Preskas Jiwa Log Book Rumkit
Preskas Jiwa Log Book Rumkit
LOGBOOK
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITASGADJAHMADA
Prodi Dokter Layanan Primer
Alamat:Jl.FarmakoSekipUtara Yogyakarta,55281
Gedung Radiopoetro Lt.1 Sayap Barat
Telp/fax.: 0274 631203
1
PELATIHAN CALON PEMBIMBING LAPANGAN
DOKTER LAYANAN PRIMER
MASA TRANSISI
LOGBOOK
STASE RUAMH SAKIT
2
ThispublicationisprotectedbyCopyrightlawandpermissionshouldbeobtainedfrompublisherpriortoany
prohibitedreproduction,storagearetrievalsystem,ortransmissioninanyformbyanymeans,electronic,
mechanical,photocopying,andrecordingorlikewise.
3
PENDALAMAN KETERAMPILAN KLINIS
Ketua
Sekretaris
4
Mini Clinical Evaluation Exercise (CEX)
Identitas Pasien : Usia : ______ Jenis Kelamin : ___________ Pasien baru Follow Up
4. Profesonalisme
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior
5. Diagnosis
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior
6. Keterampilan Konseling
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior
5
7. Sistematis
1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 9
Unsatisfactory Satisfactory Superior
Low 1 2 3 4 5 6 7 8 9 High
Low 1 2 3 4 5 6 7 8 9 High
Catatan :
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
____________
6
Medical Record P1 Family Medicine
Clinic Note
Chief Complaint : Kontrol Penyakit Jiwa yang diderita dan tambah obat.
Pasien datang ke UPT Puskesmas Nusa Penida I pada tanggal 20 Oktober 2017 untuk
kontrol dan tambah obat penyakit jiwa yang diderita. Pasien mulai menderita
penyakit ini pada tahun 1990 . Awalnya tahun 1990 pasien sering curiga yang
berlebihan kepada istri, marah-marah sampai ingin membunuh istrinya dan
membakar rumahnya. Kemudian pasien dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit
Jiwa HB Saanin, dirawat disana selama lebih kurang 3 bulan. Kemudian dianjurkan
kontrol ke Puskesmas. Namun, pasien tidak teratur minum obat, sehingga
penyakitnya sering kambuh, dan sudah 3 kali dirawat inap di RSJ. Namun sejak tahun
2000, pasien rutin kontrol ke puskesmas. Pasien biasa kontrol teratur setiap 15 hari
dan diberi obat Diazepam 2mg, THP, HLP, CPZ dan injeksi haldol decanoat 1 ampul
setiap bulan. Pasien masih sering mendengar suara suara yang sering menghinanya .
Kadang kadang pusing dan tidak sadar jika obat habis. Jika minum obat pasien
merasa tenang dan bisa tidur.
Badan sebelah kanan lemah dan tidak bisa digerakkan tahun 2000, kemudian pasien
berobat dan akhirnya bisa digerakkan. Mulai berobat untuk sakit jiwa yang diderita
sejak tahun 2000.
Pasien dengan curiga berlebihan terhadap istrinya, berhalusinasi suara, pasien tidak terartus berobat
-
Family History: -
7
Current Outpatien Prescriptions
Allergies
Allergen Reactions
Badan sebelah kanan lemah dan tidak bisa digerakkan tahun 2000, kemudian pasien
berobat dan akhirnya bisa digerakkan. Mulai berobat untuk sakit jiwa yang diderita sejak
tahun 2000.
Social History
Occupational History
8
Other topics Concern
Blood Transfusions: -
Stress Concern: -
Pasien tinggal di rumah sendiri ( rumah milik orang tua ), seorang diri . Hanya tinggal di
salah satu kamar, kamar yang lain di kontrakkan kakak pasien kepada orang lain. Uang
kontrakkan diambil oleh kakak ( 750.000/ bulan ). Pasien pernah mempunyai istri dan sudah
bercerai tahun 2010 , mempunyai seorang anak berumur 16 tahun. Anak tinggal bersama
dengan istri di Salimpaung. Istri bekerja sebagai Guru MIN ( SD ). Bersaudara 3 orang. Kakak
pertama bekerja di salon dan kakak ke 2 bekerja swasta Hubungan dengan istri dan
keluarga tidak harmonis. Pasien kadang bekerja kadang tidak. Biaya hidup dicari sendiri.
Orang tua laki laki pasien meninggal tahun 1998 dan orang tua perempuan meninggal 1997.
Sejak orang tua meninggal pasien kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari
keluarga. Sejak saat itu penyakit pasien menjadi bertambah parah. Pasien tidak suka
bergaul dengan tetangga. Untuk makan dan minum pasien membeli di warung dekat
rumah.Pasien seorang perokok. Mandi dan Buang air besar dilakukan di mesjid dekat
rumah, sedangkan mencuci pakaian sendiri. Tidak memiliki asuransi kesehatan.
Pasien memilki kebiasaan merokok 1 bungkus sehari, kadang-kadang minum alkohol dan
riwayat memakai obat-obat terlarang disangkal pasien.
Review of Systems:
Objective :
b. Keadaan afektif
1. Mood: labil
2. Afek : datar
3. Keserasian : tidak serasi
c. Gangguan persepsi
10
Pasien mempunyai halusinasi auditorik, yaitu mendengar suara bisikan seperti
menghina dan myuruh pasien untuk melakukan sesuatu
d. Proses pikir
1. Bentuk pikir : non realistik
2. Arus pikir
- Produktifitas : pasien dapat menjawab saat diajukan
pertanyaan, namum terkadang pasien saat ditanya tiba-tiba terdiam
- Kontinuitas : mampu memberi jawaban sesuai pertanyaan
- Hendaya berbahasa : tidak terdapat hendaya berbahasa
3. Isi pikir : berupa waham curiga berupa bahwa orang sekitarnya selalu
mengejeknya, waham kontrol berupa pasien merasa dirinya dikontrol oleh
bisikan-bisikan yang menyuruhnya dan pasien secara reflek dan tidak sadar
melakukan hal tersebut.
f. Daya nilai
Daya nilai sosial pasien baik
g. Pengendalian impuls
Pengendalian impuls pasien baik selama wawancara dapat mengontrol emosi
dengan baik ( tidak mengamuk/mengangis )
h. Tilikan
11
Tilikan derajat 2, karena pasien menyadari dirinya mengalami stres tetapu
pasien juga merasa bahwa dirinya tidak memiliki sakit dalam kejiwaannya.
Pasien hanya memerlukan pengobatan untuk dapat tidur dengan nyenyak
tanpa diganggu oleh bisikan.
Assessment :
Scizofrenia Paranoid
Plan :
Promotif :
Edukasi tentang penyakit jiwa yang di derita.
Edukasi supaya tidak kambuh.
Edukasi tentang cara minum obat.
Edukasi kepada keluarga tentang penyakit dan akibatnya.
Preventif:
Minum obat teratur
Perlunya dukungan keluarga terhadap pengobatan pasien.
Kepedulian dan perhatian keluarga perlu ditingkatkan.
Menjadi peserta BPJS.
Melakukan kegiatan bersama dengan keluarga
Kurangi hal-hal yang dapat meningkatkan stesor
Kuratif :
CPZ 3x1 tablet.
HLP 3x1 tablet.
THP 3x1 tablet.
Diazepam 2 mg 3x1 tablet.
Injeksi haldol decanoat 1 ampul/ bulan
Early diagnosa :
Pemeriksaan EKG.
Pemeriksaan Laboratorium darah.
Pada kasus ini sebagai DLP diharapkan mampu untuk mengenali kondisi Skizofrenia Paranoid secara
pemeriksaan fisik, mental maupun penunjang dan mampu mengobati awal pasien dengan keluhan
seperti ini dan tepat saat merujuk ke tingkat lanjut (PPK2)
12
Staff Involved
13
Evidence Based Medicine
Form Critical Appraisal
Diagnosis Study
Was the diagnostic test evaluated in an appropiate spectrum of patients (like those in
whom it would be used in practice)?
Was the reference standard applied regardless of the diagnostic test result?
Was the test (or cluster of tests) validated in a second, independent group of patients?
Kesimpulan :
14
Evidence Based Medicine
Form Critical Appraisal
Therapy Study
Searching flow
Source : TERAPI HOLISTIK SEBAGAI MODEL PENANGANAN
SKIZOFRENIA
Access date : 27 Oktober 2017
Keyword : Holistic Therapy; Schizophrenia
Address : INTUISI 7 (1) (2015)
2a. A – Aside from the allocated treatment, were groups treated equally?
2b. A – Were all patients who entered the trial accounted for? – and were they
analysed in the groups to which they were randomised?
15
3. M - Were measures objective or were the patients and clinicians kept “blind” to
which treatment was being received?
4. Kesimpulan
16
(tabel 2 x 2)
Total
𝑎
𝐸𝐸𝑅 = =%
𝑎+𝑏
Hal ini berarti dalam kelompok yang diberikan intervensi berupa ...................................,
sebesar ......... % dari seluruh partisipan mengalami .................................... .
Control Event Rate (CER) :
𝑐
𝐶𝐸𝑅 = =%
𝑐+𝑑
Hal ini berarti dalam kelompok yang diberikan intervensi berupa placebo, sebesar ... %
dari seluruh partisipan mengalami .......................
Dari kedua perhitungan di atas, dapat dilihat kalau EER >/< CER, hal ini berarti terapi
yang diberikan ................. akan ......................., beberapa perhitungannya nantinya akan
menjadi Absolute Risk Reduction (ARR), Relative Risk Reduction (RRR), dan Number
Needed to Treat (NNT).
Relative Risk Reduction (RRR) Dari hasil perhitungan, ditemukan bahwa RRR=
.... . Hal ini menunjukkan bahwa terapi yang
17
diberikan.............. tidak/berpengaruh terhdap
..........................
𝐴𝑅𝑅
𝑅𝑅𝑅 = =⋯
𝐶𝐸𝑅
1. Kesimpulan
18
Evidence Based Medicine
Form Critical Appraisal
Harm Study
Searching flow
Source :
Access date :
Keyword :
Address :
Are the results of the trial valid? (internal validity)
What question did the study ask?
Are the results of this harm study valid?
Were there clearly defined groups of patients, similar in all important ways other than
exposure to the treatment or other cause?
Were treatments/exposure and clinical outcomes measured in the same ways in both groups
(was the assessment of outcomes either objective or blinded to exposure)?
19
This paper : Yes No Unclear
Comment :
Is it clear that the exposure preceded the onset of the outcome :
What is the magnitude of the association between the exposure and outcome?
Adverse outcome
Totals
Present (case) Absent (control)
20
Atau memakai calculator pada web : control.
NNH untuk RCT dan Cohort = Number needed to harm merupakan besarnya
partisipan yang diperlukan untuk memberikan
1 satu efek bahaya akibat exposure yang
NNH
a c diberikan. Semakin tinggi NNH semakin tidak
berbahaya exposure tersebut. Dan sebaliknya,
ab cd
semakin sedikit NNH semakin berbahay
exposure yang diberikan tersebut.
1 CER 1 OR
OR 1 maka NNH
1 CER CER 1 OR
c
PEER
cd
http://ktclearinghouse.ca/cebm/practise/ca/
calculators/ortonnt
21
What is the precision of the estimate of the association between exposure and outcome?
22
Form Kajian Rumah Sakit
Nama pasien dan masalah kesehatan
Nama Dokter dan Dokter Spesialis yang merawat
I. Self Assessment:
a) Ceritakan masalah pasien SEBELUM tiba di Rumah Sakit dan alasan rujukan:
Format bebas, ditulis rangkuman mengenai data diri pasien, rangkuman hasil penggalian riwayat
penyakit, riwayat keluarga, rangkuman hasil pemeriksaan dan laboratorium dan penekanan pada
masalah yang memerlukan rujukan ke Rumah Sakit (atau sebenarnya tidak memerlukan rujukan).
Bagaimana pendapat anda sebagai DLP dalam hal rujukan ini.
Bahan kajian: Diagnosis Holistik dan Komprehensif (Person centered care, specific problem solving, bio
psychosocial-cultural background)
Pasien datang ke UPT Puskesmas Nusa Penida I pada tanggal 20 Oktober 2017 untuk kontrol
dan tambah obat penyakit jiwa yang diderita. Pasien mulai mendeita penyakit ini pada
tahun 1990 . Awalnya tahun 1990 pasien sering curiga yang berlebihan kepada istri, marah-
marah sampai ingin membunuh istrinya dan membakar rumahnya. Kemudian pasien dibawa
oleh keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa HB Saanin, dirawat disana selama lebih kurang 3
bulan. Kemudian dianjurkan kontrol ke Puskesmas.Namun, pasien tidak teratur minum obat,
sehingga penyakitnya sering kambuh, dan sudah 3 kali dirawat inap di RSJ. Namun sejak
tahun 2000, pasien rutin kontrol ke puskesmas. Pasien biasa kontrol teratur setiap 15 hari
dan diberi obat Diazepam 2mg, THP, HLP, CPZ dan injeksi haldol decanoat 1 ampul setiap
bulan.. Pasien masih sering mendengar suara suara yang sering menghinanya . Kadang
kadang pusing dan tidak sadar jika obat habis. Jika minum obat pasien merasa tenang dan
bisa tidur.
Badan sebelah kanan lemah dan tidak bisa digerakkan tahun 2000, kemudian pasien
berobat dan akhirnya bisa digerakkan. Mulai berobat untuk sakit jiwa yang diderita sejak
tahun 2000.
Orang tua perempuan meninggal karena Sirosis Hepatis.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita kelainan jiwa.
Pasien tinggal di rumah sendiri ( rumah milik orang tua ), seorang diri . Hanya tinggal di
salah satu kamar, kamar yang lain di kontrakkan kakak pasien kepada orang lain. Uang
kontrakkan diambil oleh kakak ( 750.000/ bulan ). Pasien pernah mempunyai istri dan sudah
bercerai tahun 2010 , mempunyai seorang anak berumur 16 tahun. Anak tinggal bersama
dengan istri di Salimpaung. Istri bekerja sebagai Guru MIN ( SD ). Bersaudara 3 orang. Kakak
pertama bekerja di salon dan kakak ke 2 bekerja swasta Hubungan dengan istri dan
keluarga tidak harmonis. Pasien kadang bekerja kadang tidak. Biaya hidup dicari sendiri.
Orang tua laki laki pasien meninggal tahun 1998 dan orang tua perempuan meninggal 1997.
Sejak orang tua meninggal pasien kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari
keluarga. Sejak saat itu penyakit pasien menjadi bertambah parah. Pasien tidak suka
bergaul dengan tetangga. Untuk makan dan minum pasien membeli di warung dekat
rumah.Pasien seorang perokok. Mandi dan Buang air besar dilakukan di mesjid dekat
rumah, sedangkan mencuci pakaian sendiri. Tidak memiliki asuransi kesehatan.
23
Pasien memilki kebiasaan merokok 1 bungkus sehari, kadang-kadang minum alkohol dan
riwayat memakai obat-obat terlarang disangkal pasien.
Pasien tidak ada mengalami masalah pada penglihatan, pendengaran , saluran nafas,
saluran cerna , saluran kencing, ekstremitas.
Pemeriksaan dilakukan dirumah pasien pada tanggal 21 Oktober 2017, didapatkan
hasil sebagai berikut:
j. Deskripsi umum
6. Penampilan : laki-laki berusia 45 tahun, paras sesuai umur, dengan postur
agak gemuk, kesan gizi pasien cukup. Rambut pasien pendek, rapi, muka
pasien kusam seperti tidak mandi. Pasien menggunakan baju berwarna
putih kecoklatan, seperti tidak dicuci, kuku pasien tidak di potong, tidak
menggunakan pewarna kuku, pasien tampak murung.
7. Kesadaran : compos mentis cooperatif
8. Perilaku dan aktifitas psikomotor:
Keadaan pasien tenang, tetapi kadang-kadang memperlihatkan gerak gerik
yang tidak bertujuan. Gerakan berulang tidak ada
9. Pembicaraan :
- Kuantitas : pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat
mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
- Kualitas : pasien kadang-kadang menyambung kadang tidak ketika
ditanya, dan menjawab pertanyaan dengan spontan. Pasien kadang
bercerita dengan spontan, tetapi tiba-tiba pasien terdiam. Volume
bicara terkadang kuat, tapi kadang-kadang lemah. Intonasi pasien
bicara kadang kuat, kadang lambat . Pengucapan kata cukup jelas, dan
pembicaraan daapt dimengeri.
10. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif, kontak mata tidak adekuat,pasien sering menjawab
pertanyaan tidak melihat kearah pemeriksa. Pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan baik, walaupun setiap menjawab pertanyaan respon
agak lama, dan sering kali saat ditanya terdiam.
k. Keadaan afektif
4. Mood: labil
5. Afek : datar
6. Keserasian : tidak serasi
l. Gangguan persepsi
Pasien mempunyai halusinasi auditorik, yaitu mendengar suara bisikan seperti
menghina dan myuruh pasien untuk melakukan sesuatu
m. Proses pikir
4. Bentuk pikir : non realistik
5. Arus pikir
- Produktifitas : pasien dapat menjawab saat diajukan
pertanyaan, namum terkadang pasien saat ditanya tiba-tiba terdiam
- Kontinuitas : mampu memberi jawaban sesuai pertanyaan
- Hendaya berbahasa : tidak terdapat hendaya berbahasa
24
6. Isi pikir : berupa waham curiga berupa bahwa orang sekitarnya selalu
mengejeknya, waham kontrol berupa pasien merasa dirinya dikontrol oleh
bisikan-bisikan yang menyuruhnya dan pasien secara reflek dan tidak sadar
melakukan hal tersebut.
o. Daya nilai
Daya nilai sosial pasien baik
p. Pengendalian impuls
Pengendalian impuls pasien baik selama wawancara dapat mengontrol emosi
dengan baik ( tidak mengamuk/mengangis )
q. Tilikan
Tilikan derajat 2, karena pasien menyadari dirinya mengalami stres tetapu
pasien juga merasa bahwa dirinya tidak memiliki sakit dalam kejiwaannya.
Pasien hanya memerlukan pengobatan untuk dapat tidur dengan nyenyak
tanpa diganggu oleh bisikan.
Sumber air pasien dan masyarakat sekitar berasal dari PDAM, Saluran air limbah ke selokan
dan septic tank, Sampah dikumpulkan kemudian diletakkan di pembuangan sampah dan
kadang- kadang dibakar di kebun di belakang rumah. Masyarakat sekitar ada juga
membuang sampah ke tempat penampungan sampah sementara, yang kemudian dijemput
oleh becak sampah. Selokan dan pekarangan rumah pasien kotor, banyak sampah daun
yang berserakan.
Pasien mempunyai keluhan utama kontrol penyakit jiwa yang diderita dan tambah obat,
Pasien khawatir jika tidak minum obat sakitnya akan kambuh dan tidak bisa sembuh. Pasien
mempunyai harapan sakitnya bisa sembuh. Diagonas pasien adalah Skizofrenia. Aspek
resiko internal dari pasien adalah kontrol tiap 15 hari, kadang kadang masih suka
mendengar sesuatu, mempunyai pekerjaan tidak tetap, tinggal hanya sendiri, telah berpisah
dengan istri. Sedangkan dari aspek resiko eksternal hubungan dengan keluarga kurang
harmonis , hubungan dengan masyarakat baik, Keluarga tidak peduli terhadap pasien dan
tidak memiliki kartu BPJS serta orang tua sudah meninggal. Karena sakitnya pasien kurang
mampu melaksanakan kegiatan sehari hari.
Format bebas, ditulis rangkuman mengenai hasil pemeriksaan dan laboratorium selama di rumah
sakit dan penekanan pada masalah (medis maupun psikososial) yang pasien temui selama perawatan
di rumah sakit (bisa rawat inap maupun rawat jalan di RS). Bagaimana pendapat anda sebagai DLP
dalam hal perawatan RS ini.
Bahan Kajian:
a. Pelayanan Berpusat pada Pasien dan mengutamakan Keselamatan Pasien (Patient-centered
care, Patient Safety)
b. Kerjasama Tim dalam pengelolaan pasien untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
(Interprofessional Collaboration to serve the Highest Quality of Care)
c) Ceritakan rencana pengelolaan pasien SETELAH pulang dari Rumah Sakit dan kembali di
komunitasnya, di mana anda adalah Dokter Keluarga/ Dokter Layanan Primernya di FKTP
tempat ia dan keluarganya terdaftar
Format bebas, ditulis rangkuman mengenai rencana tindak lanjut ketika pasien dipulangkan.
Penekanan pada persiapan kepulangan pasien, penerimaan keluarga di rumah, rencana medis dan
psikososial apa yang diperlukan ketika pasien pulang. Bagaimana rencana kontrol ulang di Rumah
Sakit, apa yang harus anda diskusikan dengan Dokter Spesialis yang merawat di RS maupun kepada
Perawat atau Bidan atau Tenaga Kesehatan lain yang akan merawatnya saat kembali ke FKTP.
Bagaimana rencana anda sebagai DLP dalam hal kepulangan dari RS ini.
26
Bahan Kajian:
a. Kerjasama Tim dalam pengelolaan pasien untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
(Interprofessional Collaboration to serve the Highest Quality of Care)
b. Koordinasi dengan Nakes di Sekunder/ Tersier maupun di Primer (Comprehensive care)
Setelah pasien pulang dari RS dan bermaksud kontrol kepada anda di FKTP, apa rencana pengelolaan
pasien Jangka Pendek (3 bulan pertama) dan Jangka Panjang (lebih atau sama dengan 1 tahun) yang
akan anda komunikasikan kepada pasien. Perlukah anda lakukan Home Visit, apa alasannya.
Setelah pasien pulang rencana jangka pendek selama tiga bulan kedepan adalah memastikan kondisi
klinisnya baik dengan memperhatikan kepatuhan minum obat, jadual kontrol ke spesialis THT.
Berikutnya dapat dilakukan Home visit agar dapat tergali lebih dalam kondisi psiokososiokultural
pasien, keluarga dan lingkungan. Upaya jangka panjang lebih menekankan pada pentingnya upaya
promotif dan preventif seperti pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala, kepemilikan asuransi
baik bagi pasien maupun kelurga sehingga memastikan pasien dan keluarga siap dikala menghadapi
permasalahan kesehatan.
1. Patient-Centered
Promotif :
Edukasi tentang penyakit jiwa yang di derita.
Edukasi supaya tidak kambuh.
Edukasi tentang cara minum obat.
Edukasi kepada keluarga tentang penyakit dan akibatnya.
Preventif:
Minum obat teratur
Perlunya dukungan keluarga terhadap pengobatan pasien.
Kepedulian dan perhatian keluarga perlu ditingkatkan.
Menjadi peserta BPJS.
Melakukan kegiatan bersama dengan keluarga
Kurangi hal-hal yang dapat meningkatkan stesor
Kuratif :
CPZ 3x1 tablet.
HLP 3x1 tablet.
THP 3x1 tablet.
Diazepam 2 mg 3x1 tablet.
Injeksi haldol decanoat 1 ampul/ bulan
27
Early diagnosa :
Pemeriksaan EKG.
Pemeriksaan Laboratorium darah.
3. Community-Oriented:
Kegiatan olahraga bersama.
Kegiatan aktifitas fisik lainnya bersama ( seperti berkebun bersama dan lain lain ).
Tidak mengucilkan penderita penyakit jiwa di lingkungan.
Peduli terhadap penderita penyakit jiwa yang ada di lingkungan.
28
Referensi yang saya baca dan telah saya lakukan telaah kritis (terlampir):
29