Anda di halaman 1dari 2

Medieval Europa

Around the 10th century, political and social life in western europa began to be stable enough for
people to begin to focus on education again. In many places "cathedral schools" sprang up, dadicated to
the training of future priests and clerics. They concentrated on the ancient tradition introductory
"trivium" (grammar, logic, and rhetoric). The more advanced students went on to the "quadrivium"
(arithmetic, geometry, music, and astronomy). It is likely that very few students actually studied the
mathematical topics in the quadrivium, but their presence in the curriculum helped stimulate intereste
in mathematics.

Once people became interested in mathematics, where could they go to learn more? The obvious thing
was to go to places under Islamic control, of which the most accesible was Spain. Gerbert d'Aurillac
(945-1003), later to be Pope Sylvester II, is an example. Gerbert visited Spain to learn mathematics, then
reorganized the cathedral schools at Rheims, France. He reintroduced the study of arithmetic and
geometry, thaught students to use the counting board, and even used Hindu-Arabic numerals (but not,
it seems, the full place, value system).

Terjemahan :

Europa Abad Pertengahan Sekitar abad ke-10, kehidupan politik dan sosial di europa barat mulai cukup
stabil bagi orang-orang untuk mulai fokus pada pendidikan lagi. Di banyak tempat "sekolah-sekolah
katedral" bermunculan, dibaktikan untuk melatih para imam dan ulama di masa depan. Mereka
berkonsentrasi pada pengantar tradisi kuno "trivium" (tata bahasa, logika, dan retorika). Siswa yang
lebih maju melanjutkan ke "quadrivium" (aritmatika, geometri, musik, dan astronomi). Sangat mungkin
bahwa sangat sedikit siswa yang benar-benar mempelajari topik matematika di quadrivium, tetapi
kehadiran mereka dalam kurikulum membantu merangsang minat dalam matematika.

Orang eropa pada waktu itu tentu sedang dalam fase yang kurang stabil tentu mengakibatkan beberapa
hal seperti pendidikan tidak menjadi fokus utama. Mungkin saja perang masih melanda dan
membutuhkan praktik pertahanan yang kuat. Saat pemerintahan telah stabil yang artinya telah
memenuhi kriteria suatu negara maka kebijakan yang dapat dilakukan bisa untuk meningkatkan
pendidikan. Tidak dapat dipungkiri lagi pendidikan menjadi salah satu faktor perkembangan negara maju
dan peradaban. Menariknya tujuan dari pendidikan di eropa salah satunya untuk menjadi imam dan
ulama maka berkonsentrasi awal seorang siswa terdapat pada pengantar tradisi kuno "trivium" (tata
bahasa, logika, dan retorika). Kemudian mereka dapat melanjutkan sekolah untuk mengambil
pendidikan ke "quadrivium" (aritmatika, geometri, musik, dan astronomi). Hal tersebut menjadi salah
satu kurikulum yang diterapkan secara umum.

Begitu orang tertarik pada matematika, kemana mereka bisa belajar lebih banyak? Yang jelas adalah
pergi ke tempat-tempat di bawah kendali Islam, yang paling mudah diakses adalah Spanyol. Gerbert
d'Aurillac (945-1003), yang kemudian menjadi Paus Sylvester II, adalah contohnya. Gerbert mengunjungi
Spanyol untuk belajar matematika, kemudian mengatur kembali sekolah-sekolah katedral di Rheims,
Prancis. Dia memperkenalkan kembali studi aritmatika dan geometri, mengira para siswa untuk
menggunakan papan penghitung, dan bahkan menggunakan angka Hindu-Arab (tetapi tidak, tampaknya,
tempat penuh, sistem nilai).

Paragraf tersebut dapat menjadi contoh seorang tokoh pada masa tersebut yaitu Gerbert d'Aurillac
(945-1003), yang kemudian menjadi Paus Sylvester II. Dia belajar matematika ke tempat-tempat yang
berada di bawah kendali Islam salah satunya Spanyol. Kemudian ketika pulan dia mengajarkan kembali
ilmu aritmatika dan geometri, belajar papan hitung dan menggunakan angka Hindu-Arab serta
memperbaiki kembali sekolah-sekolah katedral di Rhems, Perancis. Ilmu yang diterapkan cukup menarik
dan memiliki kontribusi lebih pada perkembangan pendidikan terutama matematika.

Anda mungkin juga menyukai