Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH

TEKNOLOGI LIMBAH CAIR


PROSES PENGELOLAAN LIMBAH CAIR SECARA FISIKA

Disusun Oleh :

Herwin Manurung NIM 2018.312.006 P


Hilya Fithri NIM2018.312.010 P

Dosen Pembimbing :
Rully Masriatini, S.T., M.T

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG


TEKNIK KIMIA
TA 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah

matakuliah Teknologi Limbah Cair. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima

kasih kepada Ibu Rully Masriatini, S.T., M.T selaku dosen yang telah memberikan bimbingan,

saran, materi pendukung dan masukan kepada penulis dan kepada pihak-pihak yang telah

membantu penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai pada waktunya.

Makalah ini telah disusun semaksimal mungkin, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,

penulis mohon maaf. Demikian dari penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca, kritik dan saran kami harapkan agar dapat meningkatkan kualitas pembuatan

makalah berikutnya, terima kasih.

Palembang, Januari 2019

Penyusun
Pendahuluan

Air adalah komponen yang sangat penting untuk kelangsungan hidup. Kebutuhan air
bersih akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah populasi didunia. Jumlah kebutuhan
air bersih terus meningkat tiap tahun,, akan tetapi sumber air bersih terus menurun tiap tahun.
Meskipun jumlah air mencakup 70% dari permukaan bumi, akan tetapi hanya sekitar
0.002 % yang tersedia untuk di konsumsi oleh makhluk hidup (Alrumman dkk., 2016). WHO
menyatakan bahwa 1,1 milyar manusia tidak mendapatkan air bersih. Sebagian besar air
digunakaan pada rumah tangga, pertanian, dan industri. Penggunaan air menyebabkan
munculnya air. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem pengolahan air sehingga air
limbah dapat digunakan kembali. Proses pengolahan air limbah merupakan salah satu langkah
penting untuk memperoleh air bersih akan tetapi terdapat beberapa parameter yang perlu
diperhatikan sehingga diperoleh air ang dapat digunakan kembali. Beberapa parameter yang
perlu diperhatikan seperti, Total organic carbon (TOC), Dissolved organic carbon (DOC),
Chemical oxygen demand (COD), Biological oxygen demand (BOD) (Schutte dan Focke,
2006). Berdasarkan metodenya proses pengolahan air limbah dibagi menjadi tiga jenis yaitu
pengolahan secara fisika, biologi, dan kimia. Pemilihan metode pada pengolahan limbah bisa
salah satu dari metode tersebut atau kombinasi dari ketiganya. Proses pemilihan metode
berdasarkan sifat polutan yang akan diolah (Riffat, 2012). Pada review ini akan dibahas proses
pengolahan air limbah berdasarkan metode secara fisika, kimia, dan biologi.

Pengolahan air limbah secara fisik merupakan pengolahan awal (primary treatment)
air limbah sebelum dilakukan pengolahan lanjutan, pengolahan secara fisik bertujuan untuk
menyisihkan padatan-padatan berukuran besar seperti plastik, kertas, kayu, pasir, koral,
minyak, oli, lemak, dan sebagainya. Pengolahan air limbah secara fisik dimaksudkan untuk
melindungi peralatan-peralatan seperti pompa, perpipaan dan proses pengolahan selanjutnya.
Beberapa unit operasi yang diaplikasikan pada proses pengolahan air limbah secara fisik
diantaranya : penyaringan (screening), pemecahan/grinding (comminution), penyeragaman
(equalization), pengendapan (sedimentation), penyaringan (flitration), pengapungan
(floatation).

a. Screening

1
Screening merupakan unit operasi yang diaplikasikan pada awal pengolahan air
limbah. Tujuan dari screening ini adalah untuk pemisahan material berukuran besar seperti
kertas, plastik, kayu, kulit udang, sisik ikan, dan sebagainya.

Berdasarkan teknik pengoperasian, screening diklasifikasi menjadi dua (2) klasifikasi yaitu :

1. Screening yang dioperasikan secara maual, screen yang dibersihkan secara manual
(mempergunakan tangan).

2. Screening yang dioperasikan secara automatis : screen dengan pemisahan padatan


berlangsung secara kontinyu, pemisahan padatan dapat dilakukan secara mekanik atau
dengan aliran air limbah itu sendiri.

Berbagai jenis screen yang bisa diaplikasikan pada pengolahan air limbah seperti gambar
berikut

Gambar 1. Contoh Screening

b. Pemecah/Grinding (comminution)

Pemecah atau grinding (comminution) merupakan unit operasi yang diaplikasikan untuk
memecah padatan yang berukuran besar menjadi partikel yang mempunyai ukuran yang kecil
dan seragam. Pada umumnya unit operasi ini dipergunakan untuk memecah padatan yang
tertahan pada screen dan padatan ini dapat dikembalikan kedalam aliran air limbah atau
dibuang.

2
c. Pemisahan pasir (Grit chamber)

Keberadaan bahan padat seperti pasir dalam air limbah merupakan suatu permasalahan
dalam pengolahan air limbah karena pasir dapat menghambat kerja peralatan pompa,
menghambat aliran dalam perpipaan dan mempengaruhi volume bak,Pemisahan padatan
seperti pasir dalam air limbah dapat dilakukan dengan unit operasi grit chamber.

d. Penyeragaman (Equalization)

Kualitas dan kuantitas air limbah yang dihasilkan suatu industri bervariasi setiap
waktu, hal ini dapat mempengaruhi perancangan instalasi, kebutuhan bangunan, mesin, lahan,
biaya operasional, dan kualitas hasil pengolahan. Dalam rangka mengatasi permasalahan
kualitas dan kuantitas air limbah, dibutuhkan suatu unit operasi seperti “equalisasi
(equalization)”. Equalisasi berfungsi untuk penyeragaman kondisi air limbah, dan pengendali
aliran, dalam equalisasi dapat dilakukan proses pengadukan untuk menjaga homoginitas,
injeksi udara yang bertujuan agar limbah tidak bersifat septik atau anaerobik. Salah satu bentuk
unit operasi equalisasi dalam pengolahan air limbah seperti gambar 4.4 berikut , Kemiringan
atau slope bak equalisasi pada umumnya mempergunakan perbandingan 3 : 1 atau 2 :
1. Pembangunan bak equalisasi di beberapa industri biasanya dibangun berbentuk persegi
empat panjang atau rectangular dengan kedalaman 1,5 – 2 m.

e. Sedimentasi (Sedimentation)

Sedimentasi merupakan unit operasi yang sering dipergunakan dalam proses pengolahan air
atau air limbah seperti pemisahan partikel tersuspensi pada awal proses pengolahan air limbah,
proses pemisahan partikel flok pada proses pengolahan air limbah secara kimia, dan proses
pemisahan mikroorganisme (sludge) pada proses pengolahan air limbah secara biologi.

Proses sedimentasi partikel dapat diklasifikasikan menjadi empat (4) peristiwa yaitu :

1) Partikel Diskrit, sedimentasi partikel terjadi pada konsentrasi padatan rendah dimana
partikel mengendap secara individu serta tidak terjadi interaksi dengan partikel yang
lainnya. Peristiwa ini terjadi pada pemisahan partikel pasir pada air limbah.

1
Gambar 2. Proses pemisahan partikel

2) Flokulan, sedimentasi partikel dimana partikel mengalami interaksi dengan partikel


lainnya, pada peristiwa interaksi terjadi penggabungan antar partikel yang mempercepat
kecepatan sedimentasi. Peristiwa ini terjadi pada pemisahan partikel yang telah
mengalami proses koagulasi/flokulasi.

3) Partikel Hindered, sedimentasi partikel terjadi karena partikel berinteraksi dengan


partikel lainnya pada posisi yang sama, dan partikel mengendap terhambat oleh pertikel
yang berada disekelilingnya dan tampaknya terjadi pengendapan secara massal. Persitiwa
ini dapat terjadi pada konsentrasi padatan yang cukup tinggi. Peristiwa ini seperti terjadi
pada pemisahan mikroba (activated sludge) pada pengolahan air limbah secara biologi.

4) Partikel kompresi, sedimentasi partikel terjadi karena partikel mengalami penekanan


oleh partikel yang berada diatasnya, peristiwa ini terjadi pada konsentrasi padatan yang
sangat tinggi. Peristiwa ini terjadi pada pemisahan mikroba (activated sludge) pada
pengolahan air limbah secara biologi. Peristiwa sedimentasi partikel activated sludge
(lumpur mikroba) pada suatu tabung gelas ukur dapat dijelaskan melalui gambar berikut.

2
Gambar 3. Pengendapan padatan dalam pipa

f. Filtrasi (Filtration)

Filtrasi merupakan unit operasi yang dioperasikan dalam pengolahan air dan air limbah. Dalam
pengolahan air limbah filtrasi dioperasikan untuk pemisahan partikel (padatan) pada effluen
(pengeluaran) pengolahan air limbah secara kimia maupun biologi serta dapat diaplikasikan
pada awal pengolahan air limbah.

Pemisahan padatan dilakukan dengan mempergunakan media yang disebut “Media Filter”
merupakan bahan padat seperti pasir, batu bara, kerikil dan sebagainya yang tersusun
sedemikian rupa, padatan yang dipisahkan tertahan pada permukaan dan sela-sela (porositas)
media filter, seperti terlihat dalam gambar 4.9. berikut

MEKANISME FILTRASI

Dalam filtrasi terdapat 4 mekanisme dasar filtrasi, yaitu :

1. Sedimentasi (sedimentation), filtrasi terjadi karena partikel yang akan dipisahkan


mengalami gaya gravitasi dan kecepatan pengendapan partikel sehingga partikel mengendap
dan berkumpul pada permukaan media filter.

2. Intersep (interception), filtrasi terjadi karena partikel dalam aliran air berukuran besar
sehingga akan terperangkap, menempel dan dapat menutupi permukaan media filter

3
3. Difusi brownian (brownian diffusion), filtrasi terjadi pada partikel yang berukuran kecil
seperti virus, partikel dalam aliran air bergerak secara random (gerak brown), karena terdapat
perbedaan kecepatan maka partikel tersebut bergesekan dan menempel dalam media filter.
Mekanisme ini hanya terjadi untuk partikel berdiameter < 1 mikron.

4. Inersia (inertia), filtrasi terjadi karena partikel mempunyai ukuran dan berat jenis yang
berbeda sehingga kecepatan partikel dalam aliran air berbeda-beda, akibatnya partikel akan
menempel pada permukaan media karena gaya inersia, mekanisme ini terjadi jika partikel yang
berukuran lebih besar bergerak cukup cepat dan berbenturan serta menempel dalam media
filter.

Berdasarkan mekanisme tersebut, efektivitas filtrasi akan meningkat dengan meningkatnya


ukuran partikel hal ini terjadi karena dalam filtrasi terjadi mekanisme intersep dan sedimentasi,
tetapi dapat pula terjadi sebaliknya dimana efektivitas filtrasi akan meningkat dengan
menurunnya ukuran partikel hal ini dapat terjadi karena dalam filtrasi terjadi proses difusi

JENIS FILTER

Berdasarkan jenis filter, flitrasi diklasifikasikan menjadi tiga (3) yaitu :

1. Filtrasi lambat (slow sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan media pasir halus (fine
sand) dibagian atas dan dibawahnya kerikil, pada filtrasi ini padatan yang tersisihkan berada
dipermukaan atas pasir yang mengakibatkan aliran air melewati media filter menjadi lambat.
Partikel menumpuk pada bagian atas pasir dan dibersihkan dengan mensecrap lapisan atas
pasir yang mengandung partikel.

2. Filtrasi cepat (rapid sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan media pasir berukuran
besar dibagian atas dan dibawahnya kerikil, pada filtrasi ini padatan yang tersisihkan berada
disela-sela (pori-pori) media filter yang dilaluinya. Pembersihan partikel dilakukan dengan
metode “backwashing” dengan air untuk mengeluarkan partikel dalam media filter.

3. Multimedia fliter (multimedia filters) , pada filtrasi ini dipergunakan dua atau lebih jenis
media yang tersusun sedemikian rupa, media filter mempunyai berat jenis yang berbeda,
biasanya yang dipergunakan antrasit (batu bara), pasir, dan kerikil. Penggunaan media filter
yang berbeda memberikan hasil yang lebih baik dibanding satu jenis media filter, dan berat
jenis yang berbeda akan menempatkan kembali media filter pada posisi yang semula pada saat
dilakukan pencucian dengan metode backwashing.

4
Perbandingan operasional filtrasi lambat (slow sand filter) dengan filtrasi cepat (rapid sand
filter seperti tercantum dalam tabel 4.5. berikut

Tabel 1. Perbandingan operasional slow sand filter terhadap rapid sand filter

Karakteristik Slow sand filter Rapid sand filter

Gravity pressure

Laju filtrasi 2-5 m3/m2.hari 120-360 m3/m2.hari

Ukuran unit filtrasi Besar (2000 m2) Kecil (100 m2)

Tinggi media Kerikil 300 mm dan Kerikil 500 mm, pasir


pasir 1,0 m 0,7-1,0 m

Ukuran pasir efektif 0,35 mm 0,6 – 1,2 mm

Koefisien seragam 2-2,5 1,5-1,7

Hilang tekan <1m <3m

Waktu operasi 20-90 hari 1-2 hari

Metode pembersihan Scrap lapisan atas, Backwashing dengan


pencucian dan air dan udara
pemasangan kembali

Kebutuhan air pencuci 0,2 – 0,6% dari air 3-6 % dari air yang
yang difilter difilter

Konstruksi pake tutup tidak Tergantung/bebas ya

Kemudahan ya ya tidak
operasional

Biaya investasi Tinggi Tinggi Sedang

Biaya operasional Rendah Tinggi Tinggi

Kemampuan supervisi Tidak Membutuhkan Membutuhkan

Penyisihan bakteri 99,99& 90 – 99%

5
Pengoperasian filtrasi melibatkan dua (2) proses yaitu “Filtrasi dan Backwashing (pencucian
/ pengeluaran padatan dari media filter).

KLASIFIKASI SISTEM FILTRASI

Perancangan (design) unit operasi filtrasi dengan media filter padat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa hal meliputi

 Arah aliran
 Jenis dan susunan media filter
 gaya gerak
 Metode pengendalian laju aliran
Berasarkan arah aliran, filtrasi diklasifikasikan menjadi aliran ke bawah (down flow), aliran
keatas (up flow) dan aliran dua arah (biflow)

Berdasarkan jenis dan susunan media filter, jenis media filter yang dipergunakan seperti
pasir, batubara, dan kerikil dengan susunan media filter satu lapisan media, dua lapisan media,
dan tiga lapisan media. Proses backwashing dilakukan dengan
mekanisme “Fluidizing” (fluidisasi) dengan arah aliran keatas.

Berdasarkan gaya gerak, filtrasi terjadi karena gaya gravitasi atau gaya tekan untuk
mengatasi tahanan gesek media filter yang terjadi pada permukaan media filter.

Berdasarkan pengendalian laju aliran, filtrasi dioperasionalkan pada laju aliran air limbah
yang konstan (constant-rate filtration) atau berubah-ubah (variable-rate filtration).

Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam operasional filtrasi yaitu :

a) Karakteristik air limbah, karakteristik air limbah yang perlu diperhatikan diantaranya
konsentrasi padatan, distribusi dan ukuran padatan, serta kekuatan padatan atau flok
(untuk proses kimia)

b) Karakteristik media filter, pemakaian media filter dengan ukuran terlalu kecil
mengakibatkan terjadinya peningkatan hambatan aliran, dan ukuran media filter terlalu
besar mengakibatkan beberapa padatan yang kecil tidak tertahan (loslos) dari filtrasi

6
c) Laju alir filtrasi, laju alir filtrasi berkaitan dengan luas penampang unit filtrasi yang
dibutuhkan, laju alir filtrasi dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi padatan, dan kekuatan
flok. Berdasarkan pengamatan laju filtrasi yang sesuai : 2 – 8 gallon/(ft2 menit) atau 80 –
320 Liter/(m2. Menit).

g. Flotasi (Flotation)

Flotasi (pengapungan) merupakan suatu unit operasi yang dipergunakan untuk pemisahan
padatan tersuspensi, cairan (minyak dan lemak) dalam fase cair (air atau air limbah). Peristiwa
flotasi didasarkan atas adanya gelembung gas, biasanya menggunakan udara yang diinjeksikan
kedalam air limbah. Dalam pengolahan air limbah, flotasi dipergunakan untuk penyisihan
padatan tersuspensi, minyak, lemak, flok pada proses pengolahan air limbah secara kimia, dan
lumpur (mikroba) pada proses biologi. Keuntungan mendasar flotasi dibanding dengan
sedimentasi dalam hal pemisahan padatan tersuspensi yaitu flotasi dapat memisahkan padatan
tersupensi yang sangat kecil, ringan, dan sulit mengendap dalam waktu relatif cepat. Pada
proses flotasi, udara diinjeksikan ke dalam tangki sehingga terbentuk gelembung yang
berfungsi untuk mengapungkan padatan sehingga mudah dipisahkan. Dengan adanya gaya
dorong dari gelembung tersebut, padatan yang berat jenisnya lebih tinggi dari air akan
terdorong ke permukaan. Demikian pula halnya dengan padatan yang berat jenisnya lebih
rendah dari air. Hal ini merupakan keunggulan teknik flotasi dibanding pengendapan karena
dengan flotasi partikel yang ringan dapat disisihkan dalam waktu yang bersamaan.

Flotasi pada pengolahan air limbah mempergunakan udara sebagai “Flotation Agent”,
berdasarkan pemanfaatan udara ini, flotasi diklasifikasikan menjadi tiga (3) kategori yaitu

1. Dissolved-air flotation (DAF), proses flotasi dimana udara dilarutkan kedalam air limbah,
tekanan operasi untuk flotasi ini biasanya pada tekanan lebih besar dari tekanan atmosfir.

2. Air flotation, proses flotasi dimana udara diinjeksikan secara langsung kedalam air
limbah, tekanan operasi untuk flotasi ini biasanya pada tekanan atmosfir.

3. Vacumn flotation, proses flotasi dimana udara dilarutkan kedalam air limbah hingga
mencapai tingkat kejenuhan yang dapat diperoleh dalam tekanan vacumn atau lebih
kecil dari tekanan atmosfir.

Dissolved-air flotation (DAF), dibagi menjadi tiga (3) model operasi yaitu :

1. Dissolved-air flotation dengan penekanan seluruh atau sebagian air limbah masuk

7
2. Dissolved-air flotation dengan recycle penekanan

3. Dissolved-air flotation dengan Induced air flotation

Dissolved-air flotation menghasilkan gelembung gas yang lebih kecil ( 50 μm – 100 μm)
dibanding dengan induced air flotation ( 500 μm -1000 μm). Gelembung gas yang Iebih kecil
cenderung mempunyai kemampuan lebih baik untuk menanggulangi padatan tersuspensi, oli
atau minyak. Dissolved-air flotationdengan sistem penekanan penuh atau penekanan recycle
ditunjukkan gambar 4.14 dan dissolved-air flotation dengan penekanan aliran sebagian atau
seluruhnya ditunjukkan pada gambar 4.13. Sistem penekanan sebagian berguna untuk
menurunkan luas area dari flotation. Penekanan recycle dibutuhkan bila floc atau
emulsification masih terikut dalam air limbah, laju alir recycle menentukan kebutuhan luas
daerah flotation. Variabel-variabel perancangan (design) untuk kedua sistem ini meliputi
tekanan, recycle flow, hydraulic loading, solid loading dan retention period. Solid
loading diperlukan bila dissolved airfloatation digunakan untuk sludge thickening. sistem
presurisasi biasanya dijaga pada 40-60 psig (3-5 atm). Besarnya recycle sekitar 30 - 40 %
recycle, hydraulic loading bervariasi dari 1 - 4 gpm/ft2 danretention period umumnya antara
20 - 40 menit

Analisis Flotasi

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan flotasi diantaranya

 Laju alir air limbah dan beban padatan (wastewater flow rate and solid loading)

 Perbandingan udara terhadap padatan (Air/solid ratio), yang dinyatakan sebagai


volume udara/berat padatan atau berat udara/berat padatan, nilai A/S dapat
dipergunakan 0,005 – 0,060 ml/mg atau 0,0065 – 0,08 mg/mg.

 Temperatur operasional, ini berkaitan dengan kelarutan udara dalam air pada
temperatur tertentu.

 Pengolahan awal secara kimia (chemical pretreatment)

 Beban padatan akhir (Lb/jam.ft2)

 Beban aliran hidrolik (gpm/ft2)

 Perbandingan udara terhadap padatan (A/S)

8
Kinerja sistem flotasi udara terlarut (dissolved-air flotation) pada awalnya tergantung pada
perbandingan jumlah udara (kg) terhadap jumlah partikel (padatan) yang dibutuhkan untuk
mencapai tingkat pemurnian. Besarnya perbandingan Udara/padatan ini bervariasi untuk jenis
padatan yang tersuspensi

h. Adsorpsi (Adsorption)

Adsorpsi (penyerapan) merupakan proses pemisahan atom, ion, biomolekul atau molekul
dalam gas atau cairan dan padatan terlarut dengan mempergunakan media padat

Berdasarkan gaya tarik yang terjadi antara adsorbat dengan adsorben, peristiwa adsorpsi dapat
diklasifikasikan menjadi dua (2) jenis, yaitu :

1. Adsorpsi Fisik (Physisorption)

Adsorpsi fisik terjadi karena adanya gaya van der walls dan biasanya adsorpsi ini
berlangsung secara bolak-balik. Ketika gaya tarik-menarik molekul antara zat terlarut dengan
adsorben lebih besar dari gaya tarik-menarik zat terlarut dengan pelarut, maka zat terlarut akan
cenderung teradsorpsi pada permukaan adsorben.

2. Adsorpsi Kimia (Chemisorption)

Adsorpsi kimia terjadi karena adanya ikatan kimia yang kuat antara adsorben dengan
adsorbat, ikatan ini berlangsung searah (irrreversible). Interaksi suatu senyawa organik pada
permukaan adsorben dapat terjadi melalui tarikan elektrostatik atau pembentukan ikatan kimia
yang spesifik misalnya ikatan kovalen. Sifat-sifat molekul organik seperti struktur, gugus
fungsional dan sifat hidrofobik berpengaruh pada sifat-sifat adsorpsi.

Karakteristik adsorpsi kimia sebagai berikut :

 Terbentuknya ikatan kimia yang kuat antara adsobat dan adsorben sehingga terbentuk
panas

 Terjadi reaksi yang sangat selektif antara adsobat dan adsorben sehingga proses adsorpsi
sangat spesifik

 Temperatur operasi meningkat akibat terjadinya ikatan dan reaksi kimia sehingga proses
adsorpsi meningkatkan dengan naiknya temperatur.

Ikatan kimia terjadi secara langsung antara adsobat dan adsorben sehingga hanya terbentuk
satu lapisan (single layer) Proses adsorpsi berlangsung secara irreversible (searah).

9
Perbedaan antara adsorpsi fisik dan kimia seperti terlihat dalam tabel 2 berikut.

Tabel 2. Perbandingan adsorpsi fisik dan kimia

Adsorpsi fisik (Physisorption) Adsorpsi kimia (Physisorption)

Gaya tarik merupakan gaya Vander Waals Gaya tarik merupakan gaya ikatan kimia

Enthalpi adsorpsi rendah (20-40 kJ/mole) Enthalpi adsorpsi tinggi (200-400 kJ/mole)

Temperatur proses rendah Temperatur proses tinggi

Terbentuk multilayer pada proses Terbentuk monolayer pada proses

Proses berjalan bolak-balik (reversible) Proses berjalan searah (irreversible)

Jenis Media Adsorpsi (adsoben)


Berbagai jenis media adsorpsi (adsorben) yang diperkenal dalam proses adsorpsi
diantaranya karbon aktif, batubara aktif, silika gel, zeolit, graphit, polimer, tepung tulang,
dan limbah pertanian (biomass). Beberapa faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi
diantaranya

 Keadaan (kondisi) dari adsorbat dan jenis adsorben

 Keaktifan dari adsorben

 Luas permukaan adsorben

 Distribusi ukuran pori adsorben

 Kondisi operasi yaitu tekanan, temperatur dan sebagainya

Berdasarkan kondisi operasi proses adsorpsi, beberapa model persamaan yang dapat
diaplikasikan pada proses adsorpsi diantaranya : Langmuir dan Freundlich Isothermal

10

Anda mungkin juga menyukai