HIDUNG
Disusun oleh :
173600122
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
2017
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Hidung dan sinus paranasal adalah organ yang berperanan penting sebagai
garis terdepan pertahanan tubuh pada saluran nafas terhadap mikroorganisme dan
Selain itu, organ ini juga berfungsi sebagai alat respirasi, pengatur
lepas dari struktur anatomi kedua organ tersebut, yang juga akan dibahas dalam
referat ini. Dalam Referat ini penulis membahas dua hal pokok yaitu anatomi dan
3
BAB II
HIDUNG
Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian
luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas; struktur hidung luar
dibedakan atas tiga bagian yaitu yang paling atas : kubah tulang yang tak dapat
dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan. Bentuk
4) ala nasi,
5) kolumela,
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
4
1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior
5
2.2 Anatomi hidung dalam
Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.
hidung dari nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat
konka superior, konka media, dan konka inferior. Celah antara konka inferior
dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka
media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media disebut
meatus superior.
Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian
6
membranosa; bagian posterior dan inferior oleh os vomer, krista maksila ,
1. Dasar hidung
2. Atap hidung
superior.
7
3. Dinding Lateral
4. Konka
Fosa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka.
sempit antara septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media.
8
Merupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah
muara sinus maksila, sinus frontal dan bagian anterior sinus etmoid. Di
dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulan sabit yang dikenal
sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan
dibentuk oleh salah satu sel etmoid. Ostium sinus frontal, antrum maksila,
2.2.6 Nares
9
Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi
dengan nasofaring, berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri
Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang
terdiri atas sinus maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris
yang berupa celah pada dinding lateral hidung. Pada potongan koronal sinus
paranasal gambaran KOM terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media
dan lamina papirasea. Struktur anatomi penting yang membentuk KOM adalah
sekret yang keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit
sekret akan keluar melalui celah sempit resesus frontal yang disebut sebagai
serambi depan sinus frontal. Dari resesus frontal drainase sekret dapat langsung
10
menuju ke infundibulum etmoid atau ke dalam celah di antara prosesus unsinatus
anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a.karotis
rongga hidung di belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung
11
superfisial dan mudah cidera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari
persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima
12
serabut-serabut sensoris dari n.maksila (N.V-2), serabut parasimpatis dari
Nervus olfaktorius : saraf ini turun dari lamina kribrosa dari permukaan
bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu
13
2.6 Fisiologi hidung
konka superior, dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat
mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila
14
Gambar 2.7. Sistim Mukosiliar / Mucociliary Clearance
simultan, yaitu gerakan silia dan palut lendir. Ujung silia sepenuhnya
15
suatu partikel yang tidak larut dalam permukaan mukosa. Lapisan mukosa
(Ig A), dengan ditambah beberapa zat imunologik yang berasal dari
pada sekret hidung sewaktu serangan akut infeksi virus. Ujung silia
ini sangat penting untuk kesehatan tubuh. Bila sistem ini tidak bekerja
secara sempurna maka materi yang terperangkap oleh palut lender akan
/ menit.
Karena pergerakan silia lebih aktif pada meatus inferior dan media
celah-celah ini. Sedangkan arah gerakan silia pada sinus seperti spiral,
dimulai dari tempat yang jauh dari ostium. Kecepatan gerakan silia
bertambah secara progresif saat mencapai ostium, dan pada daerah ostium
16
Pada dinding lateral rongga hidung sekret dari sinus maksila akan
bergabung dengan sekret yang berasal dari sinus frontal dan etmoid
berasal dari sinus etmoid posterior dan sfenoid akan bergabung di resesus
gerakan menelan.
17
BAB III
SINUS PARANASAL
Sinus paranasal merupakan salah salah satu organ tubuh manusia yang
sulit dideskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Sinus
rongga di dalam tulang. Ada empat pasang (delapan) sinus paranasal, empat buah
pada masing-masing sisi hidung ; sinus frontalis kanan dan kiri, sinus etmoid
kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila, yang terbesar, kanan dan
kiri disebut Antrum Highmore dan sinus sfenoidalis kanan dan kiri. Semua rongga
sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi
18
Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi dua kelompok yaitu bagian
anterior dan posterior. Kelompok anterior bermuara di bawah konka media, atau
di dekat infundibulum, terdiri dari sinus frontal, sinus maksila, dan sel-sel anterior
media terdiri dari sel-sel posterior sinus etmoid dan sinus sphenoid. Garis
perlekatan konka media pada dinding lateral hidung merupakan batas antara
kedua kelompok. Proctor berpendapat bahwa salah satu fungsi penting sinus
paranasal adalah sebagai sumber lendir yang segar dan tak terkontaminasi yang
udara yang berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian prosesus alveolaris
dan bagian lateralnya berasal dari rongga hidung hingga bagian inferomedial dari
columnar epithelium yang berhubungan melalui ostium dengan lapisan epitel dari
rongga hidung. Sel-sel epitelnya berisi sejumlah mukus yang menghasilkan sel-sel
goblet.
lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml, yang kemudian berkembang dengan
dewasa.
19
Pada waktu lahir sinus maksila ini mulanya tampak sebagai
yang terlihat berupa celah kecil di sebelah medial orbita. Celah ini
meatus media. Dalam perkembangannya, celah ini akan lebih kea rah
dasar rongga hidung dan pada usia 12 tahun, lantai sinus maksila ini akan
turun, dan akan setinggi dasar hidung dan kemudian berlanjut meluas ke
hidung. Dinding medial atau dasar antrum dibentuk oleh lamina vertikalis
20
Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan
Morris, pada buku anatomi tubuh manusia, ukuran rata-rata sinus maksila
pada bayi baru lahir 7-8 x 4-6 mm dan untuk usia 15 tahun 31-32 x 18-20
meatus medius melalui lubang kecil, yaitu ostium maksila yang terdapat di
bagian anterior atas dinding medial sinus. Ostium ini biasanya terbentuk
irigasi sinus.
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila
adalah
1) Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas ,
yaitu premolar (P1 dan P2) , molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi
taring (C) dan gigi molar (M3) , bahkan akar-akar gigi tersebut tumbuh ke
dalam rongga sinus, hanya tertutup oleh mukosa saja. Gigi premolar kedua
dan gigi molar kesatu dan dua tumbuhnya dekat dengan dasar sinus.
oleh mukosa saja. Proses supuratif yang terjadi di sekitar gigi-gigi ini
21
3) Os sinus maksila lebih tinggi letaknya dari dasar sinus, sehingga
drainase hanya tergantung dari gerak silia, dan drainase harus melalui
anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat
sinusitis.
ke emapat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel
usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20
tahun.
juga sangat berbeda bentuk dan ukurannya dari sinus dan pasangannya,
kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari pada lainnya
dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15%
orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5%
3 cm, lebar 2-2,5 cm, dalam 1,5-2 cm, dan isi rata-rata 6-7 ml. Tidak
tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga
22
infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini. Sinus frontal
terbentuk pada janin berusia 4 bulan, berasal dari meatus superior dan
Sinus etmoid sudah ada pada waktu bayi lahir kemudian berkembang
bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4
cm, dan lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior,
etmoid, yang terletak di antara konka media dan dinding medial orbita.
sinus frontal. Sel etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di daerah
23
etmoid anterior terdapat suatu penyempitan infundibulum, tempat
yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di
bervariasi. Sepasang sinus ini dipisahkan satu sama lain oleh septum
tulang yang tipis, yang letakya jarang tepat di tengah, sehingga salah satu
etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum
lebarnya 1,7 cm. Volumenya berkisar dari 5 sampai 7,5 ml. Saat sinus
24
berkembang, pembuluh darah dan nervus bagian lateral os sfenoid akan
pons.
adalah organ yang penting sebagai resonansi, dan Howell mencatat bahwa suku
Maori dari Selandia Baru memiliki suara yang sangat khas oleh karena mereka
tidak memiliki rongga sinus paranasal yang luas dan lebar. Teori ini dipatahkan
oleh Proetz , bahwa binatang yang memiliki suara yang kuat, contohnya singa,
tidak memiliki rongga sinus yang besar. Beradasarkan teori dari Proetz, bahwa
kerja dari sinus paranasal adalah sebagai barier pada organ vital terhadap suhu
dan bunyi yang masuk. Jadi sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat
mengenai fisiologi sinus paranasal . Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain
adalah:
25
(1) Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan
beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagipula mukosa
hidung.
melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-
tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang
26
resonator yang efektif. Tidak ada korelasi antara resonansi suara dan
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan
karena mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.
27
KESIMPULAN
hidung bagian dalam. Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas ke bawah: pangkal hidung, batang hidung, puncak hidung, ala
nasi, kolumela, dan lubang hidung. Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang
terdiri dari cavum nasi, septum nasi, konka-konka, dan meatus diantaranya
suara, membantu proses berbicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui
udara yang berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian prosesus alveolaris
dan bagian lateralnya berasal dari rongga hidung hingga bagian inferomedial dari
Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi dua kelompok yaitu bagian
anterior dan posterior. Kelompok anterior bermuara di bawah konka media, pada
atau di dekat infundibulum, terdiri dari sinus frontal, sinus maksila, dan sel-sel
28
konka media terdiri dari sel-sel posterior sinus etmoid dan sinus sphenoid. Garis
perlekatan konka media pada dinding lateral hidung merupakan batas antara
keduakelompok.
lain adalah : sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning), penahan suhu
DAFTAR PUSTAKA
29
1. Sherwood, L,. 2002. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC. Hal 243-250.
4. Paulsen, F, Waschke, J,. 2010. Sobotta jilid 3. Jakarta : EGC. Hal :58
30