a. Pengadilan Tinggi
Pada prinsipnya sebagai Pengadilan tingkat banding semua Pengadilan Tinggi adalah sama
kelas dan tipe serta kedudukannya, namun beban tugas/volume perkara serta luas daerah
hukum masing-masing tidak sama sehingga Pengadilan Tinggi menjadi dua tipe yaitu:
Tipe A:
Tipe B
b. Pengadilan Negeri
1. Unsur substantif (utama) yang terdiri dari sub unsur: perkara perdata, perkara pidana
dan kegiatan lain-lain
i. Tempat kedudukan:
v. Penyuluhan hukum
Adapun penentuan kelas dilakukan berdasarkan cara penghitungan berdasarkan kriteria diatas.
Peningkatan kelas Pengadilan dilakukan dengan cara mengumpulkan data dalam 3 (tiga) tahun
terakhir dari data rata-rata pertahunnya dan hanya dapat diajukan untuk satu tingkat diatasnya dan
usul peningkatan kelas selanjutnya dapat diajukan 3 (tiga) kemudian terhitung sejak tanggal
ditetapkan kecuali peningkatan kelas terhadap Pengadilan Negeri yang berkedudukan di ibukota
provinsi.
1. Permohonan dari Ketua Pengadilan Negeri kepada Ketua Mahkamah Agung melalui Ketua
Pengadilan Tinggi
3. Dinilai kembali oleh tim penilaian yang terdiri dari Biro dan Direktorat terkait, Dirjen Peradilan
Umum serta Sekretaris Mahkamah Agung yang hasilnya disampaikan kepada Ketua
Mahkamah Agung sebagai rekomendasi
4. Sekretaris Mahkamah Ag
Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan
pemerintahan negara untuk
mewujudkan tujuanbernegara
menimbulkan hak dan
kewajiban negara yang perlu
dikeloladalam suatu sistem
pengelolaan keuangan negara;
b. bahwa pengelolaan keuangan negara
sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
perludilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam
AnggaranPendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Anggaran Pendapatan danBelanja
Daerah (APBD);
c. bahwa dalam rangka pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangannegara
diperlukan kaidah-kaidah hukum administrasi
keuangan negara yang mengatur perbendaharaan
negara;
d. bahwa Undang-undang Perbendaharaan
Indonesia/Indische
Comptabiliteitswet(Staatsblad Tahun 1925
Nomor 448) sebagaimanatelah beberapa kali
diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53),
tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan
pengelolaan danpertanggungjawaban keuangan
negara;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d di atas perlu dibentuk Undang-undang
tentang Perbendaharaan Negara;