Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PERENCANAAN, PENJADWALAN, DAN PENGENDALIAN PROYEK

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh


Derajat Sarjana Strata Satu Teknik Sipil Pada Fakultas Teknik
Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Di susun oleh :
Nama : Shofi Mah Mudah
Nim : 16 4101 2739

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
PURWOKERTO
2019
PENJADWALAN PAROYEK
Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan yang dapat
memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya
berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu
untuk menyelesaikan proyek. Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antar
kegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan atau scheduling adalah pengalokasian waktu yang
tersedia melaksanakan masing – masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek
hingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan – keterbatasan yang ada.
Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti perkembangan proyek
dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring serta updating selalu dilakukan untuk
mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar alokasi sumber daya dan penetapan durasinya
sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.
Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat – manfaat seperti berikut.

• Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan / kegiatan mengenai batas – batas waktu untuk
mulai dan akhir dari masing – masing tugas.

• Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis dan relistis dalam
penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan waktu.

• Memberikan saran untuk menilai kemajuan pekerjaan.

• Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan proyek dapat selesai
sebelum waktu yang di tetapkan.

• Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.

• Merupakan sarana penting dalam pengendaliaan proyek.

Kompleksitas penjadwalan proyek sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :


Sasaran dan tujuan proyek.

• Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master schedule.

• Dana yang di perlukan dan dana yang tersedia.


• Waktu yang di perlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang hilang dan hari – hari
libur.

• Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di antaranya.

• Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat proyek.

• Sumber daya yang di perlukan dan sumber daya yang tersedia.

• Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.

• Makin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan penjadwalan karena dana yang di
kelolah sangat besar, kebutuhan dan penyediaan sumber daya juga besar, kegiatan yang di
lakukan sangat beragam serta durasi proyek menjdi sangat panjang.
Oleh karena itu, agar penjadwalan dapat diimplementasikan, digunakan cara – cara atau metode
teknis yang sudah digunakan seperti metode penjadwalan proyek. Kemampuan scheduler yang
memadai dan bantuan software komputer untuk penjadwalan dapat membantu memberikan hasil
yang optimal.
MACAM – MACAM METODE PENJADWALAN PROYEK

1. Metode Gannt Chart


a. Pengertian
Gantt chart merupakan salah satu metode dalam penjadwalan proyek. Metode
ini menggunakan tampilan yang mirip seperti jadwal pada umumnya. Gantt Chart
adalah sejenis grafik batang (Bar Chart) yang digunakan untuk menunjukan tugas-tugas
pada Proyek serta Jadwal dan waktu pelaksanaannya, seperti waktu dimulainya tugas
tersebut dan juga batas waktu yang digunakan untuk menyelesaikan tugas yang
bersangkutan.
b. Sejarah
Beberapa sebutan lain untuk Gantt Chart diantaranya adalah Milestones Chart,
Project Bar Chart dan juga activity chart. Gantt Chart yang dikembangkan oleh Henry
Laurence Gantt pada tahun 1910 ini pada dasarnya adalah suatu gambaran atas
perencanan, penjadwalan dan pemantauan (monitoring) kemajuan setiap kegiatan
atau aktivitas pada suatu proyek.
Gantt Chart menjadi salah satu metode favorit yang paling banyak digunakan
saat ini. Gantt Chart menggambarkan sebuah project / aktivitas dengan grafik batang
yang terintegrasi dengan waktu kapan aktivitas tersebut di mulai dan kapan aktivitas
akab berakhir. Ini adalah metode / alat yang sangat mudah jika Anda ingin melihat
perkembangan project / aktivitas yang sedang direncanakan / berjalan. Meskipun kini
Gantt Chart dianggap sebagai metode yang umum, namun ketika pertama kali
diperkenalkan Gantt chart dianggap sebagai salah satu metode yang revolusioner.
Metode ini pertama kali dipopulerkan pada tahun 1896 oleh Karol Adamiecki yang
menyebut metode ini sebagai harmonogram. Ia baru mempublikasikan metode ini
dalam bahasa Polandia pada tahun 1931. Metode ini akhirnya dinamakan dengn Gantt
Chart – yang diambil dari nama Henry Gantt (1861–1919) yang mengembangkannya
pada tahun 1910–1915. Gantt Chart pertama kali digunakan secara besar besaran pada
perang dunia I atas inisiatif Jendral William Crozier (1855-1942).
Beberapa praktisi mengatakan bahwa Gantt Chart hanya cocok digunakan untuk
proyek proyek dengan skala kecil hingga menengah. Untuk proyek besar dengan
aktivitas yang kompleks maka agak sulit untuk menampilkan semuanya dalam sebuah
Gantt Chart. Apalagi Gantt Chart hanya berfokus pada sisi manajemen saja yaitu:
waktu, biaya dan project scope. Sehingga pada beberapa kasus jumlah aktivitas tidak
selalu merefleksikan besarnya proyek yang dikerjakan.
Gantt Chart merupakan diagram perencanaan yang digunakan untuk
penjadwalan sumber daya dan alokasi waktu (Heizer, Jay dan Render, Barry, 2006).
Gantt Chart adalah contoh teknik non-matematis yang banyak digunakan dan sangat
popular di kalangan para manajer karena sederhana dan mudah dibaca.
c. Fungsi
• Menentukan durasi pekerjaan terhadap perkembangan waktu.
• Perencanaan dan penjadwalan proyek pekerjaan.
• Pemantauan kemajuan proyek pekerjaan yg dilaksanakan seluruh Manjemen
dalam satu organisasi
d. Kelebihan dan kekurangan
➢ Kelebihan menggunakan Gantt chart :
• Sederhana, mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat bermanfaat sebagai
alat komunikasi dalam penyelenggaraan proyek.
• Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan
sesungguhnya pada saat pelaporan.
• Bila digabungkan dengan metoda lain dapat dipakai pada saat pelaporan
➢ Kelemahan Gantt Chart :
• Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu
kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak
yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal
keseluruhan proyek.
• Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan/pembaharuan bila diperlukan,
karena pada umumnya ini berarti membuat bagan balok baru.
e. Contoh metode Gantt Chart

f. Langkah – langkah
a) Mengidentifikasikan Tugas
• Mengidentifikasikan Tugas yang perlu diselesaikan pada Proyek
• Menentukan Milestone (bagian pekerjaan dari suatu tugas) dengan
menggunakan Brainstorming ataupun Flow chart.
• Mengidentifikasikan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas.
• Mengidentifikasikan urutan pekerjaan ataupun tugas yang akan dikerjakan.
Seperti Tugas yang harus diselesaikan sebelum memulai suatu tugas yang baru
ataupun tugas-tugas apa yang harus dilakukan secara bersamaan (Simultan).
b) Menggambarkan Sumbu Horizontal
Gambarkan sumbu horizontal untuk waktu pelaksanaannya (dapat diletakan
diatas atau dibawah halaman). Tandai dengan skala waktu yang sesuai (bisa dalam
harian maupun mingguan).
c) Menuliskan Tugas ataupun Bagian Pekerjaan
Tuliskan Tugas atau bagian pekerjaan (milestone) yang akan dikerjakan
berdasarkan urutan waktu pada bagian kiri. Gambarkan Diagram Batang (Bar
Graph) untuk menunjukan rentang waktu yang diperlukan untuk melakukan tugas
yang bersangkutan. Gambarkan kotak dari kiri dimana waktu Tugas tersebut
dimulai sampai pada waktu tugas yang bersangkutan berakhir. Jika diperlukan
presentasi kepada Manajemen perusahaan, gambarkan bentuk Intan (Diamond)
pada tanggalnya. Gambarkan tepinya saja dan kotak tersebut jangan diisi.
d) Melakukan Pemeriksaan kembali
Lakukan pemeriksaan kembali, apakah semua tugas atau bagian pekerjaan untuk
Proyek tersebut sudah tertulis semuanya ke dalam Gantt Chart.

2. Metode Network Planning


a. Pengertian
Network Planning atau jaringan kerja adalah suatu teknik yang digunakan oleh
seorang manager untuk merencanakan, menjadwalkan dan mengawasi aktivitas
pekerjaan suatu proyek dengan menggunakan pendekatan atau analisis waktu (time)
dan biaya (cost) yang digambarkan dalam bentuk simbol dan diagram.
b. Sejarah
Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan
proses penetapan tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya informasi
yang tepat dan kemampuan pengambilan keputusan yang tinggi. Proses pengambilan
keputusan dan penetapan kebijakan serta proses penyelenggaraan merupakan sistem
operasi pada perencanaan proyek.
Bila perencanaan proyek merupakan sebuah total sistem, maka
penyelenggaraan proyek tersebut terdiri dari dua sub sistem, yaitu sub sistem operasi
dan sub sistem informasi. Sub sistim operasi menjawab pertanyaan “bagaimana cara
melaksanakan kegiatan” sedang sub sistem informasi menjawab pertanyaan “kegiatan
apa saja yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan”.
Network planning merupakan sub sistem informasinya. Konsep network ini
mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Boaz, Allen dan
Hamilton (1957) yang berada dibawah naungan perusahaan pesawat terbang Lockheed.
Kebutuhan penyusunan network ini dirasakan perlu karena adanya koordinasi dan
pengurutan kegitan-kegiatan pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling
tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan kegiatan
dapat dilakukan secara sistimatis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja. Adanya
network ini menjadikan sistem manajemen dapat menyusun perencanaan penyelesaian
proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien.
Di samping itu network juga dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan yang
cukup baik untuk menyelesaikan proyek tersebut. Diagram network merupakan
kerangka penyelesaian proyek secara keseluruhan, ataupun masing-masing pekerjaan
yang menjadi bagian daripada penyelesaian proyek secara keseluruhan. Pada prinsipnya
network dipergunakan untuk perencaan penyelesaian berbagai macam pekerjaan
terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang semakin sulit dan
rumit.
c. Fungsi
• Dapat memfokuskan perhatian pada hal-hal yang kritis yang mungkin terjadi pada
pelaksanaan sebuah pekerjaan konstruksi.
• Mengarahkan seorang pimpinan mengambil keputusan dan mengelola resources
(sumber daya) dalam usaha mempercepat selesainya proyek.Resources yang
dibutuhkan dapat berupa orang, peralatan dan juga fasilitas-fasilitas khusus untuk
mengerjakan proyek tesebut.
• Memudahkan koordinasi dengan orang-orang atau lembaga yang terlibat.
• Memudahkan pengawasan dan pengendalian.
• Pedoman bagi para pelaksana pekerjaan sebuah proyek.
d. Kelebihan dan kekurangan
➢ Kelebihan
• Sangat beguna terutama dalam menjadwalkan dan mengendalikan proyek besar.
• Konsep yang lugas atau secara langsung (straight forward) dan tidak memerlukan
perhitungan matematis yang rumit.
• Jaringan grafis membantu melihat hubungan antar kegiatan proyek secara cepat.
• Analisis jalur kritis dan waktu.
• Dokumentasi proyek dan gambar yang menunjukkan siapa yang bertanggung jawab
untukkegiatan yang beragam.
• Dapat diterapkan untuk proyek yang bervariasi.
• Berguna dalam mengawasi jadwal dan biaya.
➢ Kekurangan
• Kegiatan-kegiatan proyek harus ditentukan secara jelas dan hubungan harus
bebas dan stabil.
• Hubungan pendahulu harus dijadwalkan dan dijaringkan bersama-sama.
• Perkiraan waktu cenderung subyektif bergantung pada kejujuran para manajer
yang takut akan bahaya terlalu optimis atau tidak cukup pesimis.
• Ada bahaya terselubung dengan terlalu banyaknya penekanan pada jalur
terpanjang atau kritis.
e. Contoh metode network planning

f. Langkah – langkah
Sistematika lengkap dan proses penyusunan jaringan kerja menurut Jay Heizer dan
BarryRender (2003;509) adalah sebagai berikut:
1) Menginventarisasi kegiatan-kegiatan.
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dan pengidentifikasian lingkup proyek,
menyesuaikan, memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok-kelompok
kejadian yang merupakan komponen proyek.
2) Menyusun hubungan antar kerja.
Pada langkah ini disusun kembali komponen-komponen pada langkah pertama
sesuai dengan logika ketergantungan.
3) Menyusun network diagram.
Pada langkah ini hubungan antara kegiatan yang telah disusun pada langkah
kedua, disusun menjadi masa rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika
ketergantungan. Langkah ini mendiskripsikan proses produksi secara keseluruhan.
4) Menentukan waktu untuk setiap kegiatan.
Memberi kurun waktu pada setiap kegiatan yang dihasilkan, menyesuaikan
lingkup proyek, seperti pada langkah pertama. Terdapat perbedaan pokok dalam
memperkenalkan kurun waktu kegiatan antara CPM dan PERT. CPM menggunakan angka
perkiraan tunggal atau deterministic, sedangkan PERT menggunakan tiga angka
perkiraan atau probabilistik.
5) Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) pada network diagram dari network diagram
yang telah disusun pada langkah ketiga, dilakukan perhitungan maju dan perhitungan
mundur, dari perhitungan tersebut dihitung float dan identifikasi jalur kritisnya.
6) Melakukan analisa waktu, biaya dan sumber daya.
Setelah melakukan langkah tersebut diatas, maka dilanjutkan dengan melakukan
analisa waktu,biaya, dan sumber daya yang meliputi:
• Menentukan kurun waktu proyek yang paling optimal dilihat dari segi biaya.
Ditunjukkan untuk memilih berbagai alternatif, kurun waktu proyek dilihat dari segi
biaya.
• Meminimalkan fluktuasi sumber daya.
Meningkatkan efisiensi pengelolaan proyek dengan cara mencegah terjadinya naik
turunyang terlalu tajam dalam waktu relatif terhadap keperluan sumber daya.

3. Metode Critical Path Method (CPM)


a. Pengertian
CPM adalah suatu metode perencanaan dan pengendalian proyek-proyek yang
merupakan sistem yang paling banyak digunakan diantara semua sistem yang memakai
prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian
pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek. Jadi CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha
mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total
proyek yang bersangkutan.
b. Sejarah
Metode jaringan kerja diperkenalkan menjelang akhir dekade 1950-an, oleh
suatu tim engineer dan ahli matematika dari perusahaan Du-Pont bekerja sama dengan
Rand Corporation, dalam usaha mengembangkan suatu sistem kontrol manajemen.
Jaringan kerja berguna untuk menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah
besar komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks, membuat perkiraan
jadwal proyek yang paling ekonomis, mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan
sumber daya. Menurut Gray (2000), jaringan kerja adalahframework untuk system
informasi proyek yang akan digunakan oleh manajer proyek untuk membuat
keputusan yang berhubungan dengan waktu, biaya, dan performance. Jaringan kerja
memberikan waktu dimana kegiatan dapat dimulai dan diselesaikan dan kapan kegiatan
dapat ditunda.
Menurut Soehatto (1999), CPM (Critical Path Method) dan PERT (Project
Evaluation and Review Technique) memakai teknik penyajian secara gratis dengan
memakai diagram anak panah, lingkaran serta kaidah-kaidah dasar logika
ketergantungan dalam menyusun urutan kegiatan. Menurut Mulyono (2004), model
jaringan CPMIPERT tersusun atas dua komponen utama, yaitu titik-titik (nokhta/
lingkaran) dan garis-garis ( cabang/ anak panah). Garis menunjukkan jenis kegiatan dari
suatu proyek, sementara titik menunjukkan awal atau akhir suatu kegiatan atau biasa
dinamakan events. Model jaringan juga menunjukkanprecedence relationship eli antara
kegiatan-kegiatan.
Ada suatu aturan dalam membuat model jaringan CPMIPERT, yaitu bahwa dua
atau lebih kegiatan tak dapat secara serentak berawal dan berakhir pada lingkaran yang
sama. Maka permasalahan tersebut dapat diatasi dengan suatu dummy activity. Suatu
dummy activity digambarkan dengan anak panah terputus dan disisipkan pada
jaringan itu untuk menunjukkan suatu precedence relationship. Suatu dummy activity
tidak memakan waktu dan sumberdaya, jadi waktu kegiatan dan biaya sama dengan nol.
Kegiatan dummy dapat juga digunakan untuk menyusun suatu jaringan yang agar
hubungan logikanya menjadi benar.
Sasaran utama analisis CPM/PERT adalah menentukan waktu terpendek yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek atau menentukan waktu yang diperlukan
untuk suatu critical path, yaitu jalur waktu terlama. Kegiatan- kegiatan yang dilewati
critical path dinamakan kegiatan kritis. Keterlambatan penyelesaian salah satu kegiatan
ini akan menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek, karena itu kegiatan-kegiatan
kritis perlu diawasi secara serius. Jika pengambil keputusan bermaksud mempercepat
penyelesaian proyek, maka ia perlu memperpendek satu atau beberapa waktu kegiatan
kritis.
Menurut Soeharto (1999), CPM (Critical Path Method) menggunakan satu angka
estimasi dan dalam praktek lebih banyak dipergunakan oleh kalangan industri atau
proyek-proyek engineering konstruksi. Menurut Levin (1999), Jika waktu dapat
diperkirakan dengan cukup tepat dan biaya-biaya dapat dihitung sejak semula, maka
lebih menguntungkanjika dipergunakan CPM.
c. Fungsi
• Memberikan tampilan grafis dari alur kegiatan sebuah proyek,
• Memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek,
• Menunjukkan alur kegiatan mana saja yang penting diperhatikan dalam menjaga
jadwal penyelesaian proyek,
• Menyelesaikan proyek dengan cepat,
• Mengkuantifisir kemajuan proyek,
• Mengkomunikasikan proyek secara efektif
d. Kelebihan dan kekurangan
➢ Kelebihan
• Metode ini memaksa pemimpin suatu proyek untuk menganalisis proyek dan
merencanakanya sebelum proyek itu dimulai.
• Memperlihatkan dengan jelas tali-menali antara tugas-tugas.
• Menyajikan suatu skema waktu yang lebih realistis.
• Memberikan kesempatan kepada perencana untuk menganalisis dengan cermat
akibat-akibat suatu perubahan didalam rencana yang terlebih dahulu telah
diumumkan.
➢ Kekurangan
• Dapat menjadi rumit dan meningkatkan kompleksitas untuk proyek yang lebih
besar.
• Tidak menangani penjadwalan personil atau alokasi sumber daya.
• Jalur kritis tidak selalu jelas dan perlu dihitung cermat.
• Memperkirakan waktu penyelesaian kegiatan bisa sulit.
e. Contoh metode

f. Langkah langkah
Langkah-langkah dalam perencanaan proyek menggunakan metode CPM :
1) Tentukan rincian kegiatan.
Dari rincian kegiatan yang harus dilakukan dalam sebuah proyek, tambahkan
informasi durasi dan identifikasikan prasyarat kegiatan sebelumnya yang harus
terselesaikan terlebih dahulu.
2) Tentukan urutan kegiatan dan gambarkan dalam bentuk jaringan.
Beberapa kegiatan akan dapat dimulai dengan sangat tergantung pada penyelesaian
kegiatan lain. Relasi antar kegiatan ini harus diidentifikasi dan digambarkan secara
berurutan dalam bentuk titik dan busur.
3) Susun perkiraan waktu penyelesaian untuk masing-masing kegiatan.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan dapat diestimasi
dengan menggunakan pengalaman masa lalu atau perkiraan dari para praktisi. CPM
tidak memperhitungkan variasi waktu penyelesaian, sehingga hanya satu perkiraan
yang akan digunakan untuk memperkirakan waktu setiap kegiatan.
4) Identifikasi jalur kritis (jalan terpanjang melalui jaringan).
Jalur kritis adalah jalur yang memiliki durasi terpanjang yang melalui jaringan.
Arti penting dari jalur kritis adalah bahwa jika kegiatan yang terletak pada jalur kritis
tersebut tertunda, maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan otomatis
juga akan tertunda.
Pada jalur selain jalur kritis, akan ditemui waktu longgar/waktu toleransi
(slack time) yaitu sejumlah waktu sebuah kegiatan dapat ditunda tanpa menunda
penyelesaian proyek secara keseluruhan.
5) Update DiagramCPM.
Pada saat proyek berlangsung, waktu penyelesaian kegiatan dapat diperbarui
sesuai dengan diperolehnya informasi dan asumsi baru. Sebuah jalur kritis baru
mungkin akan muncul, dan perubahan bentuk jaringan sangat mungkin harus
dilakukan.
Keterbatasan CPM adalah digunakannya satu angka perkiraan waktu
penyelesaian bagi setiap kegiatan. Jika memang dibutuhkan perencanaan proyek
yang lebih kompleks, metode PERT dengan tiga varian waktu perkiraan akan dapat
memberikan aternatif perkiraan waktu penyelesaian proyek yang lebih terbuka.

4. Metode Program Evaluation and Review Technique PERT


a. Pengertian
PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan
penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada didalam
suatu proyek (Febrianto,2011). PERT merupakan singkatan dari Program Evaluation and
Review Technique (teknik menilai dan meninjau kembali program), teknik PERT adalah
suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan,
maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan
secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek (Upadi,2011).
b. Sejarah
Bekerja terpisah namun serupa juga sedang dilakukan pada pertengahan tahun
1950-an oleh Angkatan Laut Amerika Serikat. Pemerintah AS ditemukan Rusia sedang
mengembangkan teknologi rudal mereka sendiri, dan karena keamanan nasional yang
dipertaruhkan Angkatan Laut segera meluncurkan program mereka sendiri untuk menutup
kesenjangan rudal. Proyek ini sangat besar, dan jadi penting untuk Angkatan Laut untuk
melakukan penelitian tentang perencanaan dan pengendalian rumit proyek. Penelitian ini
disebut sebagai Evaluasi Program Penelitian Tugas (kode-nama PERT). Pada bulan Februari
tahun 1958, Dr C.E. Clark, dari tim PERT, memperkenalkan Diagram panah pertama. PERT,
kemudian disebut sebagaiEvaluasi Program dan Ulasan Teknik, diaplikasikan pada Program
Rudal Balistik 3 Armada akhir tahun itu. Dengan lebih dari 3.000 kontraktor, vendor, dan
lainnya tim yang terlibat, itu penting strategis untuk menyelesaikan proyek dengan cepat
dan efisien. PERT membuktikan nilainya, dan diberikan kredit untuk mengambil dua tahun
dari perkiraan waktu yang diperlukan untuk mengembangkan rudal Polaris, dan masih
standar untuk semua proyek Angkatan Laut saat ini.
PERT dikembangkan oleh perusahaan konsultan Booz-Allen and Hamilton pada
tahun 1958-1959 ketika mereka diminta oleh Lockheed Aircraft Corporation untuk
menyusun model perencanaan dan pengendalian proyek Polaris Weapon System, yaitu
proyek khusus dari US Navy. Kehandalan model PERT sebagai alat bantu dalam perencanaan
dan pengendalian operasi diuji pada proyek tersebut, dan ternyata sukses luar biasa. PERT,
dalam proyek Polaris, berhasil mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang melibatkan 250
kontraktor utama, lebih dari 9000 subkontraktor, sejumlah agen, dan ribuan individu
sehingga proyek tersebut bisa diselesaikan enam belas bulan lebih cepat dari taksiran
semula. Sebagai dampak dari keberhasilan itu, pemerintah Amerika kemudian menerapkan
PERT pada proyek-proyek berikutnya seperti proyek angkatan udara, yaitu: Minuteman,
Skybolt, dan Dyna-Soar serta proyek angkatan laut yang lain yaituNike-Zeus. Sejak saat itu,
PERT menyebar dengan pesat pada industri pertahanan dan ruang angkasa.
Kehandalan PERT sebagai alat perencanaan yang efektif tercermin pula pada
keputusan pemerintah Amerika (1962) yang menghendaki penggunaan PERT pada kontrak-
kontrak pembangunan dan proyek-proyek penelitian yang disponsori oleh pemerintah.
Siswanto (2007).
c. Fungsi
• PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum pernah
dikerjakan,
• Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat, terlama serta
terlayak,
• Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya
proyek turut mengecil,
• Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil).
d. Kelebihan dan kekurangan
➢ Kelebihan
• Berguna pada tingkat manajemen proyek.
• Secara matematis tidak terlalu rumit.
• Menampilkan secara grafis menggunakan jaringan untuk menunjukkan hubungan
antar kegiatan.
• Dapat ditunjukkan jalur kritis, jalur yang tidak ada slack nya atau halangan.
• Dapat memantau kemajuan proyek.
• Dapat diketahui waktu seluruh proyek akan diselesaikan.
• Mengetahui apa saja kegiatan kritis yaitu kegiatan yang akan menunda proyek jika
terlambat dikerjakan.
• Apa kegiatan non-kritis : kegiatan yang boleh dikerjakan terlambat.
➢ Kekurangan
• Kegiatan proyek harus didefinisikan dengan jelas.
• Hubungan antar kegiatan harus ditunjukkan dan dikaitkan.
• Perkiraan waktu cenderung subyektif oleh perancang PERT.
• Terlalu focus pada jalur kritis, jalur yang terlama dan tanpa hambatan (Aryo andri
Nugroho, 2007).
e. Contoh metode PERT

f. Langkah – langkah
1) Mengidentifikasi kegiatan (activities) dan tonggak proyek (milestones) yang spesifik.
Dalam pengelolaan proyek, sebuah ‘aktivitas’ adalah kegiatan yang harus
dikerjakan dan sebuah ‘event’ atau ’acara’ merupakan tahapan penyelesaian dari satu
atau lebih kegiatan. Output dari tahapan ini adalah daftar tugas dalam tabel yang
mencakup informasi tentang urutan dan durasi.
Dalam pengelolaan proyek, sebuah ‘aktivitas’ adalah kegiatan yang harus
dikerjakan dan sebuah ‘event’ atau ’acara’ merupakan tahapan penyelesaian dari satu
atau lebih kegiatan.
2) Menentukan urutan yang tepat dari kegiatan-kegiatan.
Langkah ini membutuhkan analisa yang cukup mendalam mengenai relasi antara
setiap kegiatan. Sebelum sebuah kegiatan dapat dimulai, semua kegiatan yang menjadi
prasyarat bagi kegiatan tersebut harus sudah terselesaikan.
3) Menyusun model diagram jaringan.
Menggunakan informasi urutan aktivitas, diagram PERT dapat disusun dengan
menunjukkan sifat urutan kegiatan (serial dan paralel). Beberapa draft mungkin
diperlukan untuk dapat secara benar menggambarkan hubungan antar aktivitas.
4) Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk masing-masing kegiatan.
Days, weeks atau months adalah unit umum biasa digunakan waktu untuk
penyelesaian kegiatan. Sebuah fitur yang membedakan PERT adalah kemampuannya
untuk menghadapi ketidakpastian di masa penyelesaian kegiatan. Untuk setiap aktivitas,
model biasanya mencakup tiga perkiraan waktu: Waktu Optimis, yaitu perkiraan waktu
yang paling singkat bagi penyelesaian aktivitas; Waktu Perkiraan Paling Mungkin, waktu
penyelesaian yang memiliki probabilitas tertinggi (berbeda dengan : waktu yang
diharapkan); dan Waktu Pesimis, yaitu waktu terpanjang yang mungkin diperlukan suatu
kegiatan.
Waktu Rata-rata atau waktu yang diharapkan dan bisa ditampilkan dalam diagram
dapat dihitung dari rumus = (Waktu Optimis + 4 Waktu Perkiraan Paling Mungkin+
Waktu Pesimis) / 6
5) Menentukan tahapan dan jalur kritis.
Jalur kritis ditentukan dengan menjumlahkan waktu setiap kegiatan, mulai dari
awal hingga akhir proyek. Jumlah terpanjang dari sebuah variasi urutan kegiatan
merupakan jalur kritis. Dari contoh di atas maka alur A – D – F = 3 + 1 + 3 = 7 mo dan alur
B – C = 4 + 3 = 7 mo, merupakan jalur kritis (critical path). Sedangkan alur A – E = 3 + 2 =
5 mo merupakan jalur non-kritis. Dari analisa di atas, maka kegiatan E dapat ditunda
tanpa maksimal 2 mo tanpa menunda penyelesaian keseluruhan proyek ini. Kegiatan E
disebut memiliki waktu longgar (slack time).
6) Melakukan pemantauan dan evaluasi serta koreksi pada diagram PERT selama proyek
berlangsung.
Dalam dinamika pengelolaan proyek, secara berkala diagram PERT dapat
dipantau, serta dikoreksi sesuai dengan perkembangan pelaksanaan proyek dengan
memasukkan angka waktu yang telah terjadi pada setiap kegiatan yang sudah berlalu.
Atau malah diagram dikoreksi untuk rencana kegiatan yang akan datang disebabkan
perubahan asumsi selama proyek berlangsung.
5. Metode precedence diagram method PDM
a. Pengertian
Metode preseden diagram met (PDM) adalah jaringan kerja yang termasuk
klasifikasi Activity On Node. Dalam metode ini, kegiatan dituliskan dalam node yang
umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk
hubungan antar kegiatan–kegiatan yang bersangkutan. Metode penjadwalan PDM ini
dapat menumpah-tindihkan suatu kegiatan tanpa memerlukan garis dummy yang
rumit.
Kegiatan dan peristiwa pada PDM ditulis dalam node yang berbentuk kotak
segiempat. Dalam PDM, kotak tersebut menandai suatu kegiatan, dengan demikian
harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya. Setiap node mempunyai
dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan peristiwa akhir.
Ruangan dalam node terbagi dalam bagian bagian kecil berisi informasi
mengenai nama kegiatan dan keterangan spesifik lainnya bisa berupa kurun waktu,
tanggal dan lainnya. Terkadang di dalam node juga di tulis presentasi progress
penyelesaian untuk memudahkan dalam pengontrolan dan pengendalian proyek secara
keseluruhan. Namun, informasi yang paling sering muncul yaitu mengenai mulai dan
selesainya suatu kegiatan (ES, LS, EF dan LF).
b. Kelebihan dan kekurangan
➢ Kelebihan
• Penjadwalan proyek berupa diagram jaringan dengan hubungan
ketergantungannya sangat jelas
• Ditunjukan dengan garis/ anak panah.
• Digunakan untuk proyek yang mempunyai kegiatan tumpang tindih atau
overlapping.
• Dapat menunjukan hubungan logika ketergantungan antara satu kegiatan dengan
kegiatan lain secara spesifik.
• Menunjukan lintasan kritis kegiatan proyek sehingga apabila terjadi
keterlambatan proyek, prioritas pekerjaan proyek yang akan dikoreksi menjadi
mudah dilakukan.
➢ Kekurangan
• Belum dapat memperlihatkan perhitungan kecepatan produksi dan hambatan
atau gangguan antar kegiatan.
• Kegiatan yang berulang akan dijumpai dengan penumpukan pekerjaan.
• Adanya percepatan waktu mulai item pekerjaan mendahului item pekerjaan
sebelumnya.
• Adanya penambahan sumberdaya manusia untuk mengerjakan item pekerjaan
yang mulai dikerjakan sebelum pekerjaan yang mendahuluinya selesai.
• Tidak dapat mempertahankan kontinyuitas tingkat produktifitas kegiatan
berulang.
c. Contoh metode precedence diagram method PDM

d. Langkah – langkah
• Membuat denah noda sesuai dengan jumlah kegiatan.
• Menghubungkan noda (kegiatan) sesuai dengan konstrain menggunakan anah
panah
• Lengkapi detail atribut pada setiap noda
• Hitung ES, EF, LS, dan LF untuk mengidentifikasi kegiatan kritis
Gambar 2.6 Langkah awal membuat noda sesuai jumlah kegiatan

Gambar 2.7 Hasil setelah diberi keterangan konstrain

Langkah berikutnya menghitung ES, LS, EF, dan LF sebagai berikut:


Hitungan Maju

• Kegiatan A
Dianggap mulai awal = 0
ES(l ) = 0
EF(l ) = ES(l) + D(A) = 0 + 5 = 5
• Kegiatan B
ES(2) = ES(l ) + SS(l-2) = 0 + 3 = 3
EF(2) = ES(2) + D(B) = 3 + 6 = 9
• Kegiatan C
ES(3) = EF(2) + FF(2-3) - D(C) = 9 + 2 - 6 = 5
ES(3) = EF(1) + FS (1-3) = 5 + 2 = 7
Pilih yang terbesar, maka ES(3) = 7
EF(3) = ES(3) + D(C) = 7 + 6 = 13
• Kegiatan D
ES(4) = ES(2) + SF(2-4) - D(D) = 3 + 11 - 7 = 7
EF(4) = ES(4) + D(D) = 7 + 7 = 14
• Kegiatan E
ES(5) = ES(4) + SS(4-5) = 7 + 4 = 11
ES(5) = EF(2) + FS(2-5) = 9 + 1 = 10
ES(5) = ES(3) + SF(3-5) - D(E) = 7 + 9 - 6 = 10
EF(5) = ES(5) + D(E) = 11 + 6 = 17
• Kegiatan F
ES(6) = ES(5) + SS(5-6) = 1 1 + 5 = 16
EF(6) = ES(6) + D(F) = 16 + 8 = 24

Gambar 2.8 Hasil Hitungan Maju.

Hitungan Mundur

• Dimulai dari kegiatan terakhir F


LF(6) adalah sama dengan EF(6) = 24 (titik akhir proyek)

• Kegiatan E
LF(5) = LS(6) - SS(5-6) + D(E) = 16 - 5 + 6 = 17
LS(5) = LF(5) - D(E) = 1 7 - 6 = 11
• Kegiatan D
LF(4) = LS(5) - SS(4-5) + D(D) = 11 - 4 + 7 = 14
LS(4) = LF(4) - D(D) = 14 - 7 = 7
• Kegiatan C
LF(3) = LF(5) - SF(3-5) + D(C) = 17 - 9 + 6 = 14
LS(3) = LF(3) - D(C) = 14 - 6 = 8
• Kegiatan B
LF(2) = LF(3) - FF(2-3) = 14 - 2 = 12
LF(2) = LS(5) - FS(2-5) = 11 – 1 = 10
LF(2) = LF(4) - SF(2-4) + D(B) = 14 - 11 + 6 = 9
Pilih yg terkecil maka LF(2) = 9
LS(2) = LF(2) - D(B) = 9 - 6 = 3
• Kegiatan A
LF(1) = L5(2) - 55(1-2) + D(A) = 3 - 3 + 5 = 5
LF(1) = L5(3) - F5(1-3) = 8 - 2 = 6
LS(1) = LF(1) - D(A) = 5 - 5 = 0
Didapatkan perbedaan hasil antara hitungan maju dan mundur pada kegiatan C, maka
kegiatan C bukanlah kegiatan kritis. Sehingga didapatkan alur jalur kritis:

6. Metode Line of Balance LOB


a. Pengertian
Metode Line of Balance (LoB) merupakan salah satu metode penjadwalan yang
dapat diaplikasikan pada proyek yang memiliki karakteristik berulang (repetitive).
Keuntungan utama dari metodologi LoB adalah menyediakan tingkat produktifitas dan
informasi durasi dalam bentuk format grafik yang lebih mudah. Selain itu plot LoB juga
dapat menunjukkan dengan sekilas apa yang salah pada kemajuan kegiatan, dan dapat
mendeteksi potensial gangguan yang akan datang.
Dengan demikian, LoB memiliki pemahaman yang lebih baik untuk proyek
proyek yang tersusun dari kegiatan berulang daripada teknik penjadwalan yang lain,
karena LoB memberikan kemungkinan untuk mengatur tingkat produktifitas kegiatan,
mempunyai kehalusan dan efisensi dalam sumber daya, dan membutuhkan sedikit
waktu dan upaya untuk memproduksi daripada penjadwalan network (Arditi dan
Albulak, 1986).
b. Sejarah
Uher dan Levido (1990) dalam Arsana (2010) menguraikan bahwa anggapan
yang digunakan pada penjadwalan dengan metode LoB adalah suatu kelompok pekerja
mengerjakan satu jenis kegiatan untuk satu unit. Hal ini berarti bahwa meskipun
digunakan lebih dari satu kelompok pekerjauntuk satu kegiatan, durasi untuk
menyelesaikan kegiatan tersebut pada satu unit tidak berubah menjadi lebih cepat,
melainkan dalam waktu yang bersamaan dapat dilaksanakan kegiatan yang sama untuk
beberapa unit sesuai jumlah kelompok pekerjaan yang digunakan. Dengan demikian
penambahan jumlah kelompok pekerja tidak akan mengurangi durasi untuk
menyelesaikan kegiatan tersebut pada satu unit melainkan meningkatkan kecepatan
produksi kegiatan tersebut.
Berdasarkan anggapan tersebut maka metode LoB menggunakan pendekatan
berdasarkan pembangunan satu unit pada satu waktu, kemudian elemen yang identik
dengan sumber daya yang sama pada unit yang lain akan dibangun satu setelah yang
lain.
c. Fungsi
• mengatur tingkat produktifitas kegiatan,
• mempunyai kehalusan dan efisensi dalam sumber daya
d. Kelebihan dan kekurangan
➢ Kelebihan
• penambahan jumlah kelompok pekerja tidak akan mengurangi durasi untuk
menyelesaikan kegiatan tersebut pada satu unit melainkan meningkatkan
kecepatan produksi kegiatan tersebut.
➢ Kekurangan
• Proyek yang tidak mudah dibagi menjadi segmen pekerjaan.
e. Contoh metode LOB

f. Langkah - langkah
Berikut langkah-langkah penyusunan diagram LoB (Arsana, 2010)
1) Menyiapkan Network Diagram dari kegiatan untuk 1 unit beserta durasi dari
masing-masing kegiatan dengan 1 kelompok pekerja untuk mengetahui hubungan
ketergantungan antar kegiatan.
2) Berdasarkan durasi tersebut dapat ditentukan kecepatan produksi untuk tiap
kegiatan dengan 1 kelompok pekerja.
3) Menentukan jumlah kelompok pekerja yang mengerjakan tiap kegiatan.
4) Berdasarkan kecepatan produksi untuk tiap kegiatan dengan 1 kelompok pekerja
dan jumlah kelompok kerja yang digunakan dapat ditentukan kecepatan produksi
total untuk tiap kegiatan dengan jumlah kelompok pekerja yang digunakan.
5) Berdasarkan kecepatan produksi total untuk tiap kegiatan dan jumlah unit yang
dibangun, dapat ditentukan durasi total tiap kegiatan untuk menyelesaikan semua.
6) Menentukan waktu start dan finish untuk tiap kegiatan dan selanjutnya dapat
diketahui durasi total proyek.
7) Gambar diagram LoB.
DAFTAR PUSTAKA

https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-gantt-chart-cara-membuat-gantt-chart/
https://fairuzelsaid.wordpress.com/2009/11/24/anaslisis-sistem-informasi-gantt-chart/
http://myutchei.blogspot.com/2011/11/paper-kuliah-manajemen-konstruksi.html
http://nuarylutfi12.blogspot.com/2013/12/network-planning-network-planning.html
http://fajarbax89.blogspot.com/2009/12/pengertian-cpm-dan-pert.html
http://sahrulgunawancunklie.blogspot.com/
http://gitoroffca.blogspot.com/2014/05/materi-manejemen-proyek-waktu-pert.html
http://ardhitamade.blogspot.com/2017/01/kelebihan-dan-kekurangan-gantt-chart.html
s

Anda mungkin juga menyukai