Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pedidikan adalah tempat anak mendapatkan pengajaran baik secara
langsung maupun tidak langsung, baik formal maupun non formal, yang
terdiri atas: (1) pendidikan dari dalam keluarga (informal), (2) pendidikan
di sekolah (formal), dan (3) pendidikan dalam masyarakat (non formal).
Dalam pendidikan informal, peran anggota keluarga sangat besar, terutama
orang tua karena orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama.
Perubahan tingkah laku itu tidak muncul begitu saja, tetapi sebagai akibat dari
usaha orang tersebut. Oleh karena itu, proses terjadinya perubahan tingkah
laku dengan tanpa adanya usaha tidak disebut belajar.
Dalam kehidupan beemasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
menanamkan pendidikan nilai, moral, dan norma secara terus menerus,
sehingga warga negara yang baik lekas terwujud . Sejalan dengan adanya
tatanan baru di Indonesia maka konsep nilai, moral, dan norma sudah
selayaknya menjadi karakteristik utama PKn.
Dalam kehidupan manusia harus memiliki suatu tatanan yang dapat
dijadikan sebagai alat untuk membentuk karakter yang baik dan dapat
menghargai sesame manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dalam hal ini manusia harus memiliki moral, norma, nilai dan
lain-lain.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu:
1. Apa saja Teori Belajar?
2. Bagaimana Pembelajaran PKN di SD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja teori belajar
2. Untuk menegtahui bagaimana pembelajaran PKN di SD

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar
Seorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi
suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat
diamati relative lama karena perubahan tingkah laku tidak terjadi begitu saja
namun akibat dari usaha orang tersebut. Proses terjadi nya perubahan tingkah
laku tanpa adanya usaha tidak disebut belajar.
Belajar bukan hanya melibatkan hubugan antara stimulus dan respon
saja tetapi juga melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.1
1. Teori belajar menurut Thorndike
Berdasarkan teori stimulus-respon, thorndike menyatakan bahwa
cara belajar manusia dan binatang pada dasarnya sama, karena belajar
pada dasar nya terjadi melalui pebentukan asosiasi antara stimulus dan
respon, beerdasarkan 3 hukum, yaitu :
a. Hukum kesiapan, mempunyai tiga ciri:
(1) Jika seorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan tersebut
dilaksanakan maka dia akan puas dan melakukan tindakan yang
lain.
(2) Jika seorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan itu tidak
terlaksanakan maka dia tidak puas dan melakukan tindakan yang
lain.
(3) Jika seseorang tidak mempunyai keinginan untuk bertindak tetapi ia
melakukan tindakan itu maka dia merasa tidak puas dan akan
melakukan tindakan lain.
b. Hukum latihan, jika guru sering memberikan latihan (S) dan siswa
menjawabnya (R) maka prestasi belajar siswa akan meningkat. Karena
pengulangan tanpa ganjaran tidaklah efektif.

1
Ruminiati, Teori Belajar Dan Pembelajaran Serta PKN Sebagai Pendidikan Nilai,Moral dan
Norma, h.3.

2
c. Hukum akibat jika suatu hubungan dapat di modifikasi seperti halnya
pada hubungan antara stimulus dan respond an hubungan itu diikuti
oleh peristiwa yang di harapkan maka kekuatan hubungan yang terjadi
semakin meningkat dan begitupun sebaliknya.2
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang akan
melakukan pekerjaan jika hasil pekerjaan itu akan memberikan rasa
menyenangkan atau memuaskan, begitupun sebaliknya jadi jika dikaitkan
dengan pembelajaran PKN, teori ini cocok diterapkan pada anak kelas 1
karena mereka merasa senang apabila memperoleh hadiah dari guru.

2. Teori belajar menurut Skinner


Belajar merupakan suatu proses atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung secara progressif. Ganjaran adalah suatu yang
menggembirakan sedangkan penguatan adalah sesuatu yang
mengakibatkan meningkatnya suatu respon dan penguatan tidak selalu
berupa hal yang menggembirakan tetapi dapat terjadi sebaliknya.

Penguatan dibagi menjadi 2 yaitu:


1) Penguatan positif. Suatu yang cenderung meningkatkan pengulangan
tingkah laku.
Contohnya, memberikan pujian terhadap siswa yang dapat
menyelasaikan tugas dengan baik.
2) Penguatan negatif. Sesuatu yang jika dihapuskan cenderung
menguatkan tingkah laku.
Contohnya, menghilangkan suara gaduh diluar kelas.3

Skinner membedakan respon menjadi 2 macam yaitu:


1) Responden conditioning, yaitu respon yang diperoleh daribeberapa
stimulus yang teridentifikasi, dan bersifat relatif tetap.

2
Ruminiati, ibid, h. 4.
3
Ruminiati, ibid, h. 5.

3
Menurut Hudoyo dalam modul ruminiati, respon conditioning hanya
efektif jika suatu respon timbul karena kehadiran stimulus tertentu.
Contohnya seorang peserta didik diberi soal sederhana dan peserta
didik dapat menyelesaikan nya sendiri.
2) Operant conditioning, yaitu suatu respon terhadap lingkungan yang di
ikuti oleh stimulus-stimulus tertentu.
Contohnya, Seorang siswa belajar dengan sunguh-sungguh sehingga
saat ulangan dia bisa menyelesaikan hampir semua soal yang diberikan
sehingga mendapatkan nilai yang bagus. Dengan nilai yang bagus ini
dia merasa sangat senang dan dalam hatinya ia berniat untuk belajar
lebih giat lagi.4

Dengan demikian teori skinner sangat berpengaruh besar terhadap


pendidikan, khususnya dalam lapangan metodologi dan teknologi
pembeljaran.teori belajar skinner hamper sama dengan teori dari thorndike,
haya istilah ganjaran diganti penguatan, yang dibedakan menjadi 2 yaitu
penguatan positif dan negatif .

3. Teori belajar menurut Robert M. Gagne


Terjadi nya belajar seseorang karena di pengaruhi factor dari luar
dan factor dari dalam diri orang tersebut dimana keduanya saling
berinteraksi. Factor dari luar (eksternal) yaitu stimulus dan lingkungan
dalam acara belajar, dan factor dari dalam (internal) yaitu, factor yang
menggambarkan keadaan dan proses kognitif siswa. Sedangkan proses
kognitif menunjukan bagaimana kemampuan siswa mengolah atau
merencanakan bahan ajar.5
Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses
kognitif siswa dan stimulus serta lingkungan, dari proses kognitif tersebut
menghasilkan suatu hasil belajar yang terdiri atas informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motoric, dan

4
Ruminiati,ibid, h. 5.
5
Ruminiati, Ibid, h. 7.

4
sikap. Informasi verbal merupakan kapabilitas untuk mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, sedangkan ketereampilan intelek
merupakan keterampilan yang berfungsi untuk berhubungan dengan
lingkungan hidupnya. Strategi kognitif merupakan kemampuan untuk
mengarahkan aktivitas kognituf nya.Kemampuan motoric ada kemampuan
melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi.Sikap
merupakan kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.6
Menurut Gagne ada 3 tahap dalam belajar yaitu:
1. Persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan-tindakan
mengarahkan perhatian, pengharapan dan mendapatkan kembali
informasi.
2. Pemerolehan dan untuk perbuatan, yang digunakan untuk perseksi
seletif, sandi sematik, pembangkitan kembali, respond an penguatan.
3. Alih belajar, yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan
memberlakukan seecara umum.7

Jadi menurut teori dari gagne hasil belajar merupakan hasil


interaksi stimulus dari luar dengan pengetahuan internal siswa. Dan dalam
teori ini peserta didik lebih diteekankan pada kognitif peserta didik.

4. Teori belajar menurut Piaget


Jean Piaget, berpendapat bahwa proses berpikir manusia
merupakan suatu perkembangan bertahap dari berpikir intelektual kongrit
ke abstrak secara berurutan melalui empat tahap. Urutan tahap itu tetap
bagi setiap orang. Tatapi usia kronologis bagi setiap orang memasuki
setiap tahap berfikir berbeda-beda tergantung kondisi masing-masing
setiap individu.

6
Ruminiati, ibid, h. 7.
7
Ruminiati, ibid, h.8.

5
Keempat tahap tersebut adalah:
1. Tahap sensori motor pada usia 0-2 tahun.
2. Tahap praoprasional pada usia 2-7 tahun.
3. Tahap periode oprasi kongrit pada usia 7-12 tahun.
4. Yang terahir adalah tahap oprasi formal pada usia 12 tahun keatas.
Istilah oprasi disni dimaksudkan suatu proses berfikir logis yang
merupan aktifitas sensori motor.
Piaget berpendapat bahwa proses belajar terdiri dari tiga tahapan,
yaitu tahap asimilasi, tahap akomodasi, dan equilibrasi/penyeimbangan
sukmaningadji dalam modul Ruminiati asimilasi adalah proses
mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang langsung
diintegrasaikan dan menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki
seseorang. Akomodasi adalah proses menstrukturkan kembali mental
sebagai suatu akibat adanya pengalaman atau adanya informasi baru.
Sedangkan penyeimbangan adalah penysesuaian yang berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi.Dengan demikian belajar itu tidak hanya
menerima informasi dan pengalaman saja, tertapi juga terjadi
penstrukturan kembali informasi dan pengalaman lamanya untuk
mengakomendasikan informasi dan pengalaman baru tersebut.8

Dengan demikian teori piaget menunjukkan bahwa pikiran


manusia mengalami proses berfikirnya, sehingga dalam melaksanakan
pembelajaran guru perlu memikirkan tingkat perkembangan intelektual
siswa. Saat siswa belajar dalam diri siswa terjadi interaksi antara
pengamatan atau pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki,
yang diberu istilah asimilasi dan akomodasi.Pembelakan dalam PKN
sedapat mungkin diusahakan munculnya asimilasi dan akomodasi kognitif

8
Ruminiati, ibid

6
5. Teori belajar menurut Bruner.
Dalam teori belajarnya, jerome bruner berpendapat bahwa
kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat
menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini
broner membedakan teori belajar menjadi tiga tahap.

Ketiga tahap itu adalah :


1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan
atau pengalaman baru.
2. Tahap transpormasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan
menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk
baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan
3. Evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada
tahap kedua tadi benar atau tidak.
Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu
diperlukan agar dapat ditransformasikan.Hal ini tergantung pada hasil
yang diharapkan, disamping motivasi siswa, minat, keinginan dan
dorongan untuk menemukan sendiri. Selain itu,
Bruner juga mengangkat empat tema pendidikan yaitu:
1. Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan.
2. Kesiapan siswa untuk belajar.
3. Nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi.
4. Motivasi atau keinginan siswa untuk belajar dan kemampuan guru
untuk memotivasinya.
Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan
secara efektif dengan kejujuran intelektual, bahkan dalam tahap
perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan
dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dididik berdasarkan kurikulum
yang berisi tema-tema hidup yangdikonseptualisasikan untuk menjawab tiga
pertanyaan, yaitu: 1). Apa yang menjadi ciri khas manusia itu? 2). Bagaimana

7
manusia mendapatkan ciri khas itu? Dan 3) bagaimana ciri khas manusia itu
dibentuk?

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam teori belajar


bruner terdapat tiga tahap proses belajar, yaitu informasi, transformasi, dan
evaluasi. Lama tidaknya msaing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa
faktor antar lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa. Pembelajaran
PKn seyogyanya juga dapat memberikan informasi yang jelas dan evaluasi
hasil belajar siswa.

6. Teori Belajar Menurut Ausubel


David ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif
yanng berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh
kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Suatu bahan ajar, informasi, atau
pengalaman baru seseorang akan bermakna jika pengetahuan yang baru
dikenal itu dapat disusun sesuai denmgan struktur kognitif yang dimilikinya.
Jika demikaian, orang tersebut dapat dengan mudah mengaitkan pengetahuan
baru dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Hudoyo, H (1990:54)
menyatakan bahwa ausubel menggunakan istilah pengtur lanjut dalam
penyajian informasi yang dipelajari oleh peserta didik dipihak lain.

Dengan demikian kunci kerhasilan belajar terletak pada kebermaknaan


bahan ajar yang diteriam atau dipelajari oleh siswa.Jika informasi atau
pengalaman baru bermakna bagi siswa, maka siswa dapat memahaminya
dengan mudah dan sedikit kemungkinan mengalami kesulitan dalam
menyusun suatu kesimpulan yang merupakan hasil intraksi antara
pengetahuan baru dan pengetahuan sebelumnya. Jadi kebermaknaan suatu
bahan ajar sangat ditentukan oleh keterjkaitan kemampuan yang dimiliki anak
didik, bukan dari proses mendapatkan pengetahaun tersebut. Ausubel tidak
setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari
pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun, asalak infotmasinya bermakna

8
bagi peserta didik, apalagin penyajiannya sistematis , akan memperoleh hasil
belajar yang baik pula.

Ausubel mengidentifikasikan emapat kemungkinan tipe belajar yaitu:

1. Belajar dengan penemuan yang bermakna.


2. Belajar dengan ceramah yang bermakna.
3. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna.
4. Dan belajar ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat bahwa
menghapal berlawanan dengan makna, karena belajar dengan menghafal
peserta didik tidak dapt mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan
pengetahauan yang telah dimilikinya.
Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi
yang dipelajari bermakna. Dari empat kemungkinan tipe belajar ausubel yang
disebutkan diatas, dua tipe belajar pertamalah yang akan memberikan hasil
yang baik. Sejalan dengan ini, pembelajaran PKn perlu memperhatikan
kebermaknaan.

9
B. Pembelajaran PKN di SD
Menurut Corey dalam modul Ruminiati, pembelajaran adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara sengaja untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam
kondisi-kondisi khusus akan menghaslkan respons terhadap situasi tertentu
juga.
Sedangkan menurut Nurani dalam modul Ruminiati, konsep
pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptkan proses
belajar pada diri siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik,
dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan, sehingga terjadi
pembelajaran.9
Jadi, dalam pembelajaran semua kegiatan guru diarahkan untuk
membantu siswa mempelajari sesuatu materi tertentu baik berupa pelajaran,
keterampilan, sikap, kerohanian, dan sebagainya.Untuk membantu siswa
secara baik guru harus merencanakan pembelajaran terlebih dahulu secara
matang.Kemudian guru harus mememahami latar belakang siswa.Latar
belakang siswa perlu diketahui oleh guru PKN karena pembelajaran PKN
merupakan salahsatu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan
masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif.Sikap seseorang
khususnya anak-anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan baik dari
lingkungan keluarga, maupun lingkungan bermain.
Dengan demikian pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
dirancang oleh guru untuk membantu, membimbing, dan memotivasi siswa
mempelajari suatu informasi terterntu dalam suatu proses yang telah
dirancang secara baik. Mencakup segala kemungkinan yang terjadi.
Untuk mengurangi kemungkinan penyimpangan dari pembelajaran
dibutuhkan perencanaan yang memerlukan model-model, dan pendekatan
pembelajaran yang baik dan tepat.

9
Ruminiati, Teori Belajar Dan Pembelajaran Serta PKN Sebagai Pendidikan Nilai,Moral dan
Norma,ibid, h. 14

10
Dalam pembelajaran PKN di SD/MI harus sejalan dengan visi dan
misi PKN. Hasil diskusi kami menyimpulkan bahwa pembelajaran PKN di
SD khususnya MI sebagai berikut:
1. Pembelajaran harus berlandaskan ideologi bangsa yaitu pancasila.
Pembelajaran yang berlandaskan pancasila akan memiliki hasil yang baik.
Pendidikan yang dilandasi pancasila khususnya di negara Indonesia
berguna untuk meningkatkan jiwa nasionalisme, serta berguna untuk
mengembangkan serta menguatkan identitas bangsa.
Apabila pancasila telah disepakati untuk dijadikan sebagai platform
dari komunitas bangsa Indonesia maka nilai-nilai pancasila akan meresapi
berbagai kehidupan bangsa Indonesia.10
2. Pembelajaran harus didasarkan pada ilmu kajian filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan bukanlah sesuatu yang abstrak. Filsafat pendidikan
adalah filsafat mengenai perkembangan anak didik sampai anak menjadi
dewasa yaitu anggota komunitas lokalnya, anggota etnisnya, dan anggota
negara-bangsanya.11
Jadi pembelajaran yang dilandaskan pada filsafat pendidikan akan
berdapak baik pada peserta didik karena filsafat pendidikan
memperhatikan perkembangan anak didik.
3. Pembelajaran harus mencakup pendidikan Demokrasi. Pendidikan
demokrasi memiliki nilai-nilai demokrasi.
Menurut Henry B. Mayo dalam buku Winarno bahwa nilai-nilai
demokrasai meliputi: damai dan sukarela, adil, menghargai perbedaan,
menghormati kebebasan, memahami keanekaragaman, teratur, paksaan
yang minimal dan memajukan ilmu. Membangun kultur demokrasi berarti
mengenalkan, mensosialisasikan, dan menegakkannilai-nilai demokrasi
dalam masyarakat.12

10
H.A.R. Tilaar, Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2007) h. 159
11
H.A.R. Tilaar, ibid, h. 139
12
Winarno, ParadigmaBaru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) h
111

11
Pendidikan demokrasi bisa dibilang salah satu pembentukan karakter
bangsa.
4. Pembelajaran harus dilandaskan pada pendidikan islam. Pendidikan pkn
yang dilandaskan dengan pendidikan islam maka akan baik dalam
pandangan negara serta agama karena pendidikan islam memiliki nilai
luhur menurut tilaar dalam buku hasbullah.terdapat:
a. Nilai historis, dimana pendidikan islam telah survive baik pada masa
kolonial hingga zaman kemerdekaan. Pendidikan islam telah
menyumbangkan nilai-nilai yang sangat besar di dalam
kesinambungan hidup bangsa, dalam kehidupan bermasyarakat, dalam
perjungan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya. Di dalam
invasi kebudayaan barat, pendidikan islam telah menujukan ketahanan
ujiannya sehingga tetap survive.
b. Nilai religius, pendidikan islam di dalamperkembangannya tentunya
telah memelihara dan mengembangkan nilai-nilai agama islam sebagai
salah satu nilai budaya bangsa Indonesia.
c. Nilai moral, pendidikan islam tidak diragukan lagi sebagai pusat
pemeliharaan dan pengebangan nilai-nilai moralyang berdasarkan
agama islam. Sekolah-sekolah madrasah, pesantren, bukan hanya
berfungsi sebagai pusat pendidikan, tetapi juaga sebagai pusat atau
benteng moral dari kehidupan mayoritasa bangsa.13

Oleh karena itu jika pendidikan kewarga negaraan yang dilandasi


pendidika islam akan baerguna bagi bangsa serta agama.

13
Hasbullah,Otonomi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010), h.155-156

12
BAB III

KESIMPULAN

Teori belajar adalah teori-teori yang dikemukakan oleh para teoritis belajar yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran baik tingkat SD.

Teori belajar menurut para teoritis belajar adalah sebagai berikut:


1. Teori Belajar menurut Thorndike
2. Teori Belajar menurut Skinner
3. Teori Belajar menurut Robert M. Gagne
4. Teori Belajar menurut Piaget
5. Teori Belajar menurut Bruner
6. Teori Belajar menurut Ausubel

Dengan demikian pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh


guru untuk membantu, membimbing, dan memotivasi siswa mempelajari suatu
informasi terterntu dalam suatu proses yang telah dirancang secara baik.
Mencakup segala kemungkinan yang terjadi.

Untuk mengurangi kemungkinan penyimpangan dari pembelajaran dibutuhkan


perencanaan yang memerlukan model-model, dan pendekatan pembelajaran yang
baik dan tepat.

13
DAFTAR PUSTSAKA

Hasbullah. 2010. Otonomi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres.


Ruminiati, Teori Belajar Dan Pembelajaran Serta PKN Sebagai Pendidikan
Nilai,Moral dan Norma
Tilaar H.A.R. 2007. Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Winarno. 2008. ParadigmaBaru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

14

Anda mungkin juga menyukai