Anda di halaman 1dari 36

MATERI MATA KULIAH DASAR PEMAHAMAN TINGKAH LAKU

Dra. Eko Nusantoro, M,Pd.,Kons.


Carti, S.Pd.

1. PENGERTIAN INDIVIDU DAN LINGKUNGAN: INDIVIDU DARI BERBAGAI DIMENSI


ILMU (PSIKOLOGI, SOSIOLOGI, ANTROPOLOGI) DAN HEREDITAS.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, individu adalah orang seorang,
pribadi orang (terpisah dari yang lain) atau organisme yang hidupnya berdiri sendiri, secara
fisiologi ia bersifat bebas (tidak mempunyai hubungan organik dengan sesamanya).

Dilihat dari Psikologi jiwa dalam setiap pribadi itu berkembang, unik, memiliki
kematangan yang berbeda

Jika dilihat dari Sosiologi pribadi atau individu adalah makhluk sosial yang tidka bisa
hidup terlepas atau membutuhkan dari orang lain

Yang dimaksud dengan Antropologi pribadi atau individu adalah makhluk yang
memiliki kebudayaan yang mempengaruhi kehidupannya

Menurut Koentjaraningrat (1996) kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa
yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang individu (yang berada pada setiap
individu).

Lingkungan (environment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana
berbagai faktor berpengaruh timbal balik satu sama lain dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan.

Hereditas merupakan aspek individu yang bersifat bawaan menjadi bekal yang mendasar
bagi individu tersebut dalam tumbuh kembangnya,

2. FAKTOR LINGKUNGAN: KELUARGA, SEKOLAH, MASYARAKAT DAN


INTERAKSI ANTARA HEREDITAS DAN LINGKUNGAN
A. FAKTOR LINGKUNGAN (KELUARGA, SEKOLAH, MASYARAKAT)
a. Faktor Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh
bangunan yang tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada
orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1.Peranan Ayah : pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga,
2.Peranan Ibu : sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
3.Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannyabaik fisik, mental, sosial, dan spiritual..
Fungsi Keluarga
1) Fungsi Pendidikan.
mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan
anak bila kelak dewasa.
2) Fungsi Sosialisasi anak.
bagaimana keluargamempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3) Fungsi Perlindungan.
melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga
merasaterlindung dan merasa aman.
4) Fungsi Perasaan.
menjaga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dalam berinteraksi
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
5) Fungsi Religius.
memperkenalkan dan mengajak anak dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala
keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lainyang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
6) Fungsi Ekonomis.
mencari sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain
sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
7) Fungsi Rekreatif.
yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga
sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton TV bersama, bercerita
tentangpengalaman masing-masing, dsb.
8) Fungsi Biologis.
untuk meneruskan keturunan sebagai generasi penerus. Dan Memberikan kasih
sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga

b. Faktor Masyarakat
-Menurut Munandar Soelaeman, masyarakat merupakan kesatuan sosial yang
mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat.
-Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
-Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif
pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
-Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia
yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di
suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian
besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.
Masyarakat dapat terbagi menjadi 2, yakni masyarakat industri dan non
industri.
1. Masyarakat non Industri
Secara garis besar, kelompoknasional atau organisasi kemasyarakatan non
industri dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok primer
(primary group) dan kelompok sekunder (secondary group)
(a)Kelompok Primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif,
lebih erat, lebih akrab. Kelompok primer ini disebut juga kelompok ”face to
face group”, Contoh-contoh kelompok primer, antara lain : keluarga, rukun
tetangga, kelompok belajar, kelompok agama, dan lain sebagainya.
(b) Kelompok Sekunder
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak langsung,
formal, juga kurang bersifat kekeluargaan.Oleh karena itu, sifat interaksi,
pembagian kerja antar anggota kelompok di atur atas dasar pertimbangan-
pertimbangan rasional. Obyektif. Contoh-contoh kelompok sekunder,
misalnya : partai politik, perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi
profesi dan sebagainya.
2. Masyarakat Industri
Masyarakat dimana pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda
bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Otonomi sejenis, juga menjadi
ciri dari bagian atau kelompok-kelompok masyarakat industri. Otonomi
sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki
seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.Contoh-contoh :
tukang roti, tukang sepatu, tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik,
ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya
spesialisasi fungsional, makin berkurang pula, ide-ide kolektif untuk
diekspresikan dan dikerjakan bersama.Dengan demikian semakin komplek
pembagian kerja, semakin banyak tibul kepribadian individu.
masyarakat adalah :
-Kumpulan sekian banyak individu yang terikat olehsatuan adat, hukum dan
kehidupan bersama
-Kesatuan sosial yang mempunyai hubungan erat
-Kumpulan individu-individu yang mandiri dan hidupberdampingan dalam
waktu yang cukup lama.
Hak Dan Kewajiban Individu dalam Masyarakat
Hak ialah suatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh seseorang
sebagai manusia. Kewajiban ialah hal-hal yang wajib dilakukan atau diadakan
oleh seorang dari luar dirinya untuk memenuhi hak dari pihak yang lain.Yang
dapat menentukan individu memiliki hak dan kewajiban adalah norma yang
dianut, adat istiadat yang mentradisi dan agama yang diyakini.
Ada dua bentuk hak yang sangat mendasar, yang dapat dimiliki oleh
individu :
1.Hak asasi yang bersifat natural, seperti hak untuk hidup, hak untuk merdeka,
hak untuk mendapatkankehormatan. Hak-hak tersebut yang
menyebabkanmanusia memperoleh kebebasan pada kurun waktu yang
panjang
2.Hak asasi yang bersifat umum, yaitu hak persamaan. Diperlukan seorang
individu dalam kedudukannya sebagai individu dalm suatu masyarakat.
Dalam hak persamaan tidak terdapat sifat diskriminasi golongan, jenis,
bahasa, agama, pandangan politik, asal negara, tingkat sosial, kelahiran.

Adapun kewajiban individu didalam masyarakat adalah melaksanakan apa


yang menjadi kewajibannya dengan cara menghormati hak-hak masyarakat.
c. Faktor Sekolah
Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan berfungsi menunjang proses belajar
mengajar secara nyaman, tertib, dan berkelanjutan. Dengan suasana seperti itu, maka
proses pendidikan dapat dilaksanakan
.Lembaga pendidikan adalah tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul,
bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan
terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-prasarana, data, dan lain
sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Bentuk-Bentuk Lingkungan Pendidikan
Pada dasarnya lingkungan pendidikan mencakup:
*.Tempat (Lingkungan Fisik)
Contohnya: keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
*.Kebudayaan (Lingkungan Budaya)
Contohnya: dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu
pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.
*.Kelompok hidup bersama (Lingkungan sosial atau masyarakat)
Contohnya: keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan.

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal, sekaligus membentuk


kepribadian anak didik yang tujuannya untuk mencapai 3 faktor yaitu aspek
kognitif, afektif, psikomotorik.
B. INTERAKSI ANTARA HEREDITAS DAN LINGKUNGAN
Ada ahli yang meyakini bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam
individu dan perkembangannya adalah
-pembawaan (aliran Nativisme oleh Schoppenhour filosof dari Jerman),
-lingkungan (aliran Empirisme oleh John Locke filosof dan psikolog dari
Inggris).
-aliran Konvergensi, adalah aliran yang beranggapan bahwa lingkungan dan
hereditas saling melengkapi. Hereditas sangat ditentukan oleh faktor keturunan yang ada
dalam genes mereka. Sedangkan, lingkungan hanya akan mempengaruhi pribadi mereka
saja dari luar. Dikarenkan di lingkungan hanya memberikan apa yang dapat mereka
lakukan untuk melalui kehidupan agar dapat bertahan hidup.

3. PENGERTIAN TINGKAH LAKU, JENIS PERILAKU, KOMPONEN DALAM


TINGKAH LAKU (PENGAMATAN dan TANGGAPAN)

A.PENGERTIAN

Dilihat dari sudut biologis, tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism
yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Tingkah laku
manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri.

Secara oprasional tingkah laku dapat diartikan suatu respon organism atau seseorang
terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.

Emisklopedi Amerika tingkah laku adalah sebagai suatu aksi reaksi organism terhadap
lingkungan. Tingkah laku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tersebut akan menghasilkan reaksi
atau prilaku tertentu.

Menurut Ribert Kwick (1974) tingkah laku adalah tindakan atau prilaku suatu organism
yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Secara umum prilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan
lingkungan sebagai monivestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup.

Menurut Drs. Sunaryo M.Kes tingkah laku adalah aktivitas yang timbul karena adanya
stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

B. JENIS JENIS PERILAKU

1. PERILAKU TERTUTUP DAN TERBUKA.

Perilaku tertutup artinya perilaku itu tidak dapat ditangkap melalui indera, melainkan harus
menggunakan alat ukur tertentu, seperti psikotes. Merupakanseseorangterhadap stimulus
dalambentukterselubungatautertutup (covert). Misalpemikiran, berfantasi, kreatifitas.

Perilaku terbuka artinya perilaku yang bisa langsung diobservasi melalui alat inderamanusia.
missal tertawa, berjalan, berbaring.

2. PERILAKU REFLEKTIF DAN PERILAKU NON REFLEKTIF

Perilaku reflektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus
yang diterima individu tidak sampai ke pusat susunan saraf atau otak, tapi langsung saja timbul
rekasi begitu menerima stimulus.

Perilaku non reflektif merupakan perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran
atau otak. Ini disebut proses psikologis.

3. PERILAKU KOGNITIF, AFEKTIF, PSIKOMOTORIK

Perilaku kognitif merupakan perilaku yang melibatkan proses pengenalan yang dilakukan oleh
otak, yang terarah kepada objektif, faktual dan logis.
Perilaku afektif adalah perilaku yang berkaitan dengan perasaan atau emosi manusia yang
biasanya bersifat subjektif.

Perilaku psikomotorik merupakan perilaku yang melibatkan fisik. Seperti memuku lmenulis.

C. KOMPONEN DALAM TINGKAH LAKU

1. PENGAMATAN

Merupakan aktivitas yang dilakukan oleh makhluk cerdasterhadapsuatu proses


atauobjekdenganmaksudmerasakandankemudianmemahamipengetahuandarisebuahfenomena
yang diperhatikantersebut.

2. TANGGAPAN

Merupakanbayanganataukesan yang
tertinggaldalamingatansetelahmelakukanpengamatanterhadapsesuatuobjek.

Sumber : http://www.definisi.com/2015/05/definisi-dan-pengertian-tanggapan-serta.html

: http://id.wikipedia.org/wiki/pengamatan

: http://www.academia.edu/7008419/makalah_psikologi_sosial_amanda

4. INGATAN, PERASAAN, EMOSI

MATERI : INGATAN, PERASAAN DAN EMOSI

A. INGATAN

1. Pengertian
Merupakan kemampuan psikis yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau
memasukkan (learning atau encoding), menyimpan (retention atau storage), dan menimbulkan
kembali (remembering atau retrieval) hal-hal yang telah lampau. (Woodworth dan
Marquis,1957).

2. Tahapan (Stage) dalam Seseorang Mengingat.

a. Short Term Memory (Hulse, dkk) atau Short Term Storage (Morgan, dkk,
1984)

Stimulus yang merupakansensory input dipersepsi melalui alat indera (sensory register)
dengan perhatian, dimasukkan ke dalam ingatan, dan dalam waktu singkat di keluarkan kembali
sebagai memory output. Jarak antara pemasukan stimulus dan menimbulkann kembali sebagai
memory output berkisar 20-30 detik.

b. Long term memory (Hulse,dkk) atau Long Term Storage (Morgan, dkk, 1984)

Stimulus yang dimasukkan kedalam ingatan disimpan melalui proses encoding, dan
apabila ingatan tersebut diperlukan maka ditimbulkan kembali melalui retrieval sebagai memori
output. Jarakk antara pemasukan stimulus dan pennimbulan kembali seabagi memory output
lebih dari 20-30 menit.

c. Sensory Memory (Hergenhahn dan Olson, 1997)

Sama dengan Short Term Memory, hanya saja jarak antara pemasukkan stimulus dan
penimbulan kembalinya sebagai memory output hanya berkisar 1 detik.

3. Fungsi Memasukkan (Learning)

Ingatan dimasukkan dari pengalaman-pengalaman yang didapat manusia. pengalaman itu


sendiri didapat melalui cara yang tidak sengaja dan sengaja. Dapat dipahami bahwa terdapat
perbedaan antara seseorang dengan seseorang yang lain dalam memasukkan stimulus, ada yang
cepat ada yang lambat.orang yang dapat memasukkan banyak materi memiliki ingatan yang luas,
sedangkan yang bisa memasukkan sedikit materi dalam waktu tertentu memiliki ingatan yang
sempit.

4. Fungsi Menyimpan

Setiap seseorang melalui proses belajar atau pemasukkan ke dalam jiwa akan
meninggalkan jejak yang disebut memory trace yang sementara disimpan dalam ingatan manusia
hingga ditimbulkan kembali. Memory trace bersifat sementara. Trace dapat berubah dan
menghilang seiring waktu.

5. Fungsi Menimbulkan Kembali

Terjadi dua proses dalam menimbulkan kembali yaitu mengingat kembali ( to recall) dan
mengenal kembali (to recognize). Ingatan manusia terbatas, kadang-kadang manusia tidak dapat
mengingatsecara tepat seperti apa adanya., tidak lengkap, bahkan yang ditimbulkan kembali
tidak cocok dengan keadaan sebenarnya. Hal ini disebabkan banyak hal, misal cara memasukkan
ruangan yang tak tepat, ada kecerobohan saat mempresepsikan, retrensi atau penyimpanan yang
tak baik, adanya gangguan emosi saat pemanggilan kembali sehingga terjadi blocking, dan
berbagai yang menyebabkan amnesia sehingga sama sekali tak bisa mengingat apapun

6. Kelupaan

Semakin banyak yang diingat, semakin sedikit yang terlupakan.

a. Teori Antropi ( Disense atau Disuse)

Teori kelupaan yang menitikberatkan pada panjangnya interval. Memory trace tak
ditimbulkan kembali dalam waktu yang cukup lama, sehingga memory trace makin lama makin
mengendap dan demikianlah orang mengalami kelupaan. Teoriini berasal dari fisiologi, dimana
otot yang sudah lama tak lama tidak digunakan, tidak akan bisa menjalankan fungsinya lagi
dengan baik, dan kemudian mengalami kelumpuhan. ( Eksperimen Ebbinghaus dan Boreas
dalam Woodworth, 1951)

b. Teori Intervensi
Teori ini lebih menitikberatkan pada isi interval. Kelupaan terjadi karena memory trace
saling bercampur satu dengan yang lain dan saling mengganggu, saling mengintervensi sehingga
hal ini dapat menimbulkan kelupaan.

Ada dua jenis intervensi, yakni intervensi proaktif dan intervensi retroaktif. Intervensi
proaktif terjadi apabila materi yang dipelajari pertama mengintervensi materi yang dipelajari
setelahnya. Intervensi retroaktif adalah kebalikannya.

B. PERASAAN

1. Pengertian

Merupakan suatu keadaan jiwa suatu individu yang sebagai akibat dari persepsi terhadap
stimulus baik eksternal maupun internal.

2. Dimensi Perasaan (Wundt)

a. Dimensi “Senang dan Tidak Senang”

b. Dimensi “Excited dan Innert Feeling”

Excited Feeling adalah perasaan yang dialami individu dan disertai adanya perilaku atau
perbuatan yang nampak. Innert Feeling adalah perasaan yang dirasakan suatu individu tanoa
menunjukkan perilaku yang tampak dari luar.

c. Dimensi “Expectancy dan Release Feeling”

Expectancy Feeling adalah suatu perasaan yang dapat dirasakan oleh individu sebagai
sesuatu yang belum nyata, sesuatu yang masih dalam pengharapan. Release Feeling adalah
perasaan yang dialami oleh individu karena sesuatu itu telah nyata

3. Jenis Perasaan

a. Perasaan Intelektual
Perasaan yang timbul apabila seseorang mampu memecahkan masalah atau mendapat
hal baru sebagai hasil kerja dari segi intelektualnya.

b. Perasaan Kasusilaan

Perasaan yang timbul apabila orang mengalami hal baik atau buruk menurut norma
kasusilaan.

c. Perasaan Estetika

Perasaan yang timbul apabila seseorang mengalami sesuatu yang indah atau tak
indah.

d. Perasaan Sosial

Perasaan yang timbul antara individu dengan individu lainnya dalam hubungannya
interaksi dalam masyrakat.

e. Perasaan Harga Diri

Perasaan yang menyertai harga diri seorang individu, dapa menjadi positif apabila
individu dapat menhargai dirinya sendiri dengan baik, tetapi sebaliknya dapat menjadi
negative apabila ia tak dapat menghargai dirinya sendiri.

f. Perasaan ke-Tuhanan

Perasaan yang menyertai kepercayaan kepada Tuhan yang mempunyai sifat Maha
Sempurna yang akibatnya membuat orang terdorong untuk berbuat baik.

C. EMOSI

1. Pengertian

Merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi
dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.

2. Teori-teori Emosi
a. Hubungan Emosi dengan Gejala Kejasmanian
Adanya hubungan antara emosi yang dialami individu dengan perubahan-perubahan
kejasmaniannya. Prinsip ini yang nantinya memprakarsai terbentuknya alat lie
detector. Dari padangan tentang hubungan emosi dan kejasmanian ini lahir beragam
teori seperti Teori James-Lange, Teori Canno-Bard, Teori Schachter-Singer.

b. Teori Hubungan Antar Emosi

Menurut Plutchik, emosi iru berbeda dalam tiga dimensi, yaitu intensitas, kesamaan,
dan polaritas atau pertentangan. Intensitas, kesamaan, dan pertentangan merupakan
dimensi yang digunakan untuk mengadakan hubungan antar emosi.

5. PIKIRAN DAN INTELEGENSI

A. PIKIRAN ATAU BERPIKIR


1. DEFINISI
a. Merupakan aktivitas mental, aktivitas kognitif yang berwujud mengolah atau
memanipulasi informasi dari lingkungan dengan simbol-simbol atau materi-
materi yang disimpan dalam ingatan khususnya yang ada dalam long-term
memory.
b. Merupakan penguatan antara stimulus dan respon. (Sudut pandang Behaviorisme
khusus fungsionalis)
c. Merupakan asosiasi antara tanggapan atau bayangan satu dengan lainnya yang
saling kait mengait. (Sudut pandang kaum asosiasionis)
d. Pemrosesan informasi dari stimulus yang ada (starting position), sampai
pemecahan masalah (finishing position) atau goal state.
e. Proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respon.
2. PROSES BERPIKIR
Beberapa simbol yang digunakan dalam berpikir:
a. Kata-kata (bahasa)
b. Bayangan atau gambaran (image)
3. KONSEP
Konsep atau pengertian merupakan konstruksi simbolik yang menggambarkan cirri
atau beberapa cirri umum suatu objek atau kejadian.
Konsep merupakan alat (tool) yang tepat (convenient) dalam berpikir (problem
solving).
Beberapa macam konsep:
a. Konsep atau pengertian sederhana.(simple concept)
Merupakan pengertian yang dibatasi oleh cirri atau atribut tunggal.
b. Konsep atau pengertian kompleks. (complex concepts)
Merupakan pengertian yang dibatasi oleh cirri yang tidak tunggal.
c. Konsep konjungtif.
Merupakan konsep yang dibatasi adanya kaitan dua atau lebih sifat yang
membentuk konsep tersebut.
d. Konsep Disjungtif.
Merupakan konsep yang dibatasi dengan tiap cirinatau sifat yang membawa objek
dalam kelas dari konsep.
e. Konsep relational.
Merupakan konsep yang mempunyai kaitan dengan konsep yang lain.
4. CARA MEMPEROLEH KONSEP
a. Konsep diperoleh secara tidak sengaja.
Maksudnya pengertian atau konsep diperoleh dengan tidak sengaja, dengan
sambil lalu dengan melalui pengalaman-pengalaman.
Prosesnya melalui proses generalisasi, kemudian atas daya berpikirnya timbul
proses diferensiasi (proses membedakan satu dengan lainnya)
b. Konsep diperoleh secara sengaja
Konsep atau pengertian ini dibentuk dengan penuh kesadaran. Proses atau
prosedurnya memiliki beberapa tingkatan:
1) Analisis
2) Mengadakan komperasi
3) Abstraksi
4) Menyimpulkan.
5. PROBLEM SOLVING
Ada beberapa kaidah yang akan membawa seseorang kepada pemecahan masalah:
a. Algoritma
Jika aturan ini diikuti, maka ada jaminan adanya pemecahan masalah.
b. Horistik.
Bahwa masalah itu dianalisis menjadi masalah yang lebih kecil yang masing-
masing mendekati pemecahannya.
6. THORNDIKE VS KOHLER
THORNDIKE mengadakan penelitian terhadap kucing yang dilaparkan dan di
kurung, dan diletakkan makanan di luar kandang, yang sebenarnya dapat terbuka jika
grendelnya ditarik atau tertarik. Dari percobaan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam memecahkan masalah dengan cara coba-salah (trial and error)
KOHLER bereksperimen dengan simpanse yang dilaparkan dan ditaruh dalam
kandang, dan makanan diletakkan di luar kandang. Dimana makanan tersebut dapat
diambil dengan tongkat yang KOHLER siapkan dalam kandang. Dari percobaan ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa pada presolution memang terjadi proses trial and
error, tapi yang terpenting insight.
Dalam percobaan KOHLER yang lain, yang meneliti simpanse dengan menggunakan
peti-peti yang harus disusun simpanse dalam rangka memperoleh makanan, terdapat
dua masalah yang harus diselesaikan oleh simpanse yakni geometrik dan statik.
Untuk geometric diselesaikan dengan cara insight sedangkan untuk masalah static
diselesaikan dengan trial and error.
7. CARA PENARIKAN KESIMPULAN
a. Kesimpulan ditarik berdasarkan Analogi.
Berdsarkan adanya kesamaan dari suatu keadaan atau peristiwa dengan keadaan
atau peristiwa yang lain.
b. Kesimpulan ditarik berdasarkan cara Induktif
Berdasarkan dari peristiwa hal yang berisfat khusus menuju ke hal yang bersifat
umum.
c. Kesimpulan ditarik berdasarkan cara Deduktif.
Berdasarkan atas hal umum ke hal yang bersifat khusus.
8. TINGKATAN DALAM BERPIKIR KREATIF
a. Persiapan
b. Inkubasi
c. Iluminasi
d. Evaluasi
e. Revisi
9. HAMBATAN PROSES BERPIKIR
a. Data yang masuk kurang sempurna
b. Data dalam keadaan confuse atau bertentangan.
B. INTELEGENSI
1. DEFINISI
a. Intellegere (Latin) yang berarti mengoorganisasikan, menghubungkan atau
menyatukan satu dengan lainnya.
b. Daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat
berpikir menurut tujuannya. (Stern, menurut panitia istilah Padagogik, 1953)
2. TEORI-TEORI FAKTOR
a. THORNDIKE, “MULTIFAKTOR”: intelegensi merupakan kumpulan dari
atom-atom aktivitas yang berkombinasi satu dengan lainnya.
b. SPEARMAN, “TWO-FACTOR THEORY”: intelegensi mengandung faktor
general ability (G) dan special ability (S) yang keduanya terdapat dalam
semua individu tetapi berbeda satu sama lain.
c. BURT: intelegensi mengandung faktor G, faktor S, dan faktor C (common
factor)
d. THURSTONE: intelegensi mengandung faktor primer seperti spatial relation
(S), perceptual speed (P), verbal comprehension (V), word fluency (W),
number facility (N), assosciative memory (M), induction (I).
3. TEORI ORIENTASI PROSES
Intelegensi akan diukur dari fungsi fungsi seperti proses sensori, koding, ingatan,
dan kemampuan mental yang tak lain termasuk belajar dan menimbulkan kembali
(remembering)
4. PENGUNGKAPAN INTELEGENSI
Intelegensi tiap orang berbeda, sehingga kemmampuan tiap orang dalam
pemecahan masalah juga berbeda.
Terdapat dua pandangan mengenai hal ini, yakni pandangan kualitatif dan
kuantitatif.
Keduanya mengakui bahwa satu sama lain, individu itu berbeda.
Untuk mengetahui taraf intelegensi, dapat dilakukan tes intelegensi.
Klasifikasi IQ:
Very superior = IQ diatas 130
Superior = IQ 120-129
Bright Normal = IQ 110-119
Average = IQ90-109
Dull Normal = IQ 80-89
Borderline = IQ 70-79
Mental Defective = IQ 69 kebawah

SUMBER =

Walgito, Bimo, 2002, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: ANDI

6. KONASI, MOTIF, MOTIVASI


A. KEMAUAN ATAU KONASI
1. DEFINISI
Konasi memiliki definis sebagai berikut :
 salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktivitas psikis yang
mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan tujuan.
 tenaga, suatu kekuatan yang mendorong kita supaya bergerak dan berbuat sesuatu.
 Kekuatan yang sadar dan hidup atau menciptakan sesuatu berdasarkan perasaan dan
fikiran.

2. JENIS
a. Dorongan adalah kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan
berlangsung di luar kesadaran. Terbagi menjadi dorongan nafsu dan dorongan
rohaniah. Yang keduanya berpangkal pada tiga dorongan asli, yakni :
i. Dorongan Mempertahankan Diri
ii. Dorongan Mempertahankan Jenis
iii. Dorongan Mengembangkan Diri
b. Keinginan adalah dorongan nafsu yang tertuju kepada sesuatu bernda tertentu,
atau yang kongkrit. Keinginan yang dipraktekan bisa menjadi kebiasaan.
c. Kecenderungan adalah hasrat yang lebih aktif yang menyuruh kita agar lekas
bertindak.
d. Hasrat adalah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang. Adapun ciri-
ciri Hasrat yang merupakan “motor” penggerak perbuatan dan kelakuan
manusia, berhubungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif maupun
negatif, hasrat tidak dapat dipisah-pisahkan dengan pekerjaan jiwa yang lain.
Serta hasrat di arahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan.
e. Hawa Nafsu adalah hasrat yang besar dan kuat yang dapat menguasai seluruh
fungsi jiwa. Hawa nafsu bergerak di dalam kesadaran.

3. PROSES KEMAUAN
a. Motif
b. Perjuangan Motif
c. Keputusan
d. Perbuatan Kemauan

4. CIRI

Ciri-ciri gejala kemauan sebagai berikut:


• Gejala kemauan merupakan dorongan dari dalam yang khusus dimiliki oleh
manusia.
• Gejala kemauan berhubungan erat dengan satu tujuan.
• Gejala kemauan sebagai pendorong timbulnya perbuatan yang didasarkan atas
berbagai pertimbangan.
• Di dalam gejala kemauan terdapat sifat aktif/giat.
• Pada perbuatan kemauan bukanlah tindakan yang bersifat kebetulan, tetapi
merupakan tindakan yang disengaja dan terarah pada tercapainya suatu tujuan.

B. MOTIF
1. DEFINISI
 Kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang mendorong untuk berbuat (driving
force)
 Dorongan atau daya kekuatan dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
berbuat atau bertingkah laku dalam rangka mencapa suatu tujuan tertentu.
2. TEORI-TEORI MOTIF
a. Teori Insting
b. Teori Dorongan
c. Teori Insentif
d. Teori Atribusi
e. Teori Kognitif
3. JENIS MOTIF
a. Motif Fisiologis
b. Motif Sosial
c. Teori Kebutuhan
d. Motif eksplorasi,kompetensi,self-aktualisasi
C. MOTIVASI
1. DEFINISI
Motivasi dapat diartikan sebagai berikut :
 Faktor-faktor yang mengarahkan dan memberikan energy pada tingkah laku.
 Suatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi
menjadi sebuah kebutuhan nyata dan merupakan muara dari sebuah tindakan

2. DAUR LINGKARAN MOTIVASI


ketidakseimbangan kebutuhan motif

keseimbangan tingkah laku

3. TEORI MOTIVASI MENURUT PENGANUT PAHAM HUMANIS


a. Kebutuhan Fisiologis
b. Kebutuhan akan Keselamatan
c. Kebutuhan akan Cinta Kasih
d. Kebutuhan akan Harga Diri
e. Kebutuhan untuk Mewujudkan Diri Sendiri
4. TEORI LAIN TENTANG MOTIVASI
a. Homeostatis
i. Teori Drive : tubuh akan selalu berusaha untuk menjaga keseimbangan dari segala
kekurangan yang dialaminya
ii. Teori Aurosal : keseimbangan dicapai dalam ketegangan yang tidak terlalu rendah atau
tinggi.
b. Teori Atribusi

Motivasi seseorang ditentukan oleh determinan-determinan lingkungan.

c. Teori Harapan
Motivasi merupakan produk kombinasi antara besarnya keinginan seseorang untuk mendapat
reward.

d. Aktualisasi Diri

Motivasi tertinggi dalam kehidupan manusia adalah aktualisasi diri.

e. Teori Motif Berprestasi


i. Tercermin dari perilaku yang mengarah kepada tugas yang menantang tanggung jawab
secara pribadi
ii. Motivasi Lain : Kebutuhann kekuasaan, Kebutuhan Berafiliasi

5. CIRI MOTIVASI TINGGI


a. Tanggapan yang menggejolak dengan bentuk tanggapan yang bervariasi.
b. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi dengan kekuatan
determinan
c. Motivasi mengarah perilaku pada tujuan tertentu.
d. Pengaruh positif menyebabkan suatu perilaku tertentu cenderung untuk diulang-ulang
e. Kekuatan perilaku akan melemah, bila akibat dari perbuatan itu bersifat tidak
mengenakkan.

SUMBER :
Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197409072001121-
DIDIN-BUDIMAN/psikologi_olahraga/PSIKO_MOTIVASI.pdf
http://psikologi.net/proses-psikologis-dasar-emosi-dan-motivasi-bag-2/

8. PERSEPSI

9. SIKAP

A. Pengertian Sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai
dengan yang objek tadi ( Purwanto,H. 1998)

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan
situasi yang berkaitan dengannya. (Widayatun,T.R, 2009)

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sedangkan sikap seseorang terhadap
suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut (Azwar, 2005: 5).

Sikap adalah reaksi atau respon yang masihtertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau obyek (Notoatmodjo, 2007: 124).

B. Struktur Sikap (Azwar.S, 2009):

Struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen yang saling menunjang yaitu:

1.Komponen kognitif berisi kepercaayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang
benar bagi objek sikap. Seperti dalam keyakinan ibu bahwa dengan adanya pengambilan sikap
yang tepat dapat mengatasi gumoh pada bayi.

2.Kompenen affektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek
sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
Ibu merasa bertanggung jawabterhadap keadaan bayinya.

3.Komponen konatif menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

C. Komponen Pokok Sikap


Sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek). Kehidupan emosional atau
evaluasi emosional terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.

c. Kecenderungan untuk bertindak.Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk


sikap yang penting dalam pembentukan sikap utuh (Notoatmodjo, 2007: 125)

D. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni :

a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(obyek).

b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang
menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain
tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang
gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang
ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya
sendiri.

d. Bertanggung jawab (responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
E. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif:

1.Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan


obyek tertentu.

2.Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak


menyukai obyek tertentu. (Purwanto,H. 1998)

F. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap adalah :

1.Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembanganorang itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan
sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2.Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat
berubahpada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang
mempermudah sikap pada orang itu.

3.Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu
obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan
dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4.Obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari
hal-hal tersebut.

5.Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan, Sifat iniah yang membedakan
sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
(Purwanto,H. 1998)
G. Cara Pengukuran Sikap
Menurut Azwar (2009), pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan Skala
Likert, dengan kategori sebagai berikut:

Pernyataan Positif

Sangat Setuju : SS

Setuju : S

Tidak Setuju :TS

STS: Sangat Tidak Setuju

Cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual adalah membandingkan skor
tersebut dengan harga rata-rata skor kelompok dimana responden tersebut termasuk.
Perbandingan relatif ini menghasilkan interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang
favorabel dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Perbandingan tersebut harus dinyatakan
dalam satuan deviasi standar kelompok, artinya mengubah skor individual menjadi skor standar.

H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap


Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain :

a. Pengalaman Pribadi
Pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang meninggalkan kesanpaling
mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-
ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap kedalamindividu dan
mempengaruhi terbentuknya sikap.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting


Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan. Misal dalam kehidupan
masyarakat yang hidup dipedesaan, mereka akan mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh
masyarakat.
c. Kebudayaan
Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap. Dalam
kehidupan dimasyarakat, sikap masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang ada didaerahnya.

d. Media Massa
Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dengan pemberian informasi melalui media
masa mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama


Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh dalam pembentukan sikap, hal
ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan kkonsep moral dalam diri individu.

f. Faktor Emosional
Sikap yang didasari oleh emosi yang fungsinya hanya sebagai penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap yang demikian merupakan sikap
sementaradan segera berlalu setelah frustasinya hilang, namun bisa juga menjadi sikap yang
lebih persisten dan bertahan lama. Azwar (2009)

10. TINGKAH LAKU DALAM PERSPEKTIF TEORI PSIKOANALISA

Prespektif dasar dari psikoanalisis adalah bahwa tingkah laku orang dewasa merupakan
refleksi (penjelmaan) pengalaman masa kecilnya. Teori ini menekankan bahwa orang
bergerak melalui suatu tahapan (stage) yang pasti selam tahun-tahun awal perkembangannya
yang berhubungan dengan sumber-sumber kesenangan seksual (seksual pleasure). Tahapan ini
ditandai dengan tahap oral, anal, phalik dan genital. Teori psikoanalisis juga memperkenalkan
konsep ketidaksadaran sebagai bagian kepribadian, dimana terletak keinginan-keinginan, impuls-
impuls dan konflik-konflik yang dapat mempunyai pengaruh langsung pada tingkah laku. Pada
dasarnya tingkah laku individu dipengaruhi atau dimotivasi oleh determinan kesadaran maupun
ketidak sadaran.
Teori psikoanalisis ini telah mengarahkan kerja para ahli psikologi sosial pada sejumlah
topik tentang tingkah laku sosial yang diselidiki dalam arti proses-proses ketidaksadaran.
Sebagai contoh, tingkah laku agresi dipandang sebagai suatu manifestasi pembawaan sejak lahir
yaitu yang disebut sebagai instink mati dalam ketidaksadaran. Contoh lainnya, prasangka dalam
kelompok minoritas dipandang sebagai konflik individu pada masa kecil dengan orang tuanya
yang kaku (otoriter) yang kemudian dicerminkan dalam ketidaksukaannya pada orang-orang
dewasa yang tidak mirip dengan dirinya.

Konsep-konsep Freud dalam psikoanalisis. Aparat-aparat psikis menurut Freud dapat


digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu libido, struktur kejiwaan, dan struktur kepribadian.

a. Libido

Libido adalah energi vital. Energi vital ini sepenuhnya bersifat kejiwaan dan tidak boleh
dicampurkan dengan energi fisik yang bersumber pada kebutuhan-kebutuhan biologis, seperti
lapar dan haus. Freud mengatakan bahwa energi vital ini bersumber pada seks. Namun, seks
disini ia artikan sangat berbeda dari artinya yang biasa dikenal sehari-hari.

Freud mengemukakan bahwa manusia terlahir dengan sejumlah insting (naluri). Insting-insting
itu dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu insting hidup (life instinct) dan insting mati (death
instinct). Insting hidup adalah naluri untuk mempertahankan hidup atau keturunan, sedangkan
insting mati adalah naluri yang menyatakan bahwa pada suatu saat seseorang itu akan mati.
Freud tidak memberikan nama-nama khusus pada energi-energi yang bersumber pada insting
mati ini, hanya dikatakannya bahwa insting ini menyebabkan prilaku-prilaku agresif. Namun,
tentang insting hidup jelas dinyatakannya sebagai insting seksual dan energi-energi yang berasal
dari insting seksual inilah yang disebutnya libido.

Insting-insting seksual mula-mula memang berkaitan dengan bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu
bagian-bagian tubuh yang dapat menimbulkan kepuasan seksual. Bagian-bagian tubuh itu
disebutnya daereah-daerah erogen (erogenous zones), yaitu mulut, anus (pelepasan) dan alat
kelamin. Namun, dengan berkembangnya sistem kejiwaan manusia, rasa puas atau ketegangan-
ketegangan (tension) yang berasal dari daerah-daerah erogen ini lama-kelamaan terlepas dari
kaitannya dengan tubuh dan menjadi dorongan-dorongan yang berdiri sendiri.
b. Struktur Kejiwaan

Jiwa oleh Freud dibagi dalam tiga bagian, yaitu kesadaran (consciousness), prakesadaran
(preconsciousness) dan ketidaksadaran (unconsciousness).

Kesadaran adalah bagian kejiwaan yang berisi hal-hal yang disadarinya, diketahuinya. Fungsi
kesadaran diatur oleh hukum-hukum tertentu yang dinamakannya “proses sekunder”, yaitu
logika. Kesadaran jiwa berorientasi pada realitas dan isinya berubah terus. Isi kesadaran terdiri
dari hal-hal yang terjadi di luar maupun di dalam tubuh seseorang.

Prakesadaran adalah bagian kejiwaan yang berisikan hal-hal yang sewaktu-waktu dapat
dipanggil ke kesadaran melalui asosiasi-asosiasi. Freud tidak memperinci proses yang terjadi
pada prakesadaran dan bagian ini memang kecil perannya dalam sistem kejiwaan yang
diajukannya.

Ketidaksadaran merupakan bagian yang terpenting dan paling banyak diuraikan dalam sistem
kejiwaan Freud. Bagian ini berisi proses-proses yang tidak disadari, tetapi tetap berpengaruh
pada tingkah laku orang yang bersangkutan. Proses yang tidak disadari itu dinamakan “proses
primer” dan ditandai emosi, keinginan-keinginan (desire), dan insting. Realitas tidak mendapat
tempat dalam kesadarannya.

Freud mengatakan bahwa pengertian tentang tingkah laku manusia yang overt (tampak mata)
hanya dapat dicapai melalui penyimpulan yang benar tentang isi kesadaran.

11. TINGKAH LAKU DALAM DIMENSI STRUKTUR KEPRIBADIAN TEORI


PSIKOANALIS

Kepribadian terbagi atas tiga sistem, yaitu:

(1). Das Es (id)

Cirri cirinya: merupakan aspek biologis karena didalamnya berisi unsure biologis,
termasuk didalamnya instink-instink; merupakan sistem paling asli di dalam diri seseorang
karena dibawa sejak lahir; berupa relaitas psikis yang sesungguhnya karena hanya dunia batin;
merupakan energy psikis yang menggerakkan das ich dan das ueber; prinsip kerja das es
untukmengurangi ketegangan adalah prinsip kenikmatan yaitu mengurangi ketegangan dengan
menghilangkan ketidakenakan dan mengejar kenikmatan.

(2). Das ich (ego)

Cirri-cirinya: merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari kebutuhan


organism untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara
kebutuhan instinktif dan keadaan lingkungan; berkerja berdasarkan prinsip kenyataan yaitu
mencari objek yang tepat di dunia nyata untuk mengurangi ketegangan; proses yang dilalui untuk
menemukan objek yang tepat tersebut adalah proses sekundaer yaitu berpikir relaistis melalui
perumusan rencana pemuasan kebutuhan dan mengujinya; merupakan aspek eksekutif yang
mengontrol jalan yang ditempuh.

(3). Das ueber (superego)

Ciri-cirinya: merupakan aspek sosiologis kepribadian karena mewakili nilai nilai


tradisional dan cita-cita masyarakat, perintah dan larangan yang terinternalisasi dalam diri
seseorang; merupakan aspek moral kepribadian karena fungsi pokoknya adalah menentukan
apakah sesuatu itu benar, salah, baik, buruk, pantas, tidak; berfungsi untuk menghalangani
impuls das es terutama seksual dan agresi yang sangat ditentang oleh masyarakat, mendorong
das ich untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis, mengejar kesempurnaan.

12. TINGKAH LAKU DALAM DIMENSI DINAMIKA TEORI PSIKOANALISA

Freud berpendapat manusia sebagai sistem yang kompleks memakai energi untuk
berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga
membutuhkan energi, yang disebut energi psikik (psychic energy), yaitu energy yang
ditransform dari energy fisik melalui id beserta insting-instingnya. Ini sesuai kaidah fisika,
bahwa energi tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah dan berubah bentuk.

1.Insting sebagai Energi Psikis


Insting adalah perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan.
Misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh yang kekurangan nutrisi dan secara jiwani
terwujud dalam bentuk keinginan makan. Hasrat atau motivasi atau dorongan dari insting secara
kuantitatif adalah energy psikik dan kumpulan energy dari seluruh insting yang dimiliki
seseorang merupakan energy yang tersedia untuk menggerakan proses kepribadian.

Energi insting dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.Sumber insting, adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Sepangjang hayat, sumber
insting bersifat konstan, tidak berubah kecuali perubahn akibat kemasakan. Kemasakan akan
mengembangkan kebutuhan jasmaniah yang baru, dari sanalah timbul insting-insting yang baru
pula. Cenderung bersifat tetap

b.Tujuan insting,berakaitan dengan sumber insting, yakni kembali memperoleh


keseimbangan, misalnya dengan mencukupi kekurangan nutrisi. Seperti sumber insting, tujuan
insting juga bersifat konstan. Konsep Freud memandang insting sebagai pemicu tegangan, dan
id, ego, dan superego bekerja untuk mereduksi tegangan itu. Jadi, tujuan insting juga dersifat
konservatif, artinya mempertahankan keseimbangan organism dengan menghilangkan stimulasi-
stimulasi yang mengganggu. Sumber dan tujuan yang konstan, bias menimbulkan pengulangan
tingkah laku. Dimulai dari timbul rangsangan sampai peredaran tegangan. Kalau pengulangan
menjadi irasional, tanpa dapat dicegaholeh kesadaran, menjadi gejala neurotic kompulsi repetisi
(repetition compulsion). Cenderung bersifat tetap

c.Obyek insting, adalah segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul
dengan pemenuhannya. Berbeda dengan sumber dan tujuan insting yang konstan, obyek insting
atau cara orang memuaskan kebutuhannya ternyata berubah-ubah sepanjang waktu. Energy
insting itu dapat dipindahkan (displacement) dari obyek asli ke obyek lain yang tersedia untuk
mereduksi tegangan. Apabila pemindahan menjadi permanen, maka proses itu disebut derivative
insting (instinct derivative).

d.Daya dorong insting, kekuatan/intensitas keinginan berbeda-beda setiap waktu. Insting


lapar dari orang yang seharian tidak makan tentu lebih besar dari insting lapar orang yang makan
teratur. Sebagai tenaga pendorong, jumlah kekuatan energy dari seluruh insting bersifat konstan.
Penggunaannya yang berubah. Kebutuhan yang sangat penting akan mendapat satu energy yang
lebih besar disbanding kebutuhan lain yang kurang penting.

2.Jenis-jenis insting.

Insting Hidup dan Insting Seks

Freud mengajukan dua kategori umum, yaitu insting hidup (life instinct) dan insting mati
(death instinct).

a. Insting hidup disebut juga Eros, yaitu dorongan yang menjamin survival dan
reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup ini disebut
libido. Sepanjang usia bayi yang perhatiannya tertuju kepada dirinya sendiri (self centered),
libido ditujukan kepada ego yang berarti bayi memperoleh kepuasan dengan mengenal dirinya
sendiri, dinamakan Freud dengan narkisisme primer (Primary narcissism) atau libido narcissism.
Semua bayi mengalami gejala narkisisme primer ini. Bertambahnya usia mengembangkan
perhatian ke dunia luar dan kepuasan menuntut obyek di luar diri. Libido narkisisme primer
berubah menjadi libido obyek.Pada usia pubertas sering pada individu tertentu perhatiannya
lebih tertuju kepada tampang diri dan interes dirinya sendiri. Gejala ini kemudian
disebutsecondary narcissism. Libido yang ditujukankepada orang lain, itulah cinta (Love).
Dorongan seksual pada bayi mulanya tertuju kepada ibu atau orang yang merawatnya. Cinta
secara seksual kepada ibu dan anggota keluarga lain akan direpres ke bawah sadar, diganti
dengan cinta nonseksual. Tampak, narkisisme dan cinta berhubungan erat. Narkisisme adalah
cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narkisisme menjadi
mementingkan diri sendiri. Insting seks sebagai bagian dari insting hidup dapat muncul bersama
dengan insting destruktif (insting mati), menjadi gejala Sadism dan Masochism. Sadisme adalah
memuaskan dorongan seksual dan dorongan destruktif melalui menyerang orang lain.
Sedangkan, masokism adalah memuaskan dorongan seksual dengan menyerang atau menyakiti
diri sendiri.

b.Insting Mati

Insting mati atau insting destruktif (destructive instinct, disebut jugaThanatos) bekerja
secara sembunyi-sembunyi disbanding insting hidup. Akibatnya pengetahuan mengenai insting
mati menjadi terbatas, kecuali kenyataan bahwa pada akhirnya semua orang akan mati. Menurut
Freud, tujuan semua kehidupan adalah kematian.

Dorongan agresif (aggressive drive) adalah derivative insting mati yang terpenting.
Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan
bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri (suicide). Untuk memelihara diri,
insting hidup umumnya melawan insting mati itu dengan cara mengarahkan energinya keluar,
dutujukan ke orang lain. Sebagian energy agresi ini kemudian dapat disalurjkan ke kegiatan-
kegiatan yang dapat diterima lingkungan social. Bersifat fleksibel.

Kecemasan sebagai tanda adanya bahaya. Perasaan terjepit, bahaya merupakan


kecemasan. Sebagai ego, ketika bertahan dan mempertimbangkan hidup organism sebenarnya ia
dalam keadaan bahaya.

DAFTAR PUSTAKA

http://ariermawan.blogspot.in/2012/09/psikoanalisis-klasik-sigmund-freud.html

13. TINGKAH LAKU MENURUT DINAMIKA PERKEMBANGAN PSIKOANALISA

Perkembangan Kepribadian

Freud memandang bahwa tahun-tahun permulaan mas akanak-kanak merupakan peletakkan


dasar struktur kepribadian seseorang, sampai-sampai Freud mengatakan bahwa kanak-kanak
adalah ayahnya manusia (The Kid is the father of a man)

Ditinjau dari perkembangannya, kepribadian seseorang terbagi dalam beberapa fase:

(1) Fase oral (0-1 tahun)

Merupakan daerah pokok yang paling pokok yang paling erogen dan paling peka. Hal ini
berkaitan dengan kebutuhan dasar makan atau minum. Perangsangan atas mulut seperti
menghisap atau memasukkan sesuatu ke dalam mulu merupakan sumber kesenangan atau
kepuasan. Fase oral ini akan membentuk sikap ketergantungan dan kepercayaan kepada orang
lain.

Menurut Freud, individu yang memperoleh perangsangan oral yang berlebihan atau sangat
kekurangan saat ia dewasa akan memiliki kepribadian oral pasif dengan cirri karakter penurut,
pasif, kurang matang dan ketergantungan. Lalu ketika bayi sudah mulai tumbuh gigi sehingga
menggigit dan mengunyah memiliki arti penting dalam pengungkapan frustasi karena
ketidakhadiran objek pemuasnya. Apabila individu dalam perkembangannya mengalami fiksasi
pada masa ini, individu akan memiliki karakter sarkastik, pesimis, dan sinis dan kecenderungan
mendominasi orang lain dalam rangka memuaskan kebutuhannya.

(2) Fase Anal (1-3 tahun)

Pada fase ini daerah yang paling erogen dan peka beralih ke daerah dubur. Kesenangan yang
dimaksud adalah dengan cara memepermainkan atau menahan feses. Pada fase ini anak mulai
dikenalkan dengan toilet training. Cara penerapan toilet training yang keras dan menekankan
akan menjadikannya individu yang berkepribadian anal retentive dengan cirri keras kepala, kaku,
kikir, terlalu teliti, ekstrem soal kebersihan, mengalami kebimbangan dan sukar bertoleransi.
Sedangkan toilet training yang permisif (semaunya) akan menjadikan anak individu yang
nerkepribadian anal aggressive dengan cirri cirri kejam, destruktif, pembenci serta
kecenderungan memandang orang lain sebagai objek untuk dimiliki atau dikuasai.

(3) Fase Falik (3-5 tahun)

Pada fase ini organ yang menjadi sumber kesenangan adalah daerah kelamin. Terdapat
fenomena Oedipus complex (perasaan cinta anak laki-laki terhadap ibunya diserta perasaan
permusuhan terhadap ayah akarena ayah dianggap merebut kasih sayang dari sang ibu dan
membayangkan ayah akan melukainya dengan memotong alat kelamin yang memberikannya
kepuasan) pada anak laki-laki dan electra complex (perasaan cinta anak perempuan kepada sang
ayah karena dianggap memiliki organ yang dia inginkan disertai perasaan permusuhan kepada
sang ibu yang juga dikarenakan pengalaman traumatis berupa kemarahan yang tak memberinya
kelamin sempurna seperti laki-laki) pada anak perempuan.

(4) Fase Laten (5-12 tahun)


Fase dimana dorongan dinamis anak-anak seakang hilang sehingga sangat mudah untuk
diatur dan dididik. Energi libidinal dialihkan pada kegiatan nonseksual, olahraga, berteman.

(5) Fase Pubertas (13-20 tahun)

Impuls libidinal yang seakan hilang kembali menonjol sehingga aktivitas individu dinamis
kembali. Apabila impuls ini dapat dialihkan ke daerah das ich maka sampailah individu ini pada
tahap gental.

(6) Fase Gental (20 tahun ke atas)

Chathexis pada fase falis bersifat narsistik (mendapatkan kepuasan dari rangsangan dan
manipulasi tubunya sendiri dan orang lain hanya memberi bentuk tambahan kenikmatan), pada
fase gental ini nasisme diarahkan ke objek luar dan individu mulai belajar mencintai orang lain
dengan alasan-alasan altruistic dan bukan alasan narsistik. Dorongan altruistic selanjutnya
disosialisasikan dalam bentuk pemindahan objek, sublimasi, dan identifikasi.

14. IMPLEMENTASI TINGKAH LAKU INDIVIDU DALAM PERSPEKTIF


PSIKOANALISA DALAM KONSELING

1. Tujuan Konseling Psikoanalisis


1) Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari pada mekanisme
penyesuaian diri mereka sendiri
2) Membantu konseli membuat hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari
3) Membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal
yang tak disadari menjadi sadar kembali, dengan menitikberatkan pada pemahaman dan
pengenalan pengalaman-pengalaman masa anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk
ditata, disikusikan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian klienbisa
direkonstruksi lagi
2. Langkah-langkah Konseling Psikoanalisis
1) Menciptakan hubungan kerja dengan klien
2) Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan
melakukan transferensi.
3) Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya
4) Pengembangan reesitensi untuk pemahaman diri
5) Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
6) Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
7) Menutup wawancara konseling
3. Teknik-teknik Konseling Psikoanalisis
1) Asosiasi bebas
Yaitu mengupayakan klien untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam
pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga klien mudah mengungkapkan
pengalaman masa lalunya. Klien diminta mengutarakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya.
Tujuan teknik ini adalah agar klienmengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan
emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lalu. Hal ini disebut juga
katarsis.

2) Analisis mimpi
Klien diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan
konselor berusaha untuk menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk menilik masalah-masalah
yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalahkarena pada waktu tidur pertahanan ego
menjadi lemah dan kompleks yang terdesak pun muncul ke permukaan. Menurut Freud, mimpi
ini ditafsirkan sebagai jalan raya mengekspresikan keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak
disadari.

3) Interpretasi
Yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apayang dikatakan klien, baik dalam
asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan, menjelaskan dan
bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi
bebas, resitensi dan transferensi.

4) Analisis resistensi
Resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap
alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian klien untuk
menafsirkan resistensi
5) . Analisis transferensi

Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini,
klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait dengan
cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh klien dibawa ke masa sekarang dan
dilemparkan ke konselor. Biasanya klien bisa membenci atau mencintai konselor. Konselor
menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif agar bisa terungkap tranferensi
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai