PENDAHULUAN
serat kasar yang akan dicerna oleh cairan rumen menjadi sumber energi untuk
ternak. Ketersediaan hijauan sepanjang tahun berlimpah pada musim hujan dan
kekurangan pada musim kemarau, oleh karena itu perlu dilakukan pengawetan
hijauan agar dapat tersedia sepanjang tahun. Salah satu pengawetan hijauan adalah
pengeringan. Setelah bahan pakan hijauan dikeringkan kemudian akan dipress dan
disimpan dalam tempat penyimpanan seperti gudang yang tidak lembab dan
terjaga dari air hujan. Hay disimpan dalam kondisi kering dengan kandungan air
12% – 20%. Tujuannya supaya bahan pakan selama disimpan tidak ditumbuhi
jamur yang mampu merusak kualitasnya. Bahan pakan yang digunakan adalah
segala jenis pakan hijauan yang disukai hewan ternak seperti jerami padi, jerami
jagung, rumput – rumputan, daun kacang dan lain-lain.
II
2
PEMBAHASAN
bentuk kering berkadar air 20-30% agar dapat diberikan pada ternak sebagai
pakan, terutama pada waktu kekurangan hijauan atau musim kemarau. Pembuatan
hay ini bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu
tanaman hijauan pada waktu panen yang berlebihan bisa kita disimpan dalam
jangka waktu tertentu sehingga bisa mengatasi kesulitan dan masalah dalam
memperoleh pakan hijauan pada musim kemarau. Syarat tanaman yang dibuat hay
adalah bertekstur halus, dipanen pada awal musim berbunga serta dipanen dari
diterapkan yaitu:
1. Metode Hamparan
Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan
cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% yang ditandai dengan warna
kecoklat-coklatan.
3
2. Metode Pod
menyimpan hijauan yang sudah dijemur selama 1 – 3 hari (kadar air ±50%).
Hijauan yang akan diproses harus dipanen saat menjelang berbunga berkadar
protein kasar (PK) tinggi, serat kasar (SK) dan memiliki kandungan air
1. Long hay
Long Hay adalah hijaun yang dipotong dan dikeringkan, lalu disimpan
sulit.
2. Balled hay
Balled Hay adalah pengikatan hijauan kering dengan tiga utas kawat,
beratnya sekitar 55-56 kg. Metode ini mudah disimpan dan diangkut, dengan
catatan pada saat pengikatan hijauan jangan terlalu kering dan jangan terlalu
basah.
Kerugian : Bila Hay kena hujan maka terjadi leaching sebelum dibuat
3. Chopped hay
hilang pada saat panen dan feeding, kadar air harus lebih kering daripada
baled dan choped hay, hay yang berkualitas rendah lebih baik daripada
4. Shereded hay
Keuntungan : Hay dapat benar benar kering, bagian batang dalam dapat
produksi.
5. Cubed (Wafered)
inch, lalu dipress untuk dibentuk balok berukuran 2,00 x 1,25 x 1,25 inch.
Dengan bentuk ini, lebih sedikit ruang yang dipergunakan untuk penyimpanan,
penanganan lebih mudah dan jumlah yang dapat diangkut lebih banyak.
5
jatuh ketanah pada saat makan, pemberian pada kuda sulit untuk
pakan dengan cara menumbuk, memotong dan menggosok dari bahan asal
dapat melalui ayakan tertentu. Ground Hay merupakan hay yang dibuat dengat
pengecilan ukuran partikel dari hijauan yang kering yang umum digunakan
7. Pelleting
menyebabkan sapi menjadi lebih cepat bertambah berat dan dalam beberapa
produksi susu.
besar, biaya mahal tetapi nutrisi meningkat, karena harus maka lemak
lebih sulit dibuat pellet daripada konsentrat, perlu mesin pengering, isi
hijauan segar adalah hilangnya air yang menguap tergantung pada kecepatan
air tertinggal 20-30%, dan itu menyebabkan tingginya kandungan DM pada hay.
yang mudah rusak dan yang kaya N akan banyak hilang karena penguapan.
7
berikut :
a. Proses Respirasi
akan mengambil oksigen dari luar dan akan menghasilkan air serta panas.
b. Proses Fermentasi
tidak sempurna, kerusakan yang disebabkan oleh bakteri dan enzim tersebut
c. Reaksi Kimiawi
Dalam proses pembuatan hay mungkin akan terjadi suatu reaksi kimiawi,
akibat dari reaksi ini akan timbul panas yang tinggi, sehingga hasil dari hay
Proses pembuatan hay dapat mempengaruhi kandungan air pada hay. Hay
dapat disimpan dengan baik apabila mempunyai kandungan air antara 15-18%,
dan hay yang mempunyai kandungan air lebih dari 22% apabila disimpan akan
Pembuatan hay yang di udara terbuka, setiap hujan turun akan tertimpa air
hujan dan mengalami basah kembali dan meningkatkan kembali kandungan air
pada hijauan tersebut. Kandungan air yang tinggi akan memperpanjang aktivitas
dari enzim-enzim hidrolisis dan respirasi baik yang dihasilkan oleh tanaman
8
yang dihasilkan. Selain itu, peningkatan kadar air akibat tertimpa air hujan dapat
bahan kering akan meningkat secara liner dengan meningkatnya curah hujan.
protein pada hay. Hal ini dikarenakan kecepatan pengeringan yang membuat sel
tanaman menjadi pada lethal, karena walaupun tanaman tersebut telah dipanen
bukan berarti berhenti proses respirasinya. Proses itu akan terus berlangung
sampai tidak tercukupnya kelembaban pada sel. Hay yang terkena tambahan air
akan terus terjadi proses enzimatisnya, protein merupakan salah satu zat makanan
kandungan protein yang tinggi dibandingkan dengan yang lebih lama (Moser,
1980). Kandungan hay terkena oleh hujan akan mempunyai kandungan protein
kasar yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak terkena air hujan, dan
pemanasan yang diperlukan akan lebih banyak karena terlebih dahulu untuk
(Bates, 2011). Secara tradisional hay yang berkualitas baik menurut para peternak
9
kuda, ditandai hal-hal sebagai berikut : a. Harus masih berwarna hijau (mendekati
warna aslinya), b. Tidak kotor dan tidak berjamur, c. Berbatang sedikit dan
sedikit 70 % alfalfa atau legume yang lain (Russel dan Johnson, 2007).
Spesies tanaman yang dibuat hay dan proporsinya atau lebih tepat disebut
botanical composition menentukan kualitas hay yang dibuat. Hay campuran dari
rumput dan legume kualitasnya lebih tinggi daripada hay rumput (Bates, 2011).
Semakin banyak atau besar persentase legume dalam hay campuran, nila
nutrisinya akan semakin tinggi sehingga kualitas hay semakin baik. Hal ini karena
dipandang dari segi nutrisinya (terutama protein dan kalsium), hijauan yang
mengetahui komposisi kimianya, terutama kandungan serat kasar, dinding sel dan
proteinnya. Selain ditinjau dari komposisi kimianya, kualitas hay dapat ditentukan
Bates (2011) sebenarnya performa ternak yang diberi pakan hay-lah yang
merupakan tolak ukur utama kualitas hay. Kualitas hay dianggap memuaskan jika
ternak yang mengkonsumsi tampil seperti yang diinginkan. Tiga faktor yang
memengaruhi kinerja ternak : a. Hay harus palatable atau paling tidak aseptabel
jika harus dikonsumsi dalam jumlah yang banyak untuk menghasilkan kinerja
seperti yang diinginkan, b. Kecernaan dan kandungan nutrisi hay harus dapat
dan Hay harus bebas dari zat atau komponen yang membahayakan atau
Kualitas hay sangat dipengaruhi oleh kualitas awal, yaitu kondisi hijauan
pakan yang akan dibuat hay dan proses pengeringannya. Ada beberapa faktor
produsen hay (pembuat hijauan kering) antara lain : a. jenis tanaman, b. umur
(Bates, 2011). Kualitas hay dipengaruhi oleh jenis tanaman, varietas tanaman,
gulma, kerusakan karena serangga, penyakit, cuaca pada saat panen dan teknik
pemanenan. Dua factor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hay yang dapat
nitrogen (N) akan menaikan kandungan protein hay. Pemupukan unsur lain,
seperti kalium, fosfor/ phosphorus (P), magnesium (Mg), dan sulfur (S) juga dapat
mestinya dilakukan analisis secara berkala setiap 2-3 tahun. Pemupupan juga
hay ialah umur panen karena berpengaruh pada palatabilitas, kadar protein kasar,
dan energy dapat dicerna (digestible energy/DE). Secara umum, agar diperoleh
hay yang berkualitas baik adalah memperhatikan umur potong. Pemotongan untuk
dibuat hay dilakukan pada saat awal berbunga untuk tanaman legume dan
Cuaca pasca pemotongan hijauan pakan yang akan dibuat hay, yaitu saat
pengeringan secara alami sangat berpengaruh pada kualitas hay yang akan
dihasilkan, cuaca jelek akan menghasilkan kualitas hay yang rendah. Pembalikan
saat pengeringan karena seringnya dapat merontokan daun dan terjadi pencucian
11
hijauan pakan. Pengumpulan hay yang terlalu kering dapat juga menyebabkan
Paling tidak ada tiga tujuan pokok dalam memproduksi hijauan pakan dari
kandungan serat kasar dan dinding sel per unit bahan kering. Akan tetapi,
kering dan protein kasar per hectare, diikuti meminimalkan kandungan serat
perlu dicari umur pemotongan hijauan yang tepat untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
kandungan protein kasar (PK), acid detergent fiber (ADF), dan kecernaan
dipengaruhi oleh umur pemotongan, hay yang dibuat dari alfalfa yang dipotong
dipotong dari yang telah berbunga penuh kadar protein kasarnya telah turun
menjadi 16,3% kandungan protein kasar tentu akan lebih turun lagi jika
Pada saat umur tanaman bertambah produksi bahan kering naik, tetapi
vitamin dan mineral per unit bahan kering sehingga semakin tua umur tanaman
hijauan yang dihasilkan akan semakin rendah kualitasnya. Oleh karena itu,
kualitas hijauan bahan dasar hay yang didasarkan pada umur pemotongan
b. Keadaan Daun
Keadaan daun, yaitu banyak sedikitnya daun (rasio batang dengan daun)
kualitas hay dinyatakan semakin baik. Hal ini disebabkan oleh kandungan
nutrisi dalam daun lebih tinggi daripada dalam batang. Kerontokan daun
banyak terjadi karena pemanasan yang berlebihan atau sering dibalik pada saat
kebanyakan terjadi pada hay yang dibuat dari jenis leguminosa, misalnya
alfalfa, centrosema, calopo, dan stylo, sedangkan pada hay yang dibuat dari
c. Warna
Warna hay yang dihasilkan ikut menentukan kualitas karena semakin pucat
Pemucatan warna hay dapat terjadi karena panas terlalu tinggi atau terlalu lama
Pemucatan warna terjadi Karena terlalu lama kena sinar matahari atau tidak
d. Kelembutan
kasar hay sebagai petunjuk saat pembuatan terjadi pemanasan yang berlebihan.
Pemanasan yang berlebihan pada hay dapat menyebabkan kerusakan daun atau
(weed) yang berpotensi menurunkan kualitas hay. Oleh karena itu, banyak
sedikitnya kotoran dalam hay digunakan sebagai pinalty atau pengurangan nilai
sebagai denda. Semakin banyak kotoran yang terdapat dalam hay, pengurangan
nilai semakin besar. Pengurangan nilai ini tidak berlaku atau tidak dilakukan
jika hay yang dibuat memang merupakan campuran dari rumput dengan
asing yang sering terdapat dalam hay ialah bekas tali-temali baik dari logam
maupun bukan.
14
III
KESIMPULAN
2. Metode pembuatan hay terdiri dari dua metode yaitu metode hamparan dan
metode pod.
3. Proses pembuatan hay terfdiri dari 3 macam yaitu proses respirasi, fermentasi
dan kimiawi.
4. Ada dua perubahan besar yang terjadi pada perubahan komposisi zat-zat
berkualitas baik antara lain umur potong hijauan, keadaan daun, warna,
menyimpan hay.
15
DAFTAR PUSTAKA
Bell, J. A., Griinari, J.M,. & Kennelly, J.J. (2006). Effect of safflower oil, flaxseed
oil, monesin, and vitamin E on concentration of conjugated linoleic acid in
bovine milk fat. Journal of dairy science, 89
Nitis, I.M., K. Lana M. Suama, W. Sukanten and A.W. Puger. 1991. Gliricidia
for goat feeds and feeding in the three strata forage system. Progress report
to IDRC. Canada Udayana University, Faculty of Animal
Husbandry, Denpasar, Ball, Indonesia.
Puger, A.W. 2002. Pengaruh interval pemotongan pada tahun ketiga terhadap
pertumbuhan dan produksi Gliciridia sepium yang ditanam dengan system
penyangga. Majalah ilmiah peternakan. 5(2): 53-57
Russel, M.A. and K.D. Johnson, 2007. Selection quality hay for horses. Purdue
Forage Information. Purdue University. 12 pp.