Kelompok A
I. Latar Belakang
Perkembangan nasional disektor industri sekarang ini berkembang semakin pesat sejalan
dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi ini telah mendorong meningkatnya
penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi ini telah mendorong meningkatnya
penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi modren dan bahan-bahan kimia
dalam proses produksi. Di satu pihak perkembangan industri ini memberikan dampak yang
positif dengan terciptanya lapangan pekerjaan yang lebih luas. Namun, akibat percepatan proses
industrialisasi dengan sendirinya akan memperbesar resikonya bahaya yang terkandung dalam
industri, timbulnya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan potensi kecelakaan kerja semakin besar.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja yang harus dipenuhi
oleh suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif dengan
mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup K3 terdiri
dari aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan prasarana perusahaan. Sistem manajemen K3
(SMK3) wajib diterapkan oleh perusahaan di Indonesia dan memiliki landasan hukum yang
diatur dalam UUD 45 pasal 27 ayat 2, Undang-undang No.1 tahun 1970, Undang-undang No.13
tahun 2003 dan Permenaker No. 05/Men/1996.
Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak ditemukan terutama di
negara berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih ditemukan antara lain kurangnya
perhatian dari semua pihak akan pentingnya keselamatan kerja, masih tingginya angka
kecelakaan kerja dan rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola usaha. Hal ini juga
berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing secara global.
Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat K3
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan ke perusahaan PT.
Martina Berto Tbk yang memiliki jenis usaha dalam bidang kosmetik. Melalui laporan ini kami
menyampaikan hasil inspeksi secara obyektif dan subyektif pada PT. Martina Berto Tbk beserta
hasil analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3 di
perusahaan tersebut.
II. Dasar Hukum
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU Uap tahun 1930.
4. Peraturan Uap tahun 1930.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980 tentang
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982 tentang
bejana tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan
produksi.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat angkat-
angkut.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi
penyalur petir.
11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang penanggulangan
kebakaran di tempat kerja.
12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan
kimia berbahaya.
13. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan SNI
No SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di
tempat kerja.
14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
113 ahun 2006 tentang pedoman dna pembinaan teknis petugas K3 ruang terbatas
15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja bekerja pada
ketinggian dengan menggunakan akses tali ( rope access).
III. Profil Perusahaan
a. Nama Perusahaan
PT. Martina Berto, Tbk
b. Alamat Perusahaan
1. Jalan Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung
2. Anak Perusahaan PT Cedefindo
Jl. Raya Narogong KM 4, Bekasi
c. Sejarah perusahaan
PT. Martina Berto Tbk merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1977 oleh Dr HC.
Martha Tilaar, (alm) Pranata Bernard, dan Theresa Bu Harsini Setiady. Perusahaan ini berlokasi
di Jalan Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung. Perusahaan ini bergerak di bidang
barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran serta perdagangan kosmetik, perawatan
kecantikan dan barang-barang obat tradisional. Selain itu, perusahaan memiliki dukungan dari
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh anak perusahaannya, PT Cedefindo, yang merupakan
kosmetik manufaktur kontrak atau makloon dengan kering, semi-padat, cairan, dan aerosol.
Pada tahun 1981 perusahaan ini mendirikan pabrik di kawasan industri Pulogadung dengan
partnership Grup Kalbe. Setelah dua tahun kemudian, mendirikan pabrik keduanya PT. Sari Ayu
Indonesia untuk mendukung distribusin kosmetik. Dari tahun 1988 - 1995 mereka melakukan
konsolidasi dari beberapa bisnis yang diperoleh oleh Martha Tilaar Group menjadi PT. Martina
Berto.
Pada tahun 1999 PT. Martino Berto resmi menjadi perusahaan keluarga Martha Tilaar.
Tahun 2006 - 2008 meluncurkan produk dalam keindahan dan segmen perawatan pribadi.
Jaringan ekspornya semakin meluas ke pasar Eropa (Yunani dan Ukraina) dan Asia
(Jepang, Hongkong, dan Taiwan).
Tahun 2010, meluncurkan toko ritel baru. Martha Tilaar Shop (MTS), di luar Indonesia
untuk meraih pangsa pasar Internasional.
f. Sektor usaha
Perusahaan ini bergerak di bidang barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran
serta perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan dan barang-barang obat tradisional.
1. Segment A Plus
Dewi Sri Spa Martha Tilaar, PAC Martha Tilaar, Martha Tilaar Solutions, Jamu Garden
Martha Tilaar
2. Segment A
Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar
3. Segment B
Sariayu Tilaar Martha, Martha Tilaar Caring Colours, Belia Martha Tilaar
4. Segment C
Mirabella, Cempaka,Pesona, Martina. Currently, Pesona and Martina products have been
sold in Malaysia through direct selling.
g. Jam kerja
Factory : Jam Kerja : Shift I 07.30 – 14.30
h. Asuransi
Setiap karyawan di PT. Martina Berto, Tbk mendapatkan tunjangan kesehatan berupa:
- Provider Asuransi AVIVA sesuai plafon Karyawan
- BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
Dalam menangani kasus emergensi perusahaan bekerjasama dengan RS Antam, RS
Jayakarta dan RS Persahabatan.
i. Sertifikasi perusahaan
Pada tahun 1996 menjadi pabrik kosmetik pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat
ISO 9001. Tahun 2000 menjadi satu‐satunya pendiri UN Global Compact dari Asia,
mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan sertifikat GMP: CPKB (Cara Produksi Kosmetika yang
Baik) dan CPOTB (Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik).
j. Kelembagaan P2K3
Total P2K3 : 56 Orang
Pertugas K3 : 20 Orang
Pelatihan : Tanggap Darurat untuk DAMKAR
Emergency Respond Kecelakaan Kerja
Sertifikasi P3K : PMI dan Disnaker
Proses Kerjanya : Standby di masing masing Bagian
Bekerja sesuai kejadian darurat
PJK3 : Sesuai kualifikasinya masing :
AK3 Umum
AK 3 Kimia, DAMKAR
produksi dikali dengan jumlah orang yang diperlukan melaksanakan produksi tersebut. Hal ini
berkaitan dengan efisiensi dan produktifitas perusahaan.
Dalam pelaksanaanya, produksi akan meminta bahan baku ke gudang bahan baku
menggunakan dokumen PWO ( Proccess Work Order). Gudang akan menyiapkan kebutuhan
sesuai dengan PWO dan hasil penimbangan akan diperiksa ulang oleh produksi. Jika semua
bahan telah siap, produksi akan mengolah bahan tersebut sesuai dengan LPP (Lembar Petunjuk
Proses). Tiap langkah LPP yang telah dilaksanakan kemudian diparaf oleh operator dan
pengawas yang bersangkutan dan setiap penyimpangan, adjusting, atau segala perbaikan yang
tidak tertera di LPP akan dicatat sebagai pedoman pemeriksaan dan penelusuran jika terjadi
kesalahan. Proses pencucian dan sanitasi mesin produksi dilakukan setiap pergantian batch
ataupun pergantian produk dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Selama proses hingga dihasilkan produk ruahan, dibagian produksi terdapat tim dari QC
untuk melakukan pengawasan mutu pada tiap akhir proses sebelum pengemasan. QC akan
memeriksa kesesuain spesifikasi produk tersebut dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika telah memenuhi spesifikasi tersebut dapat diteruskan untuk pengemasan dan
jika kurang memenuhi, bagian produksi akan melakukan adjusting. Segala perbaikan yang
dilakukan terhadap produk harus dicatat LPP dan didokumentasikan. Produk ruahan yang telah
dinyatakan lulus oleh QC kemudian akan dikemas. Permintaan bahan kemas ke gudang
menggunakan dokumen PCO ( Packing Order ) dan pengemasan dilakukan berdasarkan prosedur
pengemasan dari R&D yang disebut LPK (Lembar Petunjuk Kemas).
Secara umum produksi kosmetik yang dilakukan di PT Martina Berto Tbk. ada 4 macam
yaitu produksi liquid, lipstik, make-up base, dan dekoratif. Masing- masing produksi tersebut
memiliki supervisor yang bertanggung jawab secara langsung pada manager produksi.
fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan promosi kesehatan di tempat kerja adalah
terciptanya perilaku dan lingkungan kerja sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari
promosi kesehatan adalah:
Mengembangkan perilaku kerja sehat
Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
Menurunkan angka absensi sakit
Meningkatkan produktivitas kerja
Menurunnya biaya kesehatan
Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan kerja ataupun
penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan pekerjaan yang
diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk menunjang kesehatan optimal
pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga menimbulkan
keuntungan bagi kedua belah pihak.Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat
pelindung diri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.
Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi kerja menjadi masalah
disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan pagi, kurangnya perhatian pengusaha,
kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah,
kapan dan apa dimakan tidak diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
Pekerja tidak teliti
Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit
pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam mengambil langkah promosi dan pencegahan,
sehingga tujuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.
II.2. ERGONOMI
Pertimbangan ergonomi memasukkan aspek kemudahan dan kenyamanan pengguna dalam
mengoperasikan suatu alat. Annis & McConville menyatakan bahwa ergonomi adalah
kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan
keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan
sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien. 1 Sedangkan
Pulat menawarkan konsep desain untuk mendukung efisiensi dan keselamatan dalam
penggunaan desain alat. Konsep tersebut adalah desain untuk reliabilitas, kenyamanan, lamanya
waktu pemakaian, kemudahan dalam pemakaian dan efisien dalam pemakaian.2 Selanjutnya agar
setiap desain produk dapat memenuhi keinginan pemakainya maka harus dilakukan beberapa
pendekatan sebagai berikut :
Mengetahui kebutuhan pemakai. Kebutuhan pemakai dapat didefinisikan berdasarkan
kebutuhan dan orientasi pasar, wawancara langsung dengan pemakai alat yang potensial dan
menggunakan pengalaman pribadi.
Fungsi alat secara detail. Fungsi spesifik alat yang dapat memuaskan pemakai harus
dijelaskan secara detail melalui daftar item masing-masing fungsi alat.
Melakukan analisis pada tugas-tugas desain alat.
Mengembangkan alat.
Melakukan uji terhadap pemakai alat.
Lebih lanjut, suatu desain alat disebut ergonomis apabila secara antropometris, faal,
biomekanik dan psikologis kompatibel dengan manusia pemakainya. Di dalam mendesain suatu
alat maka harus berorientasi pada production friendly, distribution friendly, installation friendly,
operation friendly dan maintenance friendly. Di samping hal-hal tersebut di atas di dalam
mendesain suatu produk yang sangat penting untuk diperhatikan adalah suatu desain yang
berpusat pada manusia pemakainya atau human centered design.
Hal tersebut dimaksudkan agar setiap desain alat baik secara fungsi, teknis, teknologis,
ekonomis, estetis maupun secara ergonomis sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
II.3.B. Pencahayaan
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan. Satuannya
adalah lux (1 lm/m2), dimana lm adalah lumens atau lux cahaya.Penerangan yang baik adalah
penerangan yang memungkinkan pekerja dapat melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat
dan tanpa upaya yang tidak perlu. Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaannnya
akan meningkatkan produktivitas kerja.
Armstrong (1992) menyatakan bahwa intensitas penerangan yang kurang dapat
menyebabkan gangguan visibilitas dan eyestrain. Sebaliknya intensitas penerangan yang
berlebihan juga dapat menyebabkan glare, reflections, excessive shadows, visibility dan
eyestrain. Semakin halus pekerjaan dan menyangkut inspeksi serta pengendalian kualitas, atau
halus detailnya dan kurang kontras, makin tinggi illuminasi yang diperlukan, yaitu antara 500 lux
sampai dengan 1000 lux (Suma’mur, 1996).
Tenaga kerja disamping harus dengan jelas dapat melihat obyek-obyek yang sedang
dikerjakan juga harus dapat melihat dengan jelas pula benda atau alat dan tempat disekitarnya
yang mungkin mengakibatkan kecelakaan. Maka penerangan umum harus memadai. Pekerjaan
yang berbahaya harus dapat diamati dengan jelas dan cepat, karena banyak kecelakaan terjadi
akibat penerangan kurang memadai.
Secara umum jenis penerangan atau pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu penerangan
buatan (penerangan artifisial) dan penerangan alamiah (dan sinar matahari). Perlu diingat bahwa
penggunaan penerangan buatan harus selalu diadakan perawatan yang baik oleh karena lampu
yang kotor akan menurunkan intensitas penerangan sampai dengan 30%. Tingkat penerangan
pada-tiap tiap pekerjaan berbeda tergantung sifat dan jenis pekerjaannya.
Penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan dampak, yaitu:
Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
Kelelahan mental.
Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
Kerusakan indra mata dan lain-lain.
Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964, tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan dan
penerangan di tempat kerja.
Secara ringkas intensitas penerangan yang dimaksud dapat dijelaskan, sebagai berikut:
Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan harus mempunyai
intensitas penerangan paling sedikit 20 lux.
Penerangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar dan besar
paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 50 lux.
Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara
sepintas paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 100 lux.
Penerangan untuk pekerjaan yang membeda-bedakan barang kecil agak teliti paling sedikit
mempunyai intensitas penerangan 200 lux.
Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan dengan teliti dan barang-barang yang kecil
dan halus, paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 300 lux.
Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang halus dengan kontras
yang sedang dalam waktu yang lama, harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit
500 - 1000 lux.
Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang yang sangat halus dengan
kontras yang kurang dan dalam waktu yang lama, harus mempunyai intensitas penerangan
paling sedikit 2000 lux.
ideal. Tenaga kerja akan melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan suhu di tempat kerja
dengan menjaga keseimbangan panas tubuh.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang NAB Faktor
Fisika di Tempat Kerja ditetapkan bahwa nilai ISBB tempat kerja tersaji dalam tabel 1.
Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja Untuk menilai hubungan iklim kerja dan efek
terhadap seseorang perlu diperhatikan seluruh faktor yang meliputi lingkungan, manusia dan
pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi iklim kerja tersaji dalam tabel :
Dampak Iklim Kerja Panas Kelainan atau gangguan yang tampak secara klinis akibat
gangguan tekanan panas, dibagi atas 4 yaitu:
Millaria Rubra (Heat Rash). Sering dijumpai dikalangan militer atau pekerja fisik lainnya
yang tinggal di daerah iklim panas. Tampak adanya bintik papulovesikal kemerahan pada kulit
yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini terjadi sebagai akibat sumbatan kelenjar keringat dan
terjadi retensi keringat disertai reaksi peradangan. Kelainan ini dapat mengganggu tidur sehingga
effisiensi fisiologik menurun dan meningkatkan kelelahan kumulatif. Adanya kelainan kulit
mengakibatkan proses berkeringat dan evaporasi terhambat, sehingga proses pendinginan tubuh
terganggu.
Kejang Panas (Heat Cramps) adalah kejang otot hebat akibat keringat berlebihan, yang
terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Heat cramps disebabkan oleh
hilangnya banyak cairan dan garam (termasuk natrium, kalium dan magnesium) akibat keringat
yang berlebihan, yang sering terjadi ketika melakukan aktivitas fisik yang berat. Heat cramps
sering terjadi pada pekerja manual, seperti pekerja di ruang mesin, pekerja pengolah baja dan
pekerja pertambangan. Heat cramps seringkali secara tiba-tiba mulai timbul di tangan, betis atau
kaki, terasa sangat nyeri. Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk dikendurkan. Heat cramps
bisa dicegah atau diobati dengan meminum minuman atau memakan makanan yang mengandung
garam.
Kelelahan Panas (Heat Exhaustion) adalah suatu keadaan yang terjadi akibat
terkena/terpapar panas selama berjam-jam, dimana hilangnya banyak cairan karena berkeringat
menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan. Suhu yang sangat panas bisa
menyebabkan hilangnya banyak cairan melalui keringat, terutama selama melakukan kerja fisik
atau olah raga berat. Bersamaan dengan cairan, garam (elektrolit) juga hilang sehingga terjadi
gangguan sirkulasi darah dan fungsi otak. Gejala utama adalah kelelahan, kelemahan dan
kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup karena berkeringat. Jika berdiri, penderita
akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai, yang melebar
akibat panas. Denyut jantung menjadi lambat dan lemah, kulit menjadi dingin, pucat dan lembab,
penderita menjadi linglung. Hilangnya cairan menyebabkan berkurangnya volume darah,
menurunnya tekanan darah dan bisa menyebabkan penderita pingsan. Kelainan ini dapat
dipercepat terjadinya pada orang-orang yang kurang minum, berkeringat banyak, muntah-
muntah, diare atau penyebab lain yang mengakibatkan pengeluaran air berlebihan.
Sengatan Panas (Heat Stroke) adalah suatu keadaan darurat medik dengan angka kematian
yang tinggi. Pada kelelahan panas, mekanisme pengatur suhu bekerja berlebihan tetapi masih
berfungsi, sedangkan pada sengatan panas, mekanisme pengatur suhu tubuh sudah tidak
berfungsi lagi disertai dengan terhambatnya proses evaporasi secara total. Suhu tinggi biasanya
berkaitan dengan berbagai penyakit seperti di atas yaitu pukulan panas, kejang panas, kegagalan
dalam penyesuian terhadap panas, dehidrasi, kelelahan tropis dan miliari. Beban tambahan
berupa panas lingkungan, dapat menyebabkan beban fisiologis, misalnya kerja jantung menjadi
bertambah Tekanan panas yang berlebih juga dapat mengakibatkan perubahan fungsional pada
organ yang bersesuaian pada tubuh manusia serta dapat mengakibatkan rasa letih dan kantuk,
mengurangi kestabilan dan meningkatnya jumlah angka kesalahan kerja sehingga dapat
menurunkan efisiensi kerja.
Pencegahan dan Pengendalian Panas (Depkes RI dalam Muffichatum, 2006) meliputi:
Air minum. Merupakan unsur pendingin tubuh yang penting dalam lingkungan panas. Air
diperlukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat berkeringat dan pengeluaran urine
Garam (NaCl). Pada keluaran keringat yang banyak, perlu menambah pemberian garam,
akan tetapi tidak boleh berlebihan karena dapat menimbulkan haus dan mual
Makanan. Sesudah makan, sebagian besar darah mengalir ke usus untuk menyerap hasil
pencernaa
Tidur atau istirahat, tubuh memerlukan istirahat dan tidur sekitar 7 jam sehari.
Pakaian melindungi permukaan tubuh terhadap radiasi sinar matahari, tetapi juga merupakan
penghambat terjadinya konveksi antara kulit dengan aliran udara. Untuk mendapatkan efek
yang menguntungkan, baju yang pakai harus cukup longgar terutama bagian leher, ujung
lengan, ujung celana, dan sebagainya.
Pengendalian terhadap panas meliputi: (Siswanto dalam Muffichatum, 2006)
Isolasi terhadap benda yang panas akan mencegah keluarnya panas ke lingkungan. Misalnya
dengan memisahkan mesin yang mengeluarkan panas, membalut pipa-pipa yang panas, dan
lainnya sehingga dapat mengurangi aliran panas yang timbul.
Ventilasi Setempat bertujuan untuk mengendalikan panas konveksi yaitu dengan menghisap
keluar udara yang panas
Pendinginan Lokal dilakukan dengan pemberian kipas angin / AC jika memungkinkan
Pengaturan Lama Kerja Untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan akibat terpapar
suhu udara yang tinggi. Lamanya kerja dan istirahat harus disesuaikan dengan tingkat tekanan
panas yang dihadapi oleh pekerja. Sedangkan menurut Soeripto M 2008, pengendalian terhadap
tekanan heat stress dan heat strain dilaksanakan dalam rangka perlindungan keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan. Pengendalian ini dipusatkan disekitar
penyebab dari heat stress dan ketegangan physiologi yang dihasilkan. Hal ini memerlukan
pengendalian secara umum yang dapat digunakan untuk semua panas yang ada hubungannya
dengan pekerjaan (termasuk panas yang berasal dari sumber yang ada di lingkungan tempat kerja
dan panas metabolisme yang dihasilkan oleh aktivitas tubuh. Selain itu terdapat pula
pengendalian khusus yang harus dievaluasi.
II.3.D. Getaran
Terdapat beberapa pandangan mengenai getaran dan akibatnya pada kesehatan manusia.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI dalam keputusan nomor 51/Menaker/1999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor-Faktor Fisik menjelaskan bahwa :“Getaran adalah gerakan yang teratur
dari suatu benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya“
Definisi mengenai getaran dikemukakan oleh Mansfeld (dalam Rengkung, 2005) yang
menyatakan bahwa getaran adalah pergerakan mekanis yang berosilasi disekitar titik yang tetap.
Getaran adalah bentuk gelombang mekanik yang mentransfer energy dimana getaran
membutuhkan suatu struktur mekanik yang berfungsi sebagai media untuk bertransmisi.
Struktur ini dapat berupa mesin kendaraan alat, atau bahkan manusia. Getaran mekanis
dapat dirasakan dan terjadi pada seluruh tubuh pada kisaran frekuensi yang sangat besar yaitu
antara 0.1-10.000 Hz,namun secara umum kepekaan manusia hanya berkisar 4-8 Hz dengan arah
naik turun atau kesamping . Didapatkan bukti epidemiologi yang kuat bahwa terdapat kenaikan
secara pasti terhadap rasa sakit pada punggung dan bagian perut diantara banyak orang yang
mengalami Getaran seluruh badan (Whole Body Vibration ) dengan paparan dalam waktu lama .
Paparan getaran didapatkan dari dua sumber :
1. Getaran seluruh badan (Whole Body Vibration ) , yaitu getaran dari ujung kaki sampai
kepala .Getaran ini berasal dari tempat duduk pengemudi. Definisi lainnya menyatakan
bahwa frekuensi getaran ini adalah 5-20 Hz.
2. Getaran tangan dan lengan ( hand arm vibration), yaitu getaran setempat yaitu getaran
yang merambat melalui tangan sebagai akibat pemakaian peralatan yang bergetar
.Frekuensi ini biasanya antara 20-500 Hz dimana frekuensi 128 Hz adalah frekuensi yang
paling berbahaya dikarenakan tubuh manusia sangat peka terhadap besaran frekuensi ini.
Tiga aspek penting pada getaran :
Level(m/dr2)
Frekuensi (Hz)
Lama pemaparan (jam)
Efek getaran :
Hand and arm vibration pada dapat menyebabkan white finger serta kelainan otot rangka.
Whole body vibration menyebabkan getaran pada alat-alat dalam sehingga dapat
menyebabkan gejala sakit dada, LBP, dan gangguan penglihatan
Pengukuran getaran :
Menggunakan vibration acceleration meter.Alat pelindung diri yang dapat digunakan
dengan menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa). Efek-efek
berbahaya dari paparan kerja terhadap getaran paling baik dicegah dengan memperbaiki desain
II.3.E. Radiasi
Merupakan setiap proses di mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang, dan
akhirnya diserap oleh benda lain. Radiasi adalah fenomena / peristiwa penyebaran energi
gelombang elektromagnetik atau partikel subatom melalui vakum atau media material.
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium,
yang dirumuskan oleh Maxwell ternyata terbentang dalam rentang frekuensi yang luas.
Radiasi terdiri dari beberapa jenis, dan setiap jenis radiasi tersebut memiliki panjang
Radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini terdiri dari
gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar gamma dan sinar
kosmik
Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki massa, misalnya partikel beta
( ), partikel alfa ( ), sinar gamma ( ), sinar
-X, partikel neutron
ini kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan, termasuk benda hidup.
Termasuk ke dalam radiasi pengion adalah sinar-X, partikel alfa ( ), partikel beta ( ), sinar
gamma ( ), partikel neutron, Partikel beta ( ), partikel alfa ( ), dan neutron dapat
menimbulkan ionisasi secara langsung. Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik,
sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat
menimbulkan ionisasi secara tidak langsung.
Radiasi non-pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi. Termasuk ke
dalam radiasi non-pengion adalah gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya
tampak dan ultraviolet. Sedangkan dilihat dari jenis radiasi terdiri dari ; radiasi
elektromagnetik, radiasi pengion, radiasi thermal, radiasi Cerenkov, radiasi sel hidup, radiasi
matahari, radiasi nuklir, radiasi benda hitam, radiasi non-ionisasi,radiasi cosmic Beberapa
bahan kimia yang terdiri dari unsur-unsur kimia inti yang tidak stabil. Sebagai akibat dari
ketidakstabilan ini, atom memancarkan partikel subatomik dan aleatoria. Tanpa kita sadari,
sebenarnya kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan radiasi. Radiasi telah menjadi
bagian dari lingkungan kita semenjak dunia ini diciptakan, bukan hanya sejak ditemukan
tenaga nuklir setengah abad yang lalu,yang mana terdapat lebih dari 60 radionuklida .
Efek Radiasi Terhadap Manusia Dilihat dari interaksi biologi, dibedakan atas berdasarkan
jenis sel yang terkena paparan radiasi Sel dalam tubuh manusia terdiri dari:
Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel
somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek
radiasi dapat dibedakan atas : – Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisan adalah efek
yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.
Sel Somatik. efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.
Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi:
Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam
waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut),
eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut
terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama
(bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.
dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%. Adapun ciri-ciri efek non-stokastik,
antara lain ; – Mempunyai dosis ambang – Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi –
Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan) – Tingkat keparahan tergantung
terhadap dosis radiasi – Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek
somatik) Darai penjelasan di atas dapat disimpulkan : Efek Genetik merupakan efek
stokastik, sedangkan Efek Somatik dapat berupa stokastik maupun deterministik (non-
stokastik).
Pengendalian bahaya radiasi
Pembatasan waktu kerja → (bekerja sesingkat mungkin: Dosis = laju dosis x waktu)
sedapat mungkin diupayakan utk tdk terlalu lama berada didekat sumber radiasi
Pengendalian jarak kerja → (bekerja sejauh mungkin, laju dosis x jarak2 = konstan) dari
sumber radiasi, utk mencegah terjadi paparan tersebut maka harus menjaga jarak yang
jauh dari tingkat yang aman dari sumber radiasi. Penggunaan penahan radiasi (sehelai
kertas untuk radiasi alfa, aluminium atau plexiglass untuk radiasi beta, dan timbale untuk
radiasi gamma & sinar X).
Tempatkan sumber radiasi secara benar, mis: ruang isolasi
Lindungi petugas operator dengan APD antara lain welding face shield dan apron
•Inert.
GangguanKarenaZatKimia
“gangguan fisik/physical hazard”: Hazards diakibatkan zat kimia tertentu karena sifat
fisiknya (misal., flammability, reaktivitas, dll.)
“gangguan kesehatan/health hazard.”: Terjadi apabila zat kimia mengakibatkan efek
kesehatan akut maupun kronik pada tenaga kerja yg terpajan.
Efek kesehatan akut:
Terjadi secara cepat
Pajanan singkat, konsentrasi tinggi.
Contoh:
Keracunan Karbon monooksida.
Inhalasi sianida.
Inhalasi Hidrogen Sulfida.
Efek kesehatan kronik:
Dapat disebabkan pajanan kimia yg tidak mengakibatkan gangguan segera, jelas atau
menyebabkan sakit secara cepat.
Bahaya dapat tidak terlihat, terasa atau bau.
Efek panjang, kontinyu setelah suatu pajanan jangka panjang.
Kanker paru akibat merokok.
Black lung dari debu tambang batubara
Beberapa zat kimia akan membuat sakit hanya apabila mendapatkan dosis “akut” atau
dosis tinggi sekaligus. Contoh -ammoniaBeberapa kimia diketahui terutama efek kroniknya atau
efek jangka panjang. Contoh –asbestosSebagian besar kimia memiliki efek akut dan kronik.
Contoh –carbon monoxide
Penyakit infeksi
Infeksi nosokomial dan infeksi akibat pekerjaan, saat ini merupakan masalah yang penting
diseluruh dunia dan risiko terus meningkat (Alvarado, 2000)
Paling menimbulkan kekhawatiran adalah:
Hepatitis B
Hepatitis C
HIV/AIDS
TB
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
UPAYA PENCEGAHAN
Menerapkan kewaspadaan standar dan khusus
Deteksi dini: MCU
Penyuluhan
Potensi bahaya
Gangguan kesehatan yang mungkin timbul
Cara kerja aman (higiene dan sanitasi)
Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD):
Sepatu boot
Sarung tangan
Masker
Pengendalian vektor
DAFTAR PUSTAKA
1. Harrianto R. Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta:Buku Kedokteran EGC;2008.
2. Slmaet,JS. 2006. Kesehatan lingkungan. Yogjakarta: Gajah Mada University; 2006.
BAB III
PEMBAHASAN
VI.1 ERGONOMI
1.Sikap Kerja
Hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja menunjukkan beberapa sudah
sesuai dengan aspek ergonomis, tetapi banyak juga yang tidak sesuai,terbukti dengan adanya:
a. Ditemukan beberapa tenaga kerja yang tidak DISIPLIN memakai Alat Pelindung
diri(APD) atau memakai APD tapi tidak benar,seperti:
1.Pemakaian masker tidak menutupi hidung
2.Banyak petugas yang tidak memakai sarung tangan
b. Pada bagian utilities, Barang hasil produksi disusun lebih tinggi dari pekerja yang
mengangkut produk tersebut.
c. Pada tempat kerja karyawan memang telah disediakan meja kerja dan kursi ,tetapi
banyak yang tidak sesuai,seperti:
1.Kursi yang digunakan karyawan tidak memiliki sandaran punggung.
2.Banyak yang tidak adjustable,sehinga pekerja menumpuk kursi menjadi 3
3.Kursi untuk pekerja bagian packing kurang nyaman karena terbuat dari plastik
4.para karyawan masih bnyak yang bekerja dalam posisi berdiri
d. Koridor pada setiap lantai tidak dilengkapi dengan dinding pembatas yang cukup tinggi.
e. Beberapa pekerja juga banyak yang melakukan tindakan yang membahayakn seperti:
1.Para karyawan meletakan barang dan bahan kimia secara tidak teratur sehingga
membatasi ruang gerak.
2.Tidak memakai sarung tangan saat memproses bahan bahan kimia
2. Cara Kerja
Cara kerja yang kami amati ada dua sisi yaitu : posisi kerja dan proses kerja.
a. Posisi kerja para karyawan sebagian besar sudah sesuai dengan aspek ergonomic,hanya
beberapa terlihat masih banyak yang tidak nyaman seperti:
1. karena faktor kursi dan banyak yang membungkuk untuk memproses bahan atau
mengangkat barang
2. Posisi berdiri pada tempat yang tinggi untuk mengambil barang dan memindahkan
barang.
b. Proses kerja karyawan menggunakan alat bantu secara keseluruhan baik karena alat bantu
tersebut bisa diarahkan sesuai kebutuhan
3.Beban Kerja
jam kerja yang dijalankan masih dalam taraf normal <8 jam sehari, dan tetap diberikan wkatu
istirahat yang cukup. Bekerja dalam shift dan dalam satu departemen atau ruangan dengan
berkelompok ,tetapi menurut pengamatan kami dalam bagian pengujian bahan ada pekerja yang
hanya bekerja sendiri dalam satu ruangan.
Iklim kerja
Suhu pada daerah aula dan poli dinilai terlalu panas, hal ini mungkin disebabkan karena luas
ruangan yang cukup kecil disertai dengan pengunjung yang terlalu padat. Disamping itu
ventilasi pada kedua ruangan tersebut kurang, sehingga aliran udara kurang baik. Namun
iklim kerja ini perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan heat stress monitor.
Pada daerah kerja yang lain kami nilai cukup baik karena memiliki pendingin udara yang
berfungsi baik dan ventilasi yang cukup.
Penerangan
Penerangan relatif cukup baik dan disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Di bagian yang lebih
membutuhkan ketelitian, pencahayaannya lebih sehingga karyawan dapat melihat dengan jelas
dan dapat melakukan kerja dengan selesa tanpa upaya yang tidak perlu. Namun, terdapat
beberapa ruangan yang pencahayaan nya kurang, seperti pada ruangan aula. Sehingga para
pengunjung dan tamu perusahaan sulit mengikuti presentasi dengan baik.
AMDAL
- pengolahan limbah: cair dan padat.
Limbah produksi dari dalam pabrik langsung dialirkan melalui saluran pipa ke bak
penampung. Berdasarkan pengamatan, pengolahan limbah cukup baik, tidak ada bau
yang menyengat namun masih tercium wangi dari bahan kimia serta tidak ada
pembatas;pada daerah penampungan limbah. pada kolam pembuangan sudah ada ikan
sehingga dapat memantau apakah cairan tersebut sudah aman bagi lingkungan atau tidak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. ERGONOMI
Suatu desain produk harus berpusat pada pemakainya (human centered), sehingga
untuk mendapatkan sikap kerja yang lebih dinamis diperlukan desain stasiun kerja yang
memungkinkan pekerjaan dapat dilakukan dengan sikap duduk di suatu saat dan sikap
berdiri atau duduk berdiri di saat lainnya. Kesalahan pada rancangan (design error)
adalah salah satu sebab penting terjadinya kesalahan kerja. Karenanya rancangan yang
baik hendaknya juga berarti mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia.
Ergonomika perlu mendapat perhatian lebih dalam tahap perancangan, pemakaian
maupun perawatan untuk memperkecil bahaya-bahaya yang timbul akibat kesalahan
kerja.
Untuk pekerja yang bekerja dalam posisi duduk, hendaknya kursi diberi sandaran,
dengan alas duduk yang dibuat dari spons/bantalan agar lebih nyaman. Selain itu, meja
dibuat setinggi dada agar memudahkan pekerja tidak terlalu menunduk.
Untuk kemanan para pekerja dinding pembatas perlu ditinggikan untuk mengurangi
resiko terjatuh pada para karyawan.
Para pekerja wajib mengetahui cara mengangkat barang dengan benar dan tepat supaya
dapat mengurangi risiko cedera punggung pada pekerja. Serta mengetahui posisi
penyusunan barang yang memudahkan pekerjaan.
Meningkatkan kepatuhan pekerja dalam mematuhi ketentuan mempergunakan APD
dalam bekerja
Waktu untuk mengembalian kebugaran dari kelelahan akibat kerja menjadi bagian yang
penting dalam penyusunan shift kerja dan berhubungan dengan jadwal dan jam kerja.
Jadwal dan jam kerja akan berhubungan dengan kebutuhan pengembalian kebugaran
berbeda antara pria dan wanita. Waktu istirahat juga dapat mengurangi musculoskeletal
discomfort (MSD), gangguan mata, mood dan kinerja pekerja.10
V.2. PAJANAN FISIK
o Pencahayaan: perlu diberi penerangan sesuai dengan aktifitas yang dikerjakan, terutama
pada daerah aula yang membutuhkan focus para pengunjung dan tamu.
o Kebisingan: jika kebisingan melebihi ambang batas, perlu ditambahkan peredam suara
pada daerah mesin. Dan jika tidak memungkinkan rekayasa engineering dan administratfi
kerja.
Diperlukan pengelolaan limbah dan sisa produksi yang baik. Perusahaan sudah
menerapkan prinsip Go Green dalam mengolah sisa produksinya dan melakukan uji
coba sebelum membuang semua limbah.
Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan perbandingan dari data yang diperoleh dari plant survey PT. Karma
Manggala Yudha dengan dasar teori, dapat disimpulkan bahwa :
- Terdapat kecelakaan akibat kerja sebanyak kurang lebih 80 kejadian dalam 2 tahun yang
didominasi oleh kecelakaan kerja ringan (luka tertusuk paku, kelilipan, dan tergores) sebesar
40 kejadian.
- Kurang baiknya sarana P3K yang tersedia di lingkungan kerja dan tidak tersedianya tenaga
medis di lingkungan kerja.
- Dari faktor fisik, ditemukan berbagai masalah mulai dari bising, penerangan, iklim kerja,
getaran dan radiasi.
Dari masalah di atas, maka saran yang dapat kami anjurkan adalah sebagai berikut :
-
Peningkatan pemantauan, pencatatan dan pelaporan terhadap terjadinya kecelakaan kerja di
lingkungan kerja.
- Dilakukannya pemeriksaan tingkat kebisingan, getaran, pencahayaan, suhu, dan radiasi.
- Penyediaan tenaga medis di lingkungan kerja seperti dokter dan tenaga medis yang sudah
tersertifikasi.
- Peningkatan sarana P3K sesuai yang dianjurkan yakni Kotak P3K tipe C yang jumlahnya
harus disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan.
- Penyediaan APD lebih ditingkatkan dengan penambahan ear plug/ear muff untuk
mengurangi paparan kebisingan kepada para pekerja, penambahan sarung tangan kepada
para pekerja yang terpapar dengan alat yang bergetar, dan penambahan welding face shield
pada pekerja yang mengelas dan asistennya.
- Peningkatan sarana air minum di lingkungan kerja seperti penambahan dispenser air minum
dan penyediaan botol air minum pada masing-masing pekerja dan diletakkan didekat
pekerja.