JUDUL
Identifikasi Bahan Kimia Obat Paracetamol dan Papaverin Dalam Obat Tradisional
II. TUJUAN
Untuk mengetahui identifikasi bahan kimia obat paracetamol.dan papaverim dalam obat
taradisional .
Menyikapi kondisi ini banyak Industri Obat Tradisional yang memproduksi Obat
Tradisional (OT), Obat herbal atau pun suplemen sering kali menyatakan “tanpa efek
samping” karena bersifat alami, dan hanya melaporkan keberhasilannya saja (efektif)
sedangkan ke tidak berhasilan obat serta efeksamping tidak dilaporkan (Turana, 2003).
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan asing berupa bahantumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian galenik atau campurandari bahan tersebut yang
telah digunakan dalam pengobatan berdasarkanpengalaman (Badan POM RI, 2005).
Dalam kehidupan dari zaman dahulu sampai sekarang dikenal adanya cara
pengbatan.Cara pengoobatan yang telah dilakukan di kalangan masyarakat, yakni cara
pengobatantimur yang bersifat alternatif yang disebut pengobatan tradisional. Cara
pengobatan itubertujuan untuk meningkatkan sistem imum, menghambat pertumbuhan
penyakit,mengurangi keluhan pengguna, dan memperbaiki fungsi badan tubuh.
Pengobatan tradisionalpada awalnya merupakan tradisi turun temurun yang disampaikan
secara lisan dari satugenerasi ke generasi berikutnya (Zulkifli, 2004:1).
Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yangmenjadi penjaga tradisi yang sangat kuat.
Namun demikian, pemakai obat tradisionaldiharapkan sabar dalam melakukan terapi,
baik pada saat memilih ramuan maupunmenggunakannya (Rahimsyah&Hartatik, 2006:2).
Bahan :
- Cuplikan
- Air
- Natrium bikarbonat 8%
- Asam sulfat 3N
- Eter
- Etanol
- Paracetamol
- Papaverin
- Silica gel
- Kloroform
- Fericlorida 2%
- Asam asetat
- Toluene
- Dietilamin
- Kalium ferisianida 1%
- Ammonia
- Aquades
Kocok selama kurang lebih 30 menit dan saring ke dalam corong pisah
2. Larutan baku
3. Identifikasi
a. Cara Kromatografi Lapis Tipis
b. Cara Spektrofotometri UV
Tandai dan keroklah bercak baku dan bercak senyawa yang mempunyai harga
RF sama
Masukkan satu dosis cuplikan yang telah diserbuk halus ke dalam labu
Erlenmeyer 125 ml
tambahkan 20 ml air yang telah diasamkan dengan asam klorida 3 N sampai
PH 1,5. Kocok selama 30 menit dan saring
saring kumpulan ekstrak dengan natrium sulfat anhidrat, dan uapkan diatas
penangas air sampai kering
2. Larutan Baku
3. Identifikasi
a. Cara identifikasi kromatografi lapis tipis
Profil KLT
Sampel : Paracetamol
A B C
Larutan
uji RfA: 4,5 Tidak Biru Ungu Orange
5 terlihat
: 0,88
Keterangan gambar
Kesimpulan : Sampel obat tradisonal yang diuji (+) mengandung bko paracetamol
Profil KLT
Sampel : Papaverin
Pereaksi : Dragendrof
Sampel Kode RF Warna noda
bercak Visual UV 254 UV 366 Pereaksi
nm nm (Dragendrof)
Larutan
uji RfA: 4,5 Tidak Tidak Tidak Orange
5,5 terlihat terlihat terlihat
: 0,81
Ketrangan gambar
Profil KLT
Sampel : Paracetamol
Fase gerak : kloroform – metanol (90:10)
Pereaksi : FeCl3
Sampel + Tidak
Biru Ungu Orange
larutan terlihat
uji :
Baku :
Tidak
terlihat Biru Ungu Orange
Keterangan gambar : sampel obat tradisional yang diuji positif mengandung bko yaitu
paracetamol
Profil KLT
Sampel : papaverin
Pereaksi : Dragendrof
A B C
Sampel Kode Rf Warna noda
bercak
visual UV 254 UV 366 Pereaksi
nm nm
Dragendrof
Baku :
Tidak
terlihat Orange
Biru Ungu
Keterangan gambar : sampel obat tradisional yang diuji positif mengandung bko yaitu
papaverin
Profil KLT
Sampel : Parasetamol
Kloroform:Dietilamin(90:10)
Lar. Uji A 0,9
= 0,1875
4,8
Profil KLT
Sampel : Papaverin
Pembanding B 1,5/5,2
=0,288
Baku C 1,5/5,2
=0,288
Profil KLT
Sampel : paracetamol
A 0,52 - - Hijau -
Larutan uji
B 0,52 - - Hijau -
Larutan uji
+ pct 150
mg
C 0,52 - - Hijau -
baku
Keterangan gambar :
Profil KLT
Sampel : papaverin
Larutan uji
Larutan uji
+ papaverin
50 mg
Baku
Keterangan gambar :
Pembahasan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 007 Tahun 2012 tentang registrasi obat
tradisional yaitu, obat tradisional dilarang mengandung bahan kimia obat yang merupakan hasil
isolasi atau sintetik berkhasiat obat, tidak boleh mengandung narkotika atau psikotropika,
dilarang mengandung etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang
pemakaiannya dengan pengenceran; dan tidak boleh mengandung bahan lain yang berdasarkan
pertimbangan kesehatan dan berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan.Permenkes RI No
246/MENKES/PER/V/1990 dalam izin usaha industri obat tradisional dan pendaftaran obat
tradisional menyebutkan bahwa sediaan obat tradisional tidak diperkenankan mengandung bahan
kimia obat karena penambahan bahan kimia obat secara sembarangan dan secara liar berbahaya
bagi kesehatan. Untuk memastikan adanya kandungan BKO dalam sampel jamu maka dilakukan
uji kualitatif dengan KLT sebagai uji penegasan. Dalam identifikasi golongan senyawa dapat
dilakukan dengan uji warna, penentuan kelarutan, bilangan Rf, dan ciri spektrum UV. Dala
praktikum ini, yang paling berpengaruh adalah indeks kepolaran solven yang digunakan. Indeks
kepolaran disini dimaksudkan sebagai beberapa ururtan atau tingkatan dalam teori kelarutan
yang terdiri dari beberapa kriteria diantaranya, polar, semipolar, dan non polar
Pada praktikum ini dilakukan identifikasi bahan kimia obat paracetamol pada sampel
papaverin. Dilakukan identidikasi dengan metode KLT dengan berbagai fase gerak yang berbeda
untuk menentukan fase gerak mana yang lebih baik dalam mengidentifikasi senyawa tersebut.
Pada identifikasi kelompok I ini mengunakan silika gel sebagai fase diam dan fase gerak pada
kelompok satu mengunakan sikloheksan : kloroform : metanol asam asetat glasial
(60:30:5:5).Penampakan bercak dengan cahaya ultraviolet 254 nm dengan bercak biru dan
laturan feriklorida 2% + larutan ferisianida 1% sama banyak dan menghasilkan warna biru.
Pada larutan uji paracetamol memiliki Rf 0,80 dengan warna biru pada sinar UV 254 nm. Pada
hasil ekstraksi yang telah diberi paracetamol memiliki Rf 0,92 dengan warna biru pada UV 254
nm. Pada larutan baku memiliki Rf 0,92 dengan warna biru pada UV 254 nm. Dan dapat
disimpulkan bahwa sampel A positif mengandung paracetamol karena jarak Rf masih dalam
rentang yang sama antara uji ,hasil ekstraksi, dan baku.
Pada fase gerak toluen - etil asetat - asam asetat (60 :39 :1) dengan pereaksi besi (III)
klorida hasil antara baku, larutan uji dengan pembanding sama-sama memiliki Rf 0,52 pada
panjang gelombang 366 nm dengan warna bercak hijau hal tersebut menandakabn bahwa semua
filtrat positif mengandung paracetamol. Dan untuk uji papaverin sendiri semua larutan memiliki
nilai Rf 0,48 paa pnjang gelombang 366 nm dengan bercak berwarna ungu samar samar hal ini
berarti sampel tersebut positif mengandung papaverin semua.
Lalu selanjutkan dilakukan identifikasi dengan menggunakan fase gerak Toluene - dioksan -
asam formiat ( 70 : 29 : 1 ) larutan uji memiliki Rf 0,18 , pembanding 0,16 dan baku memiliki Rf
0,02 baku lebih kecil karna bisa jadi dikarenakan adanya kesalahan dari praktikan. Lalu
dilakukan pengujian kembali dengan fase gerak yang sama dan hasil uji Rf yang sama antara
larutan uji, pembanding dan baku sebesar 0,1875 sehingga dapat disimpulkan memiliki
kandungan parasetamol pada obat tradisional tersebut. Pada pengujian sampel papaverin
menggunakan fase gerak Toluen – aseton didapatkan nilai Rf pada larutan uji, pembanding dan
baku yaitu 0,288 semua hal tersebut menandakan bahwa sampel tersebut positif mengandung
papaverin.
Pada pengujian papaverin dengan variasi fase gerak toluene - aseton ( 80 :20 ) pada sampel
pengujian paracetamol memiliki nilai Rf 0,48 pada larutan uji, pembanding dan juga baku hal ini
menandakan bahwa sampel tersebut positif mengandung parasetamol dikarenakan positif
mengandung Rf yang sama.
Dari perbedaan fase gerak saat pengujiaan KLT dapat dilihat bahwa hasil dari semua nilai Rf
mendekati sama semua dengan larutan uji, pembanding dan baku jadi dapat di artikan bahwa
semua fase gerak yang di pakai merupakan fase gerak yang baik untuk digunakan identifikasi
paracetamol dalam obat tradisonal.
VI. Kesimpulan