Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI


“TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KARET, PANEN , SERTA PASCA PANEN DI PTPN
VII PADANG PELAWI BENGKULU”

Disusun oleh :
Nama : 1. Pratiwi E1J016015
2. Hilda Wana E1J016055
3. Wahyu Hidayat E1J016089
4. Stevi Graf Gultom E1J016137
4. Karnila Perangin-Angin E1J016008
Hari/jam : Senin / 10.00 – 14.00 WIB
Dosen : Dr. Ir. Prasetyo, M. S
Shif : D2
Co-ass : Andi Yuliana

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman karet
Karet merupakan sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa negara yang
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet
maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Indonesia sebagai negara dengan luas
areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, namun masih menghadapi beberapa kendala,
yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal
karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, didominasi oleh karet remah
(Pakpahan. 2009).
Karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi didalam
upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus
menunjukkan adanya peningkatan dari 1 juta ton tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton tahun 1995 dan
1,9 juta ton tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$
2,25 milyar, merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. Sejumlah lokasi di Indonesia
memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah
Sumatera dan Kalimantan (Pakpahan, 20019).
Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat,
perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun
lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta samasama menurun
0,15%/tahun, maka tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat.
Namun, luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu
hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang
tersedia untuk peremajaan.
Adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditas karet ini di masa depan,
maka upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan
peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Hal ini perlu
diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk
membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif (Budiman,
2012),
Tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun
mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk
menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku
karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai
bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih
lanjut (Setyamidjaya, 1993).
Hutan krumput mempunyai bentuk permukaan tanah yang berbukit-bukit, sehingga
mempunyai relief perbukitan dengan ketinggian antara 50-300 m dan relief pegunungan dengan
ketinggian 730 m. daerah ini tersusun dari bahan induk vulkanik intermediet. Bahan induk dari
batuan beku dicirikan dengan tidak mempunyai kandungan fosil, teksturnya mampat,padat, serta
berstruktur homogen dengan bidang permukaan yang sama ke semua arah dan sesuai dengan
proses pembentukannya. Batuan beku vulkanik intermediet merupakan batuan yang mencapai
permukaan bumi dalam keadan cair, dan proses pembekuannya berlangsung di atas permukaan
bumi dengan kadar SiO2 antara 52-65 % (Budiman, 2012).
Jenis klon-klon yang ditanam di Kebun Krumput adalah PB260, BPN24, BPN1 dan
RRIC 100. Budidaya tanaman karet ini mempunyai banyak tahapan-tahapan. Untuk
menghasilkan tanaman yang baik, maka harus di okulasi. Okulasi merupakan salah satu cara
perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke
tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh
bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibag, atau stum
tinggi. Mata entres merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan
sebagai batang atasnya (Sirega, 2013).

Sejarah PTPN VII Padang Pelawi


PT Perkebunan Nusantara VII ( Persero ) merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara Indonesia di sektor perkebunan . Markas berlokasi di Bandar Lampung , Provinsi
Lampung .Perusahaan ini didirikan berdasarkan Peraturan Nomor 12 Tahun Pemerintah Tahun
1996 ,tanggal 14 Februari 1996 dan Akta oleh Harun Kamil , SH No.40 tanggal 11 Maret
1996.Perusahaan ini didirikan sebagai penggabungan dari PT Perkebunan X (Persero) , PT
Perkebunan XXXI (Persero) , Proyek Pengembangan PT Perkebunan XI (Persero) di Kabupaten
Lahat , dan Proyek Pengembangan PT Perkebunan XXIII (Persero) di Provinsi Bengkulu .
Sertifikat asli dari Asosiasi Notaris Harun Kamil , SH telah diubah menjadi Sertifikat
Nomor 08 ,tanggal 11 Oktober 2002 oleh Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo , SH , dan
selanjutnya disahkanoleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan
Surat Keputusan nomor C - 20863 HT.01.04 , tahun 2002 , tanggal 25 25 Oktober 2002 .
Sertifikat itu kemudian lebih lanjut diubah menjadi Sertifikat Nomor 34 , tanggal 13 Agustus
2008 oleh Notaris Nur Muhammad Dipo Nusantara Pua Upa , SH , dan disahkan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia , Republik Indonesia , Nomor AHU - 55963.AH.01.02 tahun
2008 , dan dengan perubahan Undang-Undang No 11 , ayat (2) yang kemudian
dimasukkan dalam Undang-Undang No 11 14 September 2009, sebagaimana diizinkan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia , Republik Indonesia , Nomor AHU - AH . 01.10-18412
22 Oktober 2009.
Penggabungan tersebut perkebunan ke PT Perkebunan Nusantara VII ( Persero ) telah
meninggalkan catatan sejarah yang unik . Sebelum penggabungan ke PT Perkebunan
NusantaraVII ( Persero ) , PT Perkebunan X ( Persero ) adalah perusahaan milik negara yang
beroperasi diagribisnis perkebunan di Lampung dan Sumatera Selatan Provinsi . PT Perkebunan
X (Persero) berasal dari satu kawasan perkebunan kolonial Belanda yang terletak di Sumatera
Selatan danLampung . Melalui proses nasionalisasi , real perkebunan disusul oleh Pemerintah
RepublikIndonesia pada tahun 1957 . Perusahaan ini selanjutnya terkena beberapa
kebijakanreorganizational dan restrukturisasi perusahaan pemerintah sebelum
mentransformasikannyamenjadi perusahaan terbatas pada tahun 1980 .
PT Perkebunan XXXI (Persero) catatan sejarah dibuat mengikuti kebijakan pemerintah
dalam pengembangan industri gula di luar Pulau Jawa pada tahun 1978 . Perusahaan perkebunan
iniawalnya merupakan proyek pengembangan PT Perkebunan XXI - XXII (Persero) dengan
kantor pusatnya terletak di Surabaya . Pada 989 , perusahaan ini berubah menjadi badan
hukum bertuliskan nama PT Perkebunan XXXI (Persero) dengan kantor pusatnya terletak
diPalembang , Sumatera Selatan .
Sementara itu, Proyek Pengembangan Perkebunan XI (Persero) di Kabupaten Lahat ,
memiliki kantor pusat di Jakarta dan Proyek Pengembangan PT Perkebunan XXIII (Persero)
Bengkulu dengan headquaters yang terletak di Surabaya mengambil peran sebagai Inti - Rakyat
Plantation Project sejak tahun 1980-an . Kontrol jarak ini , selain keras kondisi topografi yang
diberikan yang menyebabkan biaya eksploitasi yang tinggi , dicegah dari mencapai efisiensi
manajementinggi proyek yang pada gilirannya meninggalkan manajemen proyek dengan hasil
yang kurang dioptimalkan .
Saat ini , wilayah operasional Perseroan meliputi tiga provinsi yang terdiri dari 10 unit
usaha diProvinsi Lampung , 14 unit usaha di Propinsi Sumatera Selatan , dan tiga unit usaha di
ProvinsiBengkulu . Total luas konsesi Perseroan saat ini adalah 129,10 0,08 ha . Perusahaan ini
awalnyadidirikan untuk mengambil peran aktif dalam melaksanakan dan mendukung
ProgramPemerintah dalam pembangunan ekonomi dalam skema pembangunan nasional pada
umumnyadan di sub sektor perkebunan khususnya .
Semua ditujukan untuk melaksanakan operasi di agribisnis dan agro - industri
dan manfaat darisumber daya Perusahaan untuk menghasilkan kualitas tinggi dan kompetitif
barang / jasa untukmencapai dan mengejar keuntungan yang signifikan untuk meningkatkan nilai
Perseroan melalui prinsip-prinsip perusahaan terbatas yang dapat diterima .
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII adalah salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perkebunan Indonesia. Perseroan berkantor pusat di
BandarLampung, provinsi Lampung, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
12 Tahun1996 tanggal 14 Februari 1996 dan Akte Notaris tanggal 11 Maret 1996. PTPN VII
(Persero)merupakan penggabungan dari PT Perkebunan X (Persero), PT Perkebunan XXXI
(Persero),Proyek Pengembangan PT Perkebunan XI (Persero) di Kabupaten Lahat dan Proyek
Pengembangan PT Perkebunan XXIII (Persero) di Propinsi Bengkulu.
Penggabungan sejumlah perkebunan ke dalam PTPN VII (Persero) memberikan catatan
sejarah tersendiri. Sebelum bergabung menjadi PTPN VII (Persero), PT Perkebunan X (Persero)
adalahsebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang agribisnis
perkebunandengan wilayah kerja di Propinsi Lampung dan Sumatera Selatan. PT Perkebunan X
(Persero) bermula dari sebuah perusahaan perkebunan milik Belanda yang terletak di Sumatera
Selatandan Lampung. Melalui proses nasionalisasi, perkebunan tersebut diambil alih oleh
PemerintahRepublik Indonesia pada tahun 1957.
Perusahaan ini juga telah berjalan mengikuti berbagai bentuk kebijakan pemerintah di
bidangreorganisasi dan restrukturisasi perusahaan sebelum akhirnya menjadi sebuah Perseroan
Terbatas pada tahun 1980. Perjalanan sejarah PT Perkebunan XXXI (Persero) baru mulai
terukirmenyusul kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri gula di luar Jawa pada
tahun1978. Perusahaan perkebunan ini pada awalnya merupakan proyek pengembangan
PTPerkebunan XXI- XXII (Persero) yang berkantor pusat di Surabaya. Pada tahun 1989
perusahaanini ditetapkan menjadi badan usaha sendiri dengan nama PT Perkebunan XXXI
(Persero) dengankantor pusat di Palembang, Sumatera Selatan. Sementara itu Proyek
Pengembangan PTPerkebunan XI (Persero) di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan yang
berkantor pusat di Jakartadan Proyek Pengembangan PT Perkebunan XXIII (Persero) Bengkulu
yang berkantor pusat diSurabaya merupakan Proyek Perkebunan Inti Rakyat sejak tahun 1980-
an.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum lapangan di PTPN VII Padang Kelawi adalah untuk mengetahui
proses kegiatan budidaya tanaman karet terutama tanaman mengahasilkan (TM) serta proses
pengolahan pasca panen di pabrik pengolahannya.
BAB II

TINAJAUN PUSTAKA

Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang bernilai


ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada umur
tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran karet
(sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku
industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat
digunakan untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain
(Purwanta, 2008).

Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya Brasil. Sebelum
dipopulerkan sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara besarbesaran, penduduk asli
Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis tanaman
penghasil getah. Karet masuk ke Indonesia pada tahun 1864, mula-mula karet ditanam di kebun
Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Dari tanaman koleksi karet selanjutnya dikembangkan ke
beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersial (Setiawan dan Andoko, 2005).

Prospek industri karet masih terbuka luas sejalan dengan bergesernya konsumsi karet
dunia dari Eropa dan Amerika ke Asia. Untuk itu, industri karet harus mampu berproduksi
maksimal apalagi pasokan karet domestik semakin besar pascapembatasan ekspor. Indonesia
memiliki areal karet paling luas di dunia, yaitu 3,4 juta ha dengan produksi karet per tahun 2,7
juta ton. Meski begitu, produktivitasnya hanya 1,0 ton/ha, lebih rendah daripada Malaysia (1,3
ton/ha) dan Thailand (1,9 ton/ha). Produksi karet di Indonesia, Thailand, dan Malaysia
berkontribusi 85% dari total produksi dunia. Namun, Indonesia memiliki kesempatan paling
besar untuk memimpin industri karet dunia. Harga karet dunia saat ini masih mengalami tekanan
akibat turunnya permintaan. Oleh karena itu, tiga negara utama produsen karet alam bersepakat
menahan penurunan harga dengan mengurangi ekspor sejak Agustus lalu. Artinya pasokan karet
di dalam negeri akan semakin melimpah (Kemenperin, 2012).

Tanaman karet pertama kali diperkenalkan di Indonesia tahun 1864 pada masa
penjajahan Belanda, yaitu di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Selanjutnya dilakukan
pengembangan karet ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersil. Daerah yang
pertama kali digunakan sebagai tempat uji coba penanaman karet adalah Pamanukan dan
Ciasem, Jawa Barat. Jenis yang pertama kali diuji cobakan di kedua daerah tersebut adalah
species Ficus elastica atau karet rembung. Jenis karet Hevea brasiliensis baru ditanam di
Sumatera bagian Timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906 (Tim Penebar Swadaya,
2008).

Klasifikasi Tanaman Karet

Karet termasuk famili Euphorbiaceae, genus Hevea. Beberapa sepesies Hevea yang telah
dikenal adalah : H.brasiliensis, H.benthamiana, H.spruceana, H.guinensis, H.collina,
H.pauciflora, H.rigidifolia, H.nitida, H.confusa, H.microphylla. dari jumlah spesies Hevea
tersebut, hanya H. Brasiliensis yang mempunyai nilai ekonomi sebagai tanaman komersil, karena
spesies ini banyak menghasilkan lateks (Daslin, 2002).

Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Batang tanaman
mengandung getah yang dinamakan lateks. Daun karet berwarna hijau terdiri dari tangkai daun.
Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan ujungnya
bergetah. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun
berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Biji karet terdapat dalam setiap ruang
buah. Jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Akar tanaman
karet merupakan akar tunggang. Akar tersebut mampu menopang batang tanaman yang tumbuh
tinggi dan besar (Anwar, 2006). Menurut Starsburgers (1964) sistematika tanaman karet adalah :
Divisio : Spermatophyta, Sub divisio : Angiospermae, Class : Dicotyledoneae, Sub class :
Monoclamydae, Ordo : Tricoccae, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Hevea, Species : Hevea
brasiliensis Muell. Arg.

Morfologi Tanaman Karet

1. Akar

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang seperti
terlihat pada (Gambar 2.1.a). Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi
dan besar. Akar tunggang dapat menunjang tanah pada kedalaman 1-2 m, sedangkan akar
lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara
adalah bulu akar yang berada pada kedalaman 0-60 cm dan jarak 2,5 m dari pangkal pohon
(Setiawan dan Andoko, 2005).

2. Batang

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar,
tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m pohon tegak, kuat, berdaun lebat, dan dapat mencapai
umur 100 tahun (Gambar 2.1.b). Biasanya tumbuh lurus memiliki percabangan yang tinggi di
atas. Dibeberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak mirinng ke utara.
Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Penulis PS,
2008).

3. Daun

Daun karet berwarna hijau lihat (Gambar 2.1.c). Daun ini ditopang oleh daun utama
dan tangkai anak daunnya antara 3-10 cm. Pada setiap helai terdapat tiga helai anak daun. Daun
tanaman karet akan menjadi kuning atau merah pada saat musim kemarau (Setiawan & Andoko,
2005).

4. Bunga

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung
tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima taju
yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina merambut vilt. Ukurannya lebih besar
sedikit dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang 3. Kepala putik yang akan
dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah 3 buah. Bunga jantan mempunyai 10 benang sari
yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan, tersusun satu lebih
tinggi dari yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna
(Gambar.2.1.d) (Tim Penulis PS, 2008).

5. Buah dan Biji

Budiman (2012) mengatakan bahwa Karet merupakan buah berpolong (diselaputi kulit
yang keras) yang sewaktu masih muda buah berpaut erat dengan dengan rantingnya. Buah karet
dilapisi oleh kulit tipis berwarna hijau dan didalamnya terdapat kulit yang keras dan berkotak.
Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung, setelah tua warna kulit buah berubah
menjadi keabu- abuan dan kemudian mengering. Pada waktunya pecah dan jatuh, tiap ruas
tersusun atas 2 – 4 kotak biji. Pada umumnya berisi 3 kotak biji dimana setiap kotak terdapat 1
biji. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya ada tiga kadang empat
sesuai dengan jumlah ruang.

Syarat Tumbuh Tanaman Karet

1. Iklim

Secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik pada kondisi iklim sebagai berikut:
suhu rata-rata harian 280 C (dengan kisaran 25-350C) dan curah hujan tahunan rata-rata antara
2.500-4.000 mm dengan hari hujan mencapai 150 hari pertahun. Pada daerah yang sering hujan
pada pagi hari akan mempengaruhi kegiatan penyadapan bahkan akan mengurangi hasil
produktifitasnya. Keadaan daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah daerah-daerah
Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa, Dan Kalimatan, sebab iklimnya lebih basah
(Budiman, 2012). Secara umum Kabupaten Kampar beriklim tropis dengan temperatur
maksimum rata-rata 320C-330C. Temperatur minimum terjadi pada bulan September yaitu
sebesar 23,10C. Temperatur maksimum juga terjadi pada September dengan temperatur 32,40C.
Rata-rata curah hujan tahunan umumnya cukup tinggi (> 2.000 mm) dengan jumlah hari hujan
rata-rata tahunan berkisar antara 112-128 hari. Distribusi iklim secara spesial cukup baik untuk
bercocok tanam terutama pada sektor perkebunan, perbedaan iklim antara lokasi tidak begitu
mencolok. Jumlah hari hujan dalam tahun 2008, yang terbanyak adalah disekitar Bangkinang dan
Kampar Kiri dan yang paling sedikit terjadinya hujan adalah sekitar Tapung Hulu (Kampar
dalam angka, 2008).

2. Curah Hujan

Curah hujan yang cukup tinggi antara 2.000-2.500 mm setahun disukai tanaman karet.
Akan lebih baik lagi apabila curah hujan merata sepanjang tahun, dengan hari hujan berkisar100-
150HH/tahun. Jika sering hujan pada pagi hari produksi akan berkurang, hal tersebut
dikarenakan jika penyadapan pada waktu hujan kualitas lateks encer. (Tim Penulis PS, 2008).
3. Suhu

Daerah yang baik bagi pertumbuhan dan pengusahaan tanaman karet terletak di sekitar
ekuator (katulistiwa) antara 100LS dan 100 LU. Karet masih tumbuh baik sampai batas 200 garis
lintang. Suhu 200 dianggap sebagaibatas terendahsuhu bagi karet (Maryani, 2007). Menurut
Wijaya (2008) respon klon karet terhadap suhu bervariasi. Hasil penenlitian di India
menunjukkan bahwa pada elevasi tinggi (840 m diatas permukaan laut), klon RRIM 600 sebesar
10%, sedangkan GT 1, PB 5/51, RRII 105, dan LCB 1320 masing-masing terhambat
pertumbuhannya sebesar 37%, 32%, 32%, dan 59%.

4. Tinggi Tempat

Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian maksimal 500 m dari
permukaan laut, pada ketinggian lebih dari 500 m pertumbuhan akan terhambat dan produksi
akan kurang memuaskan. Bisa dikatakan Indonesia tidak mengalami kesulitan mengenai area
yang dapat dibuka untuk ditanami karet hampir seluruh daerah di Indonesia karet dapat tumbuh
subur (Woelan, 2005).

5.Tanah

Menurut Budiman (2012) karet sangat toleran terhadap kemasaman tanah tanpa
memandang jenis-jenis tanah, dapat tumbuh antar 3,5-7,0. Untuk pH optimum harus disesuaikan
dengan jenis tanah, misalnya pada red basaltic soil pH 4-6 sangat baik bagi pertumbuhan karet.
Selain jenis tanah, klonpun turut memegang peranan penting dalam menentukan pH optimum.
Sebagai contoh pada red basaltic soil PR 107 dan GT 1 tumbuh baik pada pH 4,5 dan 5,5. Sifat-
sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut: 1. Solum cukup dalam,
sampai 100 cm atau lebih, dan tidak terdapat batu-batuan. 2. Aerase dan drainase baik. 3. Remah,
porus dan dapat menahan air. 4. Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir. 5. Tidak bergambut,
dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm 6. Kandungan unsure hara N, P dan K cukup dan tidak
kekurangan unsure mikro 7. Kemiringan tidak lebih dari 16% 8. Permukaan air tanah tidak
kurang dari 100 cm
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. 2006. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Tekno Ekonomi Agribisnis
Karet. Indonesia Konsultan. Jakarta.Daslin, A. 2002. Produktifitas Klon Karet Anjuran
dan Kesesuaian pada Berbagai Kendala Lingkungan . Warta Pusat Penelitian Karet. 2
(24).hal: 9-17.
Budiman, H,. 2012. Budi Daya Karet Unggul. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.
Kampar Dalam Angka. 2008. Keadaan Geografi. Diakses pada tanggal 5 mei 2019.
Maryani. 2007.Aneka Tanaman Perkebunan, Pusat Pengembangan Universitas Riau. Pekanbaru
Pakpahan dan Effendi.2009.Teknis Budidaya Tanaman Karet.Disampaikan pada :Pertemuan
Sosialisasi Kegiatan Pengawalan Peremajaan Karet Non Revitalisasi Dinas Perkebunan
Provinsi Sumatera Utara Tanggal 21 November 2008.Medan.
Purwanta, H.J. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Setyamidjaya dan Djohana.1993.Karet Budidaya dan Pengolahannya.Kanisius, Yogyakarta.
Setiawan dan Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Siregar, T.H.S. dan I. Suhendry. 2013. Budidaya dan Teknologi Karet. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Stransburgers. 1964. Texbook of Botany. Longmen. Group Limited London.
Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Woelan, Sekar. 2005. Pengenalan Klon Karet Unggul Baru Penghasil Lateks- Kayu. Balai
penelitian Sungei Putih. Medan.
Woelan, S danR. Azwar. 1990. Kompatibilitas Kombinasi Persilangan dari Berbagai Klon Karet.
Prosiding Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 1990. Hal: 174-189.
Woelan, Sekar. danS.A. Pasaribu. 2009. Pembentukan Klon Karet Unggul Baru Melalui Metode
Konvensional Selama Dekade ke-2 (1996-2005). Prosiding Lokakarya Nasional
Pemuliaan Tanaman Karet 2009. Hal 224- 244.

Anda mungkin juga menyukai