Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
4. Subsistem Pemasaran
penyuluhan, dll.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas Makalah Budidaya Ternak
Unggas tentang “Pemeliharaan Ayam Broiler”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah Manajemen Kesehatan Ternak. Makalah ini telah diupayakan agar dapat sesuai apa
yang diharapkan dan dengan terselesainya Makalah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap
pembacanya. Makalah ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar kiranya
kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang perlunya sebuah tugas agar menjadi bahan
pembelajaran.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa,
serta ucapan terima kasih kepada : Dosen Pembimbing dan Teman teman berkat kerjasamanya
sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala
kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa yang kita
harapkan dapat tercapai. Dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini selanjutnya.
Besar harapan penulis, semoga makalah yang penulis buat ini mendapat ridho dari Tuhan Yang
Maha Esa
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui permasalahan-permasalahan
yang terjadi di peternakan ayam niaga pedaging, rumah potong ayam dan pasar yang berkaitan
dengan rendahnya kualitas karkas ayam niaga pedaging serta mencari solusi pemecahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1 152 144
2 376 344
3 686 617
4 1085 965
5 1576 1344
6 2088 1741
Jika dilihat dari perbandingan table 2 dan 3 maka dapat dibandingkan perbandingan antara
umur dengan luas kandang yang dibutuhkan sesuai dengan jenis kelamin dan bobot badan.
Kepadatan tinggi menurunkan berat badan pullet umur 18 minggu (Anderson dan Adams,
1997), meningkatkan kerusakan dada pada broiler, menimbulkan kanibalisme pada ayam, yakni
ayam saling patuk mematuk sehingga menimbulkan luka pada tubuh ternak sehingga memudahkan
masuknya parasit dan menimbulkan penyakit dan akhirnya meningkatkan angka kematian,
pencapaian berat badan yang rendah dan mengurangi konsumsi pakan pada broiler, sedangkan
konsumsi pakan broiler umur 7 minggu menurun sebesar 3,7% pada jantan dan 3,9% pada betina
ketika kepadatan kandang ditingkatkan dari 10 ekor/m2 menjadi 15 ekor/m2. Kepadatan tinggi
yang diasumsikan dengan bobot badan perluasan lantai mengurangi aktivitas broiler menjadi lebih
sedikit berjalan, sebaliknya lebih banyak mengantuk dan tidur (Cravener et al., 1992).
f. Tipe Kandang
1. Kandang postal.
Kandang ini tidak terdapat halaman umbaran sehingga dalam pemeliharaan sistem ini
ayam-ayam selalu terkurung sepanjang hari di dalam kandang. Litter yang baik harus dapat
memenuhi beberapa kriteria yakni: memiliki daya serap yang tinggi, lembut sehingga tidak
menyebabkan kerusakan dada, mempertahankan kehangatan, menyerap panas, dan
menyeragamkan temperatur dalam kandang (Prayitno dan Yuwono, 1997).Litter merupakan
sistem kandang pemeliharaan unggas dengan lantai kandang ditutup oleh bahan penutup lantai
seperti, sekam padi, serutan gergaji, dan jerami padi (Rasyaf, 1994). Keuntungan sistem ini adalah
biaya relatif rendah, menghilangkan bau kotoran, jika litter kering maka pembuangan kotoran lebih
mudah dan dapat menahan panas didalam kandang. Kekurangannya adalah penyebaran penyakit
lebih mudah, Pengawasan kesehatan lewat kotoran sulit diamati (Campa, 1994).
2. Cage
Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet, menyerupai batere dan alasnya dibuat
berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah tingkat produksi individual dan kesehatan
masing-masing terkontrol, memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah.
Kelemahannya adalah biaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan mineral, dan
sering banyak lalat (Rasyaf, 1994).
3. Panggung
Sistem ini biasanya dibuat diatas kolam ikan. Bahan yang biasa digunakan untuk alas lantai
adalah bambu yang dipasang secara berderet agar ayam tidak terperosok. Kelebihannya adalah
sisa pakan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan, penyebaran penyakit relatif rendah.
Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu untuk alas terlalu lebar, akan dapat mengakibatkan
ayam terperosok, biaya pembuatan relatif mahal (Martono, 2006).
2.3. Pakan
Ayam broiler sebagai bangsa unggas umumnya tidak dapat membuat makanannya sendiri.
Oleh sebab itu ia harus makan dengan cara mengambil makanan yang layak baginya agar
kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral harus dipenuhi
agar pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsi- fungsi tubuhnya secara
normal. Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan energi bagi ayam broiler sangat besar (Rasyaf,
1994).
Suprijatna et al. (2005) pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik
maupun anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan
dalam proses pertumbuhan. Ransum dapat diartikan sebagai pakan tunggal atau campuran dari
berbagai bahan pakan yang diberikan pada ternak untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak
selama 24 jam baik diberikan sekaligus maupun sebagian (Lubis, 1992). Rasyaf (1994)
menyatakan ransum adalah kumpulan dari beberapa bahan pakan ternak yang telah disusun dan
diatur sedemikian rupa untuk 24 jam.
Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-
70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Fadilah, 2004). Pemberian ransum bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh dan produksi
(Suprijatna et al. 2005). Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang
dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan
berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum
(selalu tersedia/tidak dibatasi). Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan
disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap
pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein
minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan
berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya. Efisiensi pakan dinyatakan
dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan
selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen.
Contoh perhitungan :
Diketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg, berat pakan selama
pemeliharaan 3125 kg, maka FCR-nya adalah :
Berat total ayam hasil panen = 1000 x 2 = 2000 kg
FCR = 3125 : 2000 = 1,6
Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan
sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi).
Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam mengkonsumsi sejumlah ransum yang
digunakan dalam proses metabolisme tubuh (Anggorodi, 1985). Blakely dan Blade (1998)
menjelaskan bahwa tingkat konsumsi ransum akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan bobot
akhir karena pembentukan bobot, bentuk dan komposisi tubuh pada hakekatnya adalah akumulasi
pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh ternak. Kebutuhan ransum ayam broiler tergantung pada
strain, aktivitas, umur, besar ayam dan temperature( Ichwan , 2003). Faktor yang mempengaruhi
konsumsi pakan antara lain umur, nutrisi ransum, kesehatan, bobot badan, suhu dan kelembaban
serta kecepatan pertumbuhan (Wahju, 1997).
Pakan pemula (starter) harus diberi setelah ayam memperoleh minum, pada beberapa hari
pertama pakan dapat diberi dengan cara ditaburkan pada katon box DOC atau tempat pakan untuk
anak ayam. Sisa pakan harus dibuang tiap pagi dan jangan dibuang di litter karena akan
membahayakan kesehatan ayam. Pada 2 hari pertama gunakan air hangat bersuhu 16 sampai 20 0C.
Untuk air minum larutkan 50 gram gula dan 2 gram vitamin (dalam 1 liter air minum untuk 12 jam
pertama) Perlu juga memakai meter air agar dapat diketahui dengan pasti berapa banyak air yang
digunakan pada 2 minggu pertama tempat minum dibersihkan 3 kali sehari setelah itu 2 kali sehari
(Anonimus, 2004).
Pada ayam broiler fase starter kebutuhan energi adalah 3200 kcal/kg dengan kebutuhan asam
amino methionin 0,38%. Sedangkan pada finisher kebutuhan energi sama tetapi kebutuhan protein
berkurang dan kebutuhan asam amino methionin juga berkurang menjadi 0,32% (NRC. 1994).
Faktor yang dapat mempengaruhi ransum pada ayam broiler, diantaranya yaitu temperatur
lingkungan, kesehatan ayam, tingkat energi ransum yang diberikan sistem pemberian makanan
pada ayam, jenis kelamin ayam dan genetik ayam (Rasyaf, 1994).
Bentuk fisik ransum yang diberikan pada ayam broiler ada tiga bentuk fisik ransum yang
diberikan yaitu bentuk halus seperti tepung (mesh) yang didalamnya merupakan campuran
berbagai bahan makanan yang telah diramu dalam suatu sistem formula. Ransum berbentuk
butiran lengkap atau pellet yang didasarkan pada sifat ayam broiler yang memang gemar sekali
makanan-makanan butiran dan ransum bentuk butiran pecah atau crumble yang berbentuk butiran
tetapi kecil-kecil (Rasyaf, 1994).
Menurut Bambang (1995) kualitas pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter
(umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu):
a. Kualitas pakan fase starter adalah terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%,
Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
b. Kualitas pakan fase finisher adalah terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar
4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energy (ME) 2900-3400 Kcal.
Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Pakan Ayam Broiler pada Periode Starter dan
PeriodeFinisher (NRC, 1994)
2.5.1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk
menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada
umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan
vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.
Vaksin adalah mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan
dan mempunyai sifat immunogenik. Immunogenik artinya dapat merangsang pembentukan
kekebalan. Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak dengan tujuan
supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit yang disebabkan organisme tersebut. Vaksin ada
dua macam, yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang
mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup. Biasanya vaksin aktif berbentuk sediaan kering
beku, contoh: MEDIVAC ND LA SOTA, MEDIVAC ND-IB dan MEDIVAC GUMBORO A.
Vaksin inaktif adalah vaksin yang mikroorganismenya telah dimatikan. Biasanya berbentuk
sediaan emulsi atau suspensi, contoh: MEDIVAC ND-EDS EMULSION, MEDIVAC CORYZA
B (Jahja, 2000).
Pelaksanaan Kegiatan vaksinasi dapat dilakukan dengan cara membagi ayam menjadi 2
kelompok besar dalam sekatan. Ayam kemudian digiring ke dalam 2 sekatan yang terbentuk.
Vaksinasi dilakukan mulai dari pen terakhir hingga pen pertama. Ayam yang telah divaksinasi
diletakan diluar sekatan hingga kemungkinan terjadinya pengulangan vaksinasi dapat
diminimalisir.
Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata, hidung, mulut
(cekok), atau melalui air minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan benar sehingga tidak
menyakiti, unggas dan mempercepat proses vaksinasi, dan tidak meninggalkan sisa sampah dari
peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung tangan, masker maupun sisa vaksin yang digunakan
(botol vaksin). Unggas yang divaksin harus benar- benar dalam keadaan sehat tidak dalam kondisi
sakit maupun stress sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak terjadi kematian
dalam proses vaksinasi. Tata cara vaksinasi harus ditempat yang teduh, bersih, vaksin tidak dalam
kondisi sakit maupun stress sehingga tidak merusak vaksin. Program vaksinasi untuk unggas,
harus disesuaikan dengan umur dari unggas tersebut dan harus berhati-hati dalam memvaksin
karena sangat sensitif terhadap jarum suntik dan dapat menimbulkan stress dan kematian
mendadak (Jahja, 2000).
5.2.2. Penyakit dan pencegahannya
Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu:
1) Tetelo (Newcastle Disease/ND)
Pertama kali ditemukan oleh Kraneveld di Jakarta (1926). Setahun kemudian, virus tetelo
ditemukan juga di Newcastle (Inggris). Sejak saat itu, penyakit ini dikenal sebagai newcastle
disease (NCD) dan ditemukan di berbagai penjuru dunia. Di India, penyakit ini dikenal dengan
nama aanikhet. Penyakit ini merupakan suatu infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf
pernapasan. Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah dan biasanya
dikualifikasikan menjadi:
a. Velogenik
b. Mesogenic
c. Lentogenik
1. Tipe Velogenik, yaitu Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic
Newcastle Disease (VVND) Tipe Velogenic ini menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan
hingga 100%.
2. Tipe Mesogenic, Kematian tipe mesogenic pada anak ayam mencapai 10% tetapi ayam dewasa
jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan menampakan gejala seperti gangguan
pernapasan dan saraf.
3. Tipe Lentogenik, merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja dapat
menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang
tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.
Virus ini tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi pemaparan.
Gejala: ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada
tempat yang hangat, ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata
ngantuk, Jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, tinja encer kehijauan
kadang berdarah. Setelah 1 sampai 2 hari muncul gejala (tortikolis) syaraf, yaitu kaki lumpuh,
leher berpuntir dan kepala ayam berputar-putar yang akhirnya mati. Belum ada obat yang dapat
menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang atau
dengan melakukan vaksinasi melalui tetes mata atau hidung pada anak ayam umur 3-4 hari, umur
3 minggu dan setiap 3 bulan secara teratur, peralatan dan kandang dijaga supaya tetap bersih.
Vaksinasi pertama ayam umur 3-4 hari dengan vaksin Bl, diulangi setelah 3 minggu dengan vaksin
Lasota dan kemudian setiap 3 bulan. Dan dijaga agar lantai kandang tetap kering.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus,
binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang
sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta
melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
2) Penyakit cacar ayam
Dengan memberikan vaksinasi, mencungkil kutil-kutil dengan gunting dan diolesi dengan
yodium tintur, atau obat anti infeksi dan cuci hamakan kandang.
Apabila sudah terlihat gejala dari penyakit ngorok maka segera mungkin untuk ditangani karena
dikhawatirkan penyakit E.coli akan masuk kedalam tubuh ayam dan menjangkit secara perlahan
dan akan terjadilah penyakit yang sangat berbahaya yang di sebut denganCRD komplek.
Dan dalam penggunaan obat, sangat di anjurkan sekali bahwa setiap 4 periode pemeliharaan,
pemakaian obat-obatan atau antibiotik harus di lakukan penggantian, maksudnya untuk mencegah
terjadinya resistensi obat pada ayam.
Vaksinasi dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini, akan tetapi perlu diingat bahwa
vaksinasi hanya merupakan alat pencegahan bagi peternakan yang berisiko tinggi terkena kholera
karena berdekatan dengan peternakan tertular. Vaksinasi kholera sendiri sebenarnya mempunyai
risiko, sebagai contoh: vaksin hidup walaupun akan memberikan pertahanan juga akan
menghasilkan efek samping yang tidak diharapkan. Bacterin killed, akan memberikan hasil tingkat
antibodi yang baik, tetapi hanya spesifik untuk strain yang digunakan.
Pengobatan
Pengobatan untuk kholera sebaiknya dijadikan alternatif terakhir. Pengobatan hanya efektif
apabila dilakukan pada awal-awal kasus sebelum terlalu banyak ayam yang tertular dan penyakit
menjadi kronis. Walaupun pengobatan dapat mengurangi dampak dari wabah, ayam tertular dapat
saja kambuh lagi apabila pengobatan dihentikan. Sehingga pengobatan perlu diperpanjang dengan
penambahan obat ke pakan dan minuman. Perlu diingat bahwa penggunaan antibiotik atau sulfa
harus berdasarkan hasil tes sensitifitas terhadap agen yang diisolasi dari lokasi kasus. Pengobatan
dapat mengurangi angka kematian dan mempertahankan tingkat produksi. Akan tetepi apabila
infeksi kronis sudah ditemukan, keuntungan pengobatan sangat sulit untuk dapat dilihat.
Sulfaquinoxaline sodium dalam pakan atau air minum biasanya dapat mengontrol angka kematian,
begitu pula halnya dengan sulfamethazine dan sulfadimethoxine.
Penggunaan tetracycline dosis tinggi dalam pakan (0.04%), air minum atau injeksi dapat
pula bermanfaat untuk pengobatan. Penicillin efektif digunakan untuk infeksi yang resisten
terhadap sulfa. Perlu diperhatikan bahwa pengobatan dengan sulfa akan menghasilkan residu di
daging dan telur. Antibiotik dapat digunakan dengan menggunakan dengan dosis yang lebih tinggi
dan jangka waktu yang cukup panjang untuk menghentikan wabah. Mengingat adanya efek
samping residu yang tidak diharapkan, semua pengobatan sebaiknya dikonsultasikan dengan
dokter hewan yang dapat menilai efektifitas dan keamanan dari penggunaan sulfa dan antibiotik
ini.
Penularan
Penularan dapat terjadi secara horizontal
Melalui jalur respirasi
Penularan secara vertikal dengan suatu percobaan dengan cara inokulasi induk usia 15 bulan,
ternyata pada doc hasil tetasannya (17 – 19 hari post inokulasi) mengandung virus reo
Gejala Klinis
Biasanya mulai terlihat pada usia 4 – 8 hari dengan ciri-ciri :
Malas bergerak
Bulu kusam
Coprophagia (faeces / litter eating)
Bila di uji gula darahnya “ Hypoglycaemic ”
Hanya sebagian populasi yang terkena dengan kategori :
5 – 10 % populasi dengan kategori RINGAN
10 – 30 % populasi dengan kategori BURUK
30 % populasi dengan kategori BENCANA
Biasanya terlihat pada usia 2 minggu :
Bulu sekitar kepala dan leher tetap “ Yellow Heads”
Bulu primer sayap patah / dislokasi “ Helicopter Birds “ / “ Stress Banding”
Tulang kering / betis berwarna pucat
Jika diperiksa kotorannya masih utuh / makanan hanya lewat saja.
9) Colibacillosis
Collibacillosis adalah Penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh
kuman Echerichia coli yang pathogen / ganas baik secara primer maupun secara sekunder.
Colibacillosis pertama kali ditemukan pada tahun 1894, setelah itu banyak kejadian-kejadian
colibacillosis sehingga memperkaya dan saling melengkapi mengenai penyakit ini baik kejadian
di lapangan maupun penelitian di laboratorium.
Kuman pada umumnya menular secara horizontal, dan secara garis besar dibagi menjadi 2
penyebab utama yaitu :
Dari dalam, yaitu yang berasal dari anak ayam / ayam itu sendiri, seperti kejadian Radang pusar
atau Omphalitis, Stress ataupun Dehydrasi akibat perjalanan. Dalam saluran pencernaan ayam ada
≤ 106 /gr, dimana 10 – 15 % adalah berpotensi menjadi pathogen / ganas.
Dari luar, yaitu yang berasal dari kontaminan lingkungan sekitar / area kandang dan atau yang
berasal dari bahan sapronak yang tidak bersih misalnya kontaminan berasal dari pakan, air dan
udara yang tercemar Escherichia coli.
Walaupun penyebabnya sama yaitu infeksi bakteri Escherichia coli, tetapi di lapangan
banyak dikenal berbagai macam penyakit yang merupakan berbagai bentuk manifestasi akibat
terinfeksi bakteri ini, diantaranya adalah :
1. Kematian Embrio / Omphalitis
2. Air Sacculitis / Radang Kantung Hawa
3. Colisepticemia/ Koliseptisemia
4. Panophthalmitis
5. Swolen Head Syndrome
6. Coli Granuloma / Hjarres Diseases
Pencegahan
Usahakan agar anak ayam yang dipelihara berasal dari pembibitan yang bebas dari penyakit
pernapasan seperti CRD, IB dan ND.
Jika anak ayam sudah terlanjur masuk di kandang, anak ayam yang sudah terinfeksi dengan bakteri
Escherichia coli agar diafkir.
Jalankan selalu prinsip water treatment / pengobatan air secara efektif dan berkesinambungan,
untuk menurunkan populasi bakteri dalam air minum.
Perhatikan selalu ventilasi, agar ayam selalu mendapat udara yang segar, bersih dan sehat.
Laksanakan biosecurity secara terpadu, agar kondisi farm sesedikit mungkin mengandung
kontaminan khususnya bakteri Escherichia coli.
Jaga selalu kekeringan litter kandang agar tidak terlalu kering juga tidak terlalu basah, Untuk itu
perlu diperhatikan selalu kepadatan populasi agar kondisi kekeringan litter mudah untuk
dikendalikan.
Spray ruang kandang setiap hari menggunakan campuran air dengan BIODES-100, SEPTOCID
atau GLUTAMAS sangat berguna disamping untuk menjaga kelembaban juga mengurangi density
bakteri di ruang kandang.
Bila ayam selalu terserang infeksi Escherichia coli yang parah pada usia di atas tiga minggu, tidak
ada salahnya lakukan penyuntikan doc pada usia 4 hari pertama dengan antibiotika secara subkutan
bisa dengan memakai GENTIPRA atau HIPRASULFA – TS sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Alternatif vaksinasi inaktif kombinasi O2K1 dan O78K80, dalam pelaksanaannya masih terjadi pro
dan kontra akan efektifitas kegunaannya, karena belum ada hasil yang sangat nyata.
Hal yang paling penting untuk dilakukan agar serangan infeksi bakteri Escherichia coli tidak
menjadikan ayam peliharaan menjadi menderita adalah dengan cara menciptakan ayam senyaman
mungkin tinggal dalam kandangnya, dengan kata lain jangan sampai ayam mengalami stress,
karena stress merupakan pencetus utama ayam terserang infeksi bakteri ini.
Pengobatan
Kuman E. coli kebanyakan sensitif / peka terhadap beberapa antibiotika seperti kelompok
aminoglukosida (NEOXIN), polipeptida (MOXACOL), tetrasiklin, Sulfonamida, trimethoprim
(COLIMAS) dan Quinolon (CIPROMAS, ENROMAS).
Apabila setelah diobati dengan berbagai antimikroba tidak terjadi perubahan kearah
penyembuhan, maka perlu dilakukan uji sensitivitas.
Pencegahan dengan menggunakan obat suntik Hiprasulfa – TS dan Gentipra, serta spray
kandang dengan desinfektan Biodes-100, Septocid dan Glutamas, maupun pengobatan dengan
menggunakan Neoxin, Moxacol, Colimas, Cipromas maupun Enromas, agar diperhatikan benar
cara dan dosis pemakaiannya dan dilaksanakan sesuai dengan anjuran dari pembuatnya, agar
mendapatkan efek pengobatan yang maksimal.
Pengobatan
Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit pilek pada ayam
adalah neofet, kapsul anti snot dan bubuk coryuit. Dosis pemakaian obat dan cara pemberian obat
harus disesuaikan dengan petunjuk yang ada dikemasan obat. Selain itu, penyakit ini juga dapat
disembuhkan dengan cara menyuntikkan cairan streptomycimberdosis 0,2 cc / suntikkan / hari.
Proses penyuntikkan berlangsung selama 5 hari dengan bagian tubuh ayam yang disuntik adalah
leher bagian belakang. Beberapa jenis obat yang biasa dikonsumsi oleh manusia ditengarai juga
dapat digunakan untuk mengobati ayam yang sedang terserang penyakit pilek. Mereka
adalah refagan dan bodrex. Caranya adalah : satu tablet obat dilarutkan ke dalam 1 sendok air teh
dan kemudian diminumkan kepada ayam.
Pencegahan
Pemberian antibiotik (streptomycin dan sulfanilamida) secara berkala dapat membantu
mencegah ayam tidak mudah terserang pilek. Vaksinasi (corryta naccin danvaksin snot) juga harus
dilakukan ketika ayam masih berumur 2 minggu, 1 bulan, 3 bulan dan menjelang usia dewasa.
11) Hama
Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu
makan turun, pucat dan kurus.
Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit
dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang
encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan
konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan
fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat
atau Black leaf 40.
2.6. Mortalitas
Mortalitas merupakan angka kematian dalam pemeliharaan ternak. Ada banyak hal yang
berpengaruh terhadap mortalitas dalam pemeliharaan unggas. Misalnya, adalah karena penyakit,
kekurangan pakan, kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya. Penyakit
didefinisikan sebagai segala penyimpangan gejala dari keadaan kesehatan yang normal. Tingkat
kematian yang disebabkan oleh penyakit tergantung dari jenis penyakit yang menyerang unggas.
Dalam pemeliharaan petelur yang berhasil, tingkat kematian 10 sampai 12% dianggap normal
dalam satu tahun produksi. Dalam kelompok pedaging, kematian maksimum per tahun normalnya
adalah sekitar 4%. Setiap kematian yang melebihi angka tersebut harus dianggap sebagai kondisi
yang serius yang harus mendapat perhatian segera dari peternak yang bersangkutan (Blakely and
Bade, 1991).
Menurut Sidadolog (2001) ayam dewasa dan merpati mampu bertahan hidup tanpa makan
selama 2 sampai 3 minggu. Kehilangan berat akibat kekurangan pakan (kelaparan) pada merpati
antara 38 sampai 42% dari berat badan semula, sedangkan pada ayam setelah berpuasa selama 11
hari dan bebas minum, kehilangan berat 25% dari berat semula. Pemberian pakan yang terkontrol
dan teratur dapat menurunkan mortalitas ayam dan daya hidup bertambah.
Kecukupan air minum pada ayam sangat penting diperhatikan. Ayam lebih baik
mengalami kelaparan daripada kehausan dan kehilangan air. Ayam akan mati apabila kehilangan
air 5 sampai 15% berat hidup. Kematian terjadi pada ayam akibat kekurangan air dinyatakan
sebagai berikut, ayam berumur 8 minggu selama 72 jam, merpati dewasa selama 12 sampai 13
hari, ayam petelur selama 8 sampai 13 hari dan ayam dewasa yang tidak bertelur sampai 32 hari.
Pada periode starter, ayam broiler yang dipelihara pada temperatur rendah (5 0C) terjadi kematian
pada 4 minggu pertama sekitar 18%, karena secara nyata temperature tubuh terlalu rendah di
bawah soll wert (Sidadolog, 2001).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menekan angka kematian adalah mengontrol
kesehatan ayam, mengontrol kebersihan tempat pakan dan minum serta kandang, melakukan
vaksinasi secara teratur, memisahkan ayam yang terkena penyakit dengan ayam yang sehat, dan
memberikan pakan dan minum pada waktunya (Siregar et al., 1980).
2.8. Panen
Hasil Utama, untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam
Hasil Tambahan, usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang
dan bulu ayam.
2.9. Pasca Panen
1. Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang
penampungan (Houlding Ground)
2. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau
sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah
tercemar dan mudah busuk.
3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,40C). Lama
pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan
lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.
4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi
perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.
5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan
sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur.
Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Ayam merupakan salah satu ternak yang potensial di daerah kita,dilihat dari segi konsumsi
masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan daging dan telur ayam sangat tinggi karena hamper
setiap hari dikonsumsi,sehingga beternak ayam adalah salah satu peluang bisnis yang sangat
menguntungkan jika kita mau menekuninya dengan sungguh – sungguh.
Beternak ayam juga memerlukan profesionalisme dan dedikasi yang penuh terhadap
peternakan ayamnya, agar hasil yang didapat juga maksimal dan sangat memuaskan. Dalam arti
kita mendapat keuntungan dari sisi ekonomi dan juga kita akan mendapatkan kepuasan batin dan
itu merupakan kebanggaan tersendiri dari diri kita atas usaha yang kita tekuni.
3.2. Saran
Semoiga makalah ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi para peternak ayam baik
bagi pemula maupun yang professional.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Penerbit
Pustaka Nusatama: Yogyakarta.
R, 2008. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia pustaka: Jakarta
Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya:. Jakarta
Sugandi, 1978. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Pedaging Strain MB 202-p Periode Starter–Finisher.
PT. Janu Putro Sentosa: Bogor.