Anda di halaman 1dari 11

Nama: Rudi Suhardi

Nim 345150004

PERKEMBANGAN PENGGUNAAN JENIS BAHAN BAKAR PADA


KENDARAAN UNTUK LINGKUNGAN YANG BERKELANJUTAN
Seluruh makhluk hidup di bumi memerlukan gas oksigen untuk
bernafas, tanpanya makhluk hidup akan mati. Bukan hanya sekedar
keberadaan oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup para
makhluk hidup di bumi, tetapi kondisi kandungan udara yang bebas dari gas-
gas karbon berlebihan. Keberadaan gas karbon ini merupakan racun bagi
tubuh makhluk hidup, dapat menyebabkan berbagai macam penyakit jika
terus menerus masuk ke dalam tubuh makhluk hidup, khususnya manusia dan
hewan.
Gas karbon yang merusak ini disebut sebagai gas polutan, terdapat
berbagai jenis gas karbon yang pada umumnya menjadi polutan terbesar di
bumi ini, salah satunya yang paling umum adalah gas karbon monoksida
(CO), karbon dioksida (CO²) dan klorofluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut
dapat berasal dari banyak sumber seperti pembakaran sampah, pendingin
ruangan, pabrik dan lain-lainnya. Tidak terkecuali dari kendaraan bermotor
seperti mobil dan motor. Penggunaan kendaraan bermotor di berbagai daerah
tergolong sudah sangat umum, bukan hanya di daerah kota saja. Maraknya

Sumber-Sumber Polusi
Sumber : steemit.com

1
penggunaan kendaraan bermotor ini juga menjadi salah satu penyebab
peningkatan polusi udara, yang dapat mengancam kestabilan iklim di bumi.
Penggunaan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil
inilah yang menghasilkan gas pembakaran CO maupun CO². Maraknya
penggunaan kendaraan bermotor tersebut daerah perkotaan seperti di Jakarta,
sering menyebabkan kemacetan. Kemacetan yang terjadi ini menyebabkan
peningkatan polusi, karena semakin lama kendaraan membakar bahan
bakarnya dalam suatu perjalanan. Maka dari itu, tidak dapat dipungkiri bahwa
kemacetan lalu lintas yang dialami para pengguna kendaraan bermotor adalah
sumber meningkatnya polutan ke udara. Sementara polusi tersebut yang terus
meningkat, masyarakat mau tidak mau tetap tidak memiliki pilihan untuk
menghirup udara yang lebih bersih, selama masih berkegiatan atau tinggal di
Jakarta maupun kota-kota lainnya.

Polusi dari Gas Buangan Kendaraan Bermotor


Sumber : merdeka.com
Polusi yang disebabkan oleh kendaraan bermotor ini disebabkan oleh
gas buangan dari hasil pembakaran di dalam mesin kendaraan bermotor.
Belum lagi, pada saat ini sektor transportasi tumbuh dan berkembang seiring
dengan peningkatan ekonomi nasional maupun global. Pesatnya
pertumbuhan kendaraan bermotor berakibat meningkatnya penggunaan
bahan bakar minyak (BBM) di sektor transportasi. Dampaknya, gas buang
(emisi) yang mengandung polutan juga naik dan mempertinggi kadar
pencemaran udara. Emisi kendaran bermotor mengandung gas karbon

2
dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), volatile
hydro carbon (VHC), dan partikel lain yang berdampak negatif pada manusia

Ilustrasi Pilihan Kendaraan


Sumber : loop.co.id

ataupun lingkungan bila melebihi ambang konsentrasi tertentu.


Untuk mengurangi dampak pencemaran emisi, peran pemilik
kendaraan pribadi sangat besar dengan disertai pembenahan angkutan umum
sebagai jawaban untuk melepas ketergantungan terhadap kendaraan pribadi.
Dengan mengurangi ketergantungan masyarakat akan penggunaan kendaraan
pribadi dalam bertransportasi, jumlah emisi yang dibuang ke udara bebas
otomatis menjadi berkurang. Sebagai gantinya yang lebih efisien, masyarakat
dapat menggunakan fasilitas kendaraan umum massal, yang dimana
menggunakan satu kendaraan untuk mengantarkan banyak orang, bukan
hanya sendiri atau beberapa. Berikut berbagai keuntungan dari penggunaan
angkutan umum.

Kemacetan di Ibu Kota Jakarta


Sumber : kompasiana.com 3
1. Menghemat Biaya
Tarif transportasi umum untuk perjalanan yang cukup jauh terutama
bila menggunakan kereta berkisar antara Rp. 2.000 – RP. 10.000. Anda
tidak perlu mencemaskan apapun lagi, hanya tinggal menunggu
transportasi umum tersebut sampai di tempat tujuan Anda.
2. Waktunya Bersosialisasi
Tentu transportasi umum digunakan oleh banyak orang. Di saat seperti
itulah bisa Anda gunakan untuk belajar bersosialisasi dan berdialog
dengan orang lain yang ada di sekitar Anda. Dengan begitu koneksi
Anda akan bertambah juga.
3. Dapat mengamati perubahan sosial masyarakat
Ketika menggunakan transportasi umum kita secara tidak langung
sering mengamati perubahan-perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat, misalnya dari segi busana maupun perilaku.
4. Membantu Program Pemerintah
Program seperti Go-Green dan upaya untuk mengurangi kemacetan,
Anda lakukan secara tidak langsung ketika menggunakan transportasi
umum. Selain itu, Anda juga membantu pemerintah dalam
mengoptimalkan subsidi bahan bakar.
5. Lebih Sehat
Hal ini karena memungkinkan Anda untuk lebih banyak bergerak.
Misalnya Anda pergi ke kantor atau sekolah dengan berjalan terlebih
dahulu ke stasiun untuk menggunakan kereta api. Tentu kegiatan ini
lebih menyehatkan dibanding bila kita menggunakan kendaraan
pribadi.
6. Lebih Fleksibel
Misalnya sehabis Anda pulang sekolah atau kantor, Anda
menggunakan angkutan umum. Tiba-tiba di tengah perjalanan Anda
lapar dan kebetulan melihat sebuah tempat makan. Anda bisa langsung
meminta untuk berhenti di tempat tersebut tanpa harus mencari lahan
parkir untuk kendaraan pribadi Anda

4
Dalam rangka pengurangan emisi dan polusi udara, pemerintah mulai
menggalakkan program mengganti BBM (Bahan Bakar Minyak) menjadi
BBG (Bahan Bakar Gas). Program ini dilakukan oleh Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dengan menerbitkan Peraturan Menteri
ESDM Nomor 25 tahun 2017 tentang Percepatan Pemanfaatan Bahan Bakar
Gas untuk Transportasi Jalan. Dengan terbitnya peraturan ini, kendaraan
dinas dan angkutan umum diwajibkan menggunakan bahan bakar gas. Hingga
saat ini, kendaraan umum yang banyak menggunakan BBG hanya bajaj dan
busway. Karena itu, kedepannya pemerintah akan mewajibkan seluruh
angkutan umum dan kendaraan dinas juga menggunakan BBG.
Selama ini konversi BBM ke BBG belum cukup berhasil, karena jumlah
SPBG dan kendaraan yang menggunakan gas masih sangat minim di Jakarta
apalagi di seluruh Indonesia. Kedepannya, dua hal tersebut harus sinkron
sehingga konversi BBM ke BBG akan berhasil. Pemberlakuan kebijakan ini
mengikuti negara-negara lain yang telah sukses menerapkan konversi BBM
ke BBG seperti Iran, Thailand, Pakistan, Bangladesh, dan China. Misalnya
untuk Iran, saat ini jumlah SPBG di negara tersebut sekitar 200 unit
sedangkan kendaraan yang menggunakan gas sudah mencapai 4 juta unit.
Selain penggunaan BBG, penggunaan kendaraan listrik juga dapat menjadi
solusi yang tepat untuk jangka panjang. Namun untuk saat ini, penerapan
penggunaan kendaraan listrik masih sangat sukar dilakukan, maka dari itu
langkah jangka pendek yang dapat dilakukan adalah dengan mengonversi
kendaraan yang menggunakan BBM, menjadi kendaraan menggunakan BBG.

Bajaj yang sedang Mengantre Pengisian BBG


Sumber : merdeka.com
5
Pada pertengahan tahun 2003, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta mengumumkan menurunnya tingkat
kualitas udara pada tahun 2002. Hasilnya menyebutkan, kategori sangat tidak
sehat dan tidak sehat menunjukkan peningkatan, masing-masing 0,85 dan
31,23 dari nilai sebelumnya, yaitu 0,27 dan 8,49 pada tahun 2001. Sebaliknya,
kategori baik menurun dari 20,55 menjadi 5,75 pada tahun 2002. Hasil ini
juga sangat bertentangan dengan upaya-upaya yang gencar dilakukan
pemerintah dengan program pengendalian pencemaran udara (program langit
biru) yang dicanangkan sejak tahun 1986 melalui Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup. Namun, terdapat hasil positif atas dihapuskannya
kandungan timbal (Pb) dalam bensin pada Juli 2001, dengan semakin
menurunnya kadar Pb dalam udara di Jakarta.
Bertambahnya jumlah kendaraan pribadi, baik motor maupun mobil,
yang diperkirakan bertambah sebesar 14 persen per tahun dituding sebagai
penyebab naiknya angka pencemaran udara. Pertambahan yang signifikan ini
ikut memperluas pula titik-titik kemacetan. Pada kondisi kecepatan rendah
pembakaran, bensin menjadi tidak sempurna sehingga menghasilkan lebih
banyak CO.
Seperti yang kita ketahui, gas-gas tersebut adalah racun bagi tubuh
makhluk hidup. Maka dari itu ancaman terbesar tentunya terdapat pada
dampak kesehatan, yang juga akan berimbas pada kemampuan ekonomi
masyarakat. Karena dengan meningkatnya gangguan kesehatan masyarakat,
ekonomi masyarakat pun dapat menurun, hal ini disebabkan banyak dari
bagian penghasilan masyarakat yang digunakan untuk biaya berobat,
mengurangi anggaran yang seharusnya dapat digunakan untuk investasi yang
merupakan hal produktif. Asuransi memang merupakan solusinya dalam
permasalahan tersebut, tetapi banyak dari masyarakat yang masih belum
menyadari pentingnya asuransi, sehingga tidak berlangganan asuransi. Dan
masalah kesehatan pun menjadi tanggungan yang sangat berat pada waktu
mengalami masalah kesehatan.
Sebagai perbandingan, di Italia hasil penelitian Universitas Naples
terhadap 85 orang laki-laki penjaga pintu tol yang sebagian telah menikah

6
menunjukkan terjadinya penurunan kualitas sperma dibandingkan dengan
kaum remaja dan dewasa lain di wilayah yang sama. Hasil penelitian ini juga
menyebutkan, tujuh dari 71 responden yang telah menikah tadi tidak
dikaruniai seorang anak pun. Hasil penelitian ini membuktikan terdapatnya
dampak kesehatan dari orang-orang yang terpapar gas emisi kendaraan
seperti petugas pintu tol yang memiliki paparan tinggi terhadap gas buangan
kendaraan bermotor.
Hasil penelitian lain di India yang dilakukan seorang ahli biologi di
bidang reproduksi, Dr Bhashini Rao, terhadap polisi di Kota New Delhi dan
Bangalore menyebutkan, paparan yang cukup tinggi dari pencemaran udara
mengakibatkan menurunnya jumlah sperma dan kegagalan hubungan seks
bagi 80 persen responden. Selain kendala seksual, berikut dampak-dampak
yang dapat terjadi oleh karena terpapar gas karbon.

Masalah Kesehatan akibat Gas Karbon


Sumber : clinicalcorrelations.org
Untuk Jakarta sudah banyak penelitian yang dilakukan, baik oleh
pemerintah, universitas, maupun lembaga swadaya masyarakat. Salah satu
hasil penelitian yang dilakukan atas kerja sama Fakultas Kesehatan

7
Masyarakat Universitas Indonesia dengan BPLHD Provinsi DKI Jakarta
terhadap petugas polisi lalu lintas. Penelitian itu memberikan rekomendasi
agar dilakukan perputaran tugas dengan waktu tertentu antara polisi lalu lintas
di jalan raya dan yang bertugas di dalam kantor. Konon, perputaran tugas ini
juga berlaku di beberapa diplomat politik di Kedutaan Besar Inggris di
Jakarta, yang menetapkan batas waktu selama dua tahun untuk bekerja guna
menghindari paparan polusi udara lebih tinggi di wilayah Jakarta.
Diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi emisi gas buang
kendaraan bermotor di antaranya adalah teknologi kendaraan bermotor, jenis
bahan bakar, kondisi mesin, cara mengemudi, dan kondisi lalu lintas. Faktor-
faktor ini memiliki keterkaitan satu sama lain, yang sifatnya tidak terpisah
satu sama lain. Begitu kompleksitasnya area pencemaran yang diakibatkan
oleh kendaraan pribadi ini, perlu dipikirkan prioritas yang sesuai dengan
kemampuan. Isu yang paling kental kaitannya dengan upaya penurunan
pencemaran udara ini adalah kewajiban memeriksakan emisi mobil pribadi
dan perbaikan kualitas pelayanan angkutan bus umum. Hampir 60 persen
jumlah kilometer jalan kendaraan yang bergerak terjauh di Jakarta
menggunakan kendaraan pribadi.
Dari sudut pAndang filosofis hukum, hal ini merupakan bentuk
tanggung jawab para pemilik kendaraan bermotor pribadi yang telah
mengeluarkan emisi gas buang yang melebihi baku mutu yang telah
ditentukan. Prinsip pencemar membayar atau lebih dikenal dengan polluter
pays principle adalah sebuah tanggung jawab terhadap lingkungan oleh para
pencemar, di mana emisi yang dikeluarkan dikonsumsi (dihirup) oleh
sebagian besar masyarakat yang tidak memiliki atau tidak menggunakan
kendaraan pribadi.
Secara sosiologis tampak bahwa pemeriksaan dan perawatan kendaraan
pribadi telah menjadi bagian dari perilaku pemilik kendaraan pribadi dalam
menjaga kinerja mesin kendaraannya dengan melakukan tune-up. Yang
jarang disadari oleh mereka adalah kualitas mesin akan mempengaruhi besar
atau kecilnya penggunaan bahan bakar. Penggunaan bahan bakar yang hemat
akan berpengaruh terhadap kualitas udara. Kondisi ini diharapkan menjadi

8
compliance tool para pemilik kendaraan. Perilaku masyarakat agar
menggunakan bahan bakar yang tepat sasaran juga menjadi faktor penting
upaya pengurangan emisi kendaraan. Seperti penggunaan premium yang
hanya dibatasi kepada rakyat yang kurang mampu, walaupun pada praktiknya
masih banyak mobil-mobil pribadi dari kelas LCGC (Low Cost Green Car)
hingga mobil-mobil kelas menengah yang masih nekat menggunakan BBM
berjenis Premium karena harganya yang lebih murah.

Himbauan kepada Masyarakat akan Penggunaan BBM Premium


Sumber : ibrahimhasyim.id

Dari sudut penyediaan alat uji emisi, hampir sebagian besar bengkel di
Jakarta telah memilikinya sehingga pemerintah sama sekali tidak terbebani.
Secara yuridis, sebetulnya pada tahun 1977 Pemerintah DKI telah
mengeluarkan Keputusan Gubernur Nomor 533 Tahun 1977 tentang
Kewajiban Pengujian bagi kendaraan bermotor ke bengkel-bengkel yang
telah dilengkapi alat pengujian asap (smoke tester). Pada tahun 2000 kembali
Gubernur DKI mengeluarkan Keputusan Nomor 95 Tahun 2000 mengenai
Pemeriksaan Emisi dan Perawatan Mobil Penumpang Pribadi. Namun, hal ini
tidak serta-merta dapat dilaksanakan mengingat lAndasan hukumnya harus
melalui sebuah peraturan daerah.

9
Kebijakan lain yang harus dibenahi dan diwujudkan adalah kehadiran
angkutan umum bus yang baik. Sangat naif mendorong masyarakat
menggunakan kendaraan umum sebagai upaya mengurangi kemacetan dan
sumber polusi apabila kualitas dan fasilitas transportasi publik tidak
memberikan kenyamanan dan rasa aman. Kebijakan transportasi yang lebih
pro kepada masyarakat dan lingkungan harus dipercaya sebagai mainstream
dalam upaya perbaikan isu pencemaran udara akibat aktivitas kendaraan
bermotor dan penghematan bahan bakar fosil yang diprediksikan akan habis
dalam waktu dekat.

LRT Jakarta, Kelapa Gading


Sumber : CNBC Indonesia

Untungnya, pemerintahan pada masa kini tampaknya cukup sadar akan


keterbatasan sumber daya tersebut, dan juga pentingnya kualitas serta
kuantitas dari layanan transportasi umum. Peningkatan kualitas serta
kuantitas ini juga dapat berdampak pada kondisi polusi udara. Peran
pemerintah juga terlihat dari pembangunan-pembangunan massif
infrastruktur yang sedang berlangsung maupun yang sudah rampung secara
luas, seperti jalur MRT (Mass Rapid Transit/Moda Raya Terpadu) serta LRT
(Lintas Rel Terpadu) yang belum lama dibangun di Ibukota Jakarta. MRT dan
LRT dapat ini menghubungkan kota-kota di luar Jakarta seperti Bekasi,
Tangerang dan Bogor. Perluasan jalur BRT Jakarta (Transjakarta) juga terus
sedang berlangsung seperti pembangunan elevated busway yang merupakan

10
jembatan flyover khusus untuk Bus Transjakarta. Pembangunan-
pembangunan ini dilakukan tidak lain juga untuk mengurangi
ketidakefisienan penggunaan kendaraan pribadi sehingga perekonomian
masyarakat juga dapat lebih baik dan produktif.

11

Anda mungkin juga menyukai