Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2015

PEMBENTUKAN LAPISAN MUTIARA BLISTER Pteria penguin


DALAM SEMBILAN BULAN PERKEMBANGAN
(Blister Pearl Layer Formation of Pteria penguin in Nine Months Development)

Yanti Kaleb1*, N. Gustaf F. Mamangkey1, Desy M. H. Mantiri1

1. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam
Ratulangi, Manado
*e-mail : yanti.antik@gmail.com

The study was conducted with aims to analyze the development of layer thickness of
blister (mabé) pearl and to compare it with the layer thickness of the shell during the period of
nine months. The study was carried out in Arakan, District of Minahasa Selatan and then
continued in laboratory analysis. The molluscs used in this study were inserted and glued with
plastic nuclei in their internal part of their shells. Sampling was conducted in 3rd, 5th and 9th
month after insertion. Blister pearl formed was cut transversely to observe the development of
pearl layers. The result of this study revealed that pearl development increased on 3 rd, 5th and
9th month by 25.26 µm, 46.12 µm, 47.18 µm, respectively.

Keywords: Pteria penguin, blister pearl, mabé pearl, pearl thickness

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis tingkat perkembangan pada
ketebalan lapisan mutiara jenis blister mabé dan perbandingan ketebalan lapisan cangkang
dengan lapisan mutiara selama kurun waktu sembilan bulan. Penelitian dilakukan di perairan
Arakan, Kabupaten Minahasa Selatan dan dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Kerang
disisip inti plastik pada dinding bagian dalam. Sampling dilakukan pada bulan ke-3, 5 dan 9.
Bagian yang terbentuk blister kemudian dipotong secara melintang untuk melihat
perkembangan lapisan. Berdasarkan hasil penelitian ini maka didapatkan bahwa
perkembangan ketebalan lapisan mutiara meningkat ukuran rata-rata lapisannya pada bulan
ketiga 25.26 µm, bulan kelima 46.12 µm dan bulan kesembilan 47.18 µm.

Kata kunci: Pteria penguin, Mutiara mabé, mutiara blister, Tebal Mutiara

PENDAHULUAN menghasilkan material untuk


melindungi jaringan tubuh di sekitar
Kerang Pteria penguin atau
luka tersebut (Taylor dan Strack, 2008).
‘winged pearl oyster’ adalah salah satu
Mutiara yang dibudidaya terbentuk
jenis kerang mutiara yang termasuk
secara alami tetapi sebelumnya disisipi
genus Pteria dalam filum Mollusca
inti mutiara dan potongan mantel dari
(Wada & Tëmkin, 2008), dan juga
kerang donor yang dibantu oleh
disebut kerang bercangkang kupu-kupu
manusia (Taylor & Strack, 2008).
(Strack, 2006). Masyarakat lokal
Namun kerang yang biasa dipakai
khususnya daerah Arakan, Sulawesi
dalam menghasilkan mutiara secara
Utara menyebutkan kerang ini adalah
massal adalah genera Pinctada dan
kerang garuda. Habitat kerang Pteria
Pteria (Pinctada margararitifera,
penguin berada pada zona litoral dan
Pinctada maxima, Pinctada fucata dan
sublitoral. Distribusi Pteria penguin
Pteria Penguin) (Strack, 2006; Gervis &
tersebar di Indo-Pasifik.
Sims, 1992; Mamangkey, 2009).
Produksi mutiara dapat dibagi
Khusus Pteria penguin, kerang jenis ini
menjadi dua jenis yaitu mutiara alami
berpotensi menghasilkan mutiara
dan mutiara budidaya. Mutiara alami
setengah atau mutiara blister (mabé)
terbentuk berdasarkan hasil reaksi
(Strack, 2006 dan Wada & Tëmkin,
tubuh karena adanya luka pada
2008).
jaringan dalam mantel moluska dengan

15
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2015

Terdapat tiga lapisan struktur persiapan alat dan bahan sebelum


mutiara (Fougerouse et al., 2008) yaitu: pergi untuk melakukan kegiatan
(1). Periostrakum luar yang sebagian monitoring dan sampling. Pengambilan
besar terdiri dari protein; (2). ostrakum sampel kerang di Arakan Kecamatan
medial atau lapisan prismatik, terdiri Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan
dari kristal kalsit dalam matriks organik; dilakukan dengan bantuan para
dan (3). hipostrakum dalam atau nelayan di kawasan laguna di depan
lapisan nakre (‘mother of pearl’), yang desa.
terdiri dari kristal aragonite dalam
matriks organik. Struktur utama dalam
pembentukan nakre terbentuk dari
proses mineralisasi (Adaddi et al.,
2006). Nakre dikenal juga ‘mother of
pearl’ (MOP) merupakan lapisan yang
membentuk struktur dinding bata tiga
dimensi dimana mortar dari lapisan tipis
biopolimer (20-30 nm) dan 95 %
aragonite (CaCO3) (Barthelat &
Espinosa, 2007).
Informasi ilmiah khususnya yang
berhubungan dengan deskripsi
penebalan lapisan mutiara jenis blister
(mabé) pada Pteria penguin di perairan
ini atau di Sulawesi Utara secara umum
masih minim. Jadi diperlukan studi
untuk mengetahui penebalan lapisan, Gambar 1. Prosedur kerja di lapangan
pembentuk lapisan mutiara pada Pteria
penguin karena mengingat potensi Pengambilan kerang dilakukan dengan
sumberdaya dari kerang jenis ini mengambil kerang Pteria penguin yang
sebagai penghasil mutiara. menempel namun bisus kerang
tersebut dipotong tidak ditarik dari
METODE PENELITIAN subsratnya. Jumlah kerang yang
digunakan sebanyak 6 kerang.
Pengambilan sampel kerang dilakukan
Lokasi penelitian berada pada pada bulan ketiga, kelima dan
daerah pesisir dan laut di Desa Arakan, kesembilan. Setelah pengambilan,
Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi kerang Pteria penguin dibersihkan
Utara dan Laboratorium Biologi dengan menggunakan sikat, pisau
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu dempul, gunting dan tangan
Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. mengunakan dengan memakai sarung
Kegiatan pengambilan dan pengukuran tangan. Pembersihan kerang
sampel dilakukan di Desa Arakan dan dimaksudkan untuk mengangkat biota
analisis ketebalan mutiara di pengotor yang menempel di cangkang
Laboratorium Biologi Kelautan. bagian luar. Setelah kerang bersih,
Penelitian ini dilakukan selama sepuluh kerang diukur tinggi, lebar dan tebal
bulan. cangkang dengan menggunakan
Prosedur kerja di lapangan disajikan jangka sorong dengan ketelitian sampai
Gambar 1. Kegiatan penelitian diawali 0,5 cm. Sedangkan berat kerang diukur
dengan penyiapan alat dan bahan yang dengan menggunakan timbangan
digunakan dalam menunjang penelitian digital dengan ketelitian sampai 1 gram.
ini. Kemudian, pada setiap kegiatan Setelah dilakukan prosedur kerja
monitoring dan sampling dalam pembersihan pada kerang Pteria
pengambilan data kerang dilakukan

16
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2015

penguin. Kerang yang sudah bersih alat pemotong seperti Gambar 2.


dilakukan penyisipan inti mutiara. Prosedur obervasi untuk analisis
Penyisipan inti mutiara dilakukan dilakukan penyiapan lapisan mutiara
dengan menunggu kerang sampai dan lapisan cangkang dilakukan
terbuka kemudian ditahan mengunakan dengan menggunakan Stereo
baji. Setelah itu, dengan ditahan kedua Microscope yang diperlengkapi dengan
cangkang kerang dengan pembuka Camera Lucida
cangkang, kerang Pteria penguin
disisipi inti mutiara berbahan plastik
dan berbentuk setengah bulat yang
sudah diberi lem anti air. Inti mutiara
dilekatkan antara mantel cangkang
pada bagian dalam cangkang. Jumlah
inti mutiara yang disisipkan adalah 2 –
3 biji berbahan plastik. Kerang yang
sudah disisipi inti mutiara kemudian
diberi label. Selanjutnya, kerang
dimasukan ke dalam ‘pocket net’ yang
sudah diberi kabel tis kemudian dibawa
ke laut menggunakan perahu dan
digantung pada jaring ‘long-line’.
Monitoring dan sampling terhadap
mutiara dilakukan bersamaan selama
sembilan bulan. Pada saat monitoring
kerang di bersihkan dan diukur
morfometri. Pengukuran morfometri
tubuh cangkang yang berjumlah enam
individu kerang Pteria penguin
mencakup tinggi, lebar, tebal dan berat.
Pengambilan kerang Pteria penguin
menggunakan perahu yang tergantung
sebelumnya di ‘long-line’. Label kerang
diperiksa kembali, jika tidak ada
labelnya hilang maka akan diganti
dengan label yang baru. Pada
pengambilan atau sampling kerang Gambar 2. Bagan alir pemotongan
pada bulan ketiga berjumlah satu, mutiara dari cangkang (garis merah):
bulan kelima sampling satu kerang dan cangkang yang di dalamnya ada
pada bulan kesembilan di sampling mutiara mabé (a), pemotongan mutiara
empat kerang. Setelah melakukan mabé dari cangkang (b), mutiara mabé
sampling pada setiap bulan yang sudah di pisahkan dari cangkang
pengambilan, maka dilakukan (c) dan pembelahan mutiara mabé
pemotongan inti mutiara. Pemotongan yang dibelah dua (d)
kerang dilakukan dengan cara
memotong bagian samping mutiara Analisis Data
sehingga berbentuk setengah bulat. Setelah dilakukan pengukuran karakter
Setelah itu, mutiara dibelah dua secara morfometri (tinggi, lebar, tebal dan
simetris dengan memotong mutiara berat) data dianalisis dengan
tersebut secara vertikal menggunakan

17
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2015

Gambar 3. Pengukuran lapisan mutiara dan lapisan kerang : kiri (l), tengah (m),
kanan (r), ketebalan lapisan cangkang bagian tengah inti (C) dan ketebalan cangkang
sampai cangkang (P)

menggunakan Microsoft Excel. Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN


rata-rata tinggi, lebar, tebal dan berat
Hasil data pengukuran morfometri
kerang setiap bulan disajikan dalam
tubuh kerang Pteria penguin yang
bentuk grafik dan dianalisis dengan
digunakan dalam penelitian ini
menggunakan ANOVA (add-ins dari
berjumlah 6 individu kerang. Ukuran
Microsoft Excel) untuk mengetahui
rata-rata (± SD) tinggi kerang pada
signifikan tidaknya perbedaan
Bulan I 18.83 cm (3.98), Bulan III 18.16
parameter morfologi yang diukur.
cm (2.80), Bulan V 18.4 cm (2.77) dan
Bulan IX 19.62 cm (2.56) ; lebar kerang
Ketebalan Lapisan Mutiara dan
pada bulan Bulan I 9.91 cm (1.71),
Perbandingan Ketebalan Cangkang
Bulan III 9.83 cm (1.50), Bulan V 10.2
dengan Lapisan Mutiara.
cm (1.48) dan Bulan IX 10.5 cm (1.47) ;
dan tebal kerang bulan Bulan I 4.25 cm
Analisis ketebalan lapisan mutiara
(1.03), Bulan III 3.91 cm (0.66), Bulan V
dilakukan dengan menghitung rata-rata
4 cm (0.61) dan Bulan IX 4.62 cm
dari bagian lapisan mutiara yang di
(0.25). Selanjutnya, hasil pengukuran
ukur (kiri, tengah dan kanan) (Gambar
rata-rata berat kerang (± SD), pada
3). Lapisan cangkang yang telah
bulan Bulan I 259.17 g (156.33), Bulan
terbentuk bersamaan dengan lapisan
III 285 g (78.56), Bulan V 298.8 g
mutiara (P) serta lapisan cangkang
(77.03) dan Bulan IX 361.25 g (55.79).
awal (C) (sebelum ditempelkan inti
Berdasarkan hasil Analisis
mutiara) diukur. Nilai P dikurangi nilai C
Keragaman (ANOVA, Single Factor), F
diambil sebagai tebal lapisan
hitung pada tinggi kerang 0.19052431
cangkang. Kemudian tebal lapisan
dimana memiliki nilai lebih kecil dari F
mutiara (l, m, dan r) juga diukur dan
‘crit’= 3196777; pada lebar cangkang
diambil rata-ratanya sebagai
kerang F Hit 0.17835306 < F ‘crit’
representasi tebal lapisan mutiara.
3.196777; tebal cangkang kerang F
Perbandingan ketebalan lapisan
‘crit’ yaitu: 0.484048 < 3.196777 dan
mutiara dan lapisan cangkang kerang,
berat cangkang kerang nilai F hitung
lapisan cangkang dikurang dengan
adalah 0.669947 dan lebih kecil dari F
ketebalan lapisan mutiara. Kemudian
‘crit’, 3.196777. Oleh sebab itu dari
hasilnya diolah di Microsoft Excel lalu
ketiga parameter yang diukur (tinggi,
disajikan dalam tabel dan grafik.
lebar dan tebal berat) tidak berbeda
secara signifikan walaupun terjadi
perkembangan. Berdasarkan hasil
analisis pengukuran morfologi tubuh

18
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2015

kerang Pteria penguin, kerang Pteria sehingga perkembangan tinggi, lebar,


penguin telah memasuki tahap dewasa tebal dan berat tidak signifikan akan

Gambar 4. Grafik pengukuran morfometri tinggi, lebar, dan tebal cangkang kerang
(rata-rata ± SD)

Gambar 5. Grafik pengukuran berat kerang (rata-rata ± SD)

tetapi mengalami pertumbuhan. lambat laun akan rusak dan


Kerang ini mendekati pertumbuhan mengurangi laju pertumbuhan, bila
maksimal, lapisan cangkang akan tidak cepat dibersihkan akan menjadi
menebal di kearah bagian dalam dan di kerdil. Biofouling mempengaruhi
samping itu perkembangan bagian perkembangan kerang mutiara P.
internal lebih membesar terutama pada margaritifera karena biota lain yang
saat matang gonad (Almeida, et al., menempel pada kerang (Lacoste et al.,
1997). Menurut Hamzah dan Nababan 2014).
(2009), penurunan ukuran mutiara
disebabkan oleh kulit cangkang mutiara
tersebut ditumbuhi oleh ‘biofoling’ yang

19
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2015

Ketebalan Lapisan Mutiara Blister Observasi visual morfologi kerang


Dan Perbandingan Ketebalan Pteria penguin yang dilakukan
Lapisan Cangkang dengan Lapisan penelitian di desa Arakan, Kecamatan
Mutiara Pteria Penguin

Tatapaan, Kabupaten Minahasa perkembangan pelapisan lapisan


Selatan didapatkan bahwa pada bagian mutiara pada inti mutiara. Monitoring
dalam cangkang yang terlihat saat dan sampling mutiara pada bulan
cangkang terbuka bagian di area nakre pertama, pada inti yang satu berwarna
berwarna-warni yaitu kuning, cokelat membungkus inti yang
keemasan, hijau, perak dan pink. ditempelkan bagian internal atau dalam
Selanjutnya, di samping batas nakre tubuh kerang dapat diketahui
atau bagian tengah putih mengkilat merupakan lapisan periostrakum sudah
atau perak. Bagian ventral cangkang membentuk di inti mutiara berbahan
berwarna hitam. Hasil observasi dari plastic. Lapisan periostrakum yang
bagian dalam cangkang memiliki dieksresikan dari sel-sel epitel dari
kesamaan warna pada bagian nakre kelenjar periostrakal sebagai lapisan
adalah berwarna-warni, warna yang relatif tipis yang terdiri dari protein
keemasan, perak, abu-abu dan pink. kuinon kecokelatan (asconchiolin)
Menurut Strack (2006) Warna nakre (Fougerouse et al., 2008; Gervis and
adalah pink bercahaya, pink kebiru- Sims, 1992 dan Chi-Miau dan Watabe,
biruan, pink gelap da nada yang 1989). Moluska menggunakan lapisan
mempunyai warna keemasan-metalik periostrakum dan sel epitel untuk
sampai abu-abu dan hitam. pembentukan cangkang (Addadi et al.,
Sedangkan menurut Wada & Tëmkin 2006 dan Chi-Miau dan Watabe, 1989).
(2008), Warna bagian nakre adalah Lapisan mutiara berfungsi melindungi
berwarna-warni yang berkilau, perak, ‘soft tissue’ yang ada di dalam
dan pink. cangkang dari organisme parasit yang
melubangi cangkang kerang (Barthelat
et al., 2007 dan Chi-Miau & Watabe,
1989). Lapisan tipis terpisah dari
periostrakum dan menghilang ketika
lapisan periostrakum menjadi dewasa
(Chi-Miau dan Watabe, 1989).
Dengan menggunakan mikroskop
stereo didapatkan bahwa lapisan
mutiara pada bulan ketiga terlihat telah
mengalami pertumbuhan dan telah
melapisi inti mutiara walau tidak begitu
merata. Pada bulan kesembilan inti
Gambar 6. Grafik perbandingan mutiara mengalami pertumbuhan
ketebalan rata-rata lapisan mutiara ketebalan dan lapisan mutiara terlihat
blister (mabé) pada Pteria penguin merata melapisi inti mutiara yang
(putih) dan pengukuran ketebalan ditempelkan. Ukuran tebal lapisan
lapisan cangkang (hitam) pada Pteria mutiara kerang Pteria penguin yang
penguin didapat dari dua mutiara (bulan I dan
bulan II) sampai sepuluh mutiara
Hasil dari monitoring dan blister (mabé) (bulan kesembilan)
sampiling mutiara dilihat keberhasilan dalam satu individu, memiliki rata-rata
implementasi inti yang ditempelkan ketebalan 25.266 µm pada bulan
dalam cangkang kerang. Dalam ketiga, 46.12 µm bulan kelima dan
pengamatan visual menunjukkan 47.180 µm bulan kesembilan.
Sedangkan ukuran tebal lapisan

20
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2015

cangkang kerang 66 µm bulan ketiga, dewasa akan mengalami kejenuhan


163.9 µm bulan kelima dan 71.72 µm dan cenderung bertumbuh lebih lambat
bulan kesembilan. Perbedaan dalam melapisi inti sehingga lapisan
ketebalan lapisan mutiara dan lapisan nakreous tidak banyak. Walaupun
cangkang dari setiap satu individu faktor lainnya seperti faktor lingkungan
pada bulan ketiga 40.733 µm, bulan juga dipercaya mempengaruhi
kelima 117.78 µm dan bulan pertumbuhan kerang mutiara (Lucas,
kesembilan 24.539 µm. 2008).
Berdasarkan perkembangan
blister pada Pteria penguin yang KESIMPULAN
disampling dan diamati bahwa pada
Perbandingan ketebalan lapisan
bulan kesembilan lapisan mutiara
mutiara dan lapisan cangkang selama
sudah membungkus secara utuh inti
penelitan adalah 40.733 µm pada bulan
mutiara. Waktu antara implementasi inti
ketiga, 117.78 µm pada bulan kelima
dan panen mutiara pada umumnya 6-
dan 24.539 µm bulan kesembilan.
12 bulan. Ketebalan nakre umumnya
Ketebalan rata-rata tablet aragonite
dari mutiara mabé antara 0.7-2.5 mm
lapisan mutiara pada bulan ketiga
(Shirai, 1981; McLaurin et al., 1997,
457.25 nm, bulan kelima 326.75 nm
1999 dalam Taylor & Strack, 2008).
dan bulan kesembilan 325.75 nm
Penelitian yang dilakukan Ruiz-Rubio et
sedangkan pada lapisan cangkang
al (2006) produksi mutiara mabé pada
pada bulan ketiga 483.75 nm, bulan
kerang Pteria sterna menunjukkan
ketiga 424.75 nm dan bulan kesembilan
ketebalan lapisan nakre yang dicapai
333.5 nm.
dalam 5 bulan adalah 0.75 mm.
Sedangkan, ketebalan blister kerang DAFTAR PUSTAKA
Pteria penguin yang dilakukan dalam
penelitian menunjukkan bahwa pada Addadi, L., D. Joester., F, Nudelman
bulan kelima ukuran ketebalan lapisan dan S. Weiner. 2006. Mollusk shell
mutiara 46.12 µm (0.04612 mm). formation: a source of new
Dengan demikian, perbandingan concepts for understanding
ukuran ketebalan antara Pteria penguin biomineralization processes.
dalam penelitian ini dan Pteria sterna Weizman Institute of Science.
adalah 0.70388 mm. Berdasarkan Chemistry a european journal 8:
pembentukan lapisan mutiara dalam 980-987.
sembilan bulan perkembangan, lapisan
mutiara yang baik digunakan adalah Almeida, M.J., J. Machado end J.
bulan kesembilan dapat dilihat. Hal ini Coimbra. 1997. Growth and
juga dikemukakan Ruiz-Rubio et al biochemical composition of
(2006), proses panen kerang mutiara Crassostrea gigas (Thunberg) at
yang baik setelah bulan kesembilan. three fishfarm earthen ponds.
Hal ini diasumsikan karena Journal of Shellfish Research, 16:
kerang yang digunakan sebagai kerang (2), 455 – 462.
uji berasal dari induk yang berbeda dan
memiliki umur yang bervariasi sehingga Barthelat, F and H.D. Espinosa. 2007.
pada kegiatan monitoring dan sampling An experimental investigation of
pada bulan kesembilan tersebut deformation and fracture of nakre–
memiliki umur yang jauh lebih tua dari mother of pearl. Experimental
kerang yang disampling bulan Mechanics, 47: 311-324.
sebelumnya (Saucedo dan Sauthgate,
2008 & Makhas et al., 2015). Menurut Fougerouse, A., M. Rousseau and J.S.
Schone et al. (2005) dalam Makhas et Lucas. 2008. Soft tissue anatomy,
al. (2015) pada saat kerang berumur shell structure and
sudah tua atau kerang yang sudah biomineralization (p 77-102).

21
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis Volume 2 Nomor 1 Tahun 2015

Dalam: Southgate P.C and Lucas Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 1
J.S. The pearls oyster. Elsevier (1): 13-18.
BV, Amsterdam.
Mamangkey, N. 2009. Improving the
Gervis, M.H., and N.A Sims. 1992. The quality of pearls from Pinctada
biology and culture of pearl oysters maxima. Thesis. James Cook
(Bivalvia Pteriidae). International University eprint. p 167.
center for living aquatic resources
management, manila. p 49. Ruiz-Rubio, H., H. Acosta-Salmon, A.
Olivera, P. C. Southgate and C.
Hamzah, M. S., dan B. Nababan. 2009. Rangel-D ávalos. 2006. The
Studi pertumbuhan dan influence of culture method and
kelansungan hidup anakan kerang culture period on quality of half-
mutiara (Pinctada maxima) pada pearls (‘mabé’) from the winged
ke dalaman berbeda di Teluk pearl oyster Pteria sterna, Gould,
Kapontori, Pulau Buton. E-Jurnal 1851. Aquaculture, 254: 269-274.
Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis, 1 (2): 22-32. Strack, E. 2006. Pearls. Stuttgart,
Lacoste, E., G. L. Moullac., P. Levy., Y. Germany: Ruhle-Diebener-Verlag.
Gueguen and N. Gaertner- p 707.
Mazouni. 2014. Biofouling
development and its effect on Taylor, J and E. Strack. 2008. Pearl
growth and reproduction of the Production (p 273-302). Dalam:
farmed pearl oyster Pinctada Southgate P.C and Lucas J.S. The
margaritifera. Pearls Oyster. Elsevier BV,
Amsterdam.
Makhas, K. A., N. G . F. Mamangkey
dan D. M. H. Mantiri. 2014. Wada, K.T and I Tëmkin. 2008.
Analisis struktur bangunan dan Taxonomy and phylogeny (p 37-
senyawa lapisan mutiara jenis 75). Dalam: Southgate P.C and
mabe pada Pinctada margaritifera. Lucas J.S. The Pearls Oyster.
Elsevier BV, Amsterdam.

22

Anda mungkin juga menyukai