Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA I

PENGENALAN PESTISIDA dan KEMASAN/LABEL

DISUSUN OLEH

NAMA : Wahyu Hidayat

NPM : E1J016089

PRODI : Agroekoteknologi

JURUSAN : Budidaya Pertanian

SHIFT : Rabu, 10.00-12.00 wib

LABORATORIUM ILMU HAMA DAN PENYAKIT


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain
yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman.

Banyak penelitian yang telah menunjukkan hubungan antara penggunaan


pestisida dengan gangguan kesehatan yang diderita pekerja. Menurut WHO,
keracunan pestisida baik yang disengaja maupun tidak disengaja merupakan masalah
yang serius pada komunitas pertanian di Negara miskin dan berkembang.
Diperkirakan sekitar 250.000 kematian terjadi karena keracunan pestisida setiap
tahunnya.
Tingkat Pengetahuan Petani tentang penggunaan pestisida dan bahayanya masih
kurang. Selama ini penggunaan pestisida oleh petani hanya sebatas pengalaman tanpa
mengenal jenis, formulasi dan sifat-sifat pestisida yang digunakan. Hal tersebut jika
dibiarkan akan berdampak pada kelestarian lingkungan serta terjadinya resistensi dan
resurjensi hama. Oleh sebab itu, mengenal jenis, formulasi dan sifat-sifat pestisida
penting untuk dipelajari.
1.2 Tujuan

Untuk mengamati dan membedakan macam-macam formulasi pestisida, cara


penyiapannya dan alat-alat yang sesuai digunakan untuk mengaplikasikan pada
formulasi yang bersangkutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang
tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk melakukan
perlindungan tanaman atau bagian tanaman (Pedum Kajian Pestisida, 2012).
Beberapa tahun terakhir penggunaan pestisida oleh petani cenderung meningkat,
karena hal tersebut dianggap cara paling efektif untuk mengendalikan OPT, sehingga
permintaan pestisida di tingkat petani meningkat. Jumlah merk dagang pestisida yang
beredar di Indonesia sangat banyak. Setidaknya pada tahun 2010 terdapat 2.628 merk
dagang pestisida dari 196 perusahaan yang terdaftar di Kementerian Pertanian
(Kementerian Pertanian 2010).
Pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara
pengendalian, sehingga tidak merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi.
Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertanian
yang berkelanjutan diperlikan cara pengendalian yang tepat. Dalam menangani OPT
(organisme pengganggu tanaman) petani dewasa ini sering menggunakan pestisida.
Pestisida merupakan zat yang mampu membasmi OPT. (Triharsono, 2004).
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu
dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan
terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang
kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia
dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan
terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.Pada umumnya
pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu tersebut adalah racun
yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia. Untuk itu
penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping
bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.Dalam
bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman.
Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu
komponen pengendalian (Totok,Herwanto, 2008).
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih
dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah
batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Pemerintah saat ini tidak lagi memberi
subsidi terhadap pestisida. Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak
menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun
swasta terus menerus memberi penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida
secara aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5
tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat
takaran) ( Hidayat, 2001).
Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut
bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh organisme
pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient). Beberapa jenis formulasi pestisida
antara lain : tepung hembus (D), butiran (G), tepung yang dapat disuspensi dalam air
(WP), tepung yang larut dalam air (SP), suspensi (F), cairan (EC), Ultra Low Volume
(ULV), solution(S), aerosol (A) dan umpan beracun (B) (Wudianto, 2007).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat Dan Bahan


 Alat
Buku penuntun praktikum, kertas hvs dan alat tulis.
 Bahan
Macam-macam jenis pestisida,meliputi pestisida yang digunakan untuk
pengendalian hama dan penyakit serta gulma dengan berbagai formulasi,
seperti : D,G,WP,EC,DC,ULV, dan lain-lain.

3.2 Prosedur Kerja


 Mengamati pestisida yang telah disediakan serta menuliskan bahan aktif,
formulasi, waktu aplikasi, cara aplikasi, warna, dosis, konsentrasi, serta
serangan yang dikendalikan.
 Membersihkan ruangan yang sudah digunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami akan membahas tentang pestisida yang telah
kami amati apa yang tertera di dalam kemasan atau label keterangan, serta
aplikasinya. Zat kimia yang bersifat racun dan dapat digunakan untuk membunuh
atau menghambat pertumbuhan pengganggu tanaman disebut Pestisida. Dalam
perdagangan pestisida biasanya dijual dalam berbagai macam formulasi, adapun
perbedaan di dalam beberapa formulasi untuk jenis bahan aktif yang sama, dapat
disebabkan pada perbedaan dalam susunan bahan tambahan dan bahan pembuat juga
terdapat pada susunan bahan pembentuk bahan aktif teknis.
Pada praktikum ini kami mengamati 15 pestisida yang terdiri dari berbagai
pengamatan yaitu: bahan aktif,konsentrasi bahan aktif,formulasi,warna,jenis
wadah,dosis,sasaran,expired date,perusahaan formulasi dan bentuk campur siap
pakai. Dari berbagai pengamatan yang diamati terdapat perbedaan misalnya pada
konsentrasi bahan aktif ada yang mencapai 856 % tapi dalam bentuk g/l. Dan juga
berbagai dosis pemakaian yang berbeda-beda tergantung dari berbagai jenis sasaran
yang akan di tuju. Ada juga dalam satu jenis pestisida terdapat lebih dari 1 jenis
bahan aktif yaitu Matador 25.
Setiap pestisida mempunyai sifat dan kelarutan yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil uji kelarutan tingkat kelarutan pestisida Capcide, Antracol, Decis,
Marshal, Roundup dan Dithane tingkat kelarutannya sempurna, sedangkan pestisida
Gramaxone dan Delsene tingkat larutannya sebagian. Indikator kelarutan juga dapat
dilihat berdasarkan tingkat endapan yang dihasilkan. Pestisida yang terbentuk
endapan sebagian yaitu pestisida Antracol dan Delsene, sedangkan pestisida Capcide,
Gramaxone, Decis, Marshal, Round up dan Dithane tidak terbentuk endapan.
Pestisida yang diperdagangkan mempunyai formulasi yang berbeda-beda.
Pemilihan formulasi pestisida juga perlu disesuaikan dengan ketersediaan alat yang
ada, kemudahan aplikasi, serta efektivitasnya. Petunjuk umum keamanan dalam
pemakaian pestisida agar aman digunakan dan tidak terlalu menimbulkan efek
peracunan pada pemakai, maka pemerintah dan formulator telah menetapkan dan
memberi petunjuk sebagai pedoman umum dalam penanganan senyawa kimia
berbahaya mulai dari pemilihan jenis pestisida, tata cara penyimpanan, penakaran,
pengenceran, pencampuran sampai kepada prosedur kebersihannya (Wudianto,
2007).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik darihasil praktikum ini adalah
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk
mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia terutama di
bidang pertanian. Pengetahuan tentang pestisida di tingkat petani khususnya dan bag;
masyarakat umumnya diharapkan akan membantu terhindar dari barang palsu,
mendapatkan efektivitas dalam penggunaan, dapat menghemat biaya, menghindari
kecelakaan dalam aplikasi, aman terhadap lingkungan (ekosistem) dan mencegah
terjadinya resistensi.

5.2 Saran
1. Alat pengaman berupa masker dan sarung tangan sebaiknya disediakan oleh
laboraturium.
2. Sebelum penggunaan pestisida sebaiknya memperhatikan cara penggunaan dan
tanda bahaya yang ada pada kemasan supaya pengguna pestisida tidak mengalami
gangguan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Direktorat Pupuk dan Pestisida Kementerian
Pertanian. 2012. Pedoman Teknik Kajian Pestisida Terdaftar Beredar TA
2012. Kementerian Pertanian.

Hidayat, Anwar. Ir., MS.2001. Metode Pengendalian Hama. Depdiknas : Jakarta


Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2010. Pestisida Pertanian dan
Kehutanan Tahun 2010. Pusat Perizinan dn Investasi, Sekretariat Jenderal.
Jakarta.

Triharsono, 2004. Dasar-dasar perlindungan tanaman.Gadjah Mada Universitas


Press.Yogyakarta.
Totok Herwanto.2008. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman. Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik Pertanian : Bandung.
Wudianto, R., 2007. Petunjuk Penggunaan Pestida. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai