Sri Sumarmi
Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Alamat Korespondensi:
Sri Sumarmi
Email: msrisumarmi@gmail.com
ABSTRACT
Maternal mortality rate is the important health indicator which is used as a component of Nation
Development Index or quality of life index in all countries in the world. It is the most sensitive indicator
among other health indicators to assess health status or quality of life in a country. Recently, Indonesia
faces an inconvenience situation when a surprise increasing of maternal mortality rate was launched
by national health survey, reflected an un-successful effort to achieve Millenium Development Goals
(MDGs) target 2015 or the Sustainable Development Goals (SDGs). Reducing maternal mortality rate
in Indonesia is a big challenge, because maternal mortality is a multi-causes problem. Furthermore,
various factors may play a role as the root causes that could not be addressed only through health
interventions, but should involve multi-sectoral approach. Base on thus issues, this paper will discuss
appropriate strategies to reduce maternal mortality in Indonesia by combining concept of socio
ecological model of health behavior and continuum of care approach.
ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting untuk melihat derajat kesehatan suatu
bangsa dan menjadi salah satu komponen indeks pembangunan maupun indeks kualitas hidup. AKI
merupakan indikator paling sensitif untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup suatu bangsa.
Beberapa tahun terakhir Indonesia dikejutkan dengan peningkatan AKI yang fantastis pada tahun 2015,
yang mencerminkan kegagalan dalam pencapaian target penurunan angka kematian ibu sesuai Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 atau Sustainable Development Goals (SDGs). Menurunkan
angka kematian ibu melahirkan merupakan tantangan besar bagi bangsa Indonesia, karena kematian
ibu melahirkan Indonesia disebabkan oleh multi faktor. Berbagai faktor dapat menjadi akar masalah
yang mungkin belum dapat disentuh hanya melalui program kesehatan, namun harus melibatkan
berbagai sektor. Oleh karena itu, upaya penurunan angka kematian ibu harus dilakukan dengan berbagai
pendekatan dan mengaplikasikan konsep yang bersifat komprehensif. Tulisan ini membahas strategi
dalam menurunkan AKI di Indonesia dengan memadukan konsep atau model sosio ekologi (MSE)
perilaku kesehatan (socio ecological model of health behavior) dengan pendekatan continuum of care.
Kata kunci: Angka Kematian Ibu, Model Sosio Ekologi, continuum of care
Target MDGs
berhubungan atau diperburuk oleh kehamilan salah satu tujuan (goal) dari pembangunan
atau manajemennya, akan tetapi bukan milenium atau Milenium Development Goals
karena kasus kecelakaan (accidental) atau (MDGs), menjadi tujuan yang ke 5 untuk
yang terjadi secara insidental” (WHO, 1999). meningkatkan kesehatan ibu (Bappenas,
Perhitungan atau angka yang paling sering 2012).
digunakan untuk kematian ibu dikenal Saat ini Indonesia mengalami
sebagai maternal mortality ratio (kadang- kegagalan dalam pencapaian target
kadang salah kaprah digunakan “rate”), penurunan angka kematian ibu. Sejak tahun
adalah jumlah kematian ibu dalam suatu 1994 telah terjadi penurunan angka kematian
populasi yang terjadi dalam waktu satu ibu secara bertahap dari 390 per 100 000
tahun per 100 000 kelahiran hidup. Jumlah kelahiran hidup menjadi 334 per kelahiran
ini merupakan representasi risiko pada hidup pada tahun 1997, dan semakin turun
kehamilan tunggal (single pregnancy) (WHO pada tahun 2007 menjadi 228 per 100 000
& Unicef, 2001). kelahiran hidup (Bappenas, 2012), namun
Lebih dari setengah juta wanita terjadi peningkatan drastis pada tahun
berusia 15–49 tahun meninggal karena kasus 2012. Berdasarkan hasil Survei Demografi
yang berhubungan dengan kehamilan dan dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
persalinan, dan menjadi penyebab utama 2012 angka kematian ibu melonjak sangat
kematian wanita pada kelompok usia tersebut. signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran
Hampir semua (99%) kematian ibu terjadi di hidup.
negara sedang berkembang. Penyebab dari Mencermati fakta mengejutkan
mayoritas kasus kematian ibu sesungguhnya mengenai tingginya angka kematian ibu di
dapat dicegah, dan diperkirakan lebih dari Indonesia dalam dua tahun terakhir, hal ini
40% wanita hamil memiliki risiko kelainan menjadi pertanyaan besar bagi kita apa yang
obstetri yang tidak terlalu fatal. Sekitar menjadi penyebabnya? Bagaimana kontribusi
15% kelahiran terjadi komplikasi karena berbagai program di sektor kesehatan selama
keadaan fatal yang membutuhkan perawatan ini dijalankan? Fenomena melonjaknya
emergensi (WHO, 2001). Oleh karena angka kematian ibu terutama dijumpai di
tingginya kasus serta luasnya dampak dari beberapa daerah di Indonesia, terutama di
kematian ibu maka kematian ibu menjadi Propinsi Jawa Timur.
Sri Sumarmi, Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan… 131
KH pada tahun 2011 dan semakin meningkat Tabel 3. Angka kematian ibu di lima
pada tahun 2012 (Tabel 2). Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Kabupaten/Kota AKI
Tabel 2. Data Angka Kematian Ibu di Kota (per 100 ribu KH)
Surabaya tahun 2009 s/d 2012
Kota Blitar 339.31
Tahun Angka Kematian Ibu Kota Kediri 182.77
2009 81,60/100.000 KH 164.64
Kota Malang
2010 71,07/100.000 KH
Kabupaten Kediri 145.24
2011 103,90/100.000 KH
Kota Surabaya 144.60
2012 144,64/100.000 KH
Sumber: BPS (2013)
Sumber: Profil Kesehatan Dinkes Kota
Surabaya, 2013
Gambar 2. Perbandingan angka kematian ibu di Indonesia, Propinsi Jawa Timur dan Kota
Surabaya.
Sri Sumarmi, Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan… 133
cepat dan tepat. Hal ini perlu mendapatkan Dilihat dari penyebab AKI di
prioritas penanganan karena di samping Jawa Timur tidak jauh berbeda dengan
angka kematian bayi dan neonatus, masalah penyebab kematian ibu di daerah lain
kematian ibu merupakan indikator yang di Indonesia maupun di negara sedang
sangat sensitif bagi keberhasilan upaya berkembang lainnya. Berdasarkan laporan
pelayanan kesehatan dan sebagai indikator Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
kesejahteraan masyarakat. Selain itu (2013), penyebab kematian ibu terbesar
Surabaya semestinya menjadi barometer bagi di Jawa Timur pada tahun 2012 adalah
keberhasilan pelayanan kesehatan di Jawa pre-eklampsia/eklampsia (34,88%), kemudian
Timur karena menjadi ibu kota Propinsi dan disusul perdarahan (25,09%), infeksi (4,98%),
sebagai pusat rujukan di wilayah Indonesia jantung (8,08%), penyebab lain sebesar
Timur. 26,98%.
Penyebab kematian ibu di Jawa Timur
Penyebab Kematian Ibu pada urutan pertama adalah preeklampsia/
Penyebab kematian ibu paling banyak eklampsia, kemudian perdarahan, sedangkan
ditemui di negara sedang berkembang di negara sedang berkembang lainnya
diantaranya adalah perdarahan, sepsis, pada umumnya urutan pertama penyebab
eklampsia, aborsi (unsafe abortion), dan kematian adalah perdarahan, disusul sepsis
obstruksi kelahiran. Lima besar penyebab dan eklampsia pada urutan ketiga. Namun
tersebut menyumbang lebih dari dua per tiga dilihat dari jenis penyebabnya tidak jauh
total angka kematian ibu di dunia. Sementara berbeda.
penyebab tak langsung dari kematian ibu Kasus perdarahan yang menjadi
menyumbangkan sekitar 20% dari total penyebab kematian ibu terbesar adalah
angka kematian ibu di seluruh dunia, perdarahan post partum. Menurut WHO
termasuk kondisi atau penyakit yang sudah (1999) yang dimaksud perdarahan post
menyertai ibu sebelumnya ( preexisting partum adalah kehilangan darah 500 ml
conditions) seperti malaria dan infeksi virus atau lebih dari jalan lahir dalam waktu
hepatitis yang semakin parah oleh kehamilan 24 jam setelah persalinan. Karena kesulitan
atau penanganan yang kurang tepat dalam menentukan volume darah yang
(Bale et al., 2003).
Gambar 3a. Penyebab kematian ibu di Gambar 3b. Penyebab kematian ibu di Jawa
negara sedang berkembang Timur (Dinkes Prop Jatim,
(Bale et al., 2003). 2013).
134 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 1129–141
hilang, maka pengertian yang lebih praktis Data yang lebih menarik adalah sebagian
dari perdarahan post partum adalah segala besar kematian ibu justru terjadi di Rumah
jenis kehilangan darah yang menyebabkan Sakit, sebesar 83,54%. Jika dilihat dari
perubahan fisiologis seperti tekanan darah saat kematiannya, sebagian besar kematian
rendah yang mengancam kehidupan ibu terjadi pada masa nifas (pascapersalinan)
bersalin (Bale et al., 2003). sebesar 52,11%, kemudian pada masa hamil
Perdarahan post partum yang (26,37%) dan meninggal pada saat persalinan
mendadak, disebabkan oleh atoni uteri, sebesar 21,52% (Dinas Kesehatan Propinsi
kontraksi uteri yang tidak memadai, serta Jawa Timur, 2013).
retensio plasenta. Penyebab lain termasuk Terjadinya kecenderungan peningkatan
kerusakan saluran genital seperti perobekan angka kematian di Propinsi Jawa Timur dan
servik, perineal lacerations, dan episiotomi. Kota Surabaya dari tahun 2011 dan 2012,
Anemia karena kekurangan asupan zat gizi menjadi suatu fakta yang sangat menarik
seperti zat besi dan asam folat, serta infestasi untuk dikaji lebih mendalam. Jika dilihat
cacing, malaria maupun jarak kelahiran yang dari penyebab langsung kematian ibu
terlalu pendek, juga dapat menjadi pemicu merupakan penyebab medis yang dapat
terjadinya perdarahan post partum. Di dicegah dengan manajemen pelayanan
negara sedang berkembang, anemia berat kesehatan yang memadai. Untuk itu faktor
memberikan kontribusi yang besar kematian sumber daya kesehatan, baik sumber daya
ibu yang disebabkan oleh perdarahan post manusia maupun fasilitas kesehatan sangat
partum (Black et al., 2008) menentukan keberhasilan dalam menangani
Eklmapsia/preeklampsia ditandai komplikasi kehamilan yang terjadi. Namun
oleh tekanan darah yang tinggi pada masa jika dilihat dari penyebab tidak langsung
kehamilan. Kejang bisa terjadi pada pasien yang berupa 3 T (terlambat mendeteksi,
dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) terlambat mengambil keputusan, dan
yang tidak terkontrol saat persalinan. terlambat merujuk), maka memerlukan
Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, pendekatan yang lebih komprehensif
dan akan kembali normal bila kehamilan dalam memecahkan permasalahan ini.
sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak Keterlambatan dalam mendeteksi risiko
kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi menjadi persoalan tenaga kesehatan
ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi yang kurang memadai kemampuannya,
sudah diderita ibu sebelum hamil (Profil namun juga dapat disebabkan oleh faktor
Kesehatan Indonesia, 2007). Beberapa kesadaran masyarakat yang kurang.
penelitian menunjukkan bukti bahwa Sementara keterlambatan dalam mengambil
kematian ibu yang berhubungan dengan keputusan dan keterlambatan merujuk lebih
penyakit hipertensi pada masa kehamilan, banyak dipengaruhi oleh faktor yang ada di
lebih sulit dicegah dibandingkan kematian masyarakat. Dengan demikian suatu kasus
karena penyebab lain yang berhubungan keterlambatan penanganan komplikasi
dengan kehamilannya (Bale et al., 2003) kehamilan, sesungguhnya melibatkan suatu
Berdasarkan analisis 22 kasus kematian sistem yang kompleks, mulai dari sistem yang
di Jawa Timur tahun 2012, salah satu ada di dalam individu dan keluarga, sistem di
penyebab kematian ibu yang tidak langsung dalam masyarakat serta lingkungan, maupun
yang dapat diidentifikasi adalah faktor sistem pelayanan kesehatan.
dari masyarakat, faktor tersebut meliputi Ketidakadilan (inequity) dalam
terlambat merujuk (13,64%), terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan bagi ibu
mengambil keputusan (22,73%), pendidikan hamil mungkin menjadi salah satu faktor
SD (34%), terlambat mendeteksi (40,91%), yang ada dibalik 3 keterlambatan tersebut.
ibu rumah tangga (68%), kemiskinan (27%). Hal ini sangat mungkin terjadi, jika program
Sri Sumarmi, Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan… 135
jaminan kesehatan untuk ibu hamil seperti Model sosio ekologi berfokus pada
jaminan persalinan ( jampersal) salah hubungan antara individu dan lingkungannya.
sasaran. Asumsi dasarnya adalah bahwa suatu
Dari gambaran yang telah diuraikan pendekatan komprehensif lebih efektif dari
tersebut nampak bahwa persoalan pada pendelatan satu level. Lima level dalam
meningkatnya angka kematian ibu model sosio ekologi yang memengaruhi
disebabkan oleh multi faktor. Untuk melihat perilaku kesehatan adalah faktor individu
lebih dalam berbagai faktor yang ada dibalik (intrapersonal), proses interpersonal, faktor
penyebab langsung maupun tidak langsung, institusi, faktor komunitas dan kebijakan
maka akan digunakan pendekatan yang publik. Model sosio ekologi secara skematis
komprehensif. diperlihatkan pada gambar 4.
Dalam aplikasinya MSE dapat
Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan digunakan untuk pendekatan di berbagai
untuk Menurunkan Angka Kematian bidang dalam lingkup kesehatan masyarakat,
Ibu untuk menganalisis perilaku kesehatan,
Model sosio ekologi disingkat (MSE) seperti dalam menganalisis faktor obesitas
dikembangkan berdasarkan teori atau pada anak (Kumanyika et al., 2002), aktivitas
pendekatan yang telah ada di beberapa fisik (Mehtala et al., 2014) ataupun promosi
disiplin keilmuan, seperti ilmu politik, perilaku makan sehat (Townsend & Foster,
sosiologi, psikologi dan komunikasi. Dengan 2011). Model ini menyediakan kerangka
demikian MSE merupakan suatu pendekatan berpikir yang sangat bermanfaat untuk
komprehensif di bidang kesehatan memperoleh pemahaman yang lebih baik
masyarakat, yang tidak hanya ditujukan tentang berbagai faktor dan hambatan yang
untuk melihat faktor risiko pada individu, berdampak pada perilaku sehat.
tetapi juga aspek norma, kepercayaan dan
sistem sosial ekonomi (CDC, 2002). Pendekatan Continuum of Care dari
Ada dua konsep kunci dalam Hulu ke Hilir
pendekatan ini: 1) perilaku memengaruhi dan Pendekatan continuum of care
dipengaruhi oleh kondisi yang bersifat multi merupakan konsep lintas tahapan dalam
level (bertingkat); 2) membentuk perilaku siklus hidup, serta lintas dari rumah tangga
dan perilaku yang dibentuk oleh lingkungan sampai rumah sakit. Lintas tahap siklus
sosial yang menunjukkan hubungan kausal hidup, terutama dari masa prakonsepsi,
bersifat timbal balik (reciprocal causation). konsepsi hingga pascapersalinan. Konsep ini
MSE menekankan interaksi antara dan sangat penting diterapkan untuk mengatasi
saling ketergantungan dari berbagai faktor masalah kesehatan pada masa reproduksi,
di dalam dan antar level perilaku, dan masa kehamilan, persalinan dan masa nifas
memperhatikan bahwa sebagian besar (pascapersalinan). Konsep continuum of
tantangan di bidang kesehatan masyarakat care diharapkan dapat memenuhi tantangan
terlalu kompleks untuk dipahami dengan dalam meningkatkan kesehatan dan
single-level analysis (Stokols, 1996). Dalam survival dari ibu, bayi baru lahir dan anak
analisis ini kebutuhan bahwa individu tidak (Sines et al., 2006).
dipandang sebagai bagian yang terpisah dari Ada dua dimensi dari continuum
suatu unit sosial yang lebih besar di mana of care yaitu dimensi waktu dan dimensi
mereka tinggal, mencerminkan kebutuhan tempat. Dimensi waktu dari continum
untuk menciptakan kondisi lingkungan yang of care adalah dengan memperhatikan
mendukung dan meningkatkan perubahan kesehatan maternal, bayi baru lahir, dan anak
perilaku yang berkelanjutan (Townsend & (MNCH). Sedangkan dimensi tempat dari
Foster, 2002). continuum of care adalah dari rumah tangga
136 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 1129–141
hingga rumah sakit (HHCC). Tujuan dari ditangani dalam kesatuan. Model ini akan
pendekatan HHCC adalah untuk meyakinkan melibatkan ketersediaan dan akses pelayanan
ketersediaan akses pelayanan kesehatan kesehatan dasar dan pelayanan reproduksi
yang berkualitas untuk ibu hamil dan bayi untuk (a) wanita dari remaja hingga hamil,
baru lahir yang tersedia mulai dari rumah, melahirkan dan pascamelahirkan; (b) untuk
masyarakat, pusat pelayanan kesehatan dasar, bayi baru lahir hingga masa kanak-kanak,
hingga ke rumah sakit. Alur atau link dalam hingga masa dewasa muda (Sines et al.,
suatu sistem pelayanan kesehatan (primary- 2006; Unicef, 2014).
health-care system) yang terintegrasi dari Konsep pelayanan kesehatan dari hulu
rumah, komunitas, jangkauan dan pelayanan ke hilir adalah mengacu pada konsep dan
berbasis fasilitas ( facility-based care). pendekatan continuum of care ditinjau dari
Tentunya alur kontinum ini difokuskan untuk dimensi tempat. Pelayanan atau Intervensi di
MNCH. Konsep continuum of care MNCH hulu merupakan semua bentuk pelayanan di
berdasarkan asumsi bahwa kesehatan dan level rumah tangga dan masyarakat seperti
kesejahteraan ibu, bayi baru lahir dan anak- program KB, perbaikan gizi, wanita, dan
anak, saling terkait satu sama lain dan harus social ekonomi. Intervensi di hilir adalah
Gambar 5. Skema pelayanan kesehatan dari hulu ke hilir (Sumber: Trisnantoro, 2011).
Sri Sumarmi, Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan… 137
bagaimana meningkatkan mutu pelayanan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
klinik untuk ibu dan anak di rumah sakit. nifas, sehingga keadaan mereka post partum
Konsep pelayanan kesehatan dari hulu ke sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi
hilir secara sederhana dapat digambarkan juga mental.
secara skematis seperti pada gambar 5. Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu
Menurut Trisnantoro (2011) strategi hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin
intervensi untuk menurunkan angka semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
kematian ibu harus berdasarkan analisis mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
kebijakan, dilakukan kegiatan untuk mencari Pada setiap kunjungan ANC, petugas
kebijakan di masa mendatang (analysis for mengumpulkan dan menganalisis data
policy). Prinsip yang dipergunakan adalah: mengenai kondisi ibu melalui anamnesis
Menggunakan pendekatan dari Hulu ke dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan
Hilir. Kebijakan dan program KIA dapat diagnosis kehamilan intrauterine serta ada
dibayangkan sebagai sebuah model hulu tidaknya masalah atau komplikasi.
yang berisikan program-program preventif Konsep tentang preconception care
dan promotif yang banyak menggunakan baru didiskusikan sejak Juni tahun 2005,
pendekatan lintas sector (One Health) ketika US Center for Disease Control
dan determinan social. Hilirnya adalah (CDC) membentuk the Select Panel on
kegiatan-kegiatan klinis. Menggunakan Preconception Care yang bertugas untuk
jumlah kematian absolut sebagai indikator mengembangkan konsep dan strategi
kinerja program KIA. Angka Rates akan perawatan kesehatan prakonsepsi. Area
dipergunakan sebagai cross-check dan kerja dari panel ini meliputi aspek klinis,
dilakukan dalam dua pendekatan: (1) kesehatan masyarakat, kebijakan dan
berdasarkan data dari angka absolut; dan financial, konsumen, dan surveilance dan
(2) berdasarkan data survey. Menggunakan riset (Curtis, 2008; Jack et al., 2008; Coonrod
filosofi utama dalam kebijakan KIA yaitu et al., 2008; Moos et al., 2008).
mengembalikan “sense of urgency” dan Mengacu definisi dari preconception
adanya “peningkatan adrenalin” dalam care sebagai “a series of intervention that
program. Untuk itu diperlukan penggunaan aim to identify and modify biomedical,
surveilans-respon kematian ibu dan anak. behavioral, and social risk to women’s
Kematian ibu dan anak yang tidak perlu health and couple before conception”
(avoidable) harus dapat dicegah. Memperbaiki (WHO, 2013; Curtis, 2008), maka dengan
perencanaan dan monitoring dan evaluasi menekankan pemeriksaan kesehatan
dengan menggunakan pendekatan Kebijakan prakonsepsi diharapkan seorang wanita yang
Berbasis Bukti (Evidence Based Policy). menginginkan atau merencanakan kehamilan
akan mencapai derajat kesehatan yang
Preconception Care dan Antenatal Care baik sejak sebelum hamil, sehingga akan
sebagai Upaya Menurunkan Angka mendapatkan hasil kehamilan (pregnancy
Kematian Ibu dan Bayi outcomes) yang berkualitas. Dalam
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) kaitannya dengan preconception care, Moos
adalah pemeriksaan kehamilan untuk et al (2008), tidak hanya menekankan aspek
mengoptimalkan kesehatan mental dan kesehatan (maternal preconception health),
fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi tetapi lebih jauh lagi menerapkan konsep
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian kesejahteraan sebelum hamil (preconception
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi wellness).
secara wajar. Pemeriksaan kehamilan Aspek klinis dalam pemeriksaan
merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik prakonsepsi meliputi pemberian suplementasi,
dan mental serta menyelamatkan ibu dan terutama suplemen mikronutrient (Jack et al.,
138 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 1129–141
2008), dan pelayanan imunisasi (Coonrod et Inequity dan inequality juga merupakan
al., 2008). Bahkan WHO merekomendasikan dimensi konsep yang mengacu pada
suatu pemeriksaan yang holistik mencakup kuantitas, namun di sisi lain juga mengandung
pemeriksaan fertilitas, pemeriksaan kelainan konsep politik yang diterjemahkan dalam
genetik bahkan penggunaan alkohol dan komitmen moral berkaitan dengan keadilan
rokok (WHO, 2013). Konsep meriksakan sosial. Health inequality dalam merupakan
prakonsepsi seperti yang direkomendasikan terminologi generik yang digunakan untuk
oleh US-CDC maupun WHO tentu saja menggambarkan perbedaan, variasi dan
tidak dapat seluruhnya dilaksanakan di disparitas dalam mencapai derajat kesehatan
negara sedang berkembang, terutama pada level individu maupun kelompok. Health
deteksi kelainan genetik kaitannya dengan inequity mengacu pada ketidaksamaan
risiko penyakit, karena di negara sedang (inequalities) derajat kesehatan yang
berkembang masih sangat terbatas sumber menandakan adanya ketidakadilan (Kawachi
daya alat dan sumber daya manusia. et al., 2002; Global Health Europe, 2009).
Equity dalam kesehatan menunjukkan
Equity Akses Pelayanan Kesehatan bahwa idealnya setiap orang memiliki
untuk Kaum Ibu kesempatan yang adil untuk memperoleh
Konsep tentang equity dalam bidang kesehatan yang sebaik-baiknya dan tidak
kesehatan pertama kali diperkenalkan oleh dirugikan dalam memperoleh pelayanan
Whitehead (1992) dengan paper berjudul kesehatan. Masyarakat dengan status
The concepts and principles of equity in social ekonomi yang berbeda seharusnya
health. Whitehead mendefinisikan health memperoleh pelayanan kesehatan yang sama
inequities sebagai perbedaan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya, termasuk akses
perlu terjadi, dapat dihindari, tidak adil di yang sama dalam pemanfaatan pelayanan
dalam kesehatan. Menurut Braveman dan kesehatan. Equity dalam pelayanan kesehatan
Gruskin (2003) equity dapat pula berarti ditentukan memerlukan alokasi sumber daya
ada unsur keadilan social justice atau dan akses ke pelayanan kesehatan yang oleh
fairness” dan merupakan konsep dan nilai kebutuhan kesehatan.
moral dan secara normatif bersifat inheren. Equity dapat dibagi menjadi dua
Bagaimanapun juga keadilan sosial dapat yaitu equity horizontal dan equity vertikal.
diinterpretasikan yang berbeda-beda di Horizontal equity orang dengan kebutuhan
dalam suatu masyarakat atau penduduk. yang sama mempunyai kesempatan yang
Inequity dan inequality merupakan sama untuk mendapatkan pelayanan
terminologi yang sering kali saling kesehatan. Equity vertikal merupakan alokasi
tertukar. Inequity lebih mengarah pada dari sumbe rdaya yang berbeda untuk level
keadaan ketidakadilan yang dapat dihindari kebutuhan yang berbeda pula. Aristotelian
yang biasanya muncul sebagai akibat menyatakan bahwa persamaan dan kesamaan
pemerintahan yang buruk, korupsi a atau harus diperlakukan sama dan ketidaksamaan
secara kultural dipisahkan atau dibedakan harus diperlakukan secara proporsional pada
(cultural exclusion). Sementara inequality ketidaksetaraan mereka. Pada equity dalam
secara sederhana mengacu pada distribusi pemberian pelayanan kesehatan, kebutuhan
atau pembagian yang tidak merata dari sering dinyatakan sebagai nilai yang harus
upaya kesehatan atau sumber daya di relevan, ini berarti bahwa seseorang dengan
bidang kesehatan sebagai akibat dari faktor kebutuhan yang sama harus mendapatkan
kekurangan sumber daya. Atau kondisi perlakuan yang sama (equity horizontal).
kesehatan yang tidak sama karena faktor Equity vertikal berarti seseorang dengan
genetik (Bravemen & Gruskin, 2003). kebutuhan yang lebih tinggi seharusnya
Sri Sumarmi, Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan… 139
mendapatkan pelayanan kesehatan yang masih belum adil. Padahal hak setiap orang
lebih tinggi, proporsional dengan kebutuhan memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
mereka (Bravemen & Gruskin, 2003). Pasal 28H UUD 1945, harus memperoleh
Akses adalah kemudahan penggunaan akses yang sama atas sumber daya kesehatan
fasilitas pelayanan kesehatan oleh individu dan hak setiap orang memperoleh yankes
dengan kebutuhan akan pelayanan sesuai Pasal 28H UUD 1945, harus adil,
kesehatan. Kemudahan akses ke sarana aman, bermutu, dan terjangkau (Pasal 5 UU
pelayanan kesehatan berhubungan dengan No.36/2009). Salah satu pelayanan kesehatan
beberapa faktor penentu, antara lain jarak yang diperuntukkan kaum ibu terutama ibu
tempat tinggal dan waktu tempuh ke sarana hamil dan nifas adalah program Jaminan
kesehatan, serta status sosial-ekonomi dan Persalinan (Jampersal) oleh Kemeterian
budaya (Riskesdas, 2007). Ketidakadilan Kesehatan.
dalam akses dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan akan menyebabkan kesenjangan Conceptual Framework Penerapan
kesehatan. Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan
Pemerintah menerapkan Jaminan dan Pendekatan Continuum of Care
Kesehatan Nasional (JKN) yang sama di dalam Menurunkan AKI
seluruh Indonesia, tapi fasilitas pelayanan Konsep sosio ekologi perilaku sehat
kesehatan tidak merata dan tidak adil dan continuum of care telah diuraikan pada
adalah pelanggaran konstitusi. Inequity sub bab sebelumnya. Penerapan kedua
timbul karena jaminan kesehatan (JKN) konsep tersebut dipadukan untuk sebagai
dilaksanakan secara sentralistik tapi fasilitas satu kesatuan pendekatan yang bersifat
pelayanan kesehatan dibangun secara komprehensif dalam mengatasi masalah
desentralistik sesuai kebijakan otonomi tingginya angka kematian ibu di Indonesia.
daerah. Pemerintah pusat memperbaiki sistem Pada tingkat individu (intrapersonal level)
jaminan kesehatan, tapi fasilitas pelayanan dan tingkat hubungan antar individu
kesehatan diatur oleh pemerintah daerah. (interpersonal relationship) berada di
Kebijakan perbantuan di Indonesia juga pelayanan di hulu. Sementara pada tingkat
Masyarakat :
Sistem sosial Societal:
terkait gender & Sistem politik
budaya terkait yang berpihak
Relationship perawatan pada rakyat dan
Individu (Intrapersonal):
Interpersonal: kehamilan, food gender equity,
(WUS, Bumil, Bunifas) :
Komunikasi tabu, Kebijakan
yang baik di pemerintah
Pengetahuan,Sikap
dalam keluarga, mengedepankan
Perilaku ttg reproduksi partisipasi
Dukungan aspek Health
sehat & perawatan masyarakat
/perhatian Equity ,
kehamilan. Riwayat (tabulin, desa
suami & (impelemnetasi
kehamilan, siaga,
keluarga pada SKN, SJSN,
bumil ambulan desa Jampersal yang
adil),
ketersediaan Pertumbuhan
yankes & nakes ekonomi yang
(bidan, dr, SpOG), baik
dan Rumah Sakit
HULU HILIR
Continuum of care dimensi tempat
Gambar 6. Conceptal framework penerapan sosio ekologi dan continuum of care dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu.
140 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 1129–141
Kemenkes, RI. 2013a. Jaminan Kesehatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013.
Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Badan Penelitian dan Pengembangan
Sosial Nasional, Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik
Kemenkes, RI. 2013b. BPJS Kesehatan, Indonesia.
Jakarta. Sines, E., A, Tinker., J Ruben. 2006. The
Kumanyika, S., Jeffery, R.W., Morabia, A., Maternal–Newborn–Child Health
et al. 2002. Public Health Approaches Continuum of Care: A Collective Effort
to the Prevention of Obesity (PHAPO) to Save Lives. Bulletin Save The Children.
Working Group of the International March 2006: 1–6.
Obesity Task Force (IOTF). Obesity Stokols, D. 1996. Translating social ecological
prevention: the case for action. Int J Obes theory into guidelines for community
Relat Metab Disord 93, 1168–1173. health promotion. Am J Health Promot
Mehtälä, M.A.K., AK Sääkslahti., ME 10, 282–293.
Inkinen., MEH, Poskiparta. 2014. A Townsend, N., C, Foster. 2011. Developing
socio-ecological approach to physical and applying a socio-ecological model
activity interventions in childcare: a to the promotion of healthy eating in the
systematic review. International Journal school. Public Health Nutrition: 1–8.
of Behavioral Nutrition and Physical doi:10.1017/S1368980011002655.
Activity; 2014; 11: 22. Trisnantoro, L. 2011. Strategi Luar Biasa
Moos, M.K., Dunlop, A.L., Jack, B.W., et al. untuk Penurunan Kematian Ibu dan Bayi
Healthier women, helthier reproductive Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
outcomes: recommendations for routine Vol. 14, No. 4 Desember 2011: 175-176.
care of all women of reproductive age. Undang Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang
Am J Obstet Gynecol. 2008;(Suppl Dec): Kesehatan.
S280-89. Whitehead, M. 1992. The concepts and
Moos, M.K. From concept to practice: principles of equity in health. Int J Health
reflections on the preconceptionhealt Serv 1992; 22: 429–445.
agenda. J Womens Health. 2010;19: World Health Organization (WHO). 1996.
567–7. Revised 1990 Estimates of Maternal
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Mortality: A New Approach by WHO and
Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem UNICEF. Geneva: WHO.
Kesehatan Nasional. World Health Organization (WHO). 1999.
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Reduction of Maternal Mortality: A Joint
tentang Jaminan Kesehatan. WHO/UNFPA/UNICEF/World Bank
Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 Statement. Geneva: WHO.
tentang Perubahan Atas Peraturan World Health Organization (WHO). 2001.
Presiden No. 12 Tahun 2013. Maternal mortality in 1995: Estimates
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007. developed by WHO, UNICEF, UNFPA.
Badan Penelitian dan Pengembangan Geneva: WHO.
Kementerian Kesehatan Republik World Health Organization ((WHO). 2013.
Indonesia. Meeting to develop a global consensus
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2010. on preconception care to reduce maternal
Badan Penelitian dan Pengembangan and childhood mortality and morbidity.
Kementerian Kesehatan Republik Meeting report. Geneva: WHO.
Indonesia.