Permasalahan utama pada mekanisme pelaporan Ibu Hamil (kohort ibu dan kantong persalinan) saat ini
sebagian besar masih dilakukan secara manual (pelaporan rutin bulanan) dan berjenjang dari fasilitas
kesehatan di desa (bidan desa, bidan koordinator, poliklinik kesehatan desa), puskesmas sampai dengan
dinas kesehatan kabupaten/kota. Sedangkan Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan perhitungan Ibu Hamil
berdasarkan sasaran tahunan. Keterlambatan mengenali informasi tanda bahaya atau faktor resiko ibu
hamil dan merujuk atau mendapatkan pertolongan di fasilitas pelayanan kesehatan berdampak pada
keselamatan ibu dan bayinya. untuk mencegah kematian ibu dan bayi melahirkan Dinas kesehatan membuat
inovasi “GEMBIRA’’ (GErakan SelaMatkan Bayi dan Ibu MelahiRkAn).
Fase Ini dapat dideteksi, di data, dilaporkan melalui sms atau Whats APP.
Ibu yang hamil didampingi oleh Kader dan diperiksa oleh tenaga kesehatan
serta dapat diketahui atau dikenali faktor-faktor resikonya.
Fase
Pemberian PMT dan intervensi bagi ibu hamil KEK.
Kehamilan Melibatkan KOPASUS (Koordinasi Terpadu Khusus) yang terdiri dari Unsur
Kecamatan, Kepolisian, TNI dalam melakukan advokasi bagi ibu hamil yang
tidak mau melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
Ibu hamil yang akan melahirkan dikawal dan didampingi oleh bidan, kader
dasawisma.
Fase Ibu dengan persalinan normal bersalin di fasilitas kesehatan dasar standar,
Persalinan sedangkan ibu hamil dengan resiko tinggi dirujuk ke Rumah Sakit dan
dipantau oleh bidan, Dasawisma dan Masyarakat.
Melibatkan Kopasus (Koordinasi Terpadu Khusus).
Pemberian Akte Kelahiran bayi bagi ibu yang melahirkan di Fasilitas
Kesehatan integrasi program Dinas catatan sipil dan Dinas Kesehatan.