BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru pada waktu tertentu selalu mengadakan evaluasi. Kenyataan yang
biasa dilakukan di sekolah-sekolah di Indonesia sampai dewasa ini yaitu bahwa
pada akhir semester guru mengadakan ulangan, pada akhir tahun mengadakan
ujian-ujian kenaikan kelas, dan pada akhir kelas tertinggi pada setiap taraf atau
level pendidikan, sekolah akan mengadakan ujian akhir (Evaluasi Belajar Tahap
Akhir) (Zaif, 2010). Ulangan, ujian kenaikan kelas, dan evaluasi belajar tahap
akhir tersebut merupakan contoh evaluasi yang lazim dilaksanakan di setiap
institusi pendidikan yang berlaku juga untuk semua mata pelajaran termasuk
pelajaran IPA.
Pembelajaran IPA di sekolah dilaksanakan berdasarkan rencana
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan seringkali adalah kegiatan yang sudah dirancang guru tidak dapat
dilaksanakan di kelas. Oleh karena itu, untuk mengukur keterlaksanaan
pembelajaran yang telah dilakukan, guru sebaiknya melakukan refleksi dan
evaluasi pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran bukanlah pekerjaan
yang sulit tetapi jarang dilakukan guru. Perencanaan pembelajaran akan bermakna
jika diimplementasikan di kelas. Pembelajaran tersebut akan lebih bermakna jika
setelah pelaksanaan pembelajaran dilakukan evaluasi pembelajaran untuk
menemukan kekurangan pembelajaran (Yuliati, 2013).
Evaluasi program dapat didefinisikan sebagai evaluasi pada pelaksanaan
program secara kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk mempertimbangkan
apakah program harus dikembangkan, dihentikan atau dilanjutkan (Lukum, 2013).
Guna memperoleh hasil pembelajaran IPA dan Biologi yang diharapkan sesuai
dengan hakikatnya, maka perlu digunakan evaluasi yang cocok dengan
karakteristik pembelajaran IPA di SD maupun di SMP dan juga pembelajaran
biologi di SMA agar diketahui apakah pembelajaran yang diharapkan sudah
tercapai atau perlu adanya perbaikan.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis evaluasi pendidikan?
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran IPA?
3. Jenis evaluasi apa yang cocok digunakan dengan karakteristik pembelajaran
IPA SD, IPA SMP, dan IPA (Biologi) SMA?
C. Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis evaluasi pendidikan.
2. Mengetahui dan memahami karakteristik pembelajaran IPA.
3. Menganalisis jenis evaluasi apa yang cocok digunakan dengan karakteristik
pembelajaran IPA SD, IPA SMP, dan IPA (Biologi) SMA
3
BAB II
PEMBAHASAN
siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi
(Zaif, 2010).
Oleh karenanya, guru baru dapat melakukan evaluasi sumatif apabila
guru yang bersangkutan selesai mengajarkan seluruh pokok bahasan atau unit
pengajaran yang merupakan forsi dari semester yang bersangkutan. Oleh
karena itu evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
yang dicapai siswa selama satu semester. Jadi, fungsinya untuk mengetahui
kemajuan anak didik (Zaif, 2010).
Jenis evaluasi formatif dan sumatif terutama menjadi tanggung jawab
guru (guru bidang studi), evaluasi penempatan dan diagnostik lebih
merupakan tanggung jawab petugas bimbingan penyuluhan.
g. Ujian Nasional (UN)
Ujian Nasional (UN) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif,
yaitu sebagai alat penentu kenaikan status siswa (Muhibbin, 2003).
dapat membiasakan peserta didik secara individual ataupun kelompok dengan aktif
mengeksplorasi, mengelaborasi, mengkonfirmasi, dan mengomunikasikan hasilnya.
Berdasarkan karakteristik pembelajaran IPA yang ada di SD dan SMP, IPA
yang di dalamnya juga memuat biologi yang terdapat pada materi di SMA bukan
hanya merupakan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep
atau prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses
mencari tahu dan melakukan. Sehingga, kedepannya peserta didik dapat
menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada metode ilmiah.
Standar pembelajaran IPA menurut National Science Education Standards
meliputi:
(1) pembelajaran berbasis inkuiri,
(2) membimbing dan memfasilitasi belajar,
(3) penilaian,
(4) pengembangan lingkungan untuk pembelajaran,
(5) membentuk komunitas belajar,
(6) perencanaan dan pengembangan pembelajaran di sekolah (NSES, 1996, p.43).
mungkin masuk akal untuk percaya bahwa lingkungan yang lebih positif ini akan
mempromosikan pencapaian siswa yang lebih besar pula. Temuan yang
menggunakan kit sains menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dalam hal
kepuasan siswa. Keterpaduannya cenderung terbukti berharga dalam keputusan masa
depan tentang pembelajaran. Terkait bahan ajar dan metode, dan mudah-mudahan,
itu akan mengarah pada peningkatan prestasi siswa (Scottet al, 2008).
Alat evaluasi proses pembelajaran IPA yang dperlukan terdiri dari alat evaluasi
untuk mengukur kognitif, alat evaluasi untuk menentukan kualitas hati nurani, dan
alat untuk mengukur kemampuan keterampilan. Alat evaluasi untuk mengukur
kognitif berupa tes sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tes dapat berbentuk objektif
atau uraian (esai). Teknik pemberian tes secara tertulis dapat dengan pertanyaan
objektif yaitu melengkapi pilihan. Alat evaluasi yang akan mengukur keterampilan
IPA diantaranya yakni keterampilan menggunakan tangan, keterampilan
menggunakan indera penglihat, keterampilan menggunakan indera pengecap, dan
keterampilan menggunakan indera pencium (Susanto, 2015).
BAB III
KESIMPULAN