Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sehat adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan
tersebut berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Menurut WHO sehat
adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan
sosial bukan semata-mata bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sakit adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya keluhan dan
gejala sakit secara subjektif dan objektif sehingga penderita tersebut
memerlukan pengobatan untuk mengembalikan dirinya ke keadaan sehat.
(Iqbal, 2009).
Lanjut usia merupakan fase akhir kehidupan ditandai dengan penuaan
yang menjadi proses normal kehidupan. Lansia memiliki usia harapan hidup
yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH)
dunia tahun 2013 untuk populasi berusia 60 tahun rata-rata dapat bertahan
hidup selama 20 tahun (1). Indonesia mengalami peningkatan UHH secara
nyata. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa penduduk
Indonesia memiliki UHH mencapai 70,7 tahun (2). Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki UHH
paling tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar 73,27 tahun (3).
Peningkatan UHH menyebabkan populasi lansia meningkat. Populasi di
Indonesia tahun 2014 mencapai 20,24 juta jiwa atau setara dengan 8,03%.
Salah satu kota yang mempunyai populasi lansia tertinggi di Indonesia
adalah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan persentase jumlah lansia sebesar
13,05% (2). Seiring dengan peningkatan UHH, lansia mengalami perubahan
normal maupun patologis yang berkaitan dengan proses penuaan dalam
berbagai sistem. Proses perubahan tersebut menyebabkan penurunan fungsi
sistem muskuloskeletal yang menyebabkan lansia rentan mengalami
hambatan dalam mobilitas fisik (1).
Perubahan normal akibat penuaan ini paling jelas terlihat pada sistem
muskuloskeletal berupa penurunan otot secara keseluruhan pada usia 80
tahun mencapai 30% sampai 50% (4). Perubahan patologis pada sistem
muskuloskeletal seperti rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan osteoporosis
yang sering terjadi pada lansia menyebabkan hambatan mobilitas fisik.
Dampak fisik dari gangguan mobilitas paling jelas terlihat pada sistem
musculoskeletal berupa penurunan kekuatan dan ketangkasan otot,
kontraktur yang membatasi mobilitas sendi, kekakuan dan nyeri pada sendi.
Hambatan mobilitas fisik juga memberikan dampak buruk pada system
kardiovaskuler, pernapasan, metabolik, perkemihan, pencernaan dan
integumen berupa penurunan kemampuan atau fungsi dari jantung,
pembuluh darah, paru-paru, terganggunya metabolisme tubuh, gangguan
fungsi ginjal, kerusakan kulit, serta gangguan pada proses pencernaan
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan social dari tiap anggota (Duvall,2011).
Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan. Kemudian membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan
yang harus dilakukan. Yaitu, mengenal masalah kesehatan keluarga,
memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi bagi keluarga, merawat
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan
keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan Pekauman Kelurahan
Pekauman Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin di RT 1
mahasiswa melakukan keluarga binaan pada salah satu keluarga untuk
meningkatkan status kesehatan keluarga dengan memberikan asuhan
keperawatan keluarga.
I.2 Batasan Masalah
Dalam membuat masalah ini, mahasiswi hanya menulis asuhan
keperawatan keluarga dalam kasus hipertensi pada salah satu anggota
keluarga Tn. J yang beralamat di RT. 01 Pekauman, Kelurahan Pekauman
Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin.
I.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan asuhan keperawatan keluarga ini
adalah agar mahasiswi mengetahui dan mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada keluarga yang salah satu anggotanya menderita
hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada salah satu anggota
keluarga Tn.F dengan masalah mobilitas fisik
b) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada salah
satu anggota keluarga Tn.F dengan masalah mobilitas fisik.
c) Mahasiswa mampu menyususun rencana asuhan keperawatan pada
salah satu anggota keluarga Tn.F dengan masalah mobilitas fisik
d) Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada salah satu
anggota keluarga Tn.F dengan masalah mobilitas fisik
e) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada salah satu anggota
keluarga Tn.F dengan masalah mobilitas fisik

1.4 Manfaat Penulisan


a) Bagi Penulis
Sebagai penerapan teori yang telah di dapat bangku kuliah
khususnya family health nursing dan community health nursing.
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang perawatan
kesehatan dalam keluarga. Mampu mengenal masalah kesehatan yang
dihadapi gerontik.
b) Institusi
Dapat mengevaluasi hasil mata ajaran dan aplikasinya di keluarga
dan masyarakat. Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang ada di
masyarakat.

c) Keluarga
Membantu keluarga mengenal masalah kesehatan pada
keluarganya. Membantu keluarga untuk mengambil keputusan.
Membantu keluarga merawat/menolong anggota keluarga yang sakit.
Meningkatkan kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan.
Membantu keluarga agar mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
BAB II
KONSEP TEORI

II.1 Konsep Teori


II.1.1. Pengertian Usia Lanjut (Lansia)
Usia lanjut (lansia) adalah individu yang berusia diatas 60
tahun, pada umumya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan
fungsi-fungsi biologis, psikologis, soaial, ekonomi (BKKBN, 1995
dalam Mubarok, 2006). Menurut WHO lanjut usia meliputi usia
pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 tahun sampai 59
tahun, lanjut usia (elderly) yaitu usia 60 sampai 74 tahun, lanjut
usia tua (old) yaitu antara 75 tahun sampai 90 tahun dan usia
sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun (Nugroho, 2008) 8
alamiah, yang berarti seseorang telah melewati 3 tahap
kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat
dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan
(Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008),
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4)
UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Maryam, dkk, 2008). Penuaan adalah normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi
pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan. kronologis tertentu (Stanley, 2006).
II.1.2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi pada lansia menurut Maryam, dkk (2008) antara
lain lansia yaitu sesorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia
resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan, lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu
melaksanakan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa serta lansia tidak potensial yaitu
lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, shingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
II.1.3. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008) lansia
memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun
(sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan),
kebutuhan dan masalah yang bervariasi dan rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif, lingkungan tempat
tinggal yang bervariasi.
II.1.4 Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau
menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan lansia
dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.
Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya
melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta
membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya,
makapada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa
ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga,
mengembangkan hobi bercocok tanam, dan lain-lain.
Tugas perkembangan lansia menurut Maryam, dkk (2008)
antara lain: mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun,
mempersiapkan diri untuk pensiun, membentuk hubungan baik
dengan orang seusianya, mempersiapkan kehidupan baru,
melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakt
secara santai, mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian
pasangan.

II.1.5 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan
fisik, sosial dan psikososial (Maryam, dkk, 2008). Perubahan fisik
meliputi perubahan sel (jumlah berkurang, ukuran membesar,
cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun), perubahan
kardiovaskular (katub jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun, menurunnya kontraksi dan volume,
elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat),
respirasi (otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,
elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga
menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya
menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadinya
penyempitan pada bronkus), persarafan (saraf panca indra
mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam
merespon dan waktu bereaksi khusunya yang berhubungan dengan
stres. Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga
menyebabkan berkurangnya respon motorik dan refleks),
muskuloskeletal (cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh,
bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor,
tendon mengerut dan mengalami sklerosis), gastrointestinal
(esofagus melebar, asam lambung menurun, dn peristaltik menurun
sehingga daya absorpsi juga ikut menurun. Ukuran lambung
mengecil serta fungsi organ aksesori menurun 11 sehingga
menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim
pencernaan), genitouinaria (ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal
menurun, penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus
menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urin juga ikut
menurun), vesika urinaria (otot-otot melemah, kapasitasnya
menurun, dan retensi urin. Prostat akan mengalami hipertrofi pada
75% lansia), vagina (selaput lendir mengering dan sekresi
menurun), pendengaran (membran tympani atrofi sehingga terjadi
gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami
kekakuan), penglihatan (respon terhadap sinar menurun, adaptasi
terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang
menurun, dan katarak), endokrin (produksi hormon menurun), kulit
(keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam
hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vasikularisasi
menurun, rambut memutih, kelenjar keringat menurun, kuku keras
dan rapuh serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk),
belajar dan memori (kemampuan belajar masih ada tetapi relatif
menurun. Memori atau daya ingat menurun karena proses incoding
menurun), intelegensi (secara umum tidak banyak berubah),
personality dan adjusment (pengaturan) (tidak banyak berubah,
hampir seperti saat muda), pencapaian (sains, filosofi, seeni, dan
musik sangat mempengaruhi).
Perubahan sosial, meliputi perubahan peran, keluarga,
teman, masalah hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi, keamanan,
transportasi, 12 politik, pendidikan, agama dan panti jompo.
Perubahan psikologis meliputi frustasi, kesepian, takut kehilangan
kebebasan, takut menghadapi kematia, perubahan keinginan,
depresi, dan kecemasan.
Pada saat orang tua terpisah dari anak serta cucunya, maka
muncul perasaan tidk berguna dan kesepian. Padahal mereka yang
sudah tua masih mampu mengaktualisasikan potensinnya secara
optimal. Jika lansia dapat mempertahankan pola hidup dan cara dia
memandang suatu makna kehidupan maka sampai ajal menjeemput
mereka masih dapat berbuat banyak bagi kepentingan semua orang
(Maryam, dkk, 2008).
10 kebutuhan lansia menurut Darmojo (2001) dalam
Maryam, dkk, (2008) adalah sebagai berikut :
a) Makan cukup dan sehat.
b) Pakaian dan kelengkapannya.
c) Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh.
d) Perawatan dan pengawasan kesehatan.
e) Bantuan teknis praktik sehari-hari/bantuan hukum.
f) Transportasi umum.
g) Kunjungan/teman bicara/informasi.
h) Rekreasi dan hiburan sehat lainnya.
i) Rasa aman dan tentram.
j) Bantuan alat-alat pancaindra. Kesinambungan bantuan dana
dan fasilitas.
II.2 Konsep Penyakit Degeneratif
II.2.1 Penyakit degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang sulit untuk
diperbaiki yang ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang
dipengaruhi gaya hidup. Gaya hidup sehat menggambarkan pola
perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya
(Notoatmodjo, 2010).
II.2.2 Gambaran Klinis Penyakit Degeneratif Secara Umum
a) Perjalanan penyakit lambat, setelah waktu yang lama dari
fungsi saraf yang normal, kemudian diikuti kemunduran fungsi
susunan saraf tertentu yang bersifat progresif lambat yang
dapat berlanjut sampai beberapa tahun atau puluhan tahun.
Pasien sulit menentukan kapan penyakit mulai timbul. Adanya
riwayat kejadian yang dapat mempresipitasi terjadinya
penyakit degeneratif, misalnya kecelakaan, infeksi atau
kejadian lain yang diingat sebagai penyakit.
b) Kejadian penyakit yang sama dalam keluarga (bersifat
familial)
c) Pada umumnya penyakit degeneratif pada sistem saraf akan
terjadi terus menerus, tidak dapat diperbaiki oleh tindakan
medis atau bedah, kadangkadang penyakit ini ditandai dengan
periode yang stabil untuk beberapa lama. Beberapa gejala
dapat dikurangi dengan penatalaksanaan yang baik, tetapi
penyakitnya sendiri tetap progresif.
d) Bilateral simetris. Meskipun kadang-kadang misalnya pada
Amyotrophic lateral skelerosis mula-mula hanya mengenai
satu anggota gerak atau salah satu sisi tubuh, tapi dalam proses
selanjutnya menjadi simetris.
e) Hanya mengenai daerah anatomis atau fisiologi susunan saraf
pusat secara selektif.
f) Secara histologis bukan hanya sel-sel neuron saja yang hilang
tapi juga dendrit, axon, selubung mielin yang tidak
berhubungan dengan reaksi jaringan dan respon selular.
g) Pada likuor serebrospinalis kadang-kadang terdapat sedikit
peningkatan protein, tetapi pada umumnya tidak menunjukkan
kelainan yang berarti.
h) Karena menyebabkan kehilangan jaringan secara radiologis
terdapat pengecilan volume disertai perluasan ruang likuor
serebrospinalis. Permeabilitas sawar darah otak tidak berubah.
i) Laboratorium atau pemeriksaan penunjang lain sering
memberikan hasil yang negatif. Berbeda dengan penyakit
susunan saraf pusat progresif lain sepert tumor, infeksi, proses
inflamasi lain.
j) Pemeriksaan neuroimaging dapat menunjukkan kelainan
tertentu, sehingga dapat membantu menyingkirkan golongan
penyakit lain.

II.2.3 Faktor Penyebab Penyakit Degeneratif


Ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
penyakit degenaratif, faktor-faktor tersebut antara lain adalah
sebagai berikut :
a) Gaya hidup tidak sehat :
1. Kurang olahraga
2. Merokok
3. Alkoholic (pecandu alkohol)
4. Narkoba
5. Workaholic (gila kerja)
6. Stres psikologis (tekanan batin)
b) Pola makan yang tidak sehat. Mengonsumsi lemak jenuh
(kolesterol), junk food, gula murni berlebihan, MSG dan
kurang serat
c) Makanan teroksidasi (minyak jlantah, pemanasan minyak
dengan suhu tinggi, daging bakar atau panggang).
d) Genetik atau keturunan.
e) Obesitas atau kegemukan.
f) Paparan zat kimia (plastik, Pb, Ar, Hg, zat warna pakaian,
asam boraks, formalin, dll).
g) Polusi udara dan faktor lingkungan yang terakumulasi selama
bertahun-tahun.
h) Radikal bebas (polusi udara dari asap motor/mobil, asap
pabrik, asap rokok).

BAB III
HASIL KEGIATAN

III.1 Pengkajian
I. IDENTITAS DIRI KLIEN
Nama : Tn. J
Umur : 84 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : RT. 01 Pekauman, Kelurahan Pekauman
Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin
Status perkawinan : Cerai Mati
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Lama bekerja : Tidak bekerja

STRUKTUR KELUARGA

Jenis Hubungan
No Nama Umur Pekerjaan Keterangan
kelamin Dengan klien

1. Ny. S 80 Perempuan Istri IRT Meninggal


30 tahun
yang lalu

GENOGRAM
Genogram

c
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Garis keturunan
----- : Tinggal serumah

2. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Cucu klien mengatakan ”Klien ada tekanan darah tinggi, minum obat
pengontrol tekanan darah. Klien pernah merokok, tapi sudah lama
berhenti paksa stroke sekitar ±30 tahunan yang lalu”
3. RIWAYAT PENYAKIT
a) Keluhan utama saat ini :
Klien kurang gerak atau kurang melakukan aktivitas fisik
b) Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi dan Stroke ± 30 tahun yang
lalu

4. RIWAYAT MASUK PANTI


Klien mengatakan “tidak pernah masuk panti”

5. PENGKAJIAN
a) Kebutuhan nutrisi :
Cucu klien mengatakan “makan 3 kali sehari, menghabiskan 1/2
porsi makanan, nafsu makan baik hanya klien bepilih makanan
sesuai dengan keinginannya”
b) Pola eliminasi :
Cucu klien mengatakan “BAB normal, tidak ada masalah, biasanya
1 kali sehari. BAK juga tidak ada masalah, BAK sering berwarna
kuning jernih dan tidak ada nyeri pada saat BAK”.
c) Pola aktivitas dan latihan :
Cucu klien mengatakan “Maunya dirumah saja tiduran dikasur
tidak ada melakukan aktivitas”
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilisasi di tempat tidur √

Berpindah dan berjalan √

Ambulasi / ROM √

d) Pola istirahat dan tidur :


Klien mengatakan ”kerjaannya hanya tiduran dikasur dan sering
tidur, kalau malam biasa tidur dari jam 23.00-05.00 wita. Kadang
terbangun oleh buang air kecil dan bisa kembali tidur”
e) Pola perceptual :
1. Penglihatan:pasien mengatakan “Klien mengalami gangguan
penglihatan, tidak menggunakan alat bantu seperti kacamata “
2. Pendengaran: Normal
3. Pengecap: Normal
4. Sensasi: Normal
f) Konsep diri klien:
1. Gambaran diri : Klien mengatakan “sebagai seorang sosok
lansia yang lemah dan bersyukur akan kehidupan yang masih
diberikan oleh Tuhan”.
2. Ideal diri : Klien mengatakan “menyukai semua yang ada
pada diri saya, walaupun dengan keterbatasan karena
penyakit ini”.
3. Peran diri : Klien mengatakan “sekarang tinggal dengan
cucu, ”.
4. Harga diri : Klien mengatakan “walaupun sudah lansia dan
sakit-sakitan tapi saya masih merasa diri saya sangat
berharga dan berarti”.
5. Identitas diri :
Klien mengatakan “di rumah sebagai kakek dan orang yang
dituakan”
6. Pola peran hubungan :
Klien mengatakan “hubungan dengan anak dan cucu baik,
tidak ada masalah”
7. Pola managemen koping stress :
Klien mengatakan “jika stress dengan penyakit yang di derita,
klien lebih mengutamakan menenangkan diri dengan tiduran
dan berdoa”.
8. System nilai dan keyakinan dalam hidup :
Klien mengatakan “beragama islam, melakukan sholat,
percaya bahwa sakit yang diderita sekarang akan
disembuhkan asalkan yakin kepada Allah dan selalu diberikan
kekuatan”

6. PEMERIKSAAN FISIK
a) Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan fisik Tn. J
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 180/110 mmHg
Nadi 87 x/mnt
Suhu 36,5 0C
RR 19 x/mnt
BB 54 kg
Kepala Bentuk kepala simetris, tidak ada pembesaran
dan tidak ada nyeri
Rambut Beruban, bersih
Kulit Sawo matang, keriput
Mata Simetris, konjungtiva tidak anemis dan sclera
tidak ikterik, penglihatan mengalami gangguan
saat memandang objek terlihat agak kabur
Hidung Bersih, fungsi penghidu baik
Mulut & Bersih, tidak berbau, gigi tidak lengkap, tidak
tenggorokan menggunakan gigi palsu
Telinga Simetris, pendengaran baik, tidak menggunakan
alat bantu
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfa
Dada Bentuk dada simetris, retraksi otot dada simetris,
Perut Tidak kembung, tidak nyeri tekan, tiidak asites
Ekstremitas Bentuk kaki simetris, nyeri pada tulang dan sendi
kaki, kekuatan otot
5555 5555
4444 4444
Warna kulit sawo matang, kulit keriput, tidak ada
Kulit
lesi.

b) Pemeriksaan panca indra :


1. Penglihatan : Bola mata bulat, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikterik, refleks pupil isokor (kiri 2 kanan 2), penglihatan ada
gangguan kabur
2. Pendengaran : Simetris, tidak ada nyeri tekan, liang telinga bersih,
pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu
3. Pengecapan / mulut :gigi tidak lengkap, lidah bersih, sensasi rasa
normal mampum engenal rasa manis, asam, asin, pahit.
4. Sensasi / kulit : turgor kulit lembab, suhu 36,50C, sensasinyeri
normal
5. Penciuman / hidung : hidung simetris, lubang hidung normal, polip
tidak ada, sputum atau secret tidak ada.

III.2 Diagnosa Keperawatan


III.2.1 Analisa Data

Data-data Etiologi Masalah Keperawatan

Data Subjektif : Ketidakmampuan Gaya hidup kurang


Cucu klien mengatakan
mengambil keputusan gerak
“Maunya dirumah saja tiduran
dikasur tidak ada melakukan
aktivitas”

Data objektif :
Klien tampak duduk bersandar
diatas tempat tidur

III.2.2 Prioritas Masalah


Gaya hidup kurang gerak berhubungan dengan ketidakmampuan
dalam mengambil keputusan

BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 Pengkajian
Dalam konsep dasar teori asuhan keperawatan lansia dengan
mobilitas fisik data yang perlu dikaji adalah eliminasi, aktivitas/istirahat,
integumen, kardiovaskular, makanan/cairan, interaksi sosial, keamanan,
ektremitas, dan integritas ego sedangkan pada pengkajian kasus
ditampilkan data demografi, riwayat pekerjaan, riwayat lingkungan hidup,
riwayat rekreasi, sistem pendukung, deskripsi kekhususan, keluhan utama
yang dirasakan klien, aktivitas sehari-hari.

Dalam proses pengkajian kasus, didapatkan keluhan klien kurang


gerak atau kurang dalam melakukan aktivitas fisik.

IV.2 Perencanaan

Dalam perencanaan teoritis, dapat dilakukan Range Of Motion


(ROM) untuk mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005)

IV.3 Pelaksanaan

Pemberian tindakan keperawatan kepada klien disesuaikan dengan


perencanaan yang telah dibuat. Fokus pelaksanaan tindakan keperawatan
adalah care giver mengajarkan tentang pelaksanaan tindakan ROM aktif
pada klien serta cucu nya.

IV.4 Evauasi

Dalam mengevaluasi keberhasilan pencapaian pelaksanaan asuhan


keperawatan kepada klien dilakukan setelah tindakan keperawtaan yaitu
mengajarkan tentang ROM aktif. Hasilnya klien dan cucunya mengerti dan
dapat mendemontrasikan gaya-gaya atau tehnik dari ROM.

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Dengan meningkatnya populasi lanjut usia di Indonesia serta
dampak dari penurunan fungsi tubuh salah satunya dapat menyebabkan
kurangnya aktivitas gerak sehingga dapat terjadi masalah-masalah
kesehatan yang berkaitan dengan mobilitas fisik yaitu kelemahan massa
dan tonus otot, serta dapat terjadinya kontraktur atau kekakuan sendi
sehingga diperlukan tindakan pencegahan dengan berktivitas salah satunya
yaitu dengan melakukan ROM dimana tujuan dari ROM itu sendiri yaitu
untuk mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot

V.2 Saran
V.2.1 Puskesmas
Banyak kendala yang membuat lansia tidak dapat pergi
kelayanan kesehatan atau posyandu lansia untuk periksa kesehatan
karena letaknya yang agak jauh serta tidak ada transfortasi.
Diharapkan ketika ada kunjungan, petugas kesehatan dapat
memberikan edukasi pengajaran tentang ROM kepada masyarakat
baik lansia maupun care giver yang tinggal bersama lansia karena
dampak dari peningkatan usia yaitu penurunan fungsi tubuh yang
berdampak pada kurangnya mobilitas fisik yang dilakukan lansia
dan dapat berakibat terjadinya konraktor dan atropi otot.
V.2.2 Institusi Pendidikan
Diharapkan berguna untuk perencanaan kedepan bagi
mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan.
V.2.3 Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga memahami dan dapat mempraktekkan
apa yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai