3 per 100.000 populasi dalam setahun.
D. Etiologi
Penyebab terjadinya polisitemia vera tidak diketahui, namun beberapa
penelitian, pada polisitemia vera ditemukan adanya mutasi pada gen Janus Kinase 2
(JAK 2) pada kromosom 9p24 (4-7) yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel
induk darah yang tidak membutuhkan eritropoetin.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Polisitemia Vera terjadi karena peningkatan jumlah total
eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan
penurunan kecepatan aliran darah sehingga dapat menyebabkan trombosis dan
penurunan laju transport oksigen. Tanda dan gejala yang predominan terbagi dalam 3
fase
1. Gejala awal (early symptoms )
Gejala awal dari Polisitemia Vera sangat minimal dan tidak selalu ada
kelainan walaupun telah diketahui melalui tes laboratorium. Gejala awal biasanya
sakit kepala (48 %), telinga berdenging (43 %), mudah lelah (47 %), gangguan daya
ingat, susah bernafas (26 %), hipertensi (72 %), gangguan penglihatan (31 %), rasa
panas pada tangan / kaki (29 %), pruritus (43 %), perdarahan hidung, lambung (24
%), sakit tulang (26 %).
1. Hiperviskositas
Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang
kemudian akan menyebabkan :
Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebih jauh lagi akan
menimbulkan eritrostasis sebagai akibat penggumpalan eritrosit.
Penurunan laju transport oksigen
Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan.
Berbagai gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ sasaran
(iskemia/infark) seperti di otak, mata, telinga, jantung, paru, dan ekstremitas.
4. Basofilia
Lima puluh persen kasus Polisitemia Vera datang dengan gatal (pruritus) di
seluruh tubuh terutama setelah mandi air panas, dan 10% kasus polisitemia vera
datang dengan urtikaria suatu keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar
histamin dalam darah sebagai akibat meningkatnya basofilia. Terjadinya gastritis
dan perdarahan lambung terjadi karena peningkatan kadar histamin.
10
5. Splenomegali
Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien Polisitemia vera.
Splenomegali ini terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis
ekstramedular
6. Hepatomegali
Hepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% Polisitemia Vera. Sebagaimana
halnya splenomegali, hepatomegali juga merupakan akibat sekunder hiperaktivitas
hemopoesis ekstramedular.
10. Keluhan lain yang tidak khas seperti : cepat lelah, sakit kepala, cepat lupa, vertigo,
tinitus, perasaan panas.
11. Manifestasi perdarahan (10-20 %), dapat berupa epistaksis, ekimosis, perdarahan
gastrointestinal menyerupai ulkus peptikum. Perdarahan terjadi karena
peningkatan viskositas darah akan menyebabkan ruptur spontan pembuluh darah
arteri. Pasien Polisitemia Vera yang tidak diterapi beresiko terjadinya perdarahan
waktu operasi atau trauma.
11
F. Diagnosis
Kriteria Diagnosis menurut Polycythemia Vera Study Group 1970
1. Eritrosit
Untuk menegakkan diagnosis polisitemia vera, peninggian massa eritrosit
haruslah didemonstrasikan pada saat perjalanan penyakit ini. Pada hitung
sel jumlah eritrosit dijumpai > 6 juta/mL, dan sediaan apus eritrosit
biasanya normokrom, normositik kecuali jika terdapat defisiensi besi.
Poikilositosis dan anisositosis menunjukkan adanya transisi ke arah
metaplasia meiloid di akhir perjalanan penyakit ini.
2. Trombosit
Jumlah trombosit biasanya berkisar antara 450-800 ribu/mL, bahkan dapat
> 1 juta/mL. Sering didapatkan dengan morfologi trombosit yang abnormal
3. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostik, kecuali bila ada
kecurigaan terhadap penyakit mieloproliferatif lainnya seperti adanya sel
blas dalam hitung jenis leukosit. Sitologi sumsum tulang menunjukkan
peningkatan selularitas normoblastik berupa hiperplasi trilinier seri eritrosit,
12
G. Terapi
1. Flebotomi
Indikasi flebotomi :
- Polisitemia vera
- Polisitemia sekunder fisiologis hanya dilakukan jika Ht > 55% (target Ht ≤ 55%)
- Polisitemia sekunder non fisiologi bergantung beratnya gejala yang ditimbulkan
Tujuan flebotomi :
1. Trombosis
Terjadi disebabkan oleh karena hiperviskositas, arteriosklerosis dan trombositosis.
2. Perdarahan
Disebabkan karena regangan pembuluh darah akibat adanya hipervolemia dan
gangguan fungsi trombosit.
3. Gagal Jantung
Disebabkan karena beban jantung terlalu berat akibat dari hipervolemia,
hiperviskositas, hipertusi dan kemungkinan infrak miokard akibat trombosis.
4. Leukimia Mieloblastik
Sering terjadi pada pasien yang diberikan terapi dengan radioterapi atau fosfor
radioaktif.
Prognosis:
Sekitar 30% penderita meninggal karena komplikasi trombosis, yang biasanya
mempengaruhi otak dan jantung. Disamping itu, 10-15% lagi meninggal karena
berbagai komplikasi perdarahan.
atas, nasal mucosa–oropharynx. Penyakit ini juga biasa disebut pilek, acute rhinitis,
acute nasopharyngitis, acute rhinosinusitis.
B. Klasifikasi
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur, retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, sakit kepala, bingung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratorium :
hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
E. Tata Laksana
Pengobatan pada penyakit ISPA dapat dibagi sesuai dengan klasifikasinya,
yaitu:
1. Pneumonia berat :
Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dsb.
2. Pneumonia :
Diberi obat antibiotik kortimoksasol peroral.
Bila penderita tidak mungkin diberi kortimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kortimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat
antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan Pneumonia :
Pengobatan bersifat symptomatik
Tanpa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan di rumah, untuk batuk
dapat diberikan obat batuk yang tidak mengandung zat yang merugikan
seperti kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan
antipiretik
F. Komplikasi
1. Sinusitis
2. Pneumonia dan pneumonia berat
3. Otitis Media Akut
4. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik yang disebabkan oleh radang
tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta hemolitikus grup A (Strep Throat)
BAB III
PEMBAHASAN
16
17
DAFTAR PUSTAKA