Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan klinis yang disebabkan
ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi, baik karena kekurangan
atau kelebihan asupan makanan maupun akibat kebutuhan yang meningkat. Pada
pembahasan selanjutnya yang dimaksud dengan malnutrisi adalah keadaan klinis
sebagai akibat kekurangan asupan makanan ataupun kebutuhan nutrisi yang
meningkat ditandai dengan adanya gejala klinis, antropometris, laboratoris dan
data analisis diet. (Depkes RI, 2007)
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari
pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun (baduta).
Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu
standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah
standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah standar
dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk
kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
Malnutrisi ringan dan sedang umumnya tidak menunjukkan gejala klinis
yang spesifik: anak tampak kurus, BB/TB : 70-90% atau diantara -2SD dan -3SD
(Z-score), sangat mungkin terdapat gejala defisiensi nutrien mikro. Malnutrisi
berat umumnya menunjukkan gejala klinis yang khas, BB/TB < 70% atau <-3SD
(Z-score) kecuali bila ada edema serta sudah terdapat kelainan biokimiawi. Saat
ini kriteria WHO 1999 digunakan untuk diagnosis dan tatalaksana anak malnutrisi
berat. (Depkes RI, 2007)
Malnutrisi dapat terjadi secara primer atau sekunder. Malnutrisi primer
terjadi bila konsumsi makanan baik dari segi kualitas maupun kuantitas inadekuat
dan tidak seimbang. Malnutrisi sekunder terjadi sebagai akibat kebutuhan nutrien
yang meningkat atau output yang berlebihan, umumnya pada penyakit kronik baik
infeksi maupun keganasan. (Depkes RI, 2007)
2.1.1.1. Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi protein kalori yang terutama akibat
kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama
kehidupan, disertai retardasi pertumbuhan dan mengurusnya lemak bawah kulit
dan otot. (Dorland, 1998).
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut
mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare),
pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis
meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada
marasmus adalah:
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
(Depkes RI, 2000)
2.1.1.2. Kwasiorkor
Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi berenergi protein yang disebabkan
oleh defisiensi protein yang berat, asupan kalori biasanya juga mengalami
defisiensi. (Dorland, 1998)
Kwashiorkor terjadi terutamanya karena pengambilan protein yang tidak
cukup. Pada penderita yang menderita kwashiorkor, anak akan mengalami
gangguan pertumbuhan, perubahan mental yaitu pada biasanya penderita cengeng
dan pada stadium lanjut menjadi apatis dan sebagian besar penderita ditemukan
edema. Selain itu, pederita akan mengalami gejala gastrointestinal yaitu anoreksia
dan diare. Hal ini mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas dan usus.
Rambut kepala penderita kwashiorkor senang dicabut tanpa rasa sakit. (Hassan et
al., 2005)
Pada penderita stadium lanjut, rambut akan terlihat kusam, kering, halus,
jarang dan berwarna putih. Kulit menjadi kering dengan menunjukkan garis-garis
yang lebih mendalam dan lebar. Terjadi perubahan kulit yang khas yaitu crazy
pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda
dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat
tekanan dan disertai kelembapan. Pada perabaan hati ditemukan hati membesar,
kenyal, permukaan licin, dan pinggiran tajam. Anemia ringan juga ditemukan dan
terjadinya kelainan kimia yaitu kadar albumin serum yang rendah dan kadar
globulin yang normal atau sedikit meninggi. (Hassan et al., 2005)
2.1.1.3. Marasmus-Kwasiorkor
Kondisi dimana terjadi defisiensi baik kalori maupun protein, dengan
penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan biasanya
dehidrasi. Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinis
kwashiorkor dan marasmus. (Dorland, 1998)
(Rahim, 2008)
2.1.3. Patofisiologi
Setelah beberapa waktu defisiensi nutrien berlangsung maka akan terjadi
deplesi cadangan nutrien pada jaringan tubuh dan selanjutnya kadar dalam darah
akan menurun. Hal ini akan mengakibatkan tidak cukupnya nutrien tersebut di
tingkat seluler sehingga fungsi sel terganggu misalnya sintesis protein,
pembentukan dan penggunaan energi, proteksi terhadap oksidasi atau tidak
mampu menjalankan fungsi normal lainnya. Bila berlangsung terus maka
gangguan fungsi sel ini akan menimbulkan masalah pada fungsi jaringan atau
organ yang bermanifestasi secara fisik seperti gangguan pertumbuhan, serta
kemunculan tanda dan gejala klinis spesifik yang berkaitan dengan nutrien
tertentu misal edema, xeroftalmia, dermatosis, dan lain-lain yang kadang-kadang
ireversibel. (Depkes RI, 2007)
Defisiensi nutrien
Gizi buruk berat memberi gejala yang kadang-kadang berlainan, tergantung dari
dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi dan kepadatan penduduk. (Krisnansari
D., 2010)
2.2.1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi manusia.Satu gram
karbohidrat menghasilkan 4 Kkal.Sebagian karbohidrat berada di dalam sirkulasi
darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera dan sebagian lagi disimpan
sebagai glikogen di dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi
lemak (Almatsier, 2001).
2.2.2. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separohnya ada di
dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam
kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai
fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta
memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. (Almatsier S., 2001)
2.2.3. Lemak
Lemak adalah senyawa-senyawa heterogen yang bersifat tidak larut dalam
air. Lemak merupakan sumber energi paling padat yang menghasilkan 9 Kkal
untuk setiap gram yaitu 2 1 2 kali besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat
dan protein dalam jumlah yang sama. Lemak merupakan cadangan energi tubuh
paling besar. Lemak disimpan sebanyak 50% di jaringan bawah kulit (subkutan),
45% di sekeliling organ dalam rongga perut dan 5% di jaringan intramuskuler
(Almatsier S., 2001).
2.2.4. Vitamin
Vitamin merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam
jumlah sangat kecil dan pada umunya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Vitamin
termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap
vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. (Almatsier S., 2001)
Penelitian-penelitian membedakan vitamin dalam dua kelompok : vitamin
larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin larut dalam air (vitamin B
dan C). Sebagian besar vitamin larut lemak diabsorpsi bersama lipida lain.
Vitamin larut air biasanya tidak disimpan di dalam tubuh dan dikeluarkan melalui
urin dalam jumlah kecil. Oleh sebab itu, vitamin larut air perlu dikonsumsi tiap
hari untuk mencegah kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh normal. .
(Almatsier S., 2001)
2.2.5. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai
tahap metabolismen terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. .
(Almatsier S., 2001)
2.3.1.1. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang
sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang
mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur
anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12
bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan
penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan. (DepKes RI, 2004)
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan
dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation
score = z). Gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relatif baik (well-
nourished), sebaiknya digunakan “persentil”, sedangkan di negara untuk anak-
anak yang populasinya relatif kurang (under nourished) lebih baik menggunakan
skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan (Ali,
2008)
Gambar 2.5. Tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut umur anak
laki-laki usia 0-36 bulan
(CDC, 2000)
Gambar 2.6. Tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut umur anak
laki-laki usia 2-20 tahun
(CDC, 2000)
Gambar 2.7. Tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut umur anak
perempuan usia 0-36 bulan
(CDC, 2000)
Gambar 2.8. Tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut umur anak
perempuan usia 2-20 tahun
(CDC, 2000)