Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
Mas Linda Wati / 17030204032
Ervi Ifadah / 17030204039
Dyah Novira Dwi J / 17030204041
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis vegetasi merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui
komponen dari sutau lingkungan ekosistem. Umumnya kegiatan vegetasi dilakukan
dengan dua macam cara yakni, dengan metode petak dan tanpa petak. Salah satu
metode jalur (untuk risalah pohon) dengan metode garis peak untuk risalah
permudaan) (Latifa, 2005). Analisis vegetasi pada kawasan tertentu (seperti hutan)
ditunjukkan untuk mengetahui struktur vegetasi suatu kawasan, komposisi jenis, dan
pola distribusi (Greig-Smith, 1983; Kusmana, 1997). Informasi ilmiah mengenai
kondisi vegetasi pada kawasan lahan dapat mengontrol dan mengupayakan
pencegahan untuk menangani berbagai masalah lingkungan yang menjamin
tercapainya tujuan perlindungan sistem-sistem ekologis dan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan sumber plasma nutfah dan pelestarian sumberdaya secara
lestari. Analisis vegetasi (komunitas tumbuhan) digolongkan berdasarkan spesies atau
bentuk hidup yang dominan, habitat fisik maupun kekhasan spesies atau bentuk hidup
yang fungsional. Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui komposisi dan
struktur suatu komunitas tumbuhan ( pohon maupun herba) (Kusmana, 1997).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif
bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia
dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum
kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya
bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah
itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi
besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi
vegetasi daerah tersebut.
Di dalam kegitan penelitian di bidang ekologi seperti pada ilmu lain yang
memiliki keterpautan dengan sumber daya alam, dikenal dua tipe pengukuran, yakni
pengukuran yang bersifat merusak (detructive measure) dan pengukuran yang bersifat
tidak merusak (non destructive measure). Agar valid secara statistika, makan kedua
tipe pengukuran tersebut menggunakan satuan contoh (sampling unit). Sampling unit
ini memudahkan bagi peniliti untuk memperoleh informasi atau data yang diinginkan
dengan lebih cepat, teliti, dengan penghematan energi dan biaya (Latifa, 2005).
Metode sampling unit didahului dengan menentukan metode sampling yang
akan digunakan, jumlah, ukuran, dan peletakkan satuan-satuan unit. Pemilihan metode
sampling didasari oleh morfologi dan penyebaran populasi. Tujuan penelitia, biaya,
dan tenaga dari data yang telah dikumpulkan dapat diketahui jenis dominan dsn
kodominan, pola asosiasi, nilai keragaman jenis, dan atribut komunitas tumbuhan
lainnya yang berguna bagi pengelolaan lingkungan (Latifa, 2005).
Kawasan Universitas Negeri Surabaya kampus Ketintang memiliki banyak
pohon yang menunjang kebutuhan oksigen bagi warga kampus, juga makhluk hidup
lainnya yang ada di kampus. Pohon-pohon tersebut beraneka ragam. Pada beberapa
kawasan memiliki susunan yang berbeda dengan lainnya. Misalnya pada kawasan
sekitar halaman timur gedung C2 dan C3 di mana di sana dijumpai populasi pohon
mahoni dan ada pula pohon flamboyant. Sedangkan di kawasan lain, memiliki pohon
yang berbeda.
Pohon-pohon di kawasan tersebut tersusun dengan jarak tertentu. Dengan umur
yang berbeda pula sehingga besar ukuran pohon juga berbeda-beda. Oleh karenanya
pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui populasi penyusun suatu kawasan yakni
kawasan halaman timur gedung C2 dan C3.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini antara lain :
1. Apa saja pohon yang dapat diidentifikasi di halaman depan gedung C2-C3
Unesa Ketintang?
2. Berapa kerapatan populasi pohon di halaman depan gedung C2 dan C3 Unesa
Ketintang?
3. Berapa dominansi relatif pohon di halaman depan gedung C2 dan C3 Unesa
Ketintang?
4. Berapa frekuensi relatif pohon di halaman depan gedung C2 dan C3 Unesa
Ketintang?
5. Berapa nilai penting suatu komunitas pohon di halaman depan gedung C2 dan
C3 Unesa Ketintang?
6. Bagaimana analisis vegetasi pohon di halaman depan gedung C2 dan C3 Unesa
Ketintang?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditentukan tujuan praktikum ini
diantaranya :
A. Switenia mahagoni
Tanaman mahoni merupakan tanaman tahunan, dengan tinggi rata-rata 5-25 m
(bahkan ada yang mencapai lebih dari 30 m), berakar tunggang dengan batang bulat,
percabangan banyak, dan kayunya bergetah. Daunnya berupa daun majemuk, menyirip
genap, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun
rata, tulang menyirip dengan panjang daun 3 – 15 cm. Daun yang masih muda
berwarna merah dan setelah tua berubah menjadi hijau. Bunga tanaman mahoni adalah
bunga majemuk, tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. Ibu tangkai
bunga silindris, berwarna coklat muda. Kelopak bunganya lepas satu sama lain dengan
bentuk menyerupai sendok, berwarna hijau. Mahkota bunga silindris, berwarna kuning
kecoklatan. Benang sari melekat pada mahkota. Kepala sari berwarna putih/kuning
kecoklatan. Tanaman mahoni ini baru akan berbunga setelah usia 7 atau 8 tahun.
Setelah berbunga, tahap selanjutnya adalah berbuah. Buah mahoni merupakan buah
kotak dengan bentuk bulat telur berlekuk lima. Ketika buah masih imut berwarna hijau,
dan setelah besar berwarna coklat. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih dengan
ujung agak tebal dan warnanya coklat kehitaman. Buah yang sudah tua sekali kulit
buahnya akan pecah dengan sendirinya dan biji-biji pipih itu akan bebas berterbangan
kemana angin meniup. Bila jatuh ke tanah yang cocok akan tumbuh menjadi tanaman
mahoni generasi baru.
Tanaman mahoni ini merupakan tanaman tropis dan banyak ditemukan tumbuh
liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai. Tanaman ini dapat
tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai. Tanaman ini menyukai
tempat yang cukup sinar matahari langsung (tidak ternaungi). Tanaman ini termasuk
jenis tanaman yang mampu berttahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun
tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup.
B. Vegetasi Pohon
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di
tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan
sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur
vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan
analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan
indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis
suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat
seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus
diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif
komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu sebagai berikut:
1. pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu
pengamatan berbeda
2. menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal
3. melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu
atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).
4. Dominansi
Dominasi atau spesies dapat di tentukan dengan mengukur basal area pohon
atau penutup (coverage) pohon atau herba. Luas basal area suatu jenis pohon dapat
diperoleh dari diameter pohon setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Bila pohonnya
mempunyai akar banir maka diameter pohon di ukur langsung di atas banirnya.
Penutup pohon atau herba adalah luas proyeksi tajuk atau kanopi pohon atau herba.
Penentuannya hampir mirip dengan penentuan densitas, satunya adalah cm2 atau
m2. misalnya total luas total basal area atau nilai penutup spesies A adalah 1.250
dari plot yang diteliti. Masing-0masing plot luasnya 100. jadi luas total area
cuplikan 10 x 100 = 1.000
1.250cm 2
jadi dominansinya = 2
= 1.250 m2
1.0m
Dominansi mutlak spesies A = Jumlah basal area spesies A x 100 %
Jumlah basal area seluruh spesies
Dominansi relatif spesies A = dominansi mutlak untuk suatu spesies x 100 %
Jumlah total DM seluruh spesies
C. Variabel Penelitian
Variable Kontrol: pola plot
Variabel Manipulasi: lokasi plot
Variabel Respon: Indeks Nilai Penting, Indeks Dominansi, Kerapatan Relatif,
Dominansi Relatif, Dan Frekuensi Relatif, jenis pohon, suhu, pH, dan kelembaban.
I II
IV III
Point center
IV III
4 Tumbuhan dekat point center
G. Langkah Kerja
1. Ditentukan luas daerah yang diteliti sepanjang garis transek di Sekitar Taman
Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Mengukur setiap jarak di sepanjang 1
m garis transek. Ditandai tiap-tiap transek sebagai titik cuplikan tiap kelompok
2. Tiap kelompok mengambil setiap titik 4 kali.
3. Pada masing-masing plot kuadrat, menentukan titik pusatnya. Dari titik pusat
tersebut ditentukan 4 sub titik pusat. Setelah itu menentukan jarak dari masing-
masing sub titik pusat (Metode Point Centered Quarter).
4. Diidentifikasi spesises tumbuhan pada sub titik pusat dan mengukur diameternya
serta diukur jaraknya dari point center.
5. Diambil daun atau bagian pohon tersebut untuk dibuat herbarium agar
mempermudah melakukan identifikasi.
6. Diidentifikasi pohon tersebut dengan menggunakan buku identifikasi.
7. Diukur pH tanah dan kelembaban tanah masing-masing dengan menggunakan
soil pH.
8. Mengukur suhu tanah dengan thermometer alcohol atau Hg.
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Analisis Data Vegetasi Pohon di Lahan Depan Gedung C03 dan
C02 FMIPA Universitas Negeri Surabaya
B. Analisis Data
Dari praktikum analisis vegetasi yang telah dilakukan pada 5 stasiun plot kuadrat,
dengan 4 sub titik pusat bertempat di lahan depan Gedung C03 dan C02, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya, Ketintang,
diperoleh suatu hasil data antara lain meliputi jarak rata-rata 3,81 m, kerapatan absolut
sebesar 5, jumlah habitus dalam area 5, kerapatan relatif 100%, dominansi relatif 100%,
frekeunsi relatif 100%, sehingga diperoleh nilai penting sebesar 300%, yang mana
dengan didominansi oleh satu jenis pohon, yaitu Swietenia mahogini. Adapun pada data
kondisi lingkungan yang diperoleh pada kelima stasiun plot kuadrat, diperoleh hasil
analisis yaitu besar nilai rata-rata diagonal 3,8175 m, rata-rata diameter 0,3436 m,
keliling 2,0484 m, suhu rata-rata sebesar 29,6 ºC, pH 6,8 dan kelembapan dengan
persentase sebesar 10%.
C. Pembahasan
Pada analisis vegetasi yang dilakukan bertempat pada lahan depan Gedung C03
dan C02, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Surabaya, Ketintang, di mana digunakan metode dengan mengukur setiap jarak di
sepanjang 1 m garis transek kemudian ditandai tiap-tiap transek sebagai titik cuplikan
tiap kelompok. Sucipto (2008), menyatakan bahwa luas area tempat pengambilan
contoh komunitas tumbuhan atau vegetasi sangat bervariasi, tergantung pada bentuk
atau struktur vegetasi tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas
minimum yang dipakai adalah seluas apapun percontohan diambil harus dapat
menggambrkan bentuk vegetasi secara keseluruhan. Pada hasil data analisis vegetasi
yang didapatkan, jenis pohon Swietenia mahogini merupakan satu-satunya spesies
tunggal yang mendominasi, yaitu dengan hasil analisis meliputi jarak rata-rata 3,81 m,
kerapatan absolut sebesar 5, jumlah habitus dalam area 5, kerapatan relatif 100%,
dominansi relatif 100%, frekeunsi relatif 100%, sehingga diperoleh nilai penting sebesar
300%. Dominansi vegetasi jenis pohon Swietenia mahogini dapat ditarik suatu
kesesuaian terkait kondisi tanah dan lingkungan di mana diperoleh data analisis yaitu
temperatur rata-rata sebesar 29,6 ºC, pH 6,8 dan kelembapan dengan persentase sebesar
10%.
Indeks Nilai Penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan
gambaran tentang peranan spesies yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada
lokasi penelitian (Sundarapandian dan Swami, 2000). Dalam hasl analisis vegetasi ini,
Indeks Nilai Penting Vegetasi dengan besar 300% oleh spesies Swietenia mahogini
adalah menunjukkan dominansi penuh atau mutlak berkaitan dengan peran terhadap
komunitas dalam ekosistemnya. Tanaman mahoni sudah lama dibudidayakan di
Indonesia dan sudah beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia. Mahoni adalah
tumbuhan tropis yang tumbuh liar di hutan jati, pinggir pantai dan banyak ditanam di
pinggir jalan atau di lingkungan rumah dan halaman perkantoran sebagai tanaman
peneduh (Arief, 2002). Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang tidak memiliki
persyaratan tipe tanah secara spesifik, mampu bertahan hidup pada berbagai jenis tanah
bebas genangan dan reaksi tanah sedikit asam-basah tanah, gersang atau marginal
walaupun tidak hujan selama berbulan-bulan mahoni masih mampu untuk bertahan
hidup. Pertumbuhan mahoni akan tetap subur, bersolum dalam dan aerasi baik pH 6,5
sampai 7,5 tumbuh dengan baik sampai ketinggian maksimum 1.000 mdpl sampai 1.500
mdpl (Mindawati dan Megawati, 2014). Mahoni termasuk tanaman yang tahan naungan
(tolerance spesies) yang mampu bersaing dengan alang-alang ataupun semak belukar
dalam memperoleh sinar matahari, sehingga cocok untuk tanaman reboisasi pada areal
alang – alang yang rapat. Perakaran waktu muda sangat cepat tumbuhnya terutama akar
tunggang sehingga memerlukan jenis tanah dengan solum yang agak tebal. Mahoni
ditanam di pulau jawa pada berbagai jenis tanah, di daerah dengan curah hujan 500 –
2500 mm/th atau tipe iklim A-D menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson pada sampai
1000 mdpl. Iklim yang cocok untuk tanaman mahoni sangat bervariasi, umumnya yang
mempunyai curah hujan yang tinggi. Mahoni tumbuh di Amerika Tengah dengan curah
hujan kira – kira 1500 mm/th. Mahoni umunya tumbuh di daerah tropis, di daratan
rendah hingga ketinggian 1500 mdpl (Ramdan, 2004). Keanekaragaman spesies yang
kurang bervariasi, di mana hanya ditemukan satu jenis spesies Swietenia mahogini, hal
ini dapat disebabkan oleh metode penempatan plot yang sangat berdekatan di mana
dilakukan dalam mengetahui luasan petak minimum yang akan mewakili ekosistem
yang terdapat pada suatu petak yang diplot. Di mana luasan petak contoh adalah
mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut.
Semakin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas
petak contoh yang digunakan (Sugianto, 1994). Menurut Latifah (2005), terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah, antara lain fluktuasi
iklim yang berdampak terhadap persediaan air dan suhu ekstrim, keseragaman habitat,
serta ukuran luas daerah sebagai kuantitatif daya tampung keseragaman secara kasar.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Nama tumbuhan Swietenia mahagoni
2. Kerapatan populasi 100%
3. Dominansi relative sebesar 100%
4. Frekuensi relative sebesar 100%
5. Nilai penting komunitas 300%
6. Didapatkan pohon Swietenia mahagoni pada setiap plot
B. Saran
Praktikum vegetasi pohon merupakan praktikum yang mudah namu memerlukan
waktu yang lama dan kerjasama antar anggota tim karena banyaknya bagian-bagian
yang harus diukur dan dihitung.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, O.E. 2002. Pohon-pohon Pelindung Jalan. Bogor: PPAK LPH Bogor.
Cottam, G., dan Curtis, J. T. (1956). The Use of Distance Measures in Phytosociological
Sampling. Ecology, 37(3), 451-460.
Cintrόn, G., dan Novelli, Y. S. (1984). Methods for Studying Mangrove Structure.dalam
Snedaker, S.C., dan Snedaker, J.G. (Eds.). The Mangrove Ecosystem: Research
Methods. Paris: UNESCO.
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Latifah, S. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Sumatra Utara: USU Respitory.
Marsono D. 1977. Deskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Yayasan Pembina
Fakultas Kehuatanan UGM.Yogyakarta
Mindawati, N., dan Megawati. 2014. Manual Budaya Mahoni (Swietenia macrophylla king).
Bogor: PT Citra Adidaya Bakti.
Ramdan, H. 2004. Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Mahoni Daun Besar pda Beberapa Jenis
Studi Kasus di KPH Banten. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Sugianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif, Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Malang:
Usaha Persada.
Syafei, E.S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
LAMPIRAN