Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kesehatan Gigi Vol.04 N0.2, Desember 2017 ISSN 2407.

0866

MENGKONSUMSI MINUMAN TEH BERSODA DAN TEH TIDAK BERSODA


TERHADAP pH SALIVA

Irmanita Wiradona 1, Sadimin2, Silvy Herlina Fitri3

ABSTRAK

pH Saliva adalah derajat keasaman saliva. Minuman teh bersoda adalah minuman teh yang dicampur
dengan soda. Minuman teh tidak bersoda adalah minuman teh yang tanpa campuran soda. Pada minuman teh
bersoda mengandung gula, CO2 (Karbondioksida), asam askorbat dan asam sitrat dan pada minuman teh tidak
bersoda mengandung gula. Dari kandungan kedua minuman tersebut dapat berpengaruh terhadap pH saliva.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perubahan pH Saliva antara minuman teh bersoda dan
minuman teh tidak bersoda.
Penelitian ini dilakukan dengan metode quasi experiment dengan rancangan Pretest-posttest design.
Populasi penelitian sebanyak 212 mahasiswa Juruasan Keperawatan Gigi diambil 20% sehingga didapat sampel
sebanyak 42 orang, cara pengambilannya dengan teknik purposive sampling. Data yang diperoleh adalah data
hasil pengukuran pH Saliva yang dilakukan sebelum dan setelah minum minuman teh bersoda dan teh tidak
bersoda. Analisa data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Perbedaan perubahan pH Saliva antara teh
bersoda dan teh tidak bersoda dilakukan dengan uji Mann-whitne.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai selisih rata-rata pH Saliva sebelum dan setelah minum teh
bersoda 0,9 dan nilai selisih rata-rata sebelum dan setelah minum teh tidak bersoda 0,4. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah ada perbedaan perubahan pH Saliva antara minum minuman teh bersoda dan minum
minuman teh tidak bersoda pada mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi.

Kata kunci : pH Saliva, Minuman teh bersoda, Minuman teh tidak bersoda
_________________________________________________________________________________________

ABSTRACT

The saliva pH is the acidity of saliva. Carbonated tea beverage is tea drink mixed with soda. Carbonated
beverages are tea not drink tea without soda mixture. In carbonated tea beverages containing sugar, CO2
(carbondioxide), ascorbic acid and citric acid and the carbonated drink tea does not contain sugar. From the
contain of both these drinks can affect the pH of saliva. The purpose of this study is to determine differences in the
pH of saliva between carbonated tea drinks and tea drinks are not fizzy.
This study is conducted by quasi-experiment with a design. Pretest-posttest study population as many as 212
students of Department of Dental Nursing taken 20% in order to get a sample of 42 people, the technique decision-
purposive sampling. The data obtained is pH of saliva before and after drinking tea and tea carbonated ale.
Analysis of the data used to see difference Saliva pH between tea and tea carbonated fizzy not done with the Mann-
Whitney.
The results showed that the differences in the average pH of saliva before and after tea sparkling is 0.9 and
the average value of the difference before and after drinking tea are not sparkling is 0.4. The conclusion of this study
is the change in no difference the pH Saliva between drinking carbonated tea and tea drinking ale in Dental Nursing
student.

Keywords : Salivary pH, carbonated tea drinks, tea drinks ale


_________________________________________________________
1,2)
Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang
3)
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi Poltekes Semarang

: irmanita.wiradona@gmail.com

27 Mengkonsumsi Minuman Teh Bersoda Dan Teh Tidak Bersoda


Jurnal Kesehatan Gigi Vol.04 N0.2, Desember 2017 ISSN 2407.0866

PENDAHULUAN mineral, minuman ringan paling sering


dikonsumsi oleh remaja berusia 15-20 tahun,
Lubang gigi disebabkan oleh beberapa minuman yang sering dipilih untuk
tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat dikonsums i di Indonesia adalah minuman
merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat bersoda dan isotonik.
termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Minuman bersoda dan isotonik
Asam yang diproduksi tersebut memengaruhi merupakan minuman yang banyak
mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada dikonsumsi oleh masyarakat, karena mudah
pH rendah. Sebuah gigi akan mengalami didapatkan dan rasa yang manis juga
demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH menyegarkan tanpa mengetahui dampak dari
turun menjadi dibawah 5,5, proses minuman bersoda dan isotonik terhadap
demineralisasi menjadi lebih cepat dari rongga mulut (Coombes, 2005). Minuman
remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih bersoda atau isotonik biasanya diminum
banyak mineral gigi yang luluh dan membuat secara perlahan, sehingga sisa residu
lubang pada gigi (Anderson, 2012). minuman dapat tertinggal dalam rongga mulut
Saliva merupakan cairan kental yang untuk beberapa waktu, hal ini dapat
diproduksi oleh kelenjar ludah. Peranan memengaruhi kesehatan gigi (Zero, 2010).
Saliva dalam memelihara kesehatan gigi Akan tetapi, pengetahuan mengenai efek
sangatlah penting, sebagai contoh aliran terhadap konsumsi minuman tersebut
Saliva yang baik akan cenderung terhadap kesehatan sangat rendah. Salah satu
membersihkan mulut termasuk melarutkan temuan menarik adalah minuman ringan
gula dan mengurangi kelengketan makanan. merupakan minuman yang paling digemari
Saliva mengandung antibodi dan antibakteri oleh sebagian besar kelompok remaja. Rata-
sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan rata remaja mengonsumsi dua kaleng/botol
bakteri dalam plak. Saliva mengandung dalam waktu satu minggu (Andam, 2008). Hal
mineral terlarut yang penting dalam proses ini sependapat dengan Wieke dan Susy (2008)
remineralisasi pada kerusakan gigi yang yang menyatakan bahwa rasa manis
masih dini. Jumlah Saliva yang berkurang merupakan rasa yang paling disukai
adalah pemicu timbulnya kerusakan gigi kebanyakan orang terutama anak-anak.
(Maryati, 2008). Sumber rasa manis ini dapat diperoleh dari
Menurut Maryati (2008), derajat sukrosa yang dikonsumsi dalam bentuk gula
keasaman (pH) Saliva dipengaruhi oleh dan sering digunakan untuk makanan dan
banyak faktor, salah satunya adalah adanya minuman terutama minuman ringan. Salah
rangsangan (stimulasi). Stimulasi ini dapat satu minuman ringan adalah teh.
berupa rangsangan dari rasa manis dan asam Tampaknya tak ada orang yang tidak
yang dapat berasal dari makanan dan mengenal produk minuman bernama teh.
minuman yang kita konsumsi. Seiring Bahkan teh telah menjadi minuman legendaris
perkembangan zaman yang semakin maju, dan mentradisi sejak lama dalam berbagai
ditemukan banyak inovasi yang dilakukan komunitas dan kelompok sosial di dunia. Di
dalam bidang makanan dan minuman. Di Inggris dikenal tradisi minuman teh
bidang minuman sekarang dijumpai berbagai berlangsung turun temurun. Kitapun di
jenis minuman mulai dari jenis minuman Indonesia sering menjadikan momentum
ringan biasa sampai yang bersoda. minum teh untuk berkumpul dan bercanda
Menurut world wide food (2014), bersama keluarga. Meskipun minuman teh
minuman ringan di Indonesia meningkat telah mentradisi dan gampang dibuat, namun
48,57% tiap tahunnya. Indonesia merupakan teh dalam kemasan makin banyak juga
negara kelima terbesar yang mengonsumsi diproduksi.
minuman ringan sebagai pengganti air Kesibukan kerja dan makin tingginya
aktivitas menyebabkan orang lebih memilih

Irmanita Wiradona, Sadimin, Silvy Herlina Fitri 28


Jurnal Kesehatan Gigi Vol.04 N0.2, Desember 2017 ISSN 2407.0866

faktor kepraktisan dan kemudahan. Apalagi seperti minuman teh bersoda dan minuman teh
dengan makin pesatnya perkembangan tidak bersoda untuk melepaskan dahaga.
industri minuman mendorong produksi Padahal dengan mengonsumsi minuman
minuman teh dalam kemasan juga makin tersebut tentunya dapat mempengaruhi derajat
beragam. Kepraktisan sebagai pertimbangan keasaman air ludah (pH Saliva). Tujuan
utama pilihan konsumen menyebabkan penelitian adalah mengetahui perbedaan pH
minuman teh dalam bentuk botol menempati saliva antara minuman teh bersoda dan teh
urutan atas dalam penjualan dibandingkan tidak bersoda.
dengan dalam kotak. Namun baik kemasan
botol maupun kotak tetap lebih disukai
daripada teh dalam bentuk celup atau sachet METODE PENELITIAN
yang lebih repot untuk membuatnya. Selain
itu, masalah rasa ternyata juga turut Penelitian merupakan penelitian ini
memengaruhi perilaku konsumen dalam quasi experiment dengan desain Pre and
menentukan keputusan untuk membeli Posttest Group desain. Sampel pada
produk minuman kemasan. Meski orang penelitian ini adalah Sampel yang diambil
sudah maklum dan terbiasa dengan rasa teh, dalam penelitian ini mahasiswa Jurusan
namun ketika muncul produk teh dengan Keperawatan Gigi sebanyak 42 orang
campuran rasa lainnya, ternyata juga disukai kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
(Anneahira, 2007). kelompok minum-minuman teh bersoda (21
Pola konsumsi minuman ringan orang), dan satunya lagi kelompok minum-
mendapat perhatian yang besar dalam bidang minuman teh tidak bersoda (21 orang).
kesehatan masyarakat karena dapat Sampel mengonsumsi minuman teh
memengaruhi kesehatan rongga mulut dan bersoda dalam kemasan botol dengan
kesehatan umum. Kegemaran remaja komposisi yaitu Air, CO2, Gula, Ekstrak Teh,
mengonsumsi minuman ringan akan Asam Sitrat, Natrium Sitrat, Asam askorbat,
menyebabkan remaja mengalami patologis Natrium Benzoat, Konsentrat Sari Buah dan
dini seperti terjadi pengeroposan tulang, Perisa dan teh tidak bersoda dengan komposisi
minimnya pemasukan kalsium dan yaitu air, gula, teh melati. Masing-masing
hiperaktifitas. Selain itu, konsumsi minuman sampel minum sebanyak 100 ml. Selanjutnya
ringan juga dapat menyebabkan karies dan pH saliva diukur dengan menggunakan pH
erosi gigi. Minuman ringan mengandung strip.
karbohidrat sederhana dalam konsentrasi Data yang diperoleh dianalisa uji
yang tinggi, yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa statistik menggunakan uji Wilcoxon untuk
dan kandungan gula sederhana lainnya. mengetahui perbedaan perubahan pH Saliva
Bakteri dalam mulut memfermentasikan sebelum dan setelah minum-minuman teh
karbohidrat dan menghasilkan asam yang bersoda, uji Paired t-test untuk mengetahui
dapat merusak enamel selama proses karies perbedaan perubahan pH Saliva sebelum dan
gigi, oleh karena itu, minuman yang manis setelah minum-minuman teh tidak bersoda
dapat meningkatkan resiko karies gigi. dan uji Mann-whitney digunakan untuk
Artinya, resiko karies akan meningkat jika mengetahui perbedaan perubahan pH Saliva
konsumsinya juga meningkat. Kebanyakan, antara kelompok minuman teh bersoda dan
minuman ringan mengandung zat asam dan minuman teh tidak bersoda.
memiliki pH 3,0 atau lebih rendah sehingga
dapat menyebabkan demineralisasi pada HASIL PENELITIAN DAN
jaringan keras gigi (Rika, 2010). PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan peneliti,
remaja terutama mahasiswa sering sekali Penelitian mengenai perbedaan
mengonsumsi minum-minuman siap saji perubahan pH Saliva antara minuman teh

29 Mengkonsumsi Minuman Teh Bersoda Dan Teh Tidak Bersoda


Jurnal Kesehatan Gigi Vol.04 N0.2, Desember 2017 ISSN 2407.0866

bersoda dan minuman teh tidak bersoda pada Dari gambar 1 diatas dapat dilihat
mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi bahwa pH sebelum dan sesudah perlakuan
berjumlah 42 mahasiswa dibagi menjadi dua pertama minum minuman teh bersoda
kelompok yaitu : kelompok minum-minuman mengalami penurunan dari pH sebelum
teh bersoda dan kelompok minum-minuman perlakuan sebesar 6,8 turun menjadi 5,9
teh tidak bersoda. Setelah itu masing-masing sehingga terjadi penurunan sebesar 0,9. Hal
kelompok diambil nilai pH Saliva sebelum ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara
dan sesudah, sehingga diperoleh nilai pH pH sebelum dan setelah minum minuman teh
Saliva sebelum dan sesudah perlakuan. bersoda.
Setelah dilakukan penelitian, diperoleh hasil Demikian pula pada perlakuan kedua
penelitian dengan data sebagai berikut : minum minuman teh tidak bersoda dapat
dilihat pada gambar bahwa terjadi penurunan
Tabel 1. Distribusi Frekuensi perbedaan nilai pH nilai pH sebesar 0,4 antara sebelum dan
Saliva sebelum dan setelah minum minuman teh
bersoda dan teh tidak bersoda pada mahasiswa
sesudah perlakuan dari pH 6,6 turun menjadi
Jurusan Keperawatan Gigi 6,2. Hal ini menunjukkan bahwa ada
Nilai rata-rata Nilai rata-
perbedaan antara pH sebelum dan setelah
Kelompok sebelum rata setelah Selisih minum minuman teh tidak bersoda.
minum minum Hasil uji Wilcoxon untuk pH Saliva
sebelum dan setelah minum minuman teh
Teh bersoda 6,8 5,9 0,9
bersoda didapatkan p-value sebesar 0,000,
Teh tidak karena p-value < (0,05), artinya bahwa
6,6 6,2 0,4
bersoda terdapat perbedaan perubahan pH Saliva
sebelum dan setelah minum minuman teh
Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa bersoda. Sementara uji paired t-test untuk pH
nilai pH rata-rata pH Saliva sebelum minum Saliva sebelum dan setelah minum minuman
minuman teh bersoda sebesar 6,8 tetapi teh tidak bersoda didapatkan p-value sebesar
setelah minum minuman teh bersoda nilai rata 0,07, karena p-value > (0,05), hal ini berarti
pH saliva turun menjadi 5,9 sehingga tidak terdapat perbedaan perubahan pH Saliva
diperoleh selisih sebesar 0,9. Sedangkan sebelum dan setelah minum minuman teh
untuk nilai rata-rata pH Saliva sebelum tidak bersoda. Hasil uji Mann-whitney
minum minuman teh tidak bersoda sebesar 6,6 diperoleh hasil p-value = 0,029, karena p-
tetapi setelah minum minuman teh tidak value < (0,05) maka Ho ditolak dan Ha
bersoda rata-rata pH Saliva turun menjadi 6,2 diterima yang berarti ada perbedaan
sehingga diperoleh selisih 0,4. perubahan pH Saliva antara minum-minuman
teh bersoda dan minum-minuman teh tidak
bersoda.
Berdasarkan hasil penelitian pada 42
mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Semarang menunjukkan bahwa pH Saliva
setelah minum minuman teh bersoda
mengalami penurunan perubahan pH Saliva
lebih banyak. Hal ini dapat dilihat dari rata-
rata pH Saliva sebelum minum minuman teh
bersoda sebesar 6,8 kemudian setelah minum
minuman teh bersoda rata-rata memiliki pH
Gambar 1. Distribusi Frekuensi perbedaan nilai pH Saliva turun menjadi 5,9 sehingga terjadi
Saliva sebelum dan setelah minum minuman teh
bersoda dan teh tidak bersoda pada mahasiswa penurunan sebesar 0,9. Hal ini disebabkan
Jurusan Keperawatan Gigi. karena minuman teh bersoda mengandung

Irmanita Wiradona, Sadimin, Silvy Herlina Fitri 30


Jurnal Kesehatan Gigi Vol.04 N0.2, Desember 2017 ISSN 2407.0866

gula, CO2 (Karbondioksida), asam askorbat adalah secara kimiawi yaitu rangsangan
dan asam sitrat yang dapat berpengaruh seperti rasa asam dan manis (Julica, 2009).
terhadap pH saliva. Penurunan pH saliva ini dikarenakan
Minuman ringan terbagi menjadi 2, minuman ringan bersifat asam dan memiliki
yaitu minuman ringan berkarbonasi dan pH 3.0 atau lebih rendah yang dapat
minuman ringan non karbonasi. Minuman menyebabkan demineralisasi pada jaringan
ringan berkarbonasi adalah minuman yang keras gigi. pH saliva akan kembali pada
mengandung karbondioksida, adanya keadaan normal dalam waktu 30 detik setelah
penginjeksian gas CO2 (karbondioksida) terpapar oleh minuman ringan. Konsumsi
seperti minuman rasa cola, rasa stroberi, rasa minuman ringan pada remaja (usia 8-17
lemon dan teh dengan soda. Penambahan CO2 tahun) dapat menyebabkan risiko yang tinggi
berguna untuk memperbaiki flavour terhadap terjadinya karies dan erosi gigi
minuman. Menghasilkan rasa asam yang enak karena enamel gigi pada anak remaja belum
dan terasa segar yang khas di kerongkongan. terlalu matang dan struktur enamelnya
Rata-rata jenis minuman ringan berkarbonasi cenderung poreus, konsistensinya seperti
memiliki pH di bawah 5,5 sehingga dapat kapur dan mudah dipenetrasi dan dilarutkan
meningkatkan risiko terjadinya karies gigi oleh asam yang terkandung dalam minuman
karena akan menahan pH saliva dengan ringan. Minuman ringan dapat mengakibatkan
kondisi kritis dan menyebabkan proses erosi gigi pada waktu kritis yaitu pada menit
demineralisasi pada gigi. Minuman ringan pertama setelah terpaparnya rongga mulut
tidak berkarbonasi yaitu minuman ringan dengan minuman ringan. Proses erosi yang
yang tidak mengandung karbonasi seperti terjadi pada gigi diakibatkan oleh pH
minuman isotonik, berbagai jenis minuman minuman ringan yang asam. Kondisi yang
susu, teh dan minuman ion (Fitriati N., dkk, tidak menguntungkan ini, akan dikompensasi
2017). oleh protein saliva yang akan mengurangi
pH Saliva setelah minum minuman teh kesempatan terjadinya erosi gigi (Aritonang
tidak bersoda juga mengalami penurunan I., 2014).
perubahan pH Saliva, namun tidak sebanyak
penurunan pada teh bersoda. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata pH Saliva sebelum KESIMPULAN
minum minuman teh tidak bersoda sebesar 6,6
kemudian setelah minum-minuman teh tidak Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bersoda rata-rata memiliki pH sebesar 6,2 bahwa minum minuman teh bersoda dapat
sehingga terjadi penurunan sebesar 0,4. Hal menurunkan pH saliva lebih besar
ini disebabkan karena minuman teh tidak dibandingkan dengan minum minuman teh
bersoda mengandung gula. tidak bersoda sehingga terdapat perbedaan pH
Selisih rata-rata pH Saliva sebelum dan saliva antara minum minuman teh bersoda
setelah minum minuman teh bersoda adalah dengan teh tidak bersoda (p= 0,029).
0,9 sedangkan untuk selisih rata-rata pH
Saliva sebelum dan setelah minum minuman SARAN
teh tidak bersoda adalah 0,4. Selisih minum Untuk memilih minum minuman
teh bersoda lebih besar daripada selisih ringan lebih baik memilih minuman teh yang
minum teh tidak bersoda karena pada teh tidak bersoda apalagi setelah makan besar
bersoda mengandung gula, CO2 karena tingkat menurunkan pH Saliva teh
(Karbondioksida), asam sitrat dan asam tidak bersoda lebih rendah daripada teh yang
askorbat yang dapat mempengaruhi pH bersoda. Meskipun demikian dianjurkan
Saliva. Rasa asam pada teh bersoda dapat untuk mengurangi minum minuman teh
mempengaruhi pH Saliva karena pH Saliva bersoda dan teh tidak bersoda, karena
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kandungan gula dan asam yang terdapat

31 Mengkonsumsi Minuman Teh Bersoda Dan Teh Tidak Bersoda


Jurnal Kesehatan Gigi Vol.04 N0.2, Desember 2017 ISSN 2407.0866

dalam kedua minuman tersebut cukup tinggi Maryati. 2008. Derajat Keasaman (pH)
dapat menurunkan pH Saliva ke arah asam Saliva pada Rongga Mulut Berkaries
yang nantinya dapat memicu kerusakan gigi dan Tidak Berkaries.
terutama mengikis email gigi. www.Google.com. 16 November
2017.

DAFTAR PUSTAKA Mieke. 2008. Pengertian dan Fungsi Saliva.


www.Google.com, 15 November
Alamsyah, R. M. 2010. Efek Perbedaan Cara 2017.
Meminum Softdrink (Minuman
Ringan) Terhadap Penurunan pH Fitriati N., Trisnawati E., dan Hernawan. A.D.
Saliva Pada Siswa SMP Raksana 2017. Perilaku Konsumsi Minuman
Medan. www.Google.com, 16 Ringan (Softdrink) Dan Ph Saliva
November 2017. Dengan Kejadian Karies Gigi, Unnes
Journal of Public Health 6 (2).
Andam. 2008. Survey Tren dan Perilaku
Remaja. Rossi, A., 2010. 1001 Teh-Dari Asal Usul,
http://www.google.com/survey tren Tradisi, Khasiat Hingga Racikan Teh,
dan perilaku.htm. 16 November 2017. C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta, Hal
9-72.
Anneahira. 2007. Produk Minuman Teh yang
Melegenda 2007. Wieke dan Susy. A. 2008. Perubahan
www.anneahira.com, 16 November Karakteristik Saliva Setelah
2017. Konsumsi Minuman Bersoda pada
Murid SMPN 7 Bandung. Jurnal
Aritonang I. 2014. Hubungan Frekuensi PDGI. Edisi Khusus Kongres PDGI
Minum Soft Drink Terhadap pH Saliva XXVIII.
dan Angka Dmf-T pada Siswa/I Kelas
Xi Ipa Man 2 Model Jalan Williem World Wide Food (2014) The State of Food
Iskandar No. 7a Kec. Medan Insecurity in the World. Food And
Tembung. Jurnal Ilmiah PANNMED. Agriculture Organization Of The
Vol. 9 No. 2. United Nations.

Coombes Jeff. 2005. Sport Drinks and Dental. Zero., D,T. 2004, Sugars: The arch Criminals.
Am J Dent. 18. 101-105. Caries Res. 37 : 277-283.
Godam. 2008. Soda Pada Minuman Ringan
Mengikis Enamel Gigi Kita.
www.Google.com, 17 November
2016.

Julica, M.P. 2009. Saliva. www.mawar-putri-


julica.blogspot.com. 30 Oktober 2017.

Machfoedz, I., Zein, A.Y. 2005. Menjaga


Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak
dan Ibu Hamil. Fitramaya:
Yogyakarta.

Irmanita Wiradona, Sadimin, Silvy Herlina Fitri 32

Anda mungkin juga menyukai