KETIDAKBERDAYAAN
Disusun oleh :
1. Miftachul Jannah /A11701582
2. Mochamad Lukman /A11701583
3. Muhamad Faris /A11701584
4. Mutia Alifa R. /A11701585
5. Nabila Putri I /A11701587
6. Nanang Aziz Lutfi /A11701588
7. Ni’matul Khoirin N /A11701590
3. Jenis-Jenis Ketidakberdayaan
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis
ketidakberdayaan, yaitu :
1) Ketidakberdayaan situasional : muncul pada sebuah peristiwa
spesifik dan mungkin berlangsung singkat.
2) Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness) : ketidakberdayaan yang
bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan, gaya hidup, dan
hubungan.
4. Faktor Penyebab Predisposisi dan Presipitasi
A. Faktor predisposisi
1. Biologis :
Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang
Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,
tanggal terakhir periksa)
Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai
kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang
menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic.
Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau
AIDS
2. Psikologis :
Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau kondisi
dirinya
Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sclerosis
multipel, kanker terminal atau AIDS
Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya
yang sekarang
Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu
otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama
tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi
Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah
cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
3. Sosial budaya :
Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya
Pendidikan rendah
Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial
atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan)
Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai control
(misalnya kontrol lokus internal)
Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang
lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara
aktif, enggan bergaul dan kadang menghindar dari orang lain
Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun
secara pasif.
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi ketidakberdyaan
dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dimana pasien
kurang dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kondisi
eksternal biasanya keluarga dan masyarakat kurang mendukung atau mengakui
keberadaannya yang sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya.
Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu
terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau hampir bersamaan, dengan jumlah
stressor lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat
menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan
yang dialami oleh klien.
5. Akibat Ketidakberdayaan
Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan yang
dialami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
1. Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan
bersikap pasif.
2. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan
ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Klien tidak melakukan
praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien tidak ikut memantau kemajuan
pengobatan. Klien menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap
ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas sebelumnya. Klien menujukkan
ekspresi keraguan tentang performa peran.
3. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi
dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan dan
menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil).
Pada klien NAPZA biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi
ketidakberdayaan berat karena tidak memiliki kendali atas situasi yang
memepngaruhinya untuk menggunakan NAPZA atau ketidakmampuan
mempertahankan situasi bebas NAPZA.
6. Fokus Pengkajian
A. Kognitif
1) Lapang pandang menjadi sempit.
2) Kurang mampu menerima rangsang dari luar.
3) Waspada dengan gejala fisiologis.
4) Bingung.
5) Takut akan konsekuensi yang abstrak.
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
7) Berfokus pada diri sendiri.
8) Kurang konsentrasi.
9) Gangguan perhatian.
10) Mengungkapkan ketidakmampuan karena perubahan dalam fungsi tubuh
yang mengalami gangguan.
11) Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian kehidupan.
12) Sulit mengambil keputusan.
13) Mengatakan takut kehilangan kontrol.
B. Afektif
1) Gelisah.
2) Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi.
3) Menangis.
4) Mengalami penyesalan.
5) Merasa tidak berdaya.
6) Berfokus pada diri sendiri.
7) Merasa bingung.
8) Ragu dan tidak percaya diri.
9) Merasa khawatir.
10) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
11) Apatis.
12) Pesimis.
13) Mudah marah.
C. Fisiologis
1) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu badan.
2) Berat badan.
3) Wajah murung dan muka berkerut.
4) Suara bergetar dan kadang melemah / pelan.
5) Gangguan pola tidur (tidur berlebihan).
6) Nafsu makan menurun/ hilang sama sekali.
7) Simpatik:
a) Anoreksia.
b) Mulut kering.
c) Wajah pucat.
d) Nadi dan tekanan darah turun.
e) Pupil menyempit.
f) Lemah.
g) Nafas pelan sesekali nafas dalam.
8) Parasimpatik:
a) Nyeri kepala (pusing).
b) Penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi.
c) Letih.
d) Tidur berlebihan.
e) Lesu.
D. Perilaku
1) Gerakan pelan dan lemas.
2) Penurunan produktivitas.
3) Gelisah dan melihat hanya sepintas.
4) Kontak mata buruk.
5) Apatis.
6) Melamun.
7) Menunduk.
8) Memalingkan wajah.
E. Sosial
1) Bicara pelan dan lirih.
2) Menarik diri dari hubungan interpersonal.
3) Kurang inisiatif.
4) Menghindari kontak sosial dengan orang lain.
5) Menunjukkan sikap apatis.
7. Psikopatologi