Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL PENELITIAN

Dermatitis Kontak pada Pekerja Laboratorium di PT. Charoen Pokphand


Indonesia Tbk

Andi Shafa Nadia Alyani Syahrir


Sub-departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin

Abstrak imunologik spesifik. Keduanya dapat


bersifat akut maupun kronis. Di antara
Latar belakang : Kulit adalah bagian
dermatitis kontak, dermatitis kontak
tubuh utama yang berhubungan
iritan menduduki urutan pertama
secara langsung dengan lingkungan
dengan 80% dan dermatitis kontak
luar, dan secara umum berfungsi
alergi menduduki urutan kedua dengan
sebagai pelindung dalam melawan
14%-20%.2 Belum ada data yang
bahan kimia yang berbahaya maupun
cukup mengenai dermatitis kontak
organisme hidup. Terdapat banyak
alergi pada pekerja di Indonesia,
sekali jenis aktivitas manusia dan
namun data dari Departemen
pekerjaan yang dapat merusak
Dermatologi di Indonesia, harus diingat
perlindungan epidermis, sehingga
bahwa terjadi peningkatan kasus baru
menimbulkan dermatitis yang terkait
terhadap dermatitis kontak dalam
dengan pekerjaan. Penyakit kulit akibat
kurun waktu Januari 2000 sampai
kerja yang paling umum terjadi adalah
Desember 2005, yaitu dari 10,16%
dermatitis kontak, yaitu dermatitis yang
menjadi 13,36% lalu relatif stabil pada
disebabkan bahan atau substansi yang
empat tahun berikutnya. Paparan
menempel pada kulit. Jumlah kejadian
bahan kimia di tempat kerja secara
dermatitis kontak adalah sebanyak
tidak langsung akan menimbulkan
90%. Dikenal dua jenis dermatitis
berbagai gangguan kesehatan seperti
kontak, yaitu dermatitis kontak iritan
gangguan pada kulit berupa iritasi kulit
yang merupakan respon nonimunologi
yang dapat mempengaruhi
dan dermatitis kontak alergik yang
produktifitas kerja. 1
diakibatkan oleh mekanisme
Dermatitis Kontak pada Pekerja Laboratorium di PT. Charoen Pokphand 1
Indonesia Tbk
Kejadian dermatitis kontak pasien yang bekerja sebagai
okupasional pada pekerja pabrik pakan laboran/analis yang didapatkan atau
ternak paling sering terkait dengan zat riwayat memiliki efflorensi berupa
aditif yang digunakan sebagai papul eritem pada kedua tangan kanan
penambah gizi maupun tujuan dan kiri yang terutama berlangsung
terapeutik. Penentuan penyebab saat melakukan pekerjaan.
dermatitis kontak pada lingkungan
Hasil : Prevalensi keluhan gatal pada
kerja sangat penting, karena
kulit yang terkena paparan,
menghindari bahan penyebab akan
menunjukkan bahwa dari 8 responden
mengarah pada kesembuhan dan
yang bekerja sebagai laboran/analis
mengurangi angka kekambuhan.
pada Laboratorium PT. Charoen
Penelitian ini bertujuan untuk
Pokphand Indonesia Tbk, terdapat
mengetahui hubungan paparan bahan
sebanyak 1 responden (12,5%) yang
kimia yang digunakan dalam produksi
mengalami atau terdapat kelainan kulit.
pakan ternak dengan kelainan kulit
pada laboran / analis pada Responden tersebut mengalami
Laboratorium PT. Charoen Pokphand reaksi kelainan kulit yang diperberat
Indonesia Tbk.2 setelah kontak dengan bahan kimia
dalam pembuatan pakan ternak.
Metode : Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan Pada penelitian kali ini
pendekatan cross sectional melalui didapatkan bahwa terdapat hubungan
proses walk through survey. Data yang prevalensi Dermatitis Kontak yang
digunakan berupa kebiasaan terjadi pada pekerja yang berprofesi
responden, aktivitas pekerjaan, dan sebagai analis/laboran dengan faktor
data faktor-faktor pencetus, seperti fisik pada pasien.
faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi,
faktor ergonomi, dan faktor Kesimpulan : Dermatitis kontak akibat
penggunaan alat pelindung diri. kerja merupakan reaksi peradangan
Sampel dalam penelitian ini pada kulit karena terpapar oleh bahan
adalah pasien dengan gejala gatal dan iritan maupun alergen di lingkungan
kemerahan serta anamnesis pada kerja. Angka prevalensi dermatitis

2 DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA LABORATORIUM DI PT. CHAROEN


POKPHAND INDONESIA TBK
kontak pada pekerja laboratorium yang terekspos, paling sering pada
sekitar 9,09% selama sepuluh tahun tangan. 3
terakhir. Untuk mendiagnosis pasien
Penting untuk memahami
dengan dermatitis kontak perlu
pekerjaan yang dilakukan oleh para
dilakukan anamnesis, pemeriksaan
pekerja dengan penyakit kulit.
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Beberapa pekerjaan seperti pekerja
Penanganan dermatitis kontak adalah
medis, koki, tukang cukur, pembantu
menghindari bahan alergen atau iritan
rumah tangga, pekerja pabrik pakan
yang merupakan agen penyebab
ternak, penjual bunga, dan pekerja
dermatitis kontak. Tindakan
kantor merupakan pekerjaan yang
pencegahan yang dapat dilakukan
rentan dapat menyebabkan penyakit
adalah menghindari atau mengganti
kulit. 3,5
bahan-bahan alergen dan iritan,
mengidentifikasi pekerja yang
Strategi yang paling baik dalam
mempunyai resiko tinggi, pemakaian
menghadapi penyakit kulit adalah
pelindung kulit seperti sarung tangan,
dengan melakukan pencegahan. Ini
krim pelindung, dan edukasi kepada
merupakan usaha multi disiplin yang
para pekerja.
memerlukan perencanaan dari atasan,
Kata Kunci : Dermatitis kontak,
karyawan, pejabat pemerintah, dan
pekerja kesehatan, alergi
personil perawatan kesehatan untuk
mengembangkan langkah-langkah
LATAR BELAKANG
pencegahan. Tanggung jawab untuk
pencegahan penyakit kulit pekerjaan
Dermatitis kontak okupasional
bersandar pada sejumlah individu,
dilaporkan terjadi sebanyak 90% dari
termasuk toksikologis, kimia dan
semua kasus penyakit kulit yang terkait
keselamatan insinyur, manajemen
dengan pekerjaan. Jenis dermatitis
manufaktur, industri higenis, pekerja,
kontak dapat dibagi menjadi dermatitis
pemerintah regulator dan ilmuwan, dan
kontak iritan, yaitu sebanyak 80% dan
penyedia layanan kesehatan. Ini
dermatitis kontak alergi. Pada
merupakan kerjasama antara berbagai
kebanyakan kasus, kedua jenis
individu untuk mencegah penyakit kulit
dermatitis tersebut akan muncul
karena pekerjaan. Hal ini mencakup
sebagai lesi eksim pada bagian tubuh

Dermatitis Kontak pada Pekerja Laboratorium di PT. Charoen Pokphand 3


Indonesia Tbk
identifikasi material berbahaya dan terjadinya penyakit kulit yang terkait
juga pekerja dengan resiko tinggi. pekerjaan. Identifikasi alergen dan
bahan iritan merupakan langkah
Prevalensi dermatitis kontak di
penting untuk mencegah dermatitis
Indonesia sangat bervariasi. Menurut
terjadinya kontak. Tulisan ini juga
Perdoski (2009) Sekitar 90% penyakit
memberikan bagaimana pengelolaan
kulit akibat kerja merupakan dermatitis
dermatitis kontak pada pekerjaan yang
kontak, baik iritan maupun alergik.
sehari-hari terapapar oleh bahan kimia
Penyakit kulit akibat kerja yang
yang dapat menyebabkan timbulnya
merupakan dermatitis kontak sebesar
dermatitis.5
92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit
dan 2,1% penyakit kulit karena sebab Penyakit kulit akibat kerja
lain. Pada studi epidemiologi, merupakan salah satu penyakit akibat
Indonesia memperlihatkan bahwa 97% kerja (occupational disease) yang
dari 389 kasus adalah dermatitis banyak terjadi pada masyarakat, dan
kontak, dimana 66,3% diantaranya merupakan penyakit akibat kerja kedua
adalah dermatitis kontak iritan dan terbanyak di Eropa setelah cidera
33,7% adalah dermatitis kontak alergi. muskuloskeletal.6 Penyakit kulit akibat
Data dari Departemen Kulit dan kerja yang paling umum terjadi adalah
Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat dermatitis kontak, yaitu sebanyak 70-
Angkatan Udara, juga memperlihatkan 90%.7 Dermatitis kontak adalah
adanya peningkatan kasus baru dermatitis atau keradangan yang
terhadap dermatitis kontak dalam disebabkan terpaparnya kulit dengan
kurun waktu Januari 2011 sampai bahan dari luar yang bersifat iritan atau
Desember 2012, yaitu dari 10,16% alergen, dan dalam hal ini paparan
menjadi 13,36% lalu relatif stabil pada berasal dari lingkungan pekerjaan.
empat tahun berikutnya.5 Gambaran klinis dan perjalanan
penyakit dermatitis kontak akibat kerja
Berdasarkan alasan tersebut,
sangat bervariasi tergantung pada
tujuan dari tulisan ini adalah untuk
berbagai faktor internal maupun
mengidentifikasi alergen dan bahan
eksternal. Beberapa reaksi dapat
iritan yang sering menyebabkan
terjadi ketika kondisi patologis

4 DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA LABORATORIUM DI PT. CHAROEN


POKPHAND INDONESIA TBK
diproduksi di kulit karena kontak Prevalensi dermatitis kontak
dengan agen kemikal, seperti urtikaria, akibat kerja bervariasi di tiap negara,
jerawat, hipopigmentasi atau hal ini terjadi karena tidak adanya
hiperpigmentasi, fotosensitif, atropi, definisi standarisasi kasus, metode
purpura, ataupun eczema. Terdapat diagnostik, dan sistem pencatatan
dua macam dermatitis yang sering yang jelas. Prevalensi tinggi ditemukan
disebabkan oleh pekerjaan yaitu pada kelompok pekerja khusus seperti
dermatitis kontak alergi dan dermatitis perawat, penata rambut, pekerja
kontak iritan.8 pengolahan makanan, dan pekerja
besi.6,7
Dermatitis kontak alergi (DKA)
adalah merupakan reaksi peradangan Informasi mengenai karakter
yang terjadi pada seseorang yang atau gambaran umum dari pasien yang
telah mengalami sensitisasi terhadap menderita dermatitis kontak akibat
suatu allergen. kerja sangat terbatas, terutama di
Indonesia. Informasi tersebut dapat
Dermatitis kontak iritan (DKI) digunakan untuk mengenali faktor-
adalah reaksi peradangan kulit faktor yang berperan pada dermatitis
nonimunologik, sehingga kerusakan kontak akibat kerja sehingga akan
kulit terjadi langsung tanpa didahului mengarah pada penanganan dan
proses sensitisasi. Agen korosif strategi pencegahan yang tepat.
menyebabkan kematian sel-sel Penentuan penyebab dermatitis kontak
epidermal.8 pada lingkungan kerja sangat penting
untuk identifikasi secara tepat, karena
Penyakit ini ditandai dengan
menghindari bahan penyebab akan
peradangan kulit polimorfik yang
mengarah pada kesembuhan dan
mempunyai ciri – ciri yang luas,
mengurangi angka kekambuhan.8
meliputi: rasa gatal, eritema
(kemerahan), endema (bengkak),
papul (tonjolan padat diameter kurang METODE
dari 55mm), vesikel (tonjolan berisi Penelitian ini menggunakan
cairan diameter lebih dari 55mm), crust metode penelitian deskriptif dengan
dan skuama pendekatan cross sectional melalui
proses walk through survey. Data yang
Dermatitis Kontak pada Pekerja Laboratorium di PT. Charoen Pokphand 5
Indonesia Tbk
digunakan berupa kebiasaan informasi yang diperlukan adalah ada
responden, dan data faktor-faktor tidaknya faktor hazard, alat kerja apa
pencetus Dermatitis kontak, seperti yang digunakan, alat pelindung diri
faktor fisik. Data yang digunakan yang digunakan, ketersediaan obat
berupa anamnesis, pemeriksaan fisis P3K di tempat kerja, keluhan atau
dan pekerjaan dilakukan secara praktis penyakit yang dialami pekerja dan
atau manual. upaya pengetahuan mengenai K3
Sampel dalam penelitian ini kepada perkerja laboratorium
adalah pasien dengan keluhan gatal- Peralatan yang diperlukan untuk
gatal yang masih berlangsung saat melakukan walk through survey antara
melakukan pekerjaan. Distribusi lain:
sampel penelitian berdasarkan jenis  Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai
pekerjaan yang dilakukan didapatkan media untuk pencatatan selama
hasil 1 dari 8 pekerja yang mengalami survey dilakukan.
keluhan gatal-gatal. akan tetapi,  Kamera digital: Berfungsi sebagai
penelitian pada studi cross sectional alat untuk memotret kegiatan dan
terdapat beberapa kelemahan yaitu lingkungan di Laboratorium PT.
kurangnya jumlah kasus yang Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
didapatkan, berat-ringannya kasus  Check List: Berfungsi sebagai alat
yang sulit ditentukan karena untuk mendapatkan data primer
keterbatasan sarana pemeriksaan dan mengenai survey yang dilakukan.
kurangnya waktu yang didapatkan Cara survey yang dilakukan adalah
untuk melanjutkan survey. Selain itu, dengan menggunakan Walk Through
penelitian dengan studi ini tidak Survey. Teknik Walk Through Survey
menggambarkan perjalanan penyakit, juga dikenali sebagai Occupational
insiden, maupun prognosis penyakit.3,4 Health Hazards. Untuk melakukan
Bahan yang digunakan pada survei ini, dapat dimulai dengan
survei ini adalah checklist yang di mengetahui tentang manajemen
buat. Checklist ini dibuat berdasarkan perencanaan yang benar, berdiskusi
informasi yang diperlukan dari tujuan tentang tujuan melakukan survey, dan
survei dilakukan. Pada survei ini, menerima keluhan-keluhan baru yang

6 DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA LABORATORIUM DI PT. CHAROEN


POKPHAND INDONESIA TBK
releven.5
No. Tanggal Kegiatan
Bahaya apa dan dalam situasi yang
bagaimana bahaya dapat timbul,
- Melapor ke bagian
merupakan sebagai hasil dari 1. 25
K3 RS Ibnu Sina
penyelenggaraan kegiatan Walk Februari
- Pengarahan
Through Survey. Mengenal bahaya, 2019
kegiatan
sumber bahaya dan lamanya paparan
- Pembuatan
bahaya terhadap pekerja.5
proposal walk
Pihak okupasi kesehatan dapat
through survey
kemudian merekomendasikan
- Walk through
monitoring survey untuk memperoleh
survey
kadar kuantitas eksposur atau
kesehatan okupasi mengenai risk 2. 26 - Pembuatan
assessment.1,5 Februari laporan walk
Walk Through Survey ini bertujuan 2019 through survey
untuk memahami proses produksi,
denah tempat kerja dan lingkungannya
3. 27
secara umum. Selain itu, - Pembuatan status
Februari
mendengarkan pandangan pekerja okupasi
2019
dan pengawas tentang K3, memahami
pekerjaan dan tugas-tugas pekerja,
- Pembuatan laporan
mengantisipasi dan mengenal potensi 4. 28
walk through survey
bahaya yang ada dan mungkin akan Februari
- Pembuatan artikel
timbul di tempat kerja atau pada 2019
status okupasi
petugas dan menginventaris upaya-
- Presentasi walk
upaya K3 yang telah dilakukan 1 Maret
through survey
mencakup kebijakan K3, upaya 5. 2019
- Presentasi status
pengendalian, pemenuhan peraturan
okupasi
perundangan dan sebagainya.1-5
Survey dilakukan di Laboratorium
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk,
dengan jadwal survey selama 5 hari,
yaitu :
Dermatitis Kontak pada Pekerja Laboratorium di PT. Charoen Pokphand 7
Indonesia Tbk
HASIL Prevalensi dermatitis kontak
Pada penelitian ini diambil yang didapatkan dari responden
sampel dari pekerja laboratorium, dari sebesar 12,5%. Faktor yang dominan
perhitungan sampel didapatkan berpengaruh dalam dermatitis kontak
sampel sebanyak 1 dari 8 pekerja berupa faktor fisik yaitu bahan-bahan
(total jumlah pekerja laboratorium kimia seperti tylsoin 10%, neomycin
dalam satu shift). 20%, thiabendazole 4%, indigo
Jumlah responden keseluruhan carmine 1% yang digunakan dalam
yang berjumlah 8 orang yang mana pembuatan pakan ternak. Pasien
dari keseluruhan responden tersebut bekerja selama 9 jam dalam sehari.
bekerja sebagai analis/laboran dan Dari 8 orang responden yang
diantaranya terdapat 1 responden diwawancarai yaitu sebanyak 1
mengalami dermatitis kontak. responden (12,5%) yang mengalami
Dari rencana waktu yang telah Dermatitis sedangkan responden yang
ditetapkan, terkumpul data yang tidak mengalami keluhan gatal pada
didapatkan dari check list yang dibuat. kulit sebanyak 7 responden (87,5%).
Dari hasil check list diperoleh 1 pekerja Berdasarkan penelitian yang telah
perempuan. Pasien awalnya mengeluh dilakukan pada satu pekerja tersebut,
gatal-gatal disertai kemerahan pada titik keluhan gatal dan kemerahan yang
kedua tangan. Hasil anamnesis dirasakan oleh pekerja adalah pada
didapatkan bahwa keluhan ini dialami bagian tangan.
sejak lama dalam jangka waktu 3 Berdasarkan hasil penelitian
bulan yang lalu memberat, hilang yang berdasar pada Hazard yaitu
timbul, memberat setelah kontak faktor fisik yang ditinjau dari bahan
dengan bahan kimia pembuatan pakan kimia yang terpapar pada 1 orang yang
ternak. Pasien telah memeriksakan diri mengalami dermatitis kontak.
ke dokter dan telah mengonsumsi obat Berdasarkan hasil penelitian,
untuk mengurangi keluhan. Hasil dari 1 responden yang mengalami
anamnesis didapatkan pasien tidak dermatitis kontak didapatkan bahwa
pernah demam. pasien ini selalu bekerja dengan
terpapar dengan bahan kimia lebih dari

8 DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA LABORATORIUM DI PT. CHAROEN


POKPHAND INDONESIA TBK
10 kali dalam 9 jam periode waktu umumnya dikenal sebagai dermatitis
kerjanya. dan biasanya melibatkan radang kulit.
Berdasarkan hasil penelitian, Sebagian besar penyakit kulit ini
dari 1 responden (12,5%) yang disebabkan karena kontak dengan
mengalami dermatitis kontak agen berbahaya, oleh karena itu
didapatkan bahwa pasien disebut dengan disebut dermatitis
menggunakan alat pelindung diri kontak. Beberapa reaksi dapat terjadi
(APD) saat bekerja. ketika kondisi patologis diproduksi di
Berdasarkan hasil penelitian, kulit karena kontak dengan agen
dari 1 responden (12,5%) yang kemikal, seperti urtikaria, jerawat,
mengalami dermatitis kontak hipopigmentasi atau hiperpigmentasi,
didapatkan bahwa pencahayaan pada photosensitive, atropi, purpura,
tempatnya bekerja cukup memadai. ataupun eczema. Terdapat dua
Sumber cahaya berasal dari cahaya macam dermatitis yang sering
matahari langsung dan beberapa disebabkan oleh pekerjaan yaitu
sumber lampu. dermatitis kontak alergi dan dermatitis
Berdasarkan hasil penelitian, kontak iritan.9
dari 1 responden yang mengalami Dermatitis kontak alergi (DKA)
dermatitis kontak mengatakan bahwa adalah merupakan reaksi peradangan
tidak terdapat sumber kebisingan yang terjadi pada seseorang yang
ditempatnya bekerja. telah mengalami sensitisasi terhadap
Dengan demikian, faktor-faktor suatu allergen.9
yang paling berperan dominan pada Dengan perkembangan industri
terjadinya dermatitis kontak pada yang sangat pesat di negara kita,
pekerja laboratorium di Laboratorium maka adanya alergen kontak dalam
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk lingkungan sulit untuk dihindari.
adalah faktor kimia. Bahan-bahan seperti logam, karet dan
plastik hampir selalu ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Demikian pula
DISKUSI
kosmetik, obat-obatan, terutama obat
Penyakit kulit yang disebabkan
gosok yang populer di masyarakat,
oleh bahan / substansi dan proses
sehingga diduga insidensi DKA akibat
yang dilakukan di tempat kerja yang
alergen-alergen tersebut cukup tinggi.
Dermatitis Kontak pada Pekerja Laboratorium di PT. Charoen Pokphand 9
Indonesia Tbk
Diantara dermatosis akibat kerja, Dermatitis kontak iritan
dermatitis kontak merupakan penyakit merupakan penyakit kulit yang paling
yang paling sering terjadi (sampai sering terjadi akibat pekerjaan,
90%). Sebagian besar berupa terhitung lebih dari 80% dari seluruh
dermatitis kontak iritan (sampai 80%) pekerjaan dapat terjadi pada semua
diikuti DKA yang tergantung pada orang yang terekspos substansi iritan
derajat dan bentuk industrialisasi suatu pada kulit.9
negara. DKA lebih kurang merupakan
20% dari seluruh dermatitis Etiologi Dermatitis Kontak
kontak.Dermatitis kontak iritan (DKI) Berdasarkan etiologinya
adalah reaksi peradangan kulit dermatitis kontak dibagi menjadi dua
nonimunologik, sehingga kerusakan yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan
kulit terjadi langsung tanpa didahului dermatitis kontak alergik (DKA).
proses sensitisasi. Agen korosif Dermatitis kontak iritan adalah reaksi
menyebabkan kematian sel-sel inflamasi lokal pada kulit yang bersifat
epidermal sehingga bermanifestasi non imunologik setelah terjadi pajanan
seperti luka bakar akibat bahan kimia.9 bahan fisika atau kimia dari luar.2
Epidemiologi dari dermatitis Reaksi DKI ini bersifat nonspesifik
kontak alergi cukup sering. Di Amerika yang bisa terjadi pada semua populasi
Serikat, didapatkan 7 % pada orang manusia dan tidak membutuhkan
yang memiliki pekerjaan Namun, sensitisasi. Secara umum DKI
terdapat data yang menunjukkan merupakan penyakit kulit akibat kerja
bahwa insiden rata-rata sebenarnya yang paling banyak, persentasenya
adalah 10 sampai 50 kali lebih banyak mencapai 80% dari kasus-kasus
dari yang dilaporkan oleh U.S. Bureau penyakit kulit akibat kerja.5 Sedangkan
of Labor Statistics data. Sedangkan dermatitis kontak alergik terjadi
pada yang tidak memiliki pekerjaan, di berdasarkan reaksi imunologis berupa
estimasi tiga kali lebih banyak reaksi hipersensitivitas tipe lambat
dibandingkan yang memiliki (tipe IV) dengan perantara sel limfosit
pekerjaan.8 T.2,5,7 Reaksi alergik ini bersifat spesifik
yang hanya terjadi pada individu yang

1 DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA LABORATORIUM DI PT. CHAROEN


0 POKPHAND INDONESIA TBK
telah mengalami sensitisasi terhadap komulatif (kronik) lebih sering terjadi
antigen tertentu. Secara umum pada kulit yang terpapar oleh iritan
persentasenya juga sedikit sekitar 20% lemah secara berulang-ulang. Pasien
dari kasus-kasus penyaki kulit akibat yang terpapar iritan secara kronik, area
kerja.9 kulit tersebut bisa mengalami eritema,
Gejala Klinis pengelupasan, berkilat, berskuama,
Sebagian besar lokasi timbul retakan dan bahkan ada yang
dermatitis kontak akibat kerja terdapat mengalami penebalan (likenifikasi).10
pada tangan, yaitu sekitar 80%-90% Sedangkan pada DKA lesi
dari semua kasus DKAK, karena klinisnya dapat dibagi menjadi 3 tipe,
tangan merupakan organ tubuh yang yaitu akut, subakut, dan kronis. Pada
paling sering digunakan untuk tipe akut, derajat kelainan kulit yang
pekerjaan sehari-hari. Dermatitis juga timbul bervariasi ada yang ringan ada
dapat terjadi pada wajah (12%) dan pula yang berat. Pada yang ringan
kaki (14%) dan tukang merupakan mungkin hanya berupa eritema dan
pasien terbanyak untuk dermatitis edema, sedangkan pada yang berat
pada wajah. Lokasi DKA pada tangan selain eritema dan edema yang lebih
biasanya pada telapak tangan, dorsal berat disertai pula vesikel yang bila
tangan, jari-jari tangan, dan seluruh pecah akan terjadi erosi dan eksudasi.
tangan. Sedangkan pada DKI jarang Lesi cenderung menyebar dan
pada telapak tangan dan biasanya batasnya kurang jelas. Keluhan
pada dorsal tangan, ujung jari tangan, subyektif berupa gatal. Pada tipe
dan sela-sela jari tangan.9 subakut akan terlihat eritema, edema
Pada DKI, lesi klinisnya dibagi ringan, vesikula, krusta, dan
menjadi lesi akut dan lesi komulatif pembentukan papul-papul sedangkan
(kronis). Pada lesi akut, kulit akan pada tipe kronis akan terlihat
mengalami eritema, edema, dan dapat likenifikasi, papula, skuama, terlihat
berkembang menjadi bula yang bila pula bekas garukan berupa erosi atau
pecah akan mengeluarkan cairan. ekskoriasi, krusta serta eritema
Rasa perih dan terbakar akan terasa ringan.9,10
pada lesi tersebut. Nekrosis juga bisa Perbedaan klinis pada DKI dan
terjadi bila tangan bagian dorsal DKA terdapat pada gejala awal dari
terkena iritan kuat. Sedangkan DKI dermatitis, pada DKI lebih sering
Dermatitis Kontak pada Pekerja Laboratorium di PT. Charoen Pokphand 1
Indonesia Tbk 1
menimbulkan rasa terbakar atau perih, Penyebaran gejala klinis.
sedangkan pada DKA, rasa gatal-gatal Penyebaran dari tangan sampai ke
terasa lebih dominan. Vesikel lebih kaki atau ke muka biasanya terjadi
sering terdapat pada DKA dari pada pada dermatitis kontak alergik, tapi
DKI, sedangkan bula lebih sering kadang-kadang bisa terjadi pada
terjadi pada DKI.9,10 dermatitis kontak iritan yang berat.
Diagnosis Riwayat penyakit kulit sebelumnya dan
Diagnosis dermatitis kontak status kesehatan pasien perlu
akibat kerja terdiri dari anamnesis, ditanyakan. Adanya riwayat dermatitis
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan atopik mempermudah pekerja terkena
penunjang.
 dermatitis kontak iritan pada
Anamnesis pekerjaannya yang sering dan
Pada kasus dermatitis kontak berulang-ulang kontak dengan bahan
akibat kerja, anamnesis yang bisa iritan. Selain itu, kebiasaan kebersihan
digali pada pasien adalah sebagai diri, terutama dalam mencuci tangan,
berikut. juga patut ditanyakan. Pekerja sering
Waktu pertama kali munculnya mencuci dengan menggunakan bahan
gejala klinis. Biasanya orang pelarut atau iritan kuat untuk
cenderung mengingat fase menghilangkan material yang susah
eksaserbasi yang menyebabkan dibersihkan.
orang-orang pergi ke pelayanan medis Riwayat pekerjaan. Pertanyaan
daripada awal munculnya gejala. penting yang perlu ditanyakan tentang
Lokasi pertama munculnya pekerjannya, seperti apa jenis
gejala klinis. Pada dermatitis kontak pekerjannya, lama bekerja, bagaimana
akibat kerja terutama pada pekerja proses kerjanya, bahan apa saja dan
bangunan biasanya muncul pertama seberapa seringkah bahan tersebut
kali pada tangan. Pada kasus yang terpajan dengan kulitnya, apakah
jarang bisa muncul pada pergelangan pekerja menggunakan pelindung dan
tangan, lengan bawah, kaki bagian bagaimana cara pembersihan kulit
bawah, dan wajah. disana.

1 DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA LABORATORIUM DI PT. CHAROEN


2 POKPHAND INDONESIA TBK
Pertanyaan berguna lainnya, wajah dan leher karena banyak
seperti “apakah dermatitis membaik dermatosa akibat kerja yang terjadi
setelah selesai bekerja atau pada tangan dan wajah.9
bertambah buruk saat kembali
bekerja?”. Pertanyaan ini berguna Pemeriksaan penunjang

untuk menentukan seberapa sering Standar utama pemeriksaan
perbaikan dan perburukan gejala penunjang pada dermatitis kontak
terjadi, dan seberapa cepatkah. adalah uji temple (patch test). Ketika
Dermatitis kontak akibat kerja biasanya bahan alergen dicurigai, pemeriksa
lebih bagus dan lebih konsisten harus melakukan uji tempel untuk
perbaikannya pada saat hari libur dan menegakkan diagnosis. Hal ini perlu
memburuk saat kembali bekerja diingat bahwa diagnosis uji tempel
dibandingkan dengan eksema yang dirancang sebagai tes untuk alergik
bukan akibat kerja. Pertanyaan seperti dan bukan untuk bahan iritan.9
“apakah pekerja yang lainnya ada
yang menderita gejala yang sama?” Diagnosis Banding
juga penting untuk ditanyakan. Jika Berbagai jenis kelainan kulit yang
ada atau sebagian besar rekan harus dipertimbangkan dalam
kerjanya menderita gejala yang sama, diagnosis banding dermatitis kontak
kemungkinan hal tersebut merupakan akibat kerja adalah :
indikasi adanya dermatitis kontak  Dermatitis atopik.
iritan.9 Dermatitis atopik merupakan erupsi
kulit yang bersifat kronik residitif, pada
Pemeriksaan fisik
 tempat-tempat tertentu seperti lipatan
Pemeriksaan fisik seharusnya siku, lipatan lutut disertai riwayat atopi
meliputi pemeriksaan seluruh pada penderita atau keluarganya.
permukaan kulit. Pemeriksaannya Dermatitis atopik sering mengenai
harus fokus pada lokalisasi, dan tangan pada remaja dan biasanya
morfologinya, seperti adanya eritema, bertambah parah pada pekerjaan
vesikel, bula, nekrosis, papul, skuama, dengan pajanan air dan bahan- bahan
fisura atau eksema. Selain lesi pada iritan yang tinggi.9
tangan, bagian kulit yang lainnya juga  Dermatitis numularis.
harus diperiksa terutama pada bagian
Dermatitis Kontak pada Pekerja Laboratorium di PT. Charoen Pokphand 1
Indonesia Tbk 3
Dermatitis numularis merupakan suatu disarankan untuk mengganti
bentuk dermatitis dengan efloresensi pekerjaannya. Namun jika sudah
berbentuk papul dan vesikel dengan terpapar dapat dilakukan pencucian
dasar eritematosa, berbentuk mata sesegera mungkin pada area yang
uang, berbatas tegas umumnya terpapar iritan akan mengurangi waktu
mengenai tungkai bawah dan pada sisi kontak agen iritan dengan kulit.
ekstensor ekstremitas. Dermatitis Penggunaan baju pelindung, sarung
numularis dapat menyerupai dermatitis tangan, dan alat proteksi lainnya akan
kontak pada tangan.9 mengurangi pemaparan iritan dan
 Dermatitis seboroik sebaiknya penggunaan alat proteksi
Merupakan penyakit papuloskuamosa diganti secara periodik.9,10
yang kronik dan berhubungan dengan Apabila diperlukan, untuk mengatasi
peningkatan produksi sebum (sebore) peradangan dapat diberikan terapi
pada kulit kepala dan area yang farmakologi. Terapi farmakologi pada
memiliki banyak kelenjar sebasea di DKAK iritan meliputi terapi untuk lesi
wajah dan badan.7 Dermatitis seboroik akut dan kronik. Pada lesi akut, bila
dapat menyerupai dermatitis kontak lesinya basah diberi terapi basah yaitu
pada wajah.9 dengan kompres basah menggunakan
salin yang dikompres selama 15 menit
Penanganan dua kali sehari. Sedangkan bila lesinya
Dermatitis kontak akibat kerja kering dapat diberikan hidrokortison
iritan
 Upaya pengobatan DKI yang topikal ringan seperti hidrokortison 1-
terpenting adalah menghindari bahan 2,5%. Pada lesi kronik dibutuhkan
yang dapat menyebabkan respon kortikosteroid topikal yang lebih kuat,
iritasi pada kulit baik yang bersifat seperti krim betamethasone valerat
kimiawi, mekanik maupun fisis. Untuk 0,01% dengan oklusi selama 1 sampai
menghindari bahan iritan dapat 3 minggu atau kelompok kortikosteroid
dilakukan dengan cara mengganti topikal yang sangat kuat seperti salep
material pada tempat kerja dengan betametason dipropionat 0,05% tanpa
material lain yang kurang berbahaya. oklusi.9,10
Selain itu, jika memungkinkan, pekerja Dermatitis kontak akibat kerja alergik

1 DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA LABORATORIUM DI PT. CHAROEN


4 POKPHAND INDONESIA TBK
Hal yang perlu diperhatikan pada kronis dibutuhkan kortikosteroid topikal
pengobatan DKA adalah mencegah potensi kuat, seperti krim
pajanan alergen. Mencegah pajanan betamethasone valerat 0,01% dengan
agen alergen dapat dilakukan dengan oklusi selama 1 sampai 3 minggu
menghindari bahan alergen, yaitu sampai peradangannya hilang atau
dengan mengganti bahan alergen menggunakan salep betametason
dengan bahan yang kurang berbahaya dipropionat 0,05% tanpa oklusi.
atau mengganti pekerjaannya, Selain pengobatan topikal,
mencuci bagian yang terpapar secepat pengobatan sistemik juga diperlukan
mungkin dengan sabun, jika tidak ada untuk mengontrol rasa gatal dan pada
sabun bilas dengan air, dan gunakan kasus-kasus yang sedang atau berat
perlengkapan pelindung (sarung baik akut maupun kronik. Pengobatan
tangan) saat melakukan aktifitas yang sistemik dapat berupa pemberian
berisiko terhadap paparan alergen. antihistamin oral, seperti
Pencucian dapat dilakukan dengan diphenhydramine 25-50 mg atau
menggunakan sabun hipoalergenik hydroxyzine 10-25 mg 4 kali sehari
dan jangan menggosok bagian yang untuk menghilangkan rasa gatal dan
ruam. Lalu dapat dilakukan kortikosteroid sistemik seperti
pembersihkan bagian yang terpapar, prednison atau prednisolon diberikan
dengan cara mengompres kulit yang pada kasus yang sedang atau berat,
teriritasi dengan air hangat (32,20C) secara peroral, intramuskular atau
atau lebih dingin. 9,10 intravena.9,10
Terapi farmakologi pada DKAK
alergik hampir sama dengan terapi Pencegahan
farmakologik pada DKAK iritan. Pada Pencegahan merupakan
lesi akut dengan lesi basah diberikan strategi yang optimal dalam
kompres basah dengan menggunakan menangani masalah penyakit kulit
salin atau alumunium asetat untuk akibat kerja. Hal ini merupakan usaha
mempercepat pengeringan lesi, multidisiplin yang membutuhkan
sedangkan bila lesi kering dapat perencanaan oleh pemilik industri,
diberikan hidrokortison topikal potensi pekerja, pemerintah, dan petugas
ringan (hidrokortison 1-2,5% atau kesehatan untuk mengembangkan
dexametason, krim 0,1% ). Pada lesi usaha pencegahan. Beberapa
Dermatitis Kontak pada Pekerja Laboratorium di PT. Charoen Pokphand 1
Indonesia Tbk 5
tindakan yang dapat mencegah responden, karena keterbatasan
penyakit kulit akibat kerja antara lain sarana pemeriksaan, dan
adalah identifikasi bahan-bahan keterbatasaan waktu penelitian. Untuk
berbahaya terlebih dahulu sebelum menganalisis faktor terjadinya kasus
digunakan di tempat kerja sehingga penyakit atau keluhan lain perlu
bahan-bahan tersebut dapat digantikan diketahui riwayat penyakit terdahulu
dengan bahan-bahan kimia lainnya dan riwayat pekerjaan di tempat lain
yang tidak berbahaya, penyaringan yang mungkin berhubungan dengan
sebelum bekerja untuk keluhan yang dirasakan sekarang.
mengidentifikasi populasi yang berisiko Selain itu checklist yang hanya
tinggi, dan hazard control yang terfokus pada faktor penyebab
mencakup pemilik perusahaan, penyakit akibat kerja, tidak memenuhi
pekerja, pemerintah, serta petugas semua poin-poin yang diperlukan
kesehatan.9 untuk mendiagnosis penyakit dari
keluhan yang dirasakan. Perlu
SARAN penelitian yang lebih mendalam dan
Penelitian ini tentunya tidak pemeriksaan yang lebih lengkap untuk
terlepas dari keterbatasan, adapun dapat menilai secara keseluruhan
keterbatasan dari penelitian ini adalah penyebab dari keluhan yang dirasakan
checklist yang dibuat hanya oleh pekerja.
menentukan hubungan penyakit akibat
kerja, tapi tidak dapat menentukan
insidens, berat ringannya penyakit dan KESIMPULAN
prognosis penyakit. Demikian pula Dermatitis kontak akibat kerja
untuk survey menilai faktor psikososial merupakan reaksi peradangan pada
akibat kerja, diagnosisnya hanya kulit karena terpapar oleh bahan iritan
bersifat subjektif, tidak dapat diketahui maupun alergen di lingkungan kerja.
kapan stressor muncul. Angka prevalensi dermatitis kontak
Keterbatasan lainnya adalah pada pekerja laboratorium sekitar
tidak dilakukan pemeriksaan yang 9,09% selama sepuluh tahun terakhir.
menyeluruh terhadap seluruh Untuk mendiagnosis pasien dengan

1 DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA LABORATORIUM DI PT. CHAROEN


6 POKPHAND INDONESIA TBK
dermatitis kontak perlu dilakukan dermatitis and urticarial. Occup
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan Med. 2010;60:502-6
pemeriksaan penunjang. Penanganan 5. Lestari Fatma, Utomo HS. Faktor-
dermatitis kontak adalah menghindari faktor yang berhubungan dengan
bahan alergen atau iritan yang dermatitis kontak pada pekerja.
merupakan agen penyebab dermatitis 2007;11:61-8.
kontak. Tindakan pencegahan yang 6. Brown T. Strategies for prevention:
dapat dilakukan adalah menghindari occupational contact dermatitis.
atau mengganti bahan-bahan alergen Occupational Medicine.
dan iritan, mengidentifikasi pekerja 2004;54:450-
yang mempunyai resiko tinggi, 7. Ariwibowo, L. 2015. Dermatitis
pemakaian pelindung kulit seperti kontak okupasional pada tangan
sarung tangan, krim pelindung, dan perawat bangsal rumah sakit:
edukasi kepada para pekerja. Kasus Seri. SMF Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Universitas
REFERENSI : Gajah Mada. 42-8.
1. Cahil J, Matheson MC, Palmer AM, 8. Smedley J. Concise guidance:
BBurgess JA, Dharmage SC, diagnosis, management and
Nixon RL. Occupational contact prevention of occupational contact
dermatitis. Australia Occupational dermatitis. Clinical Med. 2010;
Dermatology Research and 10;487-90
Education Center. 2012. 9. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan
2. G. Mancuso. 1990. Occupational Kelamin. FKUI. Jakarta. 1987.
Dermatitis in Animal Feed Mill 10. Keefner, D.M., dan Curry, C.E.
Workers. University of Sassary: Contact Dermatitis dalam
Department of Dermatology. Italy. Handbook of Nonprescription
3. Sasseville D. Occupational Contact Drugs. 12th Edition. APHA.
Dermatitis. Allergy, Asthma and Washington D.C. 2004
Clinical Immunoloy, Vol 4. 2008.
59-65
4. Nicholson, PJ. Evidence Based
Guidelines: occupational contact

Dermatitis Kontak pada Pekerja Laboratorium di PT. Charoen Pokphand 1


Indonesia Tbk 7

Anda mungkin juga menyukai