Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Teori Dasar Desalinasi


Desalinasi pada prinsipnya merupakan cara untuk mendapatkan air bersih
melalui proses penyulingan air kotor. Secara umum terdapat berbagai cara yang
sering digunakan untuk mendapatkan air bersih yaitu : perebusan, penyaringan,
desalinasi dan lain-lainnya. Cara perebusan dilakukan hanya untuk mematikan
kuman dan bakteri-bakteri yang merugikan, namun kotoran yang berupa padatan-
padatan kecil tidak bisa terpisah dengan air. Penyaringan digunakan hanya untuk
menyaring kotoran-kotoran yang berupa padatan kecil, namun kuman dan bakteri
yang merugikan tidak bisa terpisah dari air. Cara desalinasi merupakan cara yang
efektif digunakan untuk menghasilkan air bersih yang bebas dari kuman, bakteri,
dan kotoran yang berupa padatan kecil, Proses desalinasi secara umum biasanya
yang diambil hanyalah air kondensatnya, sedangkan konsentrat garam dibuang
dan ini dapat berakibat buruk bagi kehidupan air laut (Ketut dkk, 2011).
Prinsip kerja desalinasi secara umum sebenarnya sangat sederhana. Air
laut dipanaskan hingga menguap, dan kemudian uap yang dihasilkan
dikondensasikan kembali dan ditampung di sebuah wadah. Air kondensat tersebut
adalah air bersih. Sedangkan air laut yang tidak mendidih selama pemanasan
adalah konsentrat garam. Proses desalinasi yang akan penulis bahas pada
penelitian ini adalah desalinasi sistem vakum dengan modifikasi suplai panas
menggunakan elemen pemanas berdaya rendah. Konsep dari sistem ini adalah
memanfaatkan ruang vakum yang dibentuk secara alami untuk dapat
mengevaporasikan sejumlah air laut pada tekanan rendah sehingga dapat
berevaporasi dengan suplai energi panas yang lebih sedikit dibanding dengan
teknik konvensional. Suplai energi panas yang sedikit dapat diambil dari kolektor
surya plat datar dan / atau panas yang dibuang. Namun pada penelitian ini
digunakan elemen pemanas daya rendah agar suplai panas dalam evaporator
konstan. Keunikan dari sistem ini adalah cara gaya gravitasi dan tekanan atmosfer
digunakan dalam pembentukan kondisi vakum. Pembentukan sistem vakum
bertujuan untuk menurunkan tekanan ruang evaporator agar pemanasan dapat

6
berlangsung dengan suplai panas yang rendah. Tekanan atmosfer akan sama
dengan tekanan hidrostatis yang dibentuk dengan pipa air yang tingginya sekitar
10 meter. Jadi, jika ketinggian pipa lebih dari 10 meter dan ditutup dari bagian
atas dengan air, dan air dibiarkan jatuh kebawah akibat gravitasi, air akan jatuh
pada ketinggian sekitar 10 meter, dan membentuk ruang vakum diatasnya.
Komponen-komponen yang terdapat pada desalinasi sistem vakum natural
adalah evaporator, kondensor, dan alat penukar kalor berupa Tube-in-Tube.
Evaporator berfungsi sebagai ruang pemanasan air laut dengan suplai panas
berasal dari pemanas listrik berdaya rendah untuk menjaga kestabilan suplai
panas. Kondensor berfungsi untuk mengumpulkan uap yang dihasilkan oleh
pemanasan air laut di evaporator untuk dikondensasikan kembali sehingga air
kondensat dapat ditampung dan didapat air bersih sebagai produk sistem.
Sedangkan tube in tube heat exchanger berfungsi sebagai heat recovery (pemulih
panas), dimana air laut yang tidak mendidih akibat pemanasan di ruang
evaporator akan jatuh melalui pipa luar dari tube in tube untuk memanaskan pipa
dalam yang sedang dialiri air laut dari tangki pengumpan. Alasan penggunaan
system desalinasi vakum natural dalam penelitian ini adalah karena penggunaan
daya listriknya yang rendah, cocok untuk pemakaian skala besar terutama di
pesisir pantai, dan keunikan dari sistemnya yang tidak membutuhkan pompa
vakum untuk menyuplai air laut ke evaporator yang tingginya 10 m. Gambar 2.1
menunjukkan desalinasi sistem vakum. Adapun kelebihan dan kelemahan dari
system desalinasi vakum natural adalah sebagai berikut :
Kelebihan menggunakan Desalinasi Vakum Natural :
1. Tidak membutuhkan pompa vakum untuk menyuplai air laut.
2. Biaya konstruksi yang terjangkau.
3. Pemanasan menggunakan suplai panas rendah karena system dalam
kondisi vakum.
Kelemahan menggunakan Desalinasi Vakum natural :
1. Konstruksi cukup sulit karena proses instalasi berhubungan dengan
ketinggian.
2. Hanya cocok untuk pengguanaan skala besar (untuk luas alas
evaporator yang besar).

7
3. Pemilihan bahan konstruksi sangat mempengaruhi lifetime system.

Condenser

Evaporator

Heater

10,34 m

Saline
Water
Brine Condensate

Saline Water Tank

Gambar 2.1. Desalinasi Sistem Vakum Natural.

2.2. Klasifikasi Sistem Desalinasi


2.2.1 Solar Still
Solar still terdiri dari bak yang dicat hitam yang diisi oleh air laut hingga
pada kedalaman tertentu dan ditutup oleh kaca yang dimiringkan sebagai tempat
masuknya radiasi surya sekaligus peristiwa kondensasi. Radiasi surya memasuki
bak melalui kaca untuk memanaskan sisi bak yang dicat hitam yang
mengakibatkan pemanasan air laut hingga terjadi evaporasi, karena perbedaan
tekanan parsial dan perbedaan temperatur, uap air terkondensasi sepanjang kaca
penutup yang dimiringkan dan ditampung oleh penampung yang berada tepat
dibawah kemiringan kaca (Qiblawey dkk, 2008). Gambar 2.2 menunjukkan
sistem solar still sederhana.
Kelebihan menggunakan Solar Still :
1. Konstruksi yang sederhana.
2. Kondensasi tidak memerlukan kondensor, proses kondensasi terjadi pada
kaca.
3. \Mudah dalam perawatannya.
Kelemahan menggunakan Solar Still :
1. Laju produksi air bersih per hari rendah.

8
2. Sebagian uap air yang terkondensasi pada kaca dapat langsung jatuh
kembali dan bercampur dengan air laut yang belum berevaporasi.
3. Proses evaporasi lambat karena air laut dipanaskan pada tekanan atmosfer.

SUN

Glass
Solar Radiation

Sea
Water
Tank

Basin

Fresh Water Tank Brine Tank

Gambar 2.2. Solar Still Sederhana.


2.2.2 Solar Desalinasi Humidifikasi-Dehumidifikasi
Ide utama dibalik proses solar humidification-dehumidification adalah uap
saturasi dapat membawa udara dengan kapasitas yang semakin banyak dengan
meningkatnya temperatur. Air laut akan melalui pemanasan awal sebelum
disemprotkan ke dalam evaporator. Pemanasan terjadi pada dua fluida, yakni air
laut dan angin. Pemanasan pada angin bertujuan untuk disirkulasikan ke dalam
ruang evaporator - kondensor. Sesuai dengan ide utama sistem ini, udara panas
membawa uap dari pemanasan air laut ke ruang kondensor yang berada tepat di
sebelah ruang evaporator untuk dikondensasikan. Air laut yang tidak berevaporasi
akan langsung jatuh ke tempat penampungan konsentrat garam (Parekh dkk,
2004). Gambar 2.4 menunjukkan sistem desalinasi surya humidifikasi –
dehumidifikasi.
Kelebihan sistem desalinasi humidifikasi-dehumidifikasi :
1. Efektif dalam memproduksi air bersih.
2. Sangat cocok dioperasikan untuk kapasitas rendah.
3. Konsentrat garam yang masih mengandung air dapat diproses ulang.
Kelemahan sistem desalinasi humidifikasi – dehumidifikasi :
1. Konstruksi yang kompleks.

9
2. Air laut yang tidak berevaporasi dibiarkan jatuh bebas ke tempat
penampungan dapat menimbulkan percikan air sehingga
memungkinkan terkontaminasi konsentrat garam ke air bersih jika
isolasi tidak baik.
3. Meskipun menggunakan energi surya sebagai sumber pemanas, sistem
masih menggunakan energi listrik untuk mensirkulasikan udara dan air
laut.

Solar Water Heater

Hot Sea Water Preheated Sea Water

Hot Air

Evaporator Condenser

Saline
Water
Tank
Solar Air
Heater
Sea Water In

Air in
Hot Air Inlet Dehumidified Air Outlet
Blower
Brine Out

Distillate Tank
Brine Storage Tank Brine Recycle
Pump

Gambar 2.3. Sistem Desalinasi Surya Humidifikasi – Dehumidifikasi.

2.2.3 Solar Chimney


Solar Chimney mengkonversikan energi termal surya ke energi kinetik
yang akan dikonversikan menjadi energi listrik dengan menggunakan turbo-
generator. Komponen-komponen utama dalam solar chimney adalah diameter
kolektor surya yang besar, turbin, generator dan cerobong (chimney) yang tinggi.
Penggunaan kolektor terutama kaca atau lembaran plastik yang berperan sebagai
rumah kaca akan menjebak panas dan menyebabkan pemanasan pada ruang
dibawah kolektor sehingga terjadi perbedaan temperatur antara udara lingkungan
dan udara di dalam sistem yang menyebabkan udara panas mengalir melalui

10
cerobong. Energi kinetik dari udara yang mengalir menyebabkan turbin yang
dipasang dibawah cerobong berotasi dan menghasilkan daya (Sangi, 2012).
Kelebihan sistem desalinasi solar chimney :
1. Laju produksi air bersih yang tinggi.
2. Dapat menghasilkan daya selain air bersih.
3. Biaya produksi air bersih yang lebih rendah.
Kelemahan sistem desalinasi solar chimney :
1. Konstruksi sistem kompleks.
2. Biaya turbin dan kolektor surya yang mahal karena dibutuhkan
kolektor yang sangat besar.
3. Perawatan sistem sangat sulit dan mahal.

SUN

Chimney
Condensate

Condenser
Pump

Condensate Tank

Humid Hot Air


Solar Radiation Solar Radiation

Wind Turbine

Transparent Plastic or
Glass Cover
Sea Water Sea Water
Air In Air In

Gambar 2.4. Instalasi Sistem Desalinasi Solar Chimney pada Air Laut.

2.2.4 Solar Multi Stage Flash Desalination


Dalam sistem desalinasi Multi-Stage Flash, air laut pengumpan
dipanaskan diatas temperatur saturasi dalam pemanas konsentrat garam dan
mengalami perubahan fasa secara cepat dalam bak tekanan rendah yang
dipertahankan dengan menggunakan pompa vakum. Konsentrat garam yang
dibuang keluar dari tingkat sebelumnya diperbolehkan untuk berubah fasa pada
tingkat berikutnya dan uap dibentuk di setiap tingkat dikondensasikan dengan

11
menggunakan kondensor dimana air laut masuk telah dipanaskan terlebih dahulu
(Manjarrez dkk, 1979).
Kelebihan solar multi stage flash desalination :
1. Laju produksi air bersih yang sangat tinggi.
2. Pemanasan yang cepat sehingga tidak memakan banyak energi panas
dari kolektor surya.
3. Adanya tangki penyimpan kalor yang dapat menyuplai energi panas
selama 24 jam.
Kelemahan solar multi stage flash desalination :
1. Konstruksi sistem yang kompleks.
2. Tangki penyimpan kalor (Thermal Energy Storage) dan pompa vakum
mahal.
3. Perawatan sulit dan mahal.
Heat Transfer Field

Vacum Pump

Thermal
Energy Preheated
Storage Feed
Water
Boiler

Thermic Fluid
Condenser

Brine

Destilate Pump
Tank

Saline Water
Saline Water Tank
Solar Field

Gambar 2.5. Sistem Desalinasi Solar Multi Stage Flash.

2.2.5 Solar Multi Effect Distillation


Unit Multi-Effect Distillation (MED) terdiri dari bak-bak dimana secara
umum disebut efek yang dipertahankan pada tekanan rendah dengan pompa
vakum. Panas yang dibutuhkan untuk mengevaporasi air laut pada efek pertama
disuplai dari kumpulan kolektor surya atau dengan pembakaran bahan bakar fosil
dan uap yang dibentuk digunakan untuk memanaskan air laut pengumpan pada
efek selanjutnya. Sehingga, panas laten yang diproduksi uap air pada efek

12
sebelumnya dapat digunakan seluruhnya di efek selanjutnya pada MED (Mezher
dkk, 2011).
Kelebihan solar multi effect distillation :
1. Proses pemanasan dilakukan secara bertingkat, sehingga tidak ada
konsentrat garam yang terkandung dalam air bersih.
2. Sistem dapat diperbanyak dengan menambah efek.
3. Laju produksi air bersih tinggi.
Kelemahan solar multi effect distillation :
1. Proses pemvakuman menggunakan pompa vakum dimana pada
pasaran pompa vakum sangat mahal.
2. Masih menggunakan energi listrik pada sistem.
3. Konstruksi sistem mahal dan kompleks.

Preheated Feed Water


To Vacuum To Vacuum To Vacuum

Hot Thermic Fluid

Condenser

Pump

Destillate
Brine

Destillste Tank

Solar Cell Saline Water Tank

Gambar 2.6. Solar Multi Effect Distillation.

2.2.6 Desalinasi Kompresi Uap


Dalam Desalinasi Kompresi Uap, air laut pengumpan dipanaskan oleh
sumber panas eksternal dan berubah fasa menjadi uap, sehingga uap yang
diproduksi akan dikompres menggunakan Mechanical Vapor Compressor (MVC)
atau Thermo Vapor Compressor (TVC) untuk meningkatkan tekanan kondensasi
dan temperatur uap dan uap terkompresi digunakan untuk memanaskan air
pengumpan pada tingkat yang sama maupun tingkat yang lain (Helal dkk, 2006).
Kelebihan sistem desalinasi kompresi uap :

13
1. Pemanasan menggunakan pemanas air listrik sehingga perawatannya
lebih mudah.
2. Konstruksi sistem yang sederhana.
3. Air bersih tidak akan terkontaminasi dengan air laut di kondensor.
Kelemahan sistem desalinasi kompresi uap :
1. Komponen sistem yakni pompa dan kompresor mahal.
2. Masih menggunakan enegi listrik yang tidak sedikit.
3. Tidak cocok dalam memproduksi air bersih untuk skala kecil.

Heated Vapor

Vapor
Hot Saline Water

Electic Heater External power


Source

Compressor

Condenser

Brine Out

Pump

Destillate Tank Saline Water Tank Brine Tank

Gambar 2.7. Sistem Desalinasi Kompresi Uap Mekanik.

2.2.7 Freeze Desalination


Desalinasi beku adalah teknik di mana air laut dibiarkan untuk
didinginkan di bawah titik beku, sehingga kristal es dari air bersih yang terbentuk
di permukaan. Ketiga jenis desalinasi beku adalah desalinasi beku kontak lansung,
desalinasi beku kontak tidak langsung dan desalinasi beku operasi vakum (Rane
dkk, 2011). Dalam proses desalinasi beku kontak langsung cairan refrigeran
(biasanya n-butana) dicampur langsung dengan air laut pengumpan dalam
pembeku sehingga panas dari air laut akan diserap oleh refrigeran menghasilkan
pembentukan kristal es yang kemudian dipisahkan dan dimurnikan untuk
mendapatkan air bersih dalam bentuk kristal es. Proses desalinasi beku seperti ini
membutuhkan rasio tekanan rendah, untuk mencapai rasio tekanan ini dengan

14
kompresor konvensional tidak ekonomis, sehingga dewasa ini mengarah pada
pengembangan refrigeran kompresor hidrolik. Kompresor pendingin hidrolik
tidak menggunakan minyak pelumas karena dapat mengkontaminasi kristal es.
Ukuran dari alat pencairan dan pembersihan dapat diperkecil dengan memperkecil
jumlah dalam air sehingga biaya dan ukuran sistem dapat diperkecil dan dapat
digunakan untuk tujuan irigasi di daerah yang mengalami kelangkaan air bersih
(Rice dkk, 1997). Dalam desalinasi beku kontak tak langsung, pendingin dan air
laut yang tidak dicampur satu sama lain, mereka dipisahkan dalam bentuk kristal
oleh permukaan perpindahan panas dan es yang terbentuk dalam sistem ini
kemudian dikerok dari permukaan perpindahan panas (Rane dkk, 2011). Dalam
sistem desalinasi beku vakum, air laut umpan didinginkan di bawah three point
dengan mengurangi tekanan untuk menghasilkan masing-masing es dan uap. Es
yang terbentuk dikumpulkan dan uap yang dihasilkan dikompresi dan kondensasi
di ruang beku. Metode ini membutuhkan kompresor ukuran besar karena volume
spesifik uap air yang tinggi dan dikenal dengan vacuum vapors compression
freeze desalination.
Kelebihan Freeze Desalination :
1. Efisiensi sistem desalinasi sangat tinggi.
2. Konstruksi mudah.
3. Laju Produksi air bersih tinggi.
Kelemahan Freeze Desalination :
1. Sistem masih menggunakan energi listrik.
2. Perawatan sistem sulit.
3. Membutuhkan kompresor yang besar sehingga biaya konstruksi sistem
mahal.

15
Sea Water Tank Saline Water

A B
Throttling Valve

Evaporator or Evaporator
Condenser Reversing Unit or Condenser

Solar PV or Thermal
Powered Compressor Unit

Fresh Water

Brine

Washing Water Line

Solenoid Controlled Valve

Waste Brine Fresh


Water Water

Gambar 2.8. Desalinasi Beku menggunakan Auto Reversed Vapor Compression


Heat Pump.

2.2.8 Desalinasi Adsorpsi


Sistem utama desalinasi adsorpsi terdiri dari evaporator, dudukan adsorpsi
(silica atau zirconia) dan kondensor. Dudukan adsorpsi disuplai dengan air panas
atau pendingin sesuai kebutuhan. Air laut yang menguap di evaporator diserap
oleh dudukan dengan dipertahankan pada suhu rendah oleh sirkulasi air
pendingin. Uap air terperangkap di dudukan dipulihkan oleh sirkulasi air panas,
uap air terjebak di dalam dudukan dipulihkan oleh sirkulasi air panas, uap air
yang telah dipulihkan dikondensasikan dalam kondensor dan hasil kondensasi
berkualitas tinggi karena distilasi ganda. Untuk sistem dua dudukan, adsorpsi
berlangsung di satu dudukan dan Desorpsi berlangsung di dudukan lain secara
bersamaan (Wu dkk, 2010).

16
Kelebihan sistem desalinasi adsorpsi :
1. Laju produksi air bersih yang tinggi.
2. Air bersih yang dihasilkan berkualitas tinggi karena melalui distilasi
ganda.
3. Air bersih tidak mungkin terkontaminasi oleh konsentrat garam.
Kelemahan sistem desalinasi adsorpsi :
1. Konstruksi yang kompleks dan mahal karena memerlukan distilasi
ganda.
2. Perawatan sistem sulit.
3. Masih menggunakan energi listrik (pompa) untuk mensirkulasikan air
dingin dan air panas.

Chilled Water Condenser Warm Water

Desalinated Water

V4 V3

Cold water In Hot water In

BED 1 BED 2
Adsorption Desorption Destillate
Process Process Tank

Warm Water Out Warm Water Out

V1 V2

Saline Ambient
Water Chilled Water
Temperatur
Evaporator
Water

Pump
Brine Tank

Gambar 2.9. Sistem Desalinasi Adsorpsi.

2.2.9 Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya


Dalam desalinasi RO (Reverse Osmosis) tenaga surya, energi mekanik
yang dihasilkan oleh aliran fluida organik secara langsung digunakan untuk
menjalankan unit RO dan pompa tekanan tinggi. Unit desalinasi RO surya thermal
adalah teknologi yang lebih menjanjikan, setiap perkembangan teknologi RO

17
akan berguna untuk mengembangkan teknologi RO berdasarkan sistem panas
matahari. Menggabungkan unit RO dengan siklus Rankine tenaga surya dapat
memotong emisi CO2 dan mengakibatkan penghematan lingkungan dengan selisih
sedikit tambahan biaya modal (Salcedo dkk, 2012).
Kelebihan Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya Termal :
1. Adanya tangki penyimpan kalor yang dapat menyimpan energi termal
selama 24 jam.
2. Proses pemanasan sangat cepat karena dibantu oleh boiler.
3. Adanya kolektor surya dalam jumlah banyak dapat menyuplai baik
energi termal mauun energi listrik yang dibutuhkan sistem.
Kelemahan Desalinasi Osmosis Terbalik Tenaga Surya Termal :
1. Sistem membutuhkan daya listrik yang besar karena adanya boiler dan
dua pompa bertekanan tinggi.
2. Perawatan sistem yang sulit.
3. Konstruksi kompleks dan mahal.

Heat Transfer Fluid


RO Module
High Pressure
Thermal
Organic Fluid Pump
Energy Boiler Turbine
Storage

Solar Organic
Rankine Cycle
Thermic Fluid
Condenser
Fresh
Brine Water
Saline Water

Brine Tank Fresh


Solar Field Saline Water Tank Water
Tank

Gambar 2.10. Unit Desalinasi Reverse Osmosis Bertenaga Siklus Rankine


Organik Surya.

2.2.10 Elektrodialisis Tenaga Surya (ED)


Elektrodialisis (ED) adalah proses penghilangan garam dari air laut dan
unit ED terdiri dari sejumlah besar ruangan diisi dengan air laut dan dipisahkan

18
oleh membran pertukaran kation dan anion. Ketika polaritas DC diterapkan
melalui katoda dan anoda, ion negatif melewati membran pertukaran anion dan
ion positif melewati membran pertukaran kation dan ion-ion ini akan terakumulasi
dalam ruangan khusus dan dibuang sebagai konsentrat garam. Pembalikan
polaritas biasanya diikuti setiap 20 menit untuk mencegah pengendapan garam di
membran (Charcosset dkk, 2009).
Kelebihan Elektrodialisis :
1. Tidak adanya penggunaan kalor untuk pemanasan air laut, kolektor
surya disini digunakan untuk membangkitkan arus listrik DC.
2. Tidak ada kemungkinan kontaminasi konsentrat garam ke air bersih
karena melalui banyak membran.
3. Laju produksi air bersih tinggi.
Kelemahan Elektrodialisis :
1. Membran sangat mahal.
2. Membutuhkan energi listrik yang besar untuk disuplai pada pompa dan
unti elektrodialisis.
3. Perawatan sistem sulit dan mahal.

Saline Water

Cathode Anode

CEM AEM CEM AEM

CEM - Cation Exchange Membrane

AEM - Anion Exchange Membrane Pump

Saline Water Tank


Brine Tank Fresh Water Tank

Gambar 2.11. Prinsip Kerja Unit Elektrodialisis.

19
2.2.11 Distilasi Membran Tenaga Surya (MD)
Distilasi membran adalah proses pemisahan yang mana hanya uap yang
diperbolehkan untuk melewati poros membran hidrofobik. Pemisahan ini dapat
terjadi karena perbedaan tekanan uap antara permukaan membran. Ada empat
jenis proses distilasi membran yaitu membran distilasi celah udara, sweeping gas
distillation, membran distilasi kontak langsung dan membran distilasi vakum. Di
semua proses ini larutan panas umpan berkontak langsung dengan permukaan
membran (Qtaishat dkk, 2012). Penjelasan tentang keempat jenis proses distilasi
membran dapat dilihat pada diagram berikut.

Destilasi Membran Kontak Langsung Destilasi Membran Celah Udara


 larutan umpan panas dan permeat  Kehadiran celah udara antara membran dan
dingin akan berada dalam kontak permukaan kondensat
langsung dengan membrane  kondensasi uap terjadi di dalam sel membran
 kondensasi uap terjadi dalam modul setelah melintasi celah
membran  Pengurangan panas hilang secara konduksi
 panas hilang secara konduksi  adanya udara meningkatkan resistensi
perpindahan massa

Proses Destilasi Membran

Destilasi Membran gas Menyapu Destilasi Membran Vakum


 gas menyapu digunakan untuk  vakum dibuat dalam sisi membran
menyapu uap di sisi membran permeat permeat
 kondensasi terjadi di luar modul  kondensasi terjadi di luar modul
membrane
membran
 Pengurangan panas hilang secara
 kehilangan panas oleh konduksi
konduksi
 perpindahan massa ditingkatkan
diabaikan

Gambar 2.12. Tipe Proses Distilasi Membran.

20
Hot Saline Water

Solar Collector Field

Condensate

Membrane

Brine
Distillate

Pump

Saline Water Tank

Gambar 2.13. Unit distilasi membran bertenaga surya.

2.2.12 Forward Osmosis (FO)


Forward Osmosis adalah sebuah proses di mana molekul air dari air laut
bergerak melalui membran semi permeabel terhadap larutan seimbang yang mana
umumnya pada konsentrasi yang lebih tinggi daripada larutan umpan. Utamanya
FO menggunakan gradien tekanan osmotik dan bukan gradien tekanan hidrolik
(Cath dkk, 2006).
Kelebihan Forward Osmosis :
1. Konstruksi sederhana.
2. Perawatan mudah yaitu cukup dengan mengganti membran semi
permeabel.
3. Laju produksi air bersih yang tinggi.
Kelemahan Forward Osmosis :
1. Membran semi permeabel yang mahal.
2. Kontaminasi konsentrat garam ke air bersih bergantung pada
efektivitas membran semi permeabel.
3. Usia membran semi permeabel singkat.

21
Sea Water

Semi Permeable
Sea Water Tank Membrane

Solar Radiation

Fresh Water

Draw Solution Fresh Water Tank


Brine Tank

Gambar 2.14. Unit Forward Osmosis.

2.2.13 Forward Osmosis (FO)


Dalam sistem desalinasi, uap air bersih dapat diproduksi dari air laut pada tekanan
operasi yang rendah jika vakum telah disediakan oleh pompa vakum, akan tetapi
hal ini akan mengkonsumsi lebih banyak daya. Konsumsi energi listrik dapat
dikurangi atau ditiadakan dengan memvakumkan ruangan secara alami, artinya
dengan menggunakan gaya gravitasi yang diikuti oleh jatuhnya air dibawah
gravitasi sehingga membentuk vakum pada ketinggian 10,34 meter.

Condenser

Evaporator
Solar Heating
System

10 m

Saline
Water
Brine Condensate

Saline Water Tank

Gambar 2.15. Sistem Desalinasi Vakum Natural Tenaga Surya.

22
2.3 Pemodelan Matematik Sistem
Pada subbab ini akan dijelaskan pemodelan matematis dari setiap
komponen yang ada dalam sistem desalinasi sistem vakum. Pemodelan matematis
yang akan dibahas adalah pada evaporator, sumber panas (heat source), alat
penukar kalor tube in tube, dan kondensor. Pembahasan akan lebih sederhana
apabila telah ditetapkan dua asumsi, antara lain :
1. Kapasitas panas di evaporator dan kondensor diabaikan.
2. Temperatur pada masing-masing komponen adalah seragam atau tidak
ada variasi temperatur di evaporator dan kondensor.

2.3.1 Analisis pada Evaporator


Pada subbab 2.1 telah dijelaskan bahwa fungsi dari evaporator adalah
sebagai ruang pemanasan air laut hingga sejumlah air laut dapat menjadi air
bersih. Air laut akan masuk ke evaporator dari pipa pengumpan pada laju aliran
massa yang disimbolkan m i [kg/s]. Kemudian akan terjadi penguapan dengan laju

m e [kg/s] yang akan mengalir dalam bentuk uap dan masuk ke kondensor.
Sebagai sisanya akan terbentur air garam yang akan keluar dari evaporator dengan
laju m w [kg/s]. Pada saat terjadi penguapan diperlukan panas untuk menyuplai
panas laten penguapan. Panas ini akan diambil dari solar kolektor dan diantar oleh
fluida kerja yang laju alirannya disimbolkan dengan m sc . Diagram Aliran pada
evaporator ditampilkan pada gambar 2.15.

Gambar 2.16. Diagram Aliran Massa pada Evaporator.

23
Penerapan hukum kekekalan massa diberikan oleh persamaan berikut :
d
V s  iVi   wVw   eVe (2.1)
dt
Dimana V [m3] adalah volume air laut di evaporator, dan V [m3/s] laju aliran
volume pada masing-masing sisi masuk dan sisi keluar evaporator. Akibat adanya
penguapan, maka konsentrasi garam di dalam evaporator akan bertambah. Jika
konsentrasi dinyatakan dengan C [%], maka perubahan konsentrasi garam di
dalam tabung evaporator dapat dinyatakan dengan:
d
CV s  C i Vi  C s Vw (2.2)
dt
Dimana huruf s menyatakan sea water yang ada di evaporator.
Hukum kekekalan energi pada evaporator dapat didefenisikan sebagai
banyaknya panas yang masuk dikurangi dengan panas yang keluar akan
digunakan untuk menaikkan temperatur fluida di evaporator. Dalam bentuk
persamaan menjadi:
d
C pVT s  Qin  C pT i Vi  C pT s Vw  Qe  Qloss (2.3)
dt
Pada persamaan ini C p [J/kg.K] adalah panas jenis.

Laju penguapan (evaporasi) dari air laut di dalam evaporator (dinyatakan


dengan huruf "s") ke dalam air murni di kondensor (dinyatakan dengan huruf "f")
dapat dirumuskan dengan menggunakan persamaan berikut:

  P(Ts ) P(T f )  P 
Ve  Asurface m  f (Cs )  
Ts  2730,5 T f  2730,5 
(2.4)
 f 

Dimana Asurface adalah luas permukaan air yang ada di evaporator. Parameter  m

adalah koefisien empirik yang diperoleh dengan cara eksperimen, nilainya


107  m  106 [kg/m2.Pa.s.K0,5] (Bemporad, 1995). Beda tekanan evaporator
dan kondensor disimbolkan dengan P . Tekanan uap sebagai fungsi temperatur
dapat dirumuskan dengan persamaan:

P(T )  100  e63,042 7139,6 (T  273)  6,2558ln(T  273)  [Pa] (2.5)


Pada persamaan (2.4), f (C ) adalah faktor koreksi yang dihitung dengan
menggunakan persamaan:

24
f (C )  1  1C (2.6)
Dimana 1  0,0054 [tanpa dimensi] adalah koefisien empirik. Pada persamaan
(2.4), laju penguapan juga dipengaruhi oleh massa jenis fluida. Sementara massa
jenis juga dipengaruhi oleh konsentrasi dan temperatur fluida, yang dirumuskan
dengan
 (T , C )  0 1  T T0  C C0  (2.7)

Dimana T  5  104 /oC adalah koefisien ekspansi thermal volumetrik dan

C  8  103 /% adalah koefisien ekspansi larutan (Al-Kharabsheh dan Goswami,


2004).
Panas jenis air laut juga merupakan fungsi dari temperatur dan konsentrasi
dan dapat dirumuskan dengan persamaan (Mamayev, 1975):

C p (T , C )  4186  1,0049  0,0162C  3,5261  104 C 2  AT  BT 2  (2.8)

Konstanta A dan B dirumuskan dengan


A  (3,2506  1,4795C  0,07765C 2 )  104 dan,

B  (3,8013  1,2084C  0,0612C 2 )  106 (2.9)


Laju panas penguapan di evaporator pada persamaan (2.3), dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Qe   f h fg (Ts )Ve (2.10)

Dimana h fg (Ts ) adalah panas laten penguapan air laut, yang dapat dihitung

dengan persamaan (Incropera dan DeWitt, 1996):


h fg (T )  1000  3146  2.36(T  273)

2.4 Evaporative Cooling


Fenomena yang terjadi pada evaporator untuk mengevaporasikan sejumlah
fluida kerja bukan hanya bergantung pada pemanas air listrik, namun lebih
bergantung pada fenomena evaporative cooling.
Untuk lebih memahami mekanisme evaporative cooling, bayangkan
evaporasi air dari kolam renang ke udara. Asumsikan air dan udara bertemperatur
sama pada kondisi awal. Jika udara bersaturasi (humiditas relatif 100%), maka
tidak akan ada perpindahan panas atau massa selama kondisi isotermal terjadi.

25
Namun apabila udara tidak bersaturasi (humiditas relatif < 100%), maka akan ada
perbedaan diantara konsentrasi uap air pada lapisan antara uap air dan udara (yang
mana selalu tersaturasi) dan posisi di atas lapisan tersebut (lapisan batas
konsentrasi). Perbedaan konsentrasi adalah gaya penggerak untuk perpindahan
massa, dan oleh karena itu perbedaan konsentrasi ini akan menggerakkan air ke
udara. Akan tetapi air harus berevaporasi terlebih dahulu, dan untuk berevaporasi
air membutuhkan panas laten evaporasi. Pada kondisi awal, seluruh panas
penguapan berasal dari air di dekat lapisan uap air – udara karena tidak ada
perbedaan temperatur diantara air dan sekitarnya sehingga tidak mungkin ada
perpindahan panas. Temperatur air yang dekat dengan permukaan harus turun
sebagai akibat kehilangan panas sensibel, dimana juga menurunkan tekanan
saturasi sehingga terbentuk uap air pada lapisan air – udara.
Penurunan temperatur ini membentuk perbedaan temperatur pada bagian
atas air dan juga diantara air dan udara sekitarnya. Perbedaan temperatur ini akan
menyebabkan perpindahan panas ke permukaan air dari udara dan bagian lebih
dalam dari air, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.19. Jika laju evaporasi
tinggi dan kebutuhan panas penguapan lebih tinggi daripada jumlah panas yang
dapat disuplai dari bagian bawah air dan sekitarnya, kekurangan panas akan
disuplai oleh panas sensibel air pada permukaan, yang menyebabkan temperatur
air pada permukaan akan jatuh lebih jauh. Fenomena ini akan berlangsung secara
kontinu hingga panas laten penguapan sama dengan laju perpindahan panas ke air
pada permukaan. Saat kondisi tetap tercapai dan temperatur lapisan telah stabil,
keseimbangan energi pada lapisan tipis cairan pada permukaan dapat diberikan
dengan rumus sebagai berikut.

atau
(2.11)

26
Gambar 2.17. Mekanisme Evaporative Cooling (Yunus A. Cengel, 2002).

2.5 Computational Fluid Dynamics (CFD)


Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah suatu cabang dari mekanika
fluida yang menggunakan metode numerik untuk menyelesaikan dan menganalisa
elemen-elemen yang akan disimulasikan. Pada proses ini, komputer diminta untuk
menyelesaikan perhitungan-perhitungan numerik dengan cepat dan akurat. Prinsip
kerja pada CFD adalah model yang akan kita simulasikan berisi fluida akan dibagi
menjadi beberapa bagian atau elemen. Elemen-elemen yang terbagi tersebut
merupakan sebuah kontrol perhitungan yang akan dilakukan oleh software
selanjutnya elemen diberi batasan domain dan boundry condition. Prinsip ini lah
yang banyak digunakan pada proses perhitungan dengan menggunakan bantuan
komputasi.

2.5.1 Penggunaan CFD


CFD dalam aplikasinya dipergunakan diberbagai bidang antara lain :
1. Pada bidang teknik
a. Mendesain ruang atau lingkungan yang aman dan nyaman.
b. Mendesain aerodinamis kendaraan agar menghemat konsumsi bahan
bakar.
c. Mendesain performa pembakaran pada piston kendaraan.
2. Pada bidang olahraga
a. Menghitung kekuatan dan kecepatan pada tiap cara tendangan pada
sepakbola.
b. Menganalisa aerodinamis pada sepatu bola.
3. Pada bidang kedokteran.

27
a. Menganalisa peredaran udara pada pasien yang mengalami penyakit
sinusitis

2.5.2 Manfaat CFD


Terdapat tiga hal yang menjadi alasan kuat menggunakan CFD, yakni :
1. Insight-Pemahaman mendalam
Ketika melakukan desain pada sebuah sistem atau alat yang sulit untuk
dibuat prototype-nya atau sulit untuk dilakukan pengujian, analisis CFD
memungkinkan untuk menyelinap masuk secara virtual ke dalam alat/sistem yang
akan dirancang tersebut.
2. Foresight-Prediksi menyeluruh
CFD adalah alat untuk memperidiksi apa yang akan terjadi pada
alat/sistem, dan CFD dapat mengubah-ubah kondisi batas (variasi kondisi batas).
3. Efficiency-Efisiensi waktu dan biaya
Foresight yang diperoleh dari CFD sangat membantu untuk mendesain
lebih cepat dan hemat uang. Analisis/simulasi CFD akan memperpendek waktu
riset dan desain sehingga juga akan mempercepat produk untuk sampai pasaran.

2.5.3 Metode Diskritisasi CFD


Secara matematis CFD mengganti persamaan-persamaan diferensial
parsial dari kontinuitas, momentum dan energi dengan persamaan-persamaan
aljabar linear.CFD merupakan pendekatan dari persoalan yang asalnya kontinum
(memiliki jumlah sel tak terhingga) menjadi model yang diskrit (jumlah sel
terhingga).
Perhitungan/komputasi aljabar untuk memecahkan persamaan-persamaan
diferensial parsial ini ada beberapa metode (metode diskritisasi), diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Finite Volume Method (FVM)
Metode ini adalah pendekatan yang umum digunakan dalam CFD,
persamaan yang mengatur diselesaikan melalui volume kontrol diskrit. Metode
volume terbatas menyusun kembali persamaan diferensial parsial yang mengatur

28
(biasanya persamaan Navier-Stokes) dalam bentuk konservatif, dan kemudian
discretize persamaan baru.
2. Finite Element Method (FEM)
Digunakan dalam analisis struktural dari padatan, tetapi juga berlaku
untuk cairan. Namun, formulasi FEM membutuhkan perawatan khusus untuk
memastikan solusi konservatif. Perumusan FEM telah diadaptasi untuk digunakan
dengan dinamika fluida yang mengatur persamaan.Meskipun FEM harus hati-hati
dirumuskan untuk menjadi konservatif, jauh lebih stabil dibandingkan dengan
pendekatan volume terbatas.
3. Finite Difference Method (FDM)
Memiliki sejarah penting dan sederhana untuk program. Hal ini hanya
digunakan dalam beberapa kode khusus. Modern Kode beda hingga menggunakan
sebuah batas tertanam untuk menangani geometri yang kompleks, membuat kode-
kode yang sangat efisien dan akurat. Cara lain untuk menangani geometri
termasuk penggunaan tumpang tindih grid, dimana solusinya adalah interpolated
di jaringan masing-masing.
Metode diskritisasi yang dipilih umumnya menentukan kestabilan dari
program numerik/CFD yang dibuat atau program software yang ada. Oleh
karenanya, diperlukan kehati-hatian dalam cara mendiskritkan model khususnya
cara mengatasi bagian yang kosong atau diskontinu.

29

Anda mungkin juga menyukai