Anda di halaman 1dari 57

Asuhan Keperawatan pada

Klien dengan Gangguan/


Komplikasi Kehamilan (I)
Komplikasi sebagai akibat langsung
kehamilan:
A. Hiperemesis gravidarum
B. Hipertensi dalam kehamilan (PIH)
C. Perdarahan Antepartum
D. Anemia pada kehamilan
A.Hiperemesis Gravidarum

=bertambahnya keluhan mual dan muntah pada


kehamilan trimester I shg mengganggu kegiatan
sehari-hari & menyebabkan keadaan umum
menjadi buruk

Etiologi:
Belum diketahui dengan pasti
Hiperemesis gravidarum

Faktor predisposisi:
 Faktor organik → villi korialis masuk ke sirkulasi
maternal → dianggap benda asing → Rx
imunologik: histamin
 Faktor hormonal: Level HCG meningkat, sgt tinggi
terutama pada gemeli, molahidatidosa
 Faktor psikis/ Ambivalensi
 Penggunaan vitamin
Patologi Hiperemesis
Gravidarum
 Hati : degenerasi lemak tanpa nekrosis
 Jantung : atropi sesuai dengan lamanya penyakit
 Otak : Bercak2 perdarahan
 Ginjal: degenerasi lemak
Peta Konsep Masalah
 Muntah2 berlangsung lama → cadangan KH & lemak habis
(digunakan sbg sumber energi) → kelemahan
 Oksidasi lemak menjadi tdk sempurna → ketosis (as.aseto-
asetat, as. Hidroksi butirat, aseton dlm darah me↑)
→kelelahan, gangguan pernafasan
 Mual,Muntah→Dehidrasi → hemokonsentrasi →pe↓ perfusi
jaringan, defisit cairan & elektrolit (hipokalemia)
Gejala Klinis
 Tk. I : lemah, nafsu makan (-), BB↓, nyeri
epigastrium, nadi ↑, TD ↓, turgor kulit krg elastis,
membran mukosa kering, mata cekung
 TK.II: lebih lemah, apatis, turgor kulit tidak
elastis, TD ↓, lidah kering & kotor, nadi ↑,
subfebris, mata agak ikterik, BB↓, mata
cekung, hemokonsentrasi, oliguria,
konstipasi, nafas bau aseton, asetonuria.
 Tk.III: ku buruk, muntah (-), kesadaran
menurun, nadi lebih kecil & cepat, febris, TD
↓ drastis, nistagmus, diplopia, perubahan
mental, payah hati/ikterus
Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan kadar elektrolit darah (hiponatremia,


hipokalemia, alkalosis metabolik)
 Tes fungsi hati (LPT)

c/ Diagnosa Keperawatan:
 Gangguan kes. c-e:kurang dari kebut.tbh b.d.
pemasukan/pengeluaran cairan yg tidak
adekuat
Manajemen Hiperemesis
Gravidarum
 Bedrest
 Psikoterapi
 Penyesuaian diet dan vitamin
 Pemasukan Nutrisi adekuat
 Kurangi makan goreng2an
 Hindari makanan pedas
 Makanan rendah lemak & lunak
 ↑ intake karbohidrat
 Hindari perut kosong – makan porsi kecil & sering
 Makan crackers atau roti bakar sblm bangun dari
tempat tidur
 Vit B6 50mg 2x/hari, vit B compleks, vit.C
 Kolaborasi: Infus glukosa 5% + NaCL 0.9%: 2-3L/hr
Klorpromazin 0,25 mg IM
B. Hipertensi pada
Kehamilan
1. Pre-eklampsia/ Eklampsia
(ringan-berat)
2. Hipertensi kronik
3. Pre eklamsia super imposed
4. Hipertensi transien
5. Hipertensi yang penyebabnya
tidak diketahui
3 serangkai gejala klasik
pre-eklamsia
1. Hipertensi
2. Edema → ↑BB > 0,5 kg/mgg or 2 kg/bln
3. Proteinuria

Tanda2 lain:
 Urin menurun – pekat
 Sakit kepala
 Nyeri epigastrium
 Hiperfleksi
 Gangguan visual
Pre-Eklampsia Berat
1. TD > 160/110 mmHg
2. Proteinuria > 5gr/ 24jam (++++)
3. Oliguria (<500ml/24 jam)
4. Gangguan visus dan cerebral
5. Nyeri epigastrium
6. Edema paru
7. IUGR
8. Sindrom HELLP: Hemolisis, ↑Liver enzym, Low Platelet
Tujuan Perawatan

 Identifikasitanda2 abnormal
→ cegah komplikasi lebih buruk
 Tidak terjadi kejang
 Tidak terjadi gawat janin/
kelahiran prematur → kondisi bayi
optimal
 Kondisi ibu optimal
 Ibu dan keluarga kooperatif
Intervensi Keperawatan
 Monitor TTV, kesadaran & refleks neurologis
 Bed rest total – miring kiri
 Monitor I/O – kateterisasi
 Periksa urin protein tiap hari, darah lengkap, AGS, fungsi liver
 Beri O2: 8-12 L/ mnt – sungkup
 Monitor kesejahteraan janin – kemajuan persalinan
 Kaji tanda2 abruptio plasenta
 Persiapkan alat persalinan, resusitasi, tindakan SC~ indikasi – jk
gawat janin
 Atur diet
 Cegah kejang – terapi MgSO4, anti hipertensi
 Manipulasi ruangan – rangsangan ruangan dikurangi, batasi
pengunjung
 Jaga keamanan – protokol kejang, side rail bed, antidotum
keracunan MgSO4
 Dukungan psikososial
 Informasi -- keluarga
Eklampsia :
PEB+ kejang (tanpa sebab yang
jelas)
Tanda dan Gejala:
1. Sakit kepala berat
2. Gangguan visus
3. Nyeri epigastrium→ mual & muntah
4. Kejang tonik-klonik →koma
Tahapan Kejang
1. Tahap Invasif/ serangan
 Mata berputar ke satu sisi
 Otot muka bergerak – beberapa detik

2. Tahap kontraksi
 Seluruh badan kaku
 Kontaksi otot menyeluruh: Muka tertarik – mata
melotot; Tangan fleksi -- telapak mengepal;
Kaki inversi
 Kontraksi tonik otot badan : 15 -20 detik

3. Tahap konvulsi
Tahap Konvulsi
 Tiba2 rahang & kelopak mata – buka, tutup
 Otot muka, seluruh tubuh kontraksi – relaksasi
cepat
 Pergerakan otot dengan tenaga
 Melempatkan badan dari tt
 Menggigit lidah
 Mulut berbusa, muka dan mata merah (>1‘)
 Pergerakan otot berkurang perlahan -- ↓↓ --
pernafasan perlahan – koma!!
→ menit-jam→ tdk sadar/ kejang lagi
Perawatan selama & sesudah
kejang
 Cegah cedera – fiksasi
 Pertahankan jalan nafas – spatel lidah
 Longgarkan pakaian
 Bersihkan jalan nafas – suksion
 O2
 Monitor djj/ 1-2 jam
 Monitor TTV
 Kateterisasi
 Ukur dan monitor I/O
 Pertahankan terapi IV
 Periksa status neurologi
 Minimalkan rangsangan lingkungan
 Jangan pindahkan pasien
 Observasi tanda2 persalinan
 Support emosi
 Cegah pasien sendiri

Eklampsia → prognosa ibu/janin ↓


→ kecepatan dan ketepatan tindakan
penting!!
C. Perdarahan pd Kehamilan
 Perdarahan Trimester I :
 Abortus
 Kehamilan ektopik
 Mola hidatidosa
 Perdarahan Trimester II:
 Plasenta Previa
 Perdarahan Trimester III:
 Abruptio Plasenta
 DIC
Abortus
=pengakhiran kehamilan, janin < 500 gr, < 20
minggu
Etiologi:
 Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom,
lingkungan < sempurna, pengaruh dari luar
 Kelainan pada plasenta
 Penyakit ibu: tifus, malaria, anemia berat, infeksi virus dan
bakteri
 Kalainan traktus genitalis
Klasifikasi
 Abortus Imminens : perdarahan, hasil konsepsi dlm uterus,
dilatasi serviks (-), mules sedikit/ (-)
 Abotus Insipiens: perdarahan, hasil konsepsi (+), dilatasi serviks
(+)
 Abortus Inkompletus : pengeluaran sebag. Hasil konsepsi →
perdarahan
 Abortus Kompletus
 Missed abortion →Th/D/C
(<12mgg), Oksitosin
dosis tinggi (>12 mgg)
 Abortus Habitualis : abortus spontan >3x
Abortus Septik
= abortus disertai infeksi alat genital dg penyebaran toksin
ke peredaran darah atau peritoneum
→Abortus buatan tanpa aseptik/antiseptik

 Tanda:
- Hipertemi, demam (>39°C)
- Takikardi
- Perdarahan pervaginam berbau busuk
- Uterus membesar, lembek dan nyeri tekan,
- Leukositosis (>15.000/mm³)
Pemeriksaan Diagnostik

 Doppler atau USG → menentukan janin hidup/tidak &


menentukan prognosis
 Lab darah: Leukosit, Hb, Ht, GDs
 Pemeriksaan khusus:TORCH dan pemeriksaan kadar
fibrinogen (u/ missed abortion)
Diagnosa Keperawatan Umum
Abortus
 Defisit volume cairan dan elektrolit tubuh/
Syok b.d. pengeluaran darah berlebih akibat
abortus
 Nyeri b.d. kontraksi uterus
 Cemas b.d. ketidakpastian ttg kehamilan
 Risiko infeksi b.d. tertahannya (sisa) produk
konsepsi
 Berduka antisipasi b.d kehilangan/ ancaman
kehilangan kehamilan
 Harga diri rendah b.d. ketidakmampuan untuk
menyelesaikan kehamilan dengan baik
 Hipertemi b.d. reaksi inflamasi
Penatalaksanaan Umum
Abortus:
 Bedrest
 Aktifitas fisik <<
 Evaluasi Uterus (D/C)
 Suction Curretage
 Support emosi
 Hindari sexual intercourse -- s/d menstruasi berikutnya
 Supplementasi Fe
 Penyuluhan gizi
Penatalaksanaan
Abortus Imminens
 Istirahat baring
 Fenobarbitol 3 x 30 mg/hari → jika perlu untuk menenangkan
kembali
 Pantau adanya perdarahan kembali
 Lakukan USG untuk memantau keberadaan janin
Penatalaksanaan Abortus
“Insipiens” &
“Inkompletus”
 USG
 Tenangkan penderita dengan memberikan
penjelasan yang cukup tentang keadaan ibu
dan kehamilannya
 Infus RL, bila pre/syok beri Dextran 40, campur
dengan syntocinon 10-20 iu
 Kuretase dalam narkose (lidocain)
 Transfusi darah bila Hb <8gr%
Penatalaksanaan
Abortus septik
 Pemeriksaan tambahan: Kultur kuman, Urinalisis rutin
 Foto abdomen, USG
 Th/ antibiotik: PP / Chloromycetine/ Gentamycin/
sulbenicillin/ Metronidazol
 Beri Cairan 3000-4000 ml/hr,
 Beri Cortison/ heparin ssi komplikasi
 Monitor: TTV dan jumlah urin tiap jam & suhu / 3jam
 Monitor CVP
 Kuretase
: 6 jam setelah antibiotik diberikan &
keadaan ps lebih baik
Manajemen Umum Abortus:
 Bedrest
 Aktifitas fisik <<
 Evaluasi Uterus (D/C)
 Suction Curretage
 Support emosi
 Hindari sexual intercourse -- s/d menstruasi berikutnya
 Supplementasi Fe
 Penyuluhan gizi
Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET)
= Fertilisasi di implantasi di luar cavum uterus (95% di tuba
falopii; servical; interstitial; ovarial; abdominal)

Etiologi : Riwayat PID, Riwayat peradangan di rongga


peritoneal, endometriosis pada tuba, Anomali pd tuba,
riwayat operasi abdomen/ tuba, riwayat tubektomi,
kontrasepsi oral dg dosis rendah progesteron
Lokasi
Tanda dan Gejala:
 Amenore (riw. Terlambat haid 6-8 mgg sblm
gejala)
 nyeri perut mendadak→ akibat perdarahan
intraperitoneal
 syok hipovolemik → sinkop
 Perdarahan pervagina/ spotting (75% ps) →1-2
mgg setelah terlambat haid
 terjadi syok hepovolemik
 gangguan BAK
 Mual, muntah, rasa tegang payudara
 Hipotensi, takikardi, sianosis, ekstremitas dingin
Pemeriksaan Fisik

 Serviks teraba lunak, nyeri tekan & nyeri goyang


 Korpus uteri normal atau sedikit membesar,
kadang sulit diraba krn nyeri perut hebat
 Kavum douglasi kadang-kadang menonjl karena
terisi darah
Pemeriksaan Diagnostik
 Lab : Hb, leukosit, tes kehamilan,
 USG
 Kuldositesis/ Douglas fungsi : (+) jika darah berwarna merah
tua, tidak membeku setelah di hisap dan terdapat gumpalan-
gumpalan darah kecil
 Laparoskopi → u/bedakan KET dg infeksi pelvis atau kista
ovarium
Diagnosa Keperawatan

(Risiko) defisit volume cairan dan


elektrolit/ Syok hipovolemik b.d.
perdarahan akibat ruptur di tempat
implantasi; kehilangan cairan
berlebih akibat tindakan
pembedahan
Nyerib.d. penekanan konsepsi pd
tuba; ruptur tuba
Berduka antisipasi b.d. kehilangan
kehamilan
Penatalaksanaan

 Infus Dextrose & RL; transfusi


 Anjarkan tehnik relaksasi, kolaborasi pemberian
analgesik
 Monitor ABC : berikan O2 5lt/menit
 Presurgery counselling
 Operasi – laparatomi, salpingektomi/ histerektomi
subtotal/ fundektomi
 Post op. care
 Penyuluhan KB
Mola Hidatidosa
= keadaan patologi dari khorion dengan sifat :
1. Degenerasi kistik villi dan perubahan hidrofik
2. Berkurang / hilangnya pembuluh darah
pada villi
3. Proliferasi trofoblas

ETIOLOGI →tidak diketahui


Faktor risiko:
1. Ovum patologik, mati dan terlambat
dikeluarkan
2. Keadaan sosio ekonomi rendah
3. Paritas tinggi
4. Kekurangan protein
5. Infeksi virus dan faktor kromosom belum jelas
Gejala Klinis
 Pendarahan pervaginam, biasanya mulai kehamilan 8
mgg, warna merah segar
 Mual dan muntah, lebih hebat dari kehamilan biasa
 Febris mungkin walau tidak ada infeksi
 Pembesaran uterus melebihi ukuran kehamilan yang
semestinya
 DJJ tidak terdengar
 Hasil tes diagnostik: βHCG >> usia gestasi, USG janin(-)
Diagnosa Keperawatan
 Defisit volume cairan tubuh
 Berduka antisipasi
 Nyeri akut

Intervensi:
 Atasi deisit cairan: infus RL/Dextrose
 Kolaborasi : kuretase
 Pre/post kuretase care
 Atasi komplikasi hipertensi, thyrotoksikosis
dan anemia
 KB, hindari kehamilan smp level hCG normal
(sekurangnya 1 th)
 Anjurkan ps u/ monitor level hCG berkala
 Beri Support emosional
Plasenta Previa
 Keadaan dimana implantasi plasenta terletak pda/atau
disekat ostium uteri intrenum: TOTALIS / PARTIALIS / LOW LYING
 Faktor resiko :
Usia>35, Multipara, Pernah D/C
 Tanda & gejala:
 Perdarahan per vaginam tanpa nyeri, berulang-ulang, banyak,
tanpa jar plasenta
 Terjadi pada mgg ke 28-30
 Tidak ada kontraksi uterus
Pemeriksaan Diagnostik
 Ht, Hb, trombosit, waktu pembekuan darah,
elektrolit plasma
 Kardiotokografi (CTG)
 Pemeriksaan djj : laenec, dopler
 USG: nilai letak implantasi, usia gestasi,
kesejahteraan janin

Masalah kep:
-(risiko) defisit cairan
-risiko cedera pd janin
- cemas
Penatalaksanaan
 USG – tentukan lokasi plasenta
 Bed rest total – observasi, s/d kehamilan >36
mgg, mobilisasi bertahap
 Monitor TTV, Djj, kontraksi uterus &
karakteristik perdarahan
 Jk pendarahan byk: resusitasi cairan, atasi
anemia/transfusi
 Tidak boleh vt , dan sexual intercourse
 Operasi Caesarean, jk kehamilan >37 mgg,
dan plasenta previa totalis
 Jika bkn totalis→partus per vaginam
(amniotomi, infus oksitosin)
Abruptio/Solusio Plasenta
Lepasnya
plasenta
dari dinding
uterus
sebelum
waktunya
Etiologi

 Trauma abdomen
 Penyalahgunaan NAPZA
 Penurunan aliran darah ke plasenta
 Hidroamnion
 Kehamilan gemeli
 Faktor risiko: kadar asam folat darah rendah,
penyakit vaskuler/ginjal, hipertensi kehamilan
Gejala Klinis

 Nyeri abdomen akut


 Kontraksi uterus (+), sering
 Perdarahan (tertutup/terbuka)→darah per
vaginan: merah tua
 Abdomen kaku spt papan
 Syok
 Insufisiensi uteroplasenta: DJJ ↓
Pemeriksaan Diagnostik

 Lab serum: Ht, Hb, trombosit, ↑ PTT &PT,


↓fibrinogen &platelet → kemungkinan DIC
 Kardiotokografi (CTG)
 Pemeriksaan djj : laenec, dopler
 USG: nilai letak implantasi plasenta dan
hematoma, usia gestasi, kesejahteraan janin
 Masalah Keperawatan:
- Nyeri
- Defisit cairan tubuh
- Gangguan perfusi jaringan:kardiopulmonal
- Cemas
 Intervensi Keperawatan:
- Monitor TTV, DJJ, kontraksi, perdarahan
- Kaji kes. cairan dan elektrolit darah
- Berikan O2, mll masker 10 lt/mnt
- Monitor & manajemen nyeri
-Hindari VT
- Kolaborasi: transfusi, periksa hasil lab (DIC?)
- Anjurkan klien tidur miring kiri
- Berikan dukungan emosional
Penatalaksanaan Kolaboratif: Persalinan

1. Solusio Ringan
Ekspektatif: tunggu persalinan spontan, Jika:
perbaikan kondisi ibu, perdarahan (-),
kontraksi (-), janin hidup
Aktif: akhiri kehamilan, partus pervaginam jika
k.u. ibu buruk, perdarahan (+),IUFD →induksi
SC: jika Ibu dan janin baik, pembekuan darah
baik

2. Solusio Sedang/Berat
 Partus per vaginam bila diperkirakan partus dapat berlangsung
dlm 6 jam
 SC: bila partus per vaginam diperkirakan tidak berlangsung
selama 6 jam
D.I.C
→ Distimulasi oleh perdarahan massive → reaksi pembekuan/
trombosis >> → penimbunan mikroembolus → Rx fibrinolisis →
perdarahan>>

Kelanjutan dari komplikasi obstetrik:


 Pre-eklampsia/ eklampsia
 Retensi lama dari IUFD
 Infeksi post abortus
 Emboli cairan amnion
 Abruptio Placenta
Manajemen:
 Terapi
 Atasi penyebab : transfusi/infus, evakuasi uterus,
antibiotik
 Pergantian faktor pembekuan darah: FFP,
Platelets, PRC
 Antikoagulan terapi : heparin dosis rendah, FFP,
obat anti platelet (DIC kronik)
 Inhibisi residu fibrinolisis (jk terus perdarahan): as.
Epsilon- aminokaproik
 Monitor djj dan keadaan ibu (↓ mental
status, takikardia, perdarahan gusi,
perdarahan ditempat injeksi, petekie,
disfungsi paru, disfungsi hati)
Diagnosa Kasus Perdarahan
 (Risiko) gangguan keseimbangan cairan &
elektrolit/ syok hipovolemik b.d. perdarahan
 Gangguan perfusi jaringan b.d perdarahan
 Intoleransi aktifitas b.d. ↑ perdarahan akibat
↑ aktifitas
 Takut/ cemas b.d. perdarahan dan risiko
cedera perinatal; kemungkinan komplikasi
kehamilan selanjutnya
 Berduka antisipasi b.d kemungkinan
kehilangan anak yang diharapkan
 Risiko cedera janin b.d. penurunan suplai
darah uteroplasenta
D. Anemia pada Kehamilan
 Hb bumil 10-12 gr%
-- anemia fisiologis/ pseudoanemia
 Penyebab:
 Defisiensi nutrisi – zat besi
 Kehilangan darah
 Hemolisis
 Dampak:
Abortus; partus prematurus; partus lama → inersia uteri;
HPP→atonia uteri; syok; infeksi; anemia berat→gagal jantung
 Self care:
Perencanaan diet; Suplemen Tab Fe; Istirahat cukup
Hemoglobinopaty
: penyakit genetik dari sintesis polipeptida shg
produksi Hb abnormal
C/ Thalassemia, Sickle cell disease, G6PD

 Risiko:
↑ infeksi traktus urinarius, bayi jaundice
 Penatalaksanaan:
 Konseling nutrisi
 Pemberian suplemen zat besi dan asam folat
 Hindari obat2an: asam asetilsalisilat, khloramfenikol, sulfa, quinine,
Vit K.

Anda mungkin juga menyukai