Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI PROGRAM PUSKESMAS MAMPU PONED (PELAYANAN

OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR) DI PUSKESMAS


BANGETAYU SEMARANG

Tri Susanti, Drs. Aufarol Marom, M.Si


Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email : fisip@undip.ac.id

ABSTRAK
Puskesmas Mampu PONED adalah Puskesmas rawat inap yang mampu
menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi tingkat
dasar dalam 24 jam sehari dalam 7 hari seminggu untuk memberikan pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir. Penelitian
ini dilaksanakan di Puskesmas Bangetayu yang merupakan salah satu puskesmas
yang dipilih sebagai puskesmas Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) di Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Bangetayu Semarang dan untuk
mengetahui faktor pendorong dan penghambat keberhasilan program. Jenis
penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif yang dilakukan melalui wawancara dengan beberapa informan yang
dipilih berdasarkan teknik purposive yang diambil langsung dari sumbernya
(subjek penelitian) yaitu informan dari pihak Dinas Kesehatan Kota Semarang dan
Puskesmas Bangetayu serta masyarakat yang menjadi sasaran pemberian Program
tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan program
PONED belum berjalan efektif dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia
yang masih kurang dan belum maksimal secara kuantitas dan secara kualitas
belum mendapat pelatihan PONED, fasilitas dan sarana-prasarana yang kurang
memadai serta proses komunikasi antar organisasi dan proses sosialisasi kepada
masyarakat yang masih belum optimal. Saran yang direkomendasikan adalah
mengoptimalkan peran sumber daya manusia dengan melakukan pelatihan secara
berkala, peningkatan fasilitas dan sarana-prasarana agar layak digunakan,
peningkatan proses koordinasi dan penguatan sistem komunikasi antar organisasi,
serta peningkatan sosialisasi secara optimal kepada masyarakat agar
pendistribusian program dapat dilakukan secara merata.

Kata Kunci: Evaluasi, Program PONED, Efektivitas, Kecukupan, Pemerataan,


Responsivitas, Ketepatan.
EVALUATION PROGRAM OF BASIC OBSTETRIC AND NEONATAL
EMERGENCY SERVICE ( PONED) IN BANGETAYU HEALTH CENTER
SEMARANG

Tri Susanti, Drs. Aufarol Marom, M.Si

ABSTRACT
PONED Health center is an inpatient health center that is able to provide basic
emergency obstetric and neonatal services / complications at 24 hours a day 7
days a week to provide health services to pregnant women, maternity and
postpartum and newborns. This research was conducted at the Bangetayu Health
Center, which is one of the health center selected as the Basic Emergency
Obstetrics and Neonatal Service (PONED) in Semarang City. This study aims to
evaluate the implementation of the PONED Program in the Semarang Public
Health Center and to find out the driving factors and obstacles to the success of
the program. This type of research is a qualitative research with a descriptive
approach conducted through interviews with several informants selected based on
purposive technique taken directly from the source (research subject), namely
informants from the Health Department of Semarang City and Bangetayu Health
Center and also the people who were targeted by the Program. The results
showed that the implementation of the PONED program had not been effectively
influenced by human resource factors that were still lacking and not yet
maximally in quantity and in quality had not received PONED training,
inadequate facilities and infrastructure also communication processes between
organizations and the socialization process to community that is still not optimal.
The recommended advice is to optimize the role of human resources by
conducting regular training, improving facilities and infrastructure to be feasible
to use, increasing the process of coordination and strengthening the
communication system between organizations, and also increasing optimal
socialization to the community so that the distribution of programs can be done
evenly.

Keywords: Evaluation, PONED Program, Effectiveness, Adequacy,


Equity,Responsiveness, Accuracy
PENDAHULUAN
Salah satu bentuk pelayanan kemajuan suatu negara di sektor
publik yang hingga saat ini masih kesehatan, khususnya dalam
menjadi sorotan dan perlu perhatian kesehatan ibu dan anak. Angka
ialah pelayanan di bidang kesehatan. Kematian Ibu merupakan ukuran
Pelayanan kesehatan merupakan yang mencerminkan status kesehatan
suatu upaya yang diselenggarakan ibu, terutama dalam resiko kematian
oleh pemerintah maupun swasta yang bagi ibu pada saat hamil dan
dilakukan sendiri atau secara melahirkan. Angka Kematian Ibu
bersama-sama dalam suatu (AKI) sendiri mencerminkan risiko
organisasi untuk memelihara dan yang dihadapi ibu-ibu selama
meningkatkan kesehatan, mencegah kehamilan sampai dengan paska
dan menyembuhkan penyakit serta persalinan yang dipengaruhi oleh
memulihkan kesehatan perorangan, status gizi ibu, keadaan sosial
keluarga, kelompok ataupun ekonomi, keadaan kesehatan yang
masyarakat (Depkes RI, 2009:59). kurang baik menjelang kehamilan,
Salah satu bentuk pelayanan kejadian berbagai komplikasi pada
kesehatan yang sampai saat ini masih kehamilan dan kelahiran, tersedianya
memerlukan perhatian pemerintah fasilitas dan penggunaan pelayanan
yaitu pelayanan di bidang kesehatan kesehatan termasuk pelayanan
terutama pelayanan terhadap Ibu dan prenatal dan obstetri.
Anak, hal ini terbukti dengan masih Tingginya angka kematian
rendahnya upaya pemerintah dalam ibu menunjukkan keadaan sosial
memberikan pelayanan kesehatan ekonomi yang rendah dan fasilitas
terhadap masyarakat serta tingginya pelayanan kesehatan termasuk
Angka Kematian Ibu (AKI) dan pelayanan prenatal dan obstetri yang
Angka Kematian Bayi (AKB) di rendah pula. Kematian ibu biasanya
Indonesia khususnya di Provinsi terjadi karena tidak adanya akses ke
Jawa Tengah sendiri. pelayanan kesehatan yang
Angka Kematian Ibu dan berkualitas, terutama pelayanan
Angka Kematian Bayi merupakan kegawatdaruratan tepat waktu yang
tolak ukur atau indikator bagi dilatarbelakangi oleh terlambatnya
mengenal tanda bahaya dan mencapai fasilitas kesehatan, dan
mengambil keputusan, terlambat terlambat memperoleh pertolongan
mencapai fasilitas kesehatan, serta yang memadai di fasilitas kesehatan.
terlambat mendapatkan pelayanan di Tingginya angka kematian
fasilitas kesehatan. ibu yang tertera dalam grafik di atas
Menurut Kementerian tidak terlepas dari sumbangsih setiap
Kesehatan, Provinsi Jawa Tengah Kabupaten/Kota yang ada di Jawa
menjadi salah satu penyumbang Tengah sendiri, Kabupaten/kota
terbesar angka kematian ibu di dengan kasus kematian ibu tertinggi
Indonesia. Pada tahun 2016 sendiri yaitu Kabupaten Brebes Kota
terdapat 602 kasus kematian ibu, Semarang dan Kabupaten Tegal.
walaupun mengalami penurunan Sedangkan untuk Kabupaten/kota
dibandingkan tahun 2015 yaitu dengan kasus kematian ibu terendah
sebanyak 619 kasus, tapi tetap saja yaitu Kabupaten Temanggung, Kota
angka kematian ibu di Provinsi Jawa Magelang dan Kota Surakarta.
Tengah masih tergolong tinggi dan Melihat masih banyaknya
selain itu program dan kebijakan jumlah kasus kematian ibu di
yang berlakupun masih belum Provinsi Jawa Tengah, khususnya di
mampu mengakomodasi serta Kota Semarang tentunya hal itu
menyelesaikan permasalahan yang sangat menarik, mengingat Kota
ada. Semarang merupakan Ibukota
Tingginya angka kematian Provinsi Jawa Tengah yang menjadi
ibu di Jawa Tengah sendiri sorotan utama. Selain hal tersebut,
disebabkan oleh beberapa faktor Kota Semarang juga tidak henti-
seperti, pendarahan, hipertensi dalam hentinya melakukan pembangunan di
kehamilan, partus lama, infeksi dan berbagai sektor termasuk di
lain-lain. Selain itu resiko kematian dalamnya yaitu pembangunan di
ibu juga semakin tinggi akibat sektor kesehatan dengan segala
adanya tiga faktor keterlambatan, kemudahan yang diberikan oleh
yaitu terlambat dalam mengenali pemerintah dalam upayanya untuk
tanda bahaya dan mengambil mengakomodir kebutuhan
keputusan merujuk, terlambat untuk masyarakat termasuk di dalamnya
yaitu pelayanan kesehatan bagi ibu yang datang sendiri atau atas rujukan
dan anak. kader/mayarakat, bidan di desa,
Mengacu pada Undang- puskesmas dan melakukan rujukan
Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang ke RS PONEK pada kasus yang tidak
Kesehatan dan Perda Kota Semarang dapat mampu ditangani.
No. 2 Tahun 2015 Tentang
Pelayanan Puskesmas
Keselamatan Ibu dan Anak,
PONED sendiri meliputi kemampuan
merupakan suatu bentuk atau cara
untuk menangani dan merujuk: 1)
dalam rangka mendukung program
hipertensi dalam kehamilan
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(preeklampsia dan eklampsia),2)
(KIA) sebagai upaya penurunan
tindakan pertolongan distosia bahu
angka kematian ibu melalui
dan ekstraksi vakum pada
pemahaman tentang arti pentingnya
pertolongan persalinan,3) perdarahan
kesehatan dasar, selain itu
post partum, 4) infeksi nifas, 5)
Pemerintah Kota Semarang melalui
BBLR dan hipotermi, hipoglekimia,
Dinas Kesehatan Kota juga berupaya
ikterus, hiperbilirubinemia, masalah
penuh dengan melakukan adanya
pemberian minum pada bayi, 6)
pembentukan puskesmas PONED
asfiksia pada bayi, 7) gangguan nafas
(Pelayanan Obstetri dan Neonatal
pada bayi, 8) kejang pada bayi baru
Emergensi Dasar) dan RS PONEK
lahir, 9) infeksi neonatal, 10)
(Pelayanan Obstetri dan Neonatal
persiapan umum sebelum tindakan
Emergensi Komprehensif) di tahun
kedaruratan obstetri neonatal, yaitu
2013 serta upaya memaksimalkan
kewaspadaan universal standar, 11)
fungsi dan tugas Puskesmas PONED
dan tentunya pemantauan selama
dan RS PONEK secara nyata dan
kehamilan dan hal-hal yang perlu
bertahap. Puskesmas PONED
dilakukan demi menjaga kesehatan
merupakan puskesmas rawat inap
ibu dan bayi.
yang memiliki kemampuan serta
Namun seiring berjalannya
fasilitas PONED siap 24 jam untuk
waktu dalam upayanya untuk
memberikan pelayanan terhadap ibu
mengurangi angka kematian ibu di
hamil, bersalin, dan nifas serta bayi
Kota Semarang dan dengan
baru lahir dengan komplikasi, baik
diterapkannya Puskesmas mampu
PONED, masyarakat khususnya ketidakefektifan penerapan program
kaum ibu belum sepenuhnya kebijakan ibu dan anak dalam
memperoleh keseluruhan manfaat upayanya penurunan Angka
dan kemudahan yang seharusnya Kematian Ibu (AKI), hal ini terjadi
diperoleh dengan diterapkannya karena munculnya beberapa
PONED tersebut. hambatan yang masih perlu
Berdasarkan data yang diselesaikan dan ditangani dengan
diperoleh penulis, terlihat bahwa cepat, seperti kurangnya SDM yang
angka kematian ibu mengalami secara kuantitas belum memadai dan
kenaikan di tahun 2012-2015 dan secara kualitas belum mendapat
mengalami penurunan yang tidak pelatihan PONED, selain itu tidak
terlalu signifikan pada tahun 2016 adanya dokter, perawat, dan bidan
dan 2017. Padahal jika kita lihat, yang menjadi tim inti PONED
Puskesmas mampu PONED sendiri selama 24 jam siap jaga di layanan
mulai berdiri dan diterapkan pada PONED. Kemudian ibu hamil juga
tahun 2013, namun pada masih belum memahami tentang
kenyataanya dalam kurun waktu Puskesmas PONED dan apabila
2013 hingga 2015 angka kematian terjadi persalinan dengan komplikasi
ibu di Kota Semarang masih sangat seperti partus macet di bidan desa,
tinggi. Kenaikan prosentase serta ibu hamil tidak mau dibawa ke
masih tingginya angka kematian ibu Puskesmas PONED karena merasa
di Kota Semarang tentunya tidak Puskesmas tidak sanggup untuk
terlepas dari beberapa faktor, seperti mengatasi masalah tersebut
penyakit, kemudian disebabkan oleh dikarenakan tidak kesiagaan petugas
penyebab lain-lain seperti Emboli kesehatan di tempat dan kurang
Air Ketuban, Unexplained, CVA, lengkapnya ketersediaan alat dan
Perforasi Peritonitis e.c Curretage, obat menjadikan ibu hamil tidak mau
Acute Fatt Liver dan Gangguan Hati, mengambil risiko.
sedangkan sebab kematian ibu yang Puskesmas Bangetayu sendiri
paling kecil adalah karena sepsis. merupakan salah satu dari enam
Selain hal tersebut, terdapat faktor puskesmas di Kota Semarang yang
lain seperti timbulnya sudah menyelenggarakan sistem
PONED, puskesmas ini merupakan berjalan dengan efektif, hal tersebut
puskesmas yang memiliki fasilitas sejalan dengan proses
rawat inap dan memiliki peralatan penyelenggaraan pelayanan
persalinan dan sarana kesehatan yang belum maksimal,
kegawatdaruratan yang lebih canggih dukungan jumlah sumber daya yang
ketimbang puskesmas-puskesmas rendah, faktor sarana-prasarana dan
yang non-PONED di Kota Semarang fasilitas yang kurang, serta kecilnya
Alasan penulis memilih dukungan dari dinas sendiri
Puskesmas Bangetayu menjadi menyebabkan penyelenggaraan
tempat untuk dilakukannya program ini menjadi tidak efektif
penelitian karena masih tingginya serta belum berjalan sebagaimana
angka kematian ibu di wilayah mestinya seperti yang diharapkan.
jangkauan puskesmas tersebut, di Berdasarkan penjelasan latar
mana jumlah kematian ibu dan belakang tersebut, adapun
penyebab kematian di wilayah kerja identifikasi masalah dalam penelitian
Puskesmas Bangetayu sendiri di ini yaitu belum efektifnya
tahun 2013 sebanyak 1 orang pelaksanaan Program Puskesmas
(perdarahan postpartum), tahun 2014 PONED di Puskesmas Bangetayu,
sebanyak 4 orang (batuk darah, hal tersebut terjadi karena terdapat
perdarahan dan preeklampsia berat), faktor-faktor yang menyebabkan
tahun 2015 sebanyak 4 orang hambatan pelaksanaan program
(perdarahan postpartum dan 2 orang seperti faktor komunikasi yang
preeklampsia berat), 2016 sebanyak kurang efektif baik itu dengan
3 orang (Pendarahan) dan pada 2017 stakeholders terkait maupun
sebanyak 1 orang (preeklampsia) komunikasi dengan masyarakat,
serta terdapat permasalahan- selain itu faktor sumber daya
permasalahan yang mengiringi manusia yang masih sangat kurang,
pelaksanaan Program PONED dan fasilitas serta sarana-prasarana
tersebut sehingga dapat dikatakan yang belum mendukung tentunya
bahwa dalam proses penyelengaraan berpengaruh pada pemberian
Program PONED di Puskesmas pelayanan yang maksimal kepada
Bangetayu belum sepenuhnya masyarakat sehingga tujuan yang
ingin dicapai belum terlaksana Rumusan Masalah
dengan baik. 1. Bagaimana evaluasi pelaksanaan
Melihat kondisi tersebut tentunya Program Puskesmas Mampu
diperlukan perubahan-perubahan ke PONED di Puskesmas Bangetayu
arah yang lebih baik dan usaha-usaha Semarang?
yang dapat mempercepat tercapainya 2. Apakah faktor yang
tujuan dalam pelayanan program mempengaruhi pelaksanaan
PONED itu sendiri maupun Program Puskesmas Mampu
penurunan angka kematian ibu di PONED di Puskesmas Bangetayu
Kota Semarang karena salah satu Semarang?
indikator kemajuan suatu daerah Tujuan Penelitian
dapat dilihat dari aspek pelayanan 1. Menganalis evaluasi pelaksanaan
kesehatan yang diberikan kepada Program Puskesmas Mampu
masyarakat. Berdasarkan hal PONED di Puskesmas Bangetayu
tersebut, penulis tertarik untuk Semarang.
meneliti lebih dalam bagaimana 2. Menganalisis faktor yang
pelaksanaan program kebijakan mempengaruhi dalam
penurunan angka kematian ibu dan pelaksanaan Program Puskesmas
pelayanan terhadap ibu hamil dengan Mampu PONED di Puskesmas
diterapkannya Puskesmas Mampu Bangetayu Semarang
PONED di Puskesmas Bangetayu
Kajian Teori
Semarang, apakah sudah berjalan
1. Administrasi Publik
dengan efektif dan mampu
Chandler & Plano (dalam
mengakomodasi seluruh kebutuhan
Keban 2004:3), mengatakan bahwa
masyarakat atau justru sebaliknya.
Administrasi Publik adalah proses
Penelitian ini bertujuan untuk
dimana sumber daya dan
mengevaluasi pelaksanaan Program
personel publik diorganisir dan
PONED di Puskesmas Bangetayu
saling bekoordinasi untuk
Semarang dan untuk mengetahui
memformulasikan,mengimplementas
faktor pendorong dan penghambat
ikan ,dan mengelola (manage)
keberhasilan program.
keputusan -keputusan dalam
kebijakan publik.
Nicholas Henry (dalam mempersoalkan metode dasar yang
Pasolong, 2014:8), mendefinisikan digunakan atau cara-cara ilmiah apa
administrasi publik adalah suatu yang dapat digunakan untuk
kombinasi yang kompleks antara memcahkan suatu persoalan.
teori dan praktik, dengan tujuan Sedangkan locus mencakup dimana
mempromosi pemahaman terhadap metode tersebut dapat digunakan
pemerintah dalam hubungannya atau diterapkan. Berdasarkan dua
dengan masyarakat yang diperintah, kategori disiplin tersebut, Henry
dan juga mendorong kebijakan mengungkakan bahwa telah terjadi
publik agar lebih responsif terhadap enam paradigma dalam administrasi
kebutuhan sosial. Administrasi negara, seperti diuraikan berikut ini:
publik berusaha melembagakan Paradigma 1 (1900-1926)
praktik-praktik manajemen agar dikenal sebagai paradigma
sesuai dengan nilai efektivitas, Dikontomi Politik dan Administrasi,
efisiensi, dan pemenuhan kebutuhan Paradigma 2 (1927-1937) disebut
masyarakat secara baik. sebagai paradigma Prinsip-Prinsip
Dari beberapa definisi Administrasi, Paradigma 3 (1950-
administrasi publik di atas, dapat 1970) adalah paradigma
dipahami bahwa administrasi publik Administrasi Negara sebagai Ilmu
adalah kerja sama yang dilakukan Politik, Paradigma 4 (1956-1970)
oleh sekelompok orang atau lembaga adalah Administrasi Publik sebagai
dalam melaksanakan tugas-tugas Ilmu Administrasi, Paradigma 5
pemerintahan dalam memenuhi (1970-sekarang) adalah
kebutuhan publik secara efisien dan Administrasi Publik sebagai
efektif Administrasi Publik, dan Paradigma
6 (1990-sekarang) adalah
2. Paradigma Administrasi Publik
Governance. Berdasarkan uraian
Nicholas Henry (dalam
tentang paradigma administrasi
Subarsono, 2013:31)mengungkapkan
publik yang telah dijabarkan
bahwa standar suatu disiplin ilmu,
sebelumya secara konseptual,
seperti yang dikemukakan oleh
peneliti memfokuskan pada
Robert T. Golembiewski, mencakup
paradigma adminitrasi publik sebagai
fokus dan locus. Fokus yang
administrasi publik yang memiliki kebijakan publik merupakan suatu
fokus pada kebijakan publik dan keputusan yang dibuat oleh badan
berbasis pada upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka untuk
pemerintah dalam mengeluarkan memecahkan masalah yang dapat
suatu program kebijakan untuk dilakukan maupun tidak dilakukan
mengatasi suatu permasalahan yang oleh pemerintah sesuai dengan apa
ada dan upaya pemberian pelayanan yang menjadi kebutuhan.
yang maksimal kepada masyarakat
4. Evaluasi Kebijakan
sehingga kebutuhan masyarakat
Indiahono (2009)
dapat terpenuhi.
menjelaskan bahwa evaluasi
3. Kebijakan Publik kebijakan merupakan upaya untuk
Chandler dan Plano (dalam menilai keberhasilan atau kegagalan
Tangkilisan, 2003:1) menyatakan kebijakan berdasarkan indikator-
bahwa kebijakan publik adalah indikator yang telah ditentukan,
pemanfaatan yang strategis terhadap dimana indikator-indikator ini
sumber daya-sumber daya yang ada merujuk pada dua aspek yaitu aspek
untuk memecahkan masalah-masalah proses dan aspek hasil. Istilah
publik atau pemerintah. Kebijakan evaluasi mempunyai arti yang
publik menurut Thomas Dye (dalam berhubungan, masing-masing
Subarsono, 2013:2) adalah apapun menunjuk pada aplikasi beberapa
pilihan pemerintah untuk melakukan skala nilai terhadap hasil kebijakan
atau tidak melakukan (public policyis dan program. Secara umum istilah
whatever governments choose to do evaluasi dapat disamakan dengan
or not to do). Konsep tersebut sangat penaksiran (appraisal), pemberian
luas karena kebijakan publik angka (rating), dan penilaian
mencakup sesuatu yang tidak (assesment), kata-kata yang
dilakukan oleh pemerintah ketika menyatakan usaha untuk
pemerintah menghadapi suatu menganalisis hasil kebijakan dalam
masalah publik. arti satuan nilainya.
Definisi kebijakan publik Untuk menilai keberhasilan
yang telah dijelaskan oleh para ahli suatu kebijakan perlu dikembangkan
ini dapat disimpulkan bahwa beberapa indikator, karena
penggunaan indikator yang tunggal HASIL PENELITIAN DAN
akan membahayakan, dalam arti PEMBAHASAN
hasil penilaiannya dapat bias dari Evaluasi kebijakan
yang sesungguhnya. Indikator atau merupakan upaya untuk menilai
kriteria evaluasi yang dikembangkan keberhasilan atau kegagalan
oleh Dunn (2003:610) mencakup kebijakan berdasarkan indikator-
lima indicator yaitu efektifitas, indikator yang telah ditentukan,
kecukupan, pemerataan, dimana indikator-indikator ini
responsivitas dan ketepatan. merujuk pada dua aspek yaitu aspek
proses dan aspek hasil. Aspek proses
METODA PENELITIAN
lebih menunjuk pada kekonsistenan
Dalam penelitian ini penulis
proses pelaksanaan kebijakan selama
menggunakan desain penelitian
di lapangan, sedangkan aspek hasil
dengan pendekatan deskriptif
lebih menunjuk pada ketercapaian
kualitatif dengan strategi studi kasus.
hasil yang telah ditetapkan dari
Penelitian ini berlokasi di Puskesmas
proses pelaksanaan kebijakan di
Bangetayu Kota Semarang dengan
lapangan. Hasil penelitian ini
subjek penelitian yakni informan,
dijabarkan secara deskriptif dengan
yang bertugas sebagai key informan.
menggunakan kriteria evaluasi
Dengan teknik pemilihan informan
menurut William Dunn. William
yakni purposive dan dikembangkan
Dunn sendiri mengemukakan lima
menggunakan snowball. Jenis data
kriteria evaluasi yaitu efektivitas,
yang digunakan dalam penelitian ini
kecukupan, pemerataan,
adalah kata-kata, sumber tertulis, dan
responsivitas, dan ketepatan.
foto. Sumber data dalam penelitian
ini adalah berbentuk data primer dan 1. Efektivitas
data sekunder, dengan menggunakan Pelaksanaan Program
teknik pengumpulan data yakni PONED di Puskesmas Bangetayu
observasi, wawancara dan sejauh ini bisa dikatakan belum
dokumentasi. efektif baik dalam ukuran maupun
arah kebijakan yang sudah
ditentukan. Ukuran program
kebijakan PONED sendiri yaitu
menilai sejauhmana tujuan kebijakan Apabila kita tarik teori ini dalam
dapat dicapai melalui arah kebijakan permasalahan yang ada, dapat kita
yang telah ditetapkan, dalam simpulkan bahwa Program PONED
pelaksanaannya ukuran kebijakan ini belum efektif dalam upaya
program PONED ini belum cukup meningkatkan pelayanan kegawat
efektif, selain itu arah kebijakan daruratan serta peningkatan
Program Puskesmas PONED di pelayanan kesehatan kepada ibu
Puskesmas Bangetayu sendiri pada hamil. Hal tersebut relevan dengan
dasarnya untuk memberikan fakta yang menyatakan, apabila suatu
pelayanan kehamilan dan nifas arah dan tujuan kebijakan itu jelas,
kepada seluruh ibu hamil dan ibu namun dalam proses pelaksanaanya
nifas di wilayah kerja Puskesmas masih buruk serta tidak didukung
Bangetayu sesuai dengan standar dan oleh faktor internal maupun eksternal
prosedur yang telah ditetapkan, tentunya hal tersebut pada akhirnya
namun dalam pelaksanaanya arah menjadi sia-sia dan proses
kebijakan program PONED ini pelaksanaannya pun menjadi tidak
belum maksimal sehingga munculah efektif dan efisien, selain itu dalam
hambatan - hambatan yang penelitian yang dilakukan penulis di
menyebabkan ketidakefektifan lapangan ditemukan hal-hal yang
program ini dalam pelaksanaannya. mendukung pernyataan sebelumnya,
Hambatan-hambatan itu diantaranya di mana masih kita temui kendala
Pelaksanaan atau proses atau hambatan dalam proses
penyampaian komunikasi yang pelaksanaan program. Walaupun
belum efektif, faktor sumber daya dalam data diungkapkan angka
baik itu sumber daya manusai kematian ibu mengalami penurunan
maupun fasilitas dan sarana- hal tersebut pada kenyataannya tidak
prasarana yang belum menunjang. diimbangi dengan pelaksanaan
Berdasarkan teori yang pelayanan yang maksimal,
diungkapkan oleh William Dunn, komunikasi yang efektif, sumber
efektifas digunakan untuk menilai daya yang berkompeten serta
sejauh mana suatu program telah dukungan fasilitas serta sarana-
mampu untuk mencapai tujuannya. prasarana yang belum optimal
sehingga adanya faktor-faktor ini indikator kecukupan, dapat dilihat
tentunya menyebabkan proses bahwasannya tingkat kecukupan
pelaksanaan Program PONED dapat kita lihat dalam realisasi
menjadi tidak efektif. . pelaksanaan program dan hasil
capaian dari pelaksanaan program
2. Kecukupan
tersebut, di mana berdasarkan hasil
Indikator kecukupan yang ada
penelitian yang dilakukan ditemukan
dalam pelaksanaan Program
adanya hambatan-hambatan yang
Puskesmas PONED ini belum
mengakibatkan hasil dari program ini
sepenuhnya mampu mengakomodasi
menjadi tidak optimal. Namun selain
kebutuhan yang ada, hal tersebut
itu ketidakoptimalan ini juga mampu
terjadi karena faktor lingkungan
tertutupi oleh faktor struktur
masyarakat, saranan prasarana, dan
birokrasi berupa SOP dan faktor
sumberdaya yang tidak berjalan
disposisi yang sudah terlaksana
dengan baik karena masih memiliki
dengan baik sehingga menunjang
beberapa kekurangan dan hambatan,
pelaksanaan serta penyelenggaraan
namun hal tersebut tidak menjadi
Program Puskesmas PONED di
halangan yang serius karena adanya
Puskesmas Bangetayu Semarang.
faktor lain yaitu berupa struktur
birokrasi dan disposisi yang 3. Pemerataan
mendukung dan menguntungkan Indikator pemerataan ini
puskesmas serta masyarakat dalam masih kurang dalam hal sosialisasi
penyelenggaraan pelayanan yang kepada masyarakatnya sehingga
efektif kepada masyarakat, selain itu masyarakat masih banyak yang
untuk tenaga medis yang berada di belum mengerti adanya program
Puskesmas Bangetayu juga berusaha tersebut, padahal program untuk
untuk melakukan hal yang terbaik menekan angka kematian ibu di Kota
dan memberikan pelayanan yang Semarang sendiri tidak hanya
sesuai standar secara maksimal hal Program Puskesmas Mampu PONED
ini terbuki dengan menurunnya melainkan masih ada Program
jumlah angka kematian ibu di Gerakan Ibu dan Anak Sehat dan
Puskesmas Bangetayu sendiri. program-program pendampingan
Berdasarkan hasil analisis lain, namun sayangnya hal itu belum
diimplementasikan secara baik meningkatan pelayanan kesehatan
karena faktor sosialisasi yang masih terhadap ibu hamil.
perlu dibenahi dan kesadaran
4. Responsivitas
masyarakat yang masih kurang.
Berdasarkan indikator
Dengan demikian,
responsivitas, keduanya bisa
berdasarkan hasil analisis dalam
dikatakan efektif bisa tidak, karena
indikator pemerataan dapat dilihat
respon yang diberikan petugas
bahwasannya indikator ini masih
sendiri sudah sangat bagus,
belum berjalan dengan baik.
sedangkan hal lain yang berlawanan
Berdasarkan teori yang ada, indikator
yaitu respon dari masyarakatnya
pemerataan dapat dikatakan
yang kurang. Namun ketika berada di
maksimal apabila seluruh pihak yang
kondisi lain, indikator responsivitas
mengenai atau dikenai Program
ini dapat terlihat efektif ketika
kebijakan mampu bersama-sama
masyarakat tersebut baru saja
melakukan upaya untuk mendukung
mengalami permasalahan terkait
pelaksanaan program, khususnya
kesehatan kehamilannya, insting
dalam hal ini adalah Program
manusia untuk memperoleh
PONED. Sinergi yang baik antara
penanganan terhadap permasalahan
pelaksana program dan masyarakat
yang dialaminya inilah yang
tentunya akan menciptakan suatu
menyebabkan masyarakat
pola dari hasil proses pemerataan
memberikan respon yang baik
yaitu adanya keadilan dan upaya
terhadap program puskesmas itu
pendistribusian program yang
sendiri sehingga dari sinilah tingkat
dilakukan secara sama tanpa adanya
responsivitas ini mulai membaik.
perbedaan sehingga tujuan dari
Menurut teori yang
program tersebut pada akhirnya akan
dikemukan oleh William Dunn,
tercapai. Perlunya upaya peningkatan
indikator responsivitas berkenaan
motivasi petugas serta upaya untuk
dengan tingkat kepuasan masyarakat
menumbuhkan partisipasi
sebagai pihak penerima layanan.
masyarakat agar Program PONED
Berdasarkan penelitian yang
ini nantinya dapat mencapai hasil
dilakukan, masyarakat merasa sudah
yang maksimal dan tentunya mampu
puas dengan pelaksanaan Program
PONED di Puskesmas Bangetayu hal masyarakat.
ini dapat dilihat dari bagaimana Pada proses pelaksanaannya,
kesiapan para petugas untuk Program PONED dinilai telah tepat
memberikan pelayanan untuk mengatasi permasalahan yang
kegawatdaruratan dan pelayanan - timbul terkait dengan kondisi
pelayanan administratif yang lain, kehamilan yang dialami masyarakat.
walaupun belum didukung dengan Program ini telah mampu
fasilitas dan sarana-prasarana yang memberikan pelayanan yang prima
belum memadai, petugas dapat dan sesuai dengan kebutuhan yang
membuktikan jika hal tersebut tidak diminta masyarakat sehingga
menjadi hambatan untuk indikator ketepatan ini telah berjalan
memberikan pelayanan yang cepat dengan baik dalam upayannya untuk
dan prima kepada masyarakat. memberikan pelayanan yang efektif
dan efisien kepada masyarakat. Tepat
5. Ketepatan
dalam hal ini dapat kita lihat dari
Hadirnya Program PONED di
proses tindakan yang dilakukan,
Kota Semarang khusunya di
pelayanan yang diberikan, serta tepat
Puskesmas Bangetayu merupakan
sasaran dan tujuan yang telah
suatu wujud yang dilakukan untuk
ditetapkan sebagaimana di awal mula
mengatasi permasalahan terkait
hadirnya program ini.
tingginya angka kematian ibu dan
rendahnya pelayanan kesehatan yang PENUTUP
diberikan kepada masyarakat dalam SIMPULAN
hal ini ibu hamil yang berada di Berdasarkan pemaparan hasil
wilayah Kota Semarang. Program penelitian serta pembahasannya,
PONED berupaya hadir untuk dapat disimpulkan bahwa dalam
memberikan pelayanan yang pelaksanaan Program PONED di
maksimal serta penanganan yang Puskesmas Bangetayu belum
cepat terhadap permasalahan yang sepenuhnya berjalan dengan baik dan
dialami oleh Ibu Hamil sehingga optimal. Hal itu dapat dilihat dalam
nantinya tujuan dari adanya Program teori dan indikator yang menjadi
PONED ini mampu tercapai dan acuan penulis dalam melakukan
mengakomdasi seluruh kebutuhan penelitian yaitu meliputi indikator
efektivitas, kecukupan, pemerataan, dalam pelayanan yag diberikan.
responsivitas, dan ketepatan, sebagai Selain itu, tingkat kecukupan ini
berikut: dapat kita lihat dalam realisasi
pelaksanaan program dan hasil
1. Efektivitas
capaian dari pelaksanaan program
Pelaksanaan Program
tersebut, di mana berdasarkan hasil
PONED di Puskesmas Bangetayu
penelitian yang dilakukan ditemukan
sendiri dapat dikatakan belum
adanya hambatan-hambatan yang
sepenuhnya efektif. Walaupun
mengakibatkan hasil dari program ini
seperti kita ketahui jumlah
menjadi tidak optimal, seperti faktor
prosentase angka kematian ibu
sumber daya manusia, anggaran,
menurun, tidak dapat dipungkiri jika
serta fasilitas dan sarana prasarana.
dalam pelaksanaannya masih
Namun hal tersebut cukup mampu
terdapat berbagai masalah yang
tertupi karena puskesmas sudah
menyebabkan pelaksanaan program
menerapkan adanya SOP dan
pelayanan ini menjadi tidak
pelaksanaan disposisi yang jelas
maksimal. Ketidakefektifan ini
sehingga walaupun dalam beberapa
sendiri terjadi karena masih terdapat
hal terdapat hambatan namun dalam
berbagai hambatan dalam
hal lainnya mampu tertutupi oleh
pelakasanaannya seperti sumber daya
faktor pendorong dan penunjang
manusia yang kurang, fasilitas dan
program di puskesmas.
sarana-prasarana yang kurang
memadai, serta proses komunikasi 3. Pemerataan
yang tidak optimal. Selain itu Dalam pelaksanaannya
kurangnya dukungan dari Dinas juga Program PONED di Puskesmas
menjadi penyebab ketidakefektifan Bangetayu dapat dikatakan belum
program ini di lapangan. merata, hal ini terjadi karena pola
pendistribusian program yang
2. Kecukupan
dilakukan oleh aktor atau pelaksana
Dalam pelaksanaannya,
program tidak dilaksanakan secara
Program PONED ini belum mampu
baik. Seperti contoh dalam hal
mengatasi permasalahan yang
sosialisasi mengenai pengenalan
dihadapi masyarakat, khususnya ibu
program yang dirasa masih kurang
hamil serta kurangnya pendampingan
optimal di mana masih banyak yang memberikan pelayanan
belum mengerti adanya program kegawatdaruratan dan pelayanan-
tersebut, padahal program untuk pelayanan administratif yang lain,
menekan angka kematian ibu di Kota walaupun belum didukung dengan
Semarang sendiri tidak hanya fasilitas dan sarana-prasarana yang
Program Puskesmas Mampu PONED belum memadai, petugas dapat
melainkan masih ada Program membuktikan jika hal tersebut tidak
Gerakan Ibu dan Anak Sehat dan menjadi hambatan untuk
program-program pendampingan memberikan pelayanan yang cepat
lain, namun sayangnya hal itu belum dan prima kepada masyarakat.
diimplementasikan secara baik
5. Ketepatan
karena faktor sosialisasi yang masih
Pada proses pelaksanaannya,
perlu dibenahi dan kesadaran
Program PONED dinilai telah tepat
masyarakat yang masih kurang
untuk mengatasi permasalahan yang
sehingga hal ini menyebabkan faktor
timbul terkait dengan kondisi
pemerataan menjadi tidak maksimal.
kehamilan yang dialami masyarakat.
4. Responsivitas Program ini telah mampu
Responsivitas yang terjadi memberikan pelayanan yang prima
dalam pelaksanaan Program PONED dan sesuai dengan kebutuhan yang
di Puskesmas Bangetayu cukup diminta masyarakat sehingga
efektif, hal ini terjadi karena respon indikator ketepatan ini telah berjalan
yang diberikan oleh pihak pelaksana dengan baik dalam upayannya untuk
program dan penerima program memberikan pelayanan yang efektif
sedikit berbeda namun pada akhirnya dan efisien kepada masyarakat. Tepat
memberi preferensi kepuasan yang dalam hal ini dapat kita lihat dari
bagus bagi masyarakat. Berdasarkan proses tindakan yang dilakukan,
penelitian yang dilakukan, pelayanan yang diberikan, serta tepat
masyarakat merasa sudah puas sasaran dan tujuan yang telah
dengan pelaksanaan Program ditetapkan sebagaimana di awal mula
PONED di Puskesmas Bangetayu hal hadirnya program ini.
ini dapat dilihat dari bagaimana
kesiapan para petugas untuk
SARAN komunikasi antar organisasi yaitu
koordinasi antara dinas dengan
1. Perlunya dukungan fasilitas dan
puskesmas agar pelaksanaan
sarana-prasarana yang memadai,
program di lapangan dapat
khusunya penyediaan sarana dan
terlaksana dengan baik dan
prasarana seperti alat-alat
mampu mengatasi permasalahan
kesehatan yang layak dan
yang ada
canggih, penambahan bad yang
sesuai kebutuhan dan sesuai 4. Perlunya peningkatan proses
aturan yang harus ditetapkan sosialisasi kepada masyarakat,
dalam penyelenggaraan tidak hanya dilakukan
Puskesmas PONED, serta dipermukaan saja namun juga
dukungan gedung yang layak harus menyentuh seluruh
digunakan sebagai tempat rawat masyarakat dan dilakukan secara
inap 24 jam. merata baik itu dimulai dari
proses pengenalan program
2. Perlunya peningkatan SDM baik
hingga proses pendampingan
dari segi kuantitas maupun
terhadap ibu hamil itu sendiri.
kualitas dengan melakukan
sistem perekrutan pegawai baik
itu dokter, bidan, maupun
DAFTAR PUSKTAKA
perawat secara berkala, selain itu
dalam upaya peningkatan kinerja Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar
Kebijakan Publik. Bandung:
pegawai perlu adanya kegiatan Alfabeta
pelatihan terkait PONED yang Bullock, Roger., Michael Little. &
Spencer Millham. 1999.
dilakukan secara rutin agar Hubungan antara
ketrampilan dan kompetensi yang Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif dalam Penelitian
dimiliki pegawai semakin Kebijakan Sosial, dalam
meningkat Memadu Metode Penelitian
Kualitatif & Kuantitatif
3. Perlunya evaluasi rutin terhadap (Terjemahan), Julia Brannen.
(hal 111-136). Yogyakarta :
pelaksanaan Program PONED di Pustaka Pelajar
lapangan serta perlunya
Dunn, William N. 2000. Pengantar
penguatan koordinasi dan Analisis Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Gadjah Mada Trihono. 2005. Manajemen
University Press Puskesmas Berbasis
Hardiansyah. 2011. Kualitas Paradigma Sehat. Jakarta:
Pelayanan Publik. Yogyakarta: CV Sagung Seto
Gava Media Walker, Robert. Applied Qualitative
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Research, (Vermont : Gower
Kebijakan Publik Berbasis Publishing Company, 1985).
Dynamic Policy Analysis. Winarno, Budi. 2012. Kebijakan
Yogyakarta: Gava Media Publik Teori, Proses, dan Studi
Keban, Yeremias T. 2008. Enam Kasus. Yogyakarta: CAPS
Dimensi Strategis Administrasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Publik. Yogyakarta: Gava 2014 tentang Pemerintahan
Media Daerah
Mahmudi. 2015. Manajemen Kinerja Undang-Undang Nomor 25 Tahun
Sektor Publik. Yogyakarta: 2009 tentang Pelayanan Publik
UPP AMP YKPN Undang-Undang Nomor 36 Tahun
Miles, B. Mathew dan Michael 2009 tentang Kesehatan
Huberman. 2009. Analisis KEMENPAN Nomor 63 Tahun 2003
Data Kualitatif Buku Sumber tentang Pedoman Pelayanan
Tentang Metode-metode Baru. Publik
Jakarta: UIP. Permenkes Nomor 741 Tahun 2008
Muhidi, M. A. (2011). Panduan tentang Standar Minimal
Praktis Memahami Penelitian Pelayanan Kesehatan di
(Bidang Sosial-Administrasi- Indonesia
Pendidikan). Bandung: CV Perda Kota Semarang Nomor 2 tahun
Pustaka Setia. 2015 tentang Kesehatan Ibu
Pasolong, Harbani. 2014. Teori dan Anak
Administrasi Publik. Bandung: Departemen Kesehatan (2009).
Alfabeta Pedoman Program
Siagian, Sondang P. 2004. Prinsip- Perencanaan Persalinan dan
prisip Dasar Manajemen Pencegahan Komplikasi
Sumber Daya Manusia. dengan Stiker Dalam Rangka
Jakarta: Bumi Aksara Mempercepat Penurunan AKI.
Subarsono. 2013. Analisis Kebijakan Departemen Kesehatan (2004),
Publik. Yogyakarta: Pustaka Pedoman Pengembangan
Pelajar Pelayanan Obstetri-Neonatal
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Emergensi Dasar (PONED)
Pendidikan Pendekatan Puskesmas Bangetayu Semarang
Kuantitatif, Kualitatif, dan (2016), Rencana Strategis
R&D. Bandung: Alfabeta. Puskesmas
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu
Administrasi Publik. Jakarta: Jurnal
PT Rineka Cipta 8
Rachmawati, Tety dan Agus
Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003.
Suprapto. (2010). Inovasi
Implementasi Kebijakan
Implementasi Puskesmas
Publik. Jakarta: Lukman Offset
PONED dalam Upaya
Akselerasi Penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi di 3
(tiga) Kabupaten di Jawa Valentina, Anneke Suparwati dan
Timur. Surabaya: Buletin Antono Suryoputro. (2016).
Penelitian Sistem Kesehatan. Analisis Pelaksanaan Sistem
(Vol. 13, No.2): Hal 109-115 Pelayanan Obstetri Neonatal
Kismoyo, Christina P, Mohammad dan Emergensi Dasar
Hakimi dan Mubasysyir (PONED) di Puskesmas
Hasanbasri. (2012). Benarkah Sitanggul Kabupaten Brebes.
Puskesmas PONED Efektif ?. Semarang: Jurnal Kesehatan
Yogyakarta: Jurnal Kebijakan Masyarakat (Vol. 4, No. 4):
Kesehatan Indonesia (Vol. 1, Hal 154-161
No. 2): Hal 93-102 Handayani, Dyan dan Anhari
Desita, Usi Erna. (2012). Achadi. (2018). Analisis
Pelaksanaan Pelayanan Implementasi Program
Obstetri Neonatal Emergensi Pelayanan Obstetri Neonatal
Dasar (PONED) di Puskesmas dan Emergensi Dasar
Karang Malang Semarang. (PONED) di Puskesmas
Semarang: Jurnal Kesehatan Mampu PONED Kota Depok
Masyarakat (Vol. 1, No. 2): Tahun 2017. Yogyakarta:
Hal 126-132 Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia (Vol. 7, No.2): Hal
57-63

Anda mungkin juga menyukai