OLEH :
SYARIF HIDAYATULLAH (1810631090067)
1C-AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya
sehingga praktikum Analisa Vegetasi Herba pada hari Minggu, tanggal 16 Desember
2018 di lahan persawahan di samping gedung baru Unsika dapat terselesaikan dengan
baik.
Praktikum ini merupakan bagian dari mata kuliah Biologi dan pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu
terselesaikannya praktikum ini diantaranya :
1. Ibu Ani Lestari S.Si., M.Si sebagai koordinator mata kuliah Biologi
2. Ibu Siti Latifatus Siriyah Ssi., Msc. sebagai dosen pelaksana praktikum
3. Bapak Nurcahyo Widyodaru Saputro Ssi., Msc. sebagai dosen biologi
4. Para asisten dosen yang senantiasa membimbing kami
Akhir kata, semoga dengan dilaksanakannya praktikum ini pengetahuan dan wawasan
mahasiswa semakin bertambah dan membuat pertanian Indonesia semakin maju.
Tim
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv
5.2 Saran.................................................................................................. 23
Gambar 4. Kamera............................................................................................ 14
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu metode untuk mendeskipsikan suatu vegetasi yaitu analisis vegetasi. Analisa
vegetasi merupakan cara untuk mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat rumbuh-tumbuhan. Pada sutu kondisi hutan yang luas, kegiatan
analisa vegatasi erat kaitannya dengan sampling sehingga cukup ditempatan beberapa petak
contoh untuk mewakili habitat tersebut. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam sampling
ini, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh, dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan (Soerianegara, 2005).
Pada suatu vegetasi terdapat beberapa macam Growth Form, yaitu sebagai berikut :
Perdu / semak
Herba
Rumput
Sapling
Seeding
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yaitu seorang ahli
biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal atau tempat hidup atau habitat, dan logos
yang berarti ilmu, telaah, studi, atau kajian. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti
ilmu tentang atau ilmu menganai makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat
tinggal makhluk hidup (Inriyanto, 2006).
Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan
hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Enerst Haeckel,
seorang ahli biologi bangsa Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang
berarti rumah dan logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang
rumah (tempat tinggal) makhluk hidup. Dengan demikian ekologi biasanya diartinya sebagai
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya
(Riberu, 2002).
Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga kedua ilmu
itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang dipakai dalam transaksi
bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi, dan informasi. Arus materi, energi, dan
informasi dalam suatu komunitas atau beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam
ekologi, seperti uang dalam ekonomi. Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk
materi, energi, dan informasi (Riberu, 2002).
Banyak ahli ekologi berpendapat bahwa kompetisi atau persaingan merupakan suatu
faktor utama yang membatasi keanekaragaman spesies yang dapat menempati suatu
komunitas. Hipotesis ini sebagian besar didasarkan pada pengamatan perbedaan relung dan
pembagian sumberdaya di antara spesies simpatrik. Para ahli ekologi tersebut berpendapat
bahwa jumlah tertentu sumberdaya hanya dapat dibagi sedemikian kecilnya sebelum
pengaruh dari kompetisi, yang tanpa dapat dihindarkan, mengakibatkan kepunahan pesaing
yang lebih lemah, yang menentukan batas jumlah spesies yang dapat hidup bersama-sama
(Campbell, 2004).
Adapun spektrum biologi yang dimaksud yaitu: protoplasma (zat hidup dalam sel); sel
(satuan dasar suatu organisme); jaringan (kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi
sama); organ (alat tubuh, bagian dari organisme), sistem organ (kerjasama antara struktur dan
fungsional yang harmonis); organisme (makhluk hidup, jasad hidup); populasi (kelompok
organisme yang sejenis yang hidup dan berbiak pada suatu daerah tertentu); komunitas
(semua populasi dari berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu); ekosistem; dan
biosfer (lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi) (Riberu, 2002).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang
membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang
ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya
dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya.
Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar
(emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari
populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi
alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi
(Odum, 1993).
Jika suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri atas beberapa bagian
vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Sehingga terdapat berbagai tipe vegetasi.
Contoh bentuk pertumbuhan (growth form): termasuk herba tahunan (annual), pohon selalu
hijau berdaun lebar, semak yang meranggas pada waktu kering, tumbuhan dengan umbi atau
Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang terbentuk
oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Oleh karena itu
ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
yang saling mempengaruhi. Berdasarkan pengertian di atas, suatu sistem terdiri dari
komponen komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Ekosistem
terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi karena adanya arus materi dan energi,
yang terkendali oleh arus informasi antara komponen dalam ekosistem (Riberu, 2002).
Secara umum pola penyebaran tumbuhan di alam dapat dikelompokkan kedalam 3 pola,
yaitu acak (random), mengelompok (clumped), dan teratur (regular). Tiap-tiap jenis
tumbuhan tentunya mempunyai pola penyebaran yang berbeda-beda tergantung pada model
reproduksi dan lingkungan mikro. Untuk mengetahui skala perubahan-perubahan komponen
ekosistem di alam dapat dilakukan penelitian yang didalamnya terdapat parameter-parameter
yang diukur antara lain:nilai kerapatan (densitas), dominansi, frekuensi, Indeks Nilai Penting
(INP), dan Indeks Dominansi (ID). Berdasarkan parameter-parameter tersebut, maka dapat
diketahui pola penyebaran vegetasi herbal tersebut di alam (Nuri, 2010).
a. Frekuensi mutlak adalah frekuensi munculnya satu spesies dari seluruh frekuensi
totaltumbuhan. Frekuensi mutlak ini diperoleh dengan rumus jumlah frame yang
ditempatispesies A dibagi jumlah frame keseluruhan
b. Frekuensi relatif merupakan frekuensi satu spesies dalam
bentuk persentase darifrekuensi total tumbuhan. Jadi frekuensi relative disini
dinyatakan dalam satuan persen.Frekuensi relatif ini diperoleh dengan rumus
jumlah frekuensi mutlak spesies A dibagi jumlah keseluruhan frekuensi mutlak
dikali seratus persen
1. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia, misalnya: tanah, air,
matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan medium (substrat) untuk
berlangsungnya kehidupan.
2. Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau)
3. Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan organisme
lainnya.
4. Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang mengurai bahan
organik yang berasal dari organisme mati.
Suatu wilayah berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri atas beberapa bagian vegetasi
atau komunitas tumbuhan yang menonjol sehingga terdapat berbagai tipe vegetasi.Vegetasi
terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies tumbuhan dalam suatu wilayah dan
memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan waktu. Tipe-tipe vegetasi dicirikan oleh
bentuk pertumbuhan tumbuhan dominan tau paling besar atau paling melimpah dan
tumbuhan karakteristik (Harjosuwarno, 1990)
Habitat dan relung, dua istilah tentang kehidupan organisme. Habitat adalah tempat hidup
suatu organisme. Habitat suatu organisme dapat juga disebut “alamat”. Relung (niche atau
nicia) adalah profesi atau status suatu organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem
tertentu, sebagai akibat adaptasi struktural, tanggal fisiologis serta perilaku spesifik
organisme itu. Penyesuaian diri secara umum disebut adaptasi. Kemampuan adaptasi
mempunyai nilai untuk kelangsungan hidup. Makin besar kemampuan adaptasi makin besar
kementakan kelangsungan hidup organisme (Riberu, 2002).
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi
keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam
suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam
udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain.
Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif,
tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh
pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah,
Menurut Latifah (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam
suatu daerah antara lain :
1. Iklim Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam membagi keragaman
spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya menimbulkan
kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yangdapat hidup secara
tetap di suatu daerah.
2. Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies
yangkeragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.
3. Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies dibandingkan
dengandaerah sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara
luas dan keragaman spesies secara kasar adalah kuantitatif.
Hewan dan tumbuhan cenderung menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih baik jika
faktor-faktor beragam bila dibandingkan dengan jika faktor-faktor tetap. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan disini adalah faktor-faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor
stabil yang mempengaruhi ekosistem. Organisme lain dan beberapa faktor stabil yang lain
adalah kemiringan tanah, arah hadapan, ketinggian, lintang, letak, dan pH. Ini mempengaruhi
tanaman dan tumbuhan secara tidak langsung melalui pengaruh tersebut terhadap faktor tanah
dan udara (Odum, 1993).
Vegetasi dalam (komunitas) tanaman diberi nama atau digolongkan berdasarkan spesies
atau makhluk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan yang fungsional. Dalam
mempelajari vegetasi, pengamat melakukan penelitian. Unit penyusun vegetasi (komunitas)
adalah populasi. Oleh karena itu semua individu yang berada di tempat pengamatan
dilakukan dengan cara mengamati unit penyusun vegetasi yang luas secara tepat sangat sulit
dilakukan karena pertimbangan kompleksitas, luas area, waktu dan biaya. Sehingga
pelaksanaanya peneliti bekerja dengan melakukan pencuplikan (sampling) dalam
menganalisa vegetasi dapat berupa bidang (plot/kuadran) garis atau titik (Supriatno, 2001).
Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi
komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan adalah cara pencuplikan
dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara pencuplikan kuadrat dapat digunakan pada
semua tipe komunitas tumbuhan dan juga untuk mempelajari komunitas hewan yang
menempati atau tidak berpindah.Rincian mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran,
cacah, dan susunan plot cuplikan harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu
yang dicuplik berdasarkan pada informasi yang diinginkan (Supriatno, 2001).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya,
dimana sifat-sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas.
Sifat-sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan
memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi:
distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance). Dalam
pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan
diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat
sifat itu adalah (Odum, 1998):
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak dilapangan
.
Plot sampel yang permanen telah terbukti sangat bermanfaat untuk menginvetarisir
spesies tumbuhan dan memonitor dinamika hutan dalam suatu rentang waktu (Condit et al.
1996). Inventarisasi kuantitatif dengan menggunakan plot sampel permanen (PSP) juga telah
banyak diterapkan di hutan-hutan di Indonesia, akan tetapi sebagian merupakan informasi
yang sangat penting dalam perencanaan kegiatan manajemen dan restorasi kawasan hutan
(Sutomo, 2012).
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang
ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada
dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat
analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak
contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan
teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan:
(1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah
minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang
mewakili jika menggunakan metode jalur (Andre, 2009).
Sistem analisis pada praktikum ini adalah dengan metode kuadrat: Keragaman spesies dapat
diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah
spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat
dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah
spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies
tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1995).
Keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis
Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat
berbentuk bujursangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas
petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan
dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Sugianto, 1994).
Praktikum pembuatan kurva spesies area dilakukan untuk mengetahui luasan petak minimum
yang akan mewakili ekosistem yang ada di suatu hutan yaitu dengan cara membuat dan
mengamati suatu petak contoh yang kita buat yang mewakili suatu tegakan hutan. Besarnya
petak contoh yang kita amati ini tidak boleh terlalu besar ukurannya agar luas minimum dari
suatu ekosistem hutan dapat terpenuhi. Pada praktikum ini, ukuran petak pertama yang kita
amati menggunakan luas 1m x 1m (Kusuma dan Istomo, 1995).
METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan adalah tali rafia, meteran, gunting, solatip, alat tulis, dan kamera/
HP
Untuk lebih jelasnya, beberapa peralatan yang digunakan disajikan pada gambar 1
hingga 4
Gambar 1. Meteran
Gambar 3. Gunting
Gambar 4. Kamera
H* = - pi In pi Pi = ni/N
Keterangan :
Perhitungan Hasil
a) Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) [ Jumlah : 78 ]
Jumlah cover jenis 78
a. CM = = = 19,5
luas total plot 4
80,4 %
jml plot jenis i 4
c. FM = = =1
jml seluruh plot 4
FMi 1
d. FR = x 100% = x 100% = 44 %
FM seluruh jenis 2,25
5,1 %
jml plot jenis i 1
c. FM = = = 0,25
jml seluruh plot 4
FMi 0,25
d. FR = x 100% = x 100% = 11 %
FM seluruh jenis 2,25
15,4%
jml plot jenis i 2
c. FM = = = 0,5
jml seluruh plot 4
FMi 0,5
d. FR = x 100% = x 100% = 22 %
FM seluruh jenis 2,25
= - (-0,92)
= 0,92
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada plot 1m×1m terdiri
dari 5 jenis tumbuhan yaitu :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionto
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Hedyotis
Spesies : Hedyotis corymbosa L.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Trachebionta
Super divisi : Spematophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Acalypha
Spesies : Acalypha australis
Frekuensi terbesar ditemukan pada vegetasi spesies Rumput teki sebesar 44% dari 4
plot yang diamati. Jenis ini merupakan jenis yang nilai kerapatan dan frekuensinya
tertinggi sehingga dapat dianggap sebagai jenis yang rapat serta tersebar luas pada
hampir seluruh lokasi pengamatan. Kedua nilai ini penting artinya dalam analisis
vegetasi karena saling terkait satu dengan yang lainnya.
Dominansi pada setiap vegetasi yang ditemukan terbesar pada spesies rumput teki
sebesar 80,4% dan spesies rumput mutiara sebesar 15,4%, sementara dominasi terendah
terdapat pada vegetasi jenis spesies rumput krokot (10%) , spesies alang-alang (5,1%)
dan spesies anting-anting (1%).
Indeks Nilai Penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter
(kerapatan, frekuensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya
juga bervariasi. Nilai INP tertinggi ditemukan pada jenis spesies rumput teki sebesar
122%. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan
dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehinga dari pengamatan yang telah
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan analisis vegetasi yang telah dilkukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
Terdapat 5 jenis vegetasi dari 4 plot area pada Lahan di samping gedung baru
Unsika, setiap jenis vegetasi memiliki kerapatan, frekuensi, dominansi dan INP
yang berbeda-beda
Kerapatan vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies rumput teki sebesar 19,5
Frekuensi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies rumput teki sebesar 44,4%
Dominansi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies rumput teki sebesar 80,4%
INP vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies rumput teki sebesar 122%
Analisis Vegetasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pesatnya
penyebaran suatu spesies pada suatu area pangamatan/penelitian. Sehingga dapat
diketahui kerapatan, frekuensi, dominansi, dan INP dari spesies itu sendiri.
5.2 Saran
Foto-foto Kegiatan