Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KETIDAKBERDAYAAN

Disusun oleh :
1. Miftachul Jannah /A11701582
2. Mochamad Lukman /A11701583
3. Muhamad Faris /A11701584
4. Mutia Alifa R. /A11701585
5. Nabila Putri I /A11701587
6. Nanang Aziz Lutfi /A11701588
7. Ni’matul Khoirin N /A11701590

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2019
1. Definisi
Ketidakberdayaan memiliki definisi pengalaman hidup kurang
pengendalian terhadap situasi, termasuk persepsi bahwa tindakan seseorang
secara signifikan tidak akan memengaruhi hasil (NANDA, 2015).
Carpenito (2009) Ketidakberdayaan juga didefinisikan sebagai kondisi
ketika individu atau kelompok merasakan kurangnya control personal terhadap
sejumlah kejadian atau situasi tertentu akan mempengaruhi tujuan dan gaya
hidupnya.
SDKI (2017) mendefinisikan : persepsi bahwa tindakan seseorang tidak
akan mempengaruhi hasil secara signifikan, persepsi kueang kontrol pada situasi
saat ini atau yang akan datang.

2. Tanda dan Gejala


1. Subyektif
1) Menyatakan frustasi
2) Tidak mampu melaksanakan aktivitas sebelumnya
3) Merasa diasingkan
4) Menyatakan kurang kontrol
5) Menyatakan rasa malu
6) Merasa tertekan (depresi)
2. Objektif
1) Bergantung pada orang lain
2) Mengasingkan diri (isolasi diri)
3) Tidak berpartisipasi dalam tndakan keperawatan yang diberikan

3. Jenis-Jenis Ketidakberdayaan
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis
ketidakberdayaan, yaitu :
1) Ketidakberdayaan situasional : muncul pada sebuah peristiwa
spesifik dan mungkin berlangsung singkat.
2) Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness) : ketidakberdayaan yang
bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan, gaya hidup, dan
hubungan.
4. Faktor Penyebab Predisposisi dan Presipitasi
A. Faktor predisposisi
1. Biologis :
 Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
 Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang
 Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,
tanggal terakhir periksa)
 Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
 Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita sampai
kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang
menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic.
 Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal atau
AIDS
2. Psikologis :
 Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal
 Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau kondisi
dirinya
 Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sclerosis
multipel, kanker terminal atau AIDS
 Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
 Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya
yang sekarang
 Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu
otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
 Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama
tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
 Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi
 Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah
cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya
 Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
3. Sosial budaya :
 Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
 Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya
 Pendidikan rendah
 Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial
atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan)
 Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai control
(misalnya kontrol lokus internal)
 Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang
lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara
aktif, enggan bergaul dan kadang menghindar dari orang lain
 Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
 Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun
secara pasif.
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi ketidakberdyaan
dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dimana pasien
kurang dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kondisi
eksternal biasanya keluarga dan masyarakat kurang mendukung atau mengakui
keberadaannya yang sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya.
Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu
terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau hampir bersamaan, dengan jumlah
stressor lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat
menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan
yang dialami oleh klien.

5. Akibat Ketidakberdayaan
Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan yang
dialami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
1. Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi dan
bersikap pasif.
2. Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan
ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah. Klien tidak melakukan
praktik perawatan diri ketika ditantang. Klien tidak ikut memantau kemajuan
pengobatan. Klien menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap
ketidakmampuan melakukan aktivitas atau tugas sebelumnya. Klien menujukkan
ekspresi keraguan tentang performa peran.
3. Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi
dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap program pengobatan dan
menyatakan tidak memiliki kendali (terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil).
Pada klien NAPZA biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi
ketidakberdayaan berat karena tidak memiliki kendali atas situasi yang
memepngaruhinya untuk menggunakan NAPZA atau ketidakmampuan
mempertahankan situasi bebas NAPZA.

6. Fokus Pengkajian
A. Kognitif
1) Lapang pandang menjadi sempit.
2) Kurang mampu menerima rangsang dari luar.
3) Waspada dengan gejala fisiologis.
4) Bingung.
5) Takut akan konsekuensi yang abstrak.
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
7) Berfokus pada diri sendiri.
8) Kurang konsentrasi.
9) Gangguan perhatian.
10) Mengungkapkan ketidakmampuan karena perubahan dalam fungsi tubuh
yang mengalami gangguan.
11) Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian kehidupan.
12) Sulit mengambil keputusan.
13) Mengatakan takut kehilangan kontrol.

B. Afektif
1) Gelisah.
2) Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi.
3) Menangis.
4) Mengalami penyesalan.
5) Merasa tidak berdaya.
6) Berfokus pada diri sendiri.
7) Merasa bingung.
8) Ragu dan tidak percaya diri.
9) Merasa khawatir.
10) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
11) Apatis.
12) Pesimis.
13) Mudah marah.

C. Fisiologis
1) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu badan.
2) Berat badan.
3) Wajah murung dan muka berkerut.
4) Suara bergetar dan kadang melemah / pelan.
5) Gangguan pola tidur (tidur berlebihan).
6) Nafsu makan menurun/ hilang sama sekali.
7) Simpatik:
a) Anoreksia.
b) Mulut kering.
c) Wajah pucat.
d) Nadi dan tekanan darah turun.
e) Pupil menyempit.
f) Lemah.
g) Nafas pelan sesekali nafas dalam.
8) Parasimpatik:
a) Nyeri kepala (pusing).
b) Penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi.
c) Letih.
d) Tidur berlebihan.
e) Lesu.

D. Perilaku
1) Gerakan pelan dan lemas.
2) Penurunan produktivitas.
3) Gelisah dan melihat hanya sepintas.
4) Kontak mata buruk.
5) Apatis.
6) Melamun.
7) Menunduk.
8) Memalingkan wajah.

E. Sosial
1) Bicara pelan dan lirih.
2) Menarik diri dari hubungan interpersonal.
3) Kurang inisiatif.
4) Menghindari kontak sosial dengan orang lain.
5) Menunjukkan sikap apatis.
7. Psikopatologi

8. Tindakan keperawatan (Individu dan Keluarga)


1) Tindakan keperawatan individu (pasien)
a. Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan
ketidakberdayaan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, serta
memperluas kesadaran diri.
c. Membantu klien menilai kemampuan klien yang dapat dilakukan saat ini
d. Membantu klien memilih kegiatan saat ini yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan klien.
e. Melatih kegiatan yang dipilih
f. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2) Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Membantu keluarga mengidentifikasi masalah dalam merawat klien
b. Menjelaskan proses terjadinya ketidaberdayaan yang terjadi pada klien,
tanda gejala, dan faktor penyebab
c. Menjelaskan tentang cara merawat klien dengan ketidakberdayaan
d. Mengevaluasi kemampuan keluarga untuk merawat klien
e. Membina hubungan yang saling percaya
DAFTAR PUSTAKA

• NANDA International. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC
• Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis.
Ed.9. Jakarta: EGC.
• Riyadi, S. dan Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai