Anda di halaman 1dari 17

1

1) Mencegah penyakit gigi dan mulut


2) Mencegah penyakit yang pemenularnyan lewat mukosa mulut
3) Membantu meningkatkan daya tahan tubuh
4) Memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan
5) Meningkatkan rasa nyaman
6) Meningkatkan harga diri dan penampilan
Kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) merupakan suatu
pemeliharaan kebersihan dan hygiene struktur gigi dan mulut melalui sikat
gigi, stimulasi jaringan, pemijatan gusi, hidroterapi, dan prosedur lain yang
berfungsi untuk mempertahankan gigi dan kesehatan mulut. Memelihara
kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk memperoleh kesehatan tubuh.
Karena gigi dan gusi yang rusak dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa
sakit, gangguan pengunyahan dan dapat mengganggu kesehatan tubuh
lainnya (Broadbent et al 2011).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan secara
umum karena gigi merupakan bagian dari tubuh, sementara itu tubuh
mempengaruhi pikiran, dan pikiran mempengaruhi semangat. Kesehatan gigi
dan mulut dipandang sebagai investasi dalam kehidupan. Menjaga kebersihan
gigi dan mulut merupakan bagian dari pencegahan masalah kesehatan gigi
dan mulut yang dapat dilakukan dengan memanajemen perilaku untuk
mencegah penyakit gigi dan mulut serta promosi kesehatan (Darby dan Walsh
2010).
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam peningkatan kesehatan
gigi, penyakit gigi, engobatan penyakit gigi dan pemulihan kesehatan gigi
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat yang dilakukan
secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. Banyak manfaat mulut
bersih, seperti membuat napas menjadi segar, mulut terlindung dari bakteri
mulut, dan yang pasti juga dapat membuat kita percaya diri. Napas yang segar
kita pun merasa nyaman saat berada didekat orang lain, tanpa perlu was-was
orang tersebut akan mencium bau mulut Anda (Kemenkes 2012).
2

Kesehatan Mulut adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada


kesehatan rongga mulut. Ini termasuk gigi, gusi dan lidah. Kesehatan mulut
yang buruk dapat disebabkan oleh luka, infeksi jamur, sariawan, sindrom
mulut kering dan kanker mulut. Namun, terkadang penyebab utama dari
kesehatan mulut yang buruk bukanlah penyakit berat tetapi hanya pola
kebersihan mulut yang buruk, dan kebersihan mulut yang buruk ini pada
gilirannya menyebabkan kesehatan mulut yang buruk pula.
Nutrisi yang baik tidak hanya membuat kita sehat dan karenanya
mencerminkan kesehatan mulut kita, tetapi juga menghasilkan kesehatan
mulut yang baik. Kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan gusi bengkak,
gusi berdarah dan penyakit gusi lainnya. Kalsium dan Vitamin D membantu
menjaga kesehatan gigi yang kuat juga. Kalsium dan Vitamin D akan diserap
pada gigi dan karenanya memberikan kekuatan pada gigi. Tembaga, Seng,
Besi, Yodium dan Kalium juga merupakan mineral penting yang baik bagi
kesehatan mulut. Memiliki anak berkebutuhan khusus diakui merupakan
tantangan yang cukup berat bagi banyak orangtua. Tidak sedikit yang
mengeluhkan bahwa merawat dan mengasuh anak berkebutuhan khusus
membutuhkan tenaga dan perhatian yang ekstra karena tidak semudah saat
melakukannya pada anak-anak normal. Namun demikian, hal ini harus dapat
disikapi secara positif, agar selanjutnya orangtua dapat menemukan langkah-
langkah yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan dan berbagai
potensi yang masih dimiliki oleh anak-anak tersebut. Terlebih pada
prinsipnya, meskipun memiliki keterbatasan, bukan berarti tertutup sudah
semua jalan bagi anak berkebutuhan khusus untuk dapat berhasil dalam
hidupnya dan menjalani hari-harinya tanpa selalu bergantung pada orang lain.
Dibalik kelemahan atau kekurangan yang dimiliki, anak berkebutuhan
khusus masih memiliki sejumlah kemampuan atau modalitas yang dapat
dikembangkan untuk membantunya menjalani hidup seperti individu-
individu lain pada umumnya.
3

b. Faktor yang mempengaruhi oral hygine


Faktor yang mempengaruhi seseorang melekukan oral hygiene yaitu:
1) Citra tubuh
2) Praktik sosial
3) Status sosial ekonomi
4) Pengetahuan
5) Kebudayaan
6) Pilihan pribadi
7) Kondisi fisik
c. Oral hygiene pada anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus rentan terhadap masalah kesehatan mulut.
Itu karena mereka memiliki kekurangan dan keterbatasan fisik maupun
mental untuk melakukan pembersihan gigi secara optimal.
2. Konsep Dukungan keluarga
a. Pengertian dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga
terhadap anggota keluargannya, berupa dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. dukungan
keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap,
tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota
keluarga merasa ada yang memperhatikannya. dukungan sosial keluarga
mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota
keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga
yang selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan
(Erdiana 2015).
Dukungan keluarga menurut Fridman (2010) adalah sikap, tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluargannya, berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional. Jadi dukunan keluarga adalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota
keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikannya.
4

Jadi dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan


sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat
diakses atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Erdiana 2015).
b. Sumber Dukungan Keluarga
Terdapat tiga sumber dukungan sosial umum, sumber ini terdiri atas
jaringan informal yang spontan: dukungan terorganisasi yang tidak diarahkan
oleh petugas kesehatan professional, dan upaya terorganisasi oleh
professional kesehatan. Dukungan sosial keluarga mengacu kepada
dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai
sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial
bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang
yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial
keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari
saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman 2010).
c. Tujuan Dukungan Keluarga
Sangatlah luas diterima bahwa orang yang berada dalam lingkungan
sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi yang lebih baik
dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini. Lebih khususnya, karena
dukungan sosial dapat dianggap mengurangi atau menyangga efek serta
meningkatkan kesehatan mental individu atau keluarga secara langsung,
dukungan sosial adalah strategi penting yang harus ada dalam masa stress
bagi keluarga. Sistem dukungan keluarga ini berupa membantu berorientasi
tugas sering kali diberikan oleh keluarga besar, teman, dan tetangga. Bantuan
dari keluarga besar juga dilakukan dalam bentuk bantuan langsung, termasuk
bantuan finansial yang terus-menerus berbelanja, merawat anak, perawatan
fisik lansia, melakukan tugas rumah tangga, dan bantuan praktis selama masa
krisis (Friedman 2010).
5

d. Jenis Dukungan Keluarga


1) Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhanistirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan emosional serta meningkatkan moral
keluarga (Friedman 2010). Dukungan emosianal melibatkan ekspresi
empati, perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau
bantuan emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong
perasaan nyaman dan mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia
dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain bersedia untuk
memberikan perhatian (Sarafino 2011).
2) Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk
nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau
memecahkan masalah yang ada (Sarafino 2011).
3) Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan oleh
keluarga secara langsung yang meliputi bantuan material seperti
memberikan tempat tinggal, memimnjamkan atau memberikan uang dan
bantuan dalam mengerjakan tugas rumah sehari-hari (Sarafino 2011).
4) Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak sebagai
sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantai
pemecahan masalah dan merupakan sumber validator identitas anggota
(Friedman 2010). Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi
penghargaan yang positif melibatkan pernyataan setuju dan panilaian
positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang
berbanding positif antara individu dengan orang lain (Sarafino 2011).
3. Konsep anak berkebutuhan khusus
a. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berekebutuhan Khusus adalah anak-anak yang memiliki
keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan
mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus
didefinisikan sebagai anak yang membutuhkan pembelajaran secara khusus
karena mengalami gangguan fisik, mental, inteligensi, dan emosi (Kosasih
2012).
6

Istilah mengenai anak berkebutuhan khusus berkembang seiring


pemahaman ilmu pengetahuan dan kesadaran masyarakat serta budaya
masyarakat. Istilah-istilah yang dapat dipergunakan sebagai terminologi lain
dari anak berkebutuhan khusus yaitu impairment, disability, dan
handicap.World Health Organization (WHO) mendefinisikan masing-
masing istilah itu sebagai berikut (Kosasih 2012):
1) Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau
strutur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
2) Disabilty: keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari
impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau
masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.
3) Handicap: ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari impairment
atau disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang
normal pada individu.
Istilah yang dapat digunakan sebagai terminologi anak berkebutuhan
khusus yaitu disorder yang artinya kondisi medis yang dapat dijelaskan atau
suatu penyakit. Beberapa orangtua lebih memilih mendeskripsikan anaknya
dengan istilah anak berkebutuhan khusus dibanding disabled atau handicap.
Menurut U.S Maternal and Child Health Bureau, anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang memiliki resiko tinggi pada kondisi fisik kronik,
pertumbuhan, kebiasaan, atau emosional dan membutuhkan bantuan lebih
dibanding anak normal lainnya (Kosasih 2012).
Anak berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama dengan anak biasa
lainnya menurut isi deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat yang
meliputi hak untuk mendidik dirinya, hak untuk pekerjaan dan profesi, hak
untuk memelihara kesehatan dan fisik secara baik, hak untuk hidup mandiri
dan hak untuk kasih sayang (Santoso 2012).
Anak berkebutuhan khusus dikelompokan menjadi dua golongan yaitu
masalah dalam sensorimotor yang meliputi Hearing Disorders (kelainan
pendengaran atau tunarungu), Visual Impairment (kelainan penglihatan atau
tunanetra) dan Physical Disabilty (kelainan fisik atau tunadaksa).
7

Masalah dalam belajar dan tingkah laku meliputi Intellectual Disabilty


(keterbelakangan mental atau tunagrahita), Learning Disability
(ketidakmampuan belajar atau kesulitan belajar khusus), Behaviour Disorders
(anak nakal atau tunalaras), Gifted and talented (anak berbakat) dan Multi
handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda) (Santoso 2012). Menurut
(Kosasih 2012), anak-anak yang tergolong ke dalam jenis anak berkebutuhan
khusus adalah:
1) Autisme, yaitu gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang
mengalami kondisi menutup diri.
2) Cerebral palsy, yaitu gangguan kendali terhadap fungsi motorik
dikarenakan kerusakan pada otak yang sedang berkembang.
3) Down syndrome, yaitu kelainan kromosom yang dapat dikenal dengan
melihat manifestasi klinis yang cukup khas.
4) Indigo, yaitu perilaku seorang anak yang lebih dewasa dibandingkan
usianya dan memiliki kemampuan intuisi yang sangat tinggi.
5) Kesulitan belajar, yaitu cacat syaraf (neurological handicap) yang
mempengaruhi kemampuan otak anak untuk mengerti, mengingat, dan
mengomunikasikan informasi.
6) Sindrom asperger, yaitu gangguan kejiwaan pada diri seseorang yang
ditandai dengan rendahnya kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi.
7) Thalassemia, yaitu penyakit keturunan yang disebabkan oleh kegagalan
pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin.
8) Tunadaksa, yaitu anggota tubuh tidak mampu melaksanakan fungsinya
yang disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsi secara normal.
9) Tunagrahita, yaitu suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah
rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan
terhadap komunikasi sosial.
8

10) Tunalaras, yaitu ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap


lingkungan sosial, bertingkah laku menyimpang dari norma-norma yang
berlaku.
11) Tunanetra, yaitu ketidakmampuan seseorang dalam penglihatan atau
tidak berfungsinya indra penglihatan.
12) Tunarungu, yaitu kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar
yang disebabkan oleh kerusakan fungsi dari sebagian atau seluruh alat
atau organ-organ pendengaran, baik menggunakan maupun tanpa alat
bantu dengar.
b. Etiologi
Penyebab umum terjadinya kelainan pada anak berkebutuhan khusus
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu prenatal (sebelum kelahiran) dibedakan
menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu karena faktor
genetik dan keturunan sedangkan faktor eksternal dapat berupa benturan
pada kandungan ibu, jatuh sewaktu hamil, atau akibat makanan atau obat
yang menciderai janin. Natal (saat kelahiran) kelainan anak bisa terjadi
disebabkan saat ibu sedang melahirkan misalnya kelahiran yang sulit,
pertolongan yang salah, infeksi karena ibu mengidap sifilis. Post natal
(setelah kelahiran) kelainan yang disebabkan saat setelah anak ada di luar
kandungan atau post natal dapat terjadi karena kecelakaan, bencana alam,
sakit, keracunan, dan sebagainya (Santoso 2012).
c. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus diklasifikasikan
atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak. Berikut ini akan
dijelaskan beberapa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, sebagai berikut:
1) Tunagrahita (Mental Retardation)
Anak tunagrahita adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan
inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir
atau sejak masa anak). Tunagrahita disebut juga oligofrenia (oligo : kurang
atau sedikit dan fren : jiwa) atau tuna mental. Karakteristik anak
tunagrahita:
9

a) Kecerdasan
(1) Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang
kongkrit.
(2) Mengalami kesulitan menangkap rangsangan atau lamban.
(3) Memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan tugas.
(4) Memiliki kesanggupan yang rendah dalam menginat memerlukan
jangka waktu yang lama.
b) Sosial
(1) Dalam pergaulan mereka tidak dapat, mengurus memelihara dan
memimpin diri.
(2) Waktu masih kanak-kanak setiap aktivitasnya harus selalu dibantu.
(3) Mereka bermain dengan teman yang lebih muda usianya.
(4) Setelah dewasa kepentingan ekonominya sangat tergantung ada
bantuan orang lain.
(5) Mudah terjerumus ke dalam tingkat terlarang (mencuri, merusak,
pelanggaran seksual).
c) Fungsi mental lainnya
(1) Mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya.
(2) Mudah lupa.
d) Kepribadian
(1) Tidak percaya terhadap kemampuannya sendiri.
(2) Tidak mampu mengontrol dan menyerahkan diri.
(3) Selalu tergantung pada pihak luar.
(4) Terlalu percaya diri
2) Anak Tunalaras (Emotional or Behavioral Disorder/Anak dengan
Perilaku Menyimpang)
Anak tunalaras adalah anak dengan hambatan emosional atau
kelainan perilaku, yang ditujukan dalam aktifitas sehari-hari, baik di
sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Anak tuna laras memiliki
kemanpuan intelektual yang normal, atau tidak berada dibawah rata-rata.
Karakteristik anak tunalaras:
10

a) Kekacauan perilaku
b) Menarik diri
c) Ketidakmatangan
d) Agresi sosial
Adapun karakteristik anak tunalaras secara umum menujukkan
adanya ganguan perilaku, seperti suka menyerang (agresive), ganguan
perhatian dan hiperaktif.
3) Anak Tunarungu Wicara (Anak dengan Hendaya Pendengaran dan
Bicara)
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya
kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila
tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Apabila
dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada
umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa anak
tersebut mengalami tunarunguan.
Anak tunarungu wicara adalah seseorang yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar dan bicara sebagian
atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh
indera pendengaran/bicara. Alat audiometer merupakan alat untuk
mengukur derajat kehilangan pendengaran dengan ukuran decibel (dB).
Karakteristik anak tunarungu dari segi fisik tidak memiliki
karakteristik yang khas, karena secara fisik anak tunarungu tidak
mengalami gangguan yang terlihat. Sebagai dampak ketunarunguannya,
anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas dari segi yang berbeda.
karakteristik ketunarunguan dilihat dari segi: intelegensi, bahasa dan
bicara, emosi, dan sosial.Karakteristik dari segi intelegensi.
Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal yaitu
tinggi, rata-rata dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu memiliki
entelegensi normal dan rata-rata. Prestasi anak tunarungu seringkali lebih
rendah daripada prestasi anak normal karena dipengaruhi oleh
kemampuan anak tunarungu dalam mengerti pelajaran yang diverbalkan.
11

Namun untuk pelajaran yang tidak diverbalkan, anak tunarungu


memiliki perkembangan yang sama cepatnya dengan anak normal.
Prestasi anak tunarungu yang rendah bukan disebabkan karena
intelegensinya rendah namun karena anak tunarungu tidak dapat
memaksimalkan intelegensi yang dimiliki. Aspek intelegensi yang
bersumber pada verbal seringkali rendah, namun aspek intelegensi yang
bersumber pada penglihatan dan motorik akan berkembang dengan cepat.
Kemampuan anak tunarungu dalam berbahasa dan berbicara
berbeda dengan anak normal pada umumnya karena kemampuan tersebut
sangat erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Karena anak
tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, maka anak tunarungu mengalami
hambatan dalam berkomunikasi. Bahasa merupakan alat dan sarana utama
seseorang dalam berkomunikasi. Alat komunikasi terdiri dan membaca,
menulis dan berbicara, sehingga anak tunarungu akan tertinggal dalam tiga
aspek penting ini. Anak tunarungu memerlukan penanganan khusus dan
lingkungan berbahasa intensif yang dapat meningkatkan kemampuan
berbahasanya. Kemampuan berbicara anak tunarungu juga dipengaruhi
oleh kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh anak tunarungu.
Kemampuan berbicara pada anak tunarungu akan berkembang dengan
sendirinya namun memerlukan upaya terus menerus serta latihan dan
bimbingan secara profesional. Dengan cara yang demikianpun banyak dari
mereka yang belum bisa berbicara seperti anak normal baik suara, irama
dan tekanan suara terdengar monoton berbeda dengan anak
normal.Karakteristik dari segi emosi dan sosial.
Tunarunguan dapat menyebabkan keterasingan dengan lingkungan.
Keterasingan tersebut akan menimbulkan beberapa efek negatif seperti:
egosentrisme yang melebihi anak normal, mempunyai perasaan takut akan
lingkungan yang lebih luas, ketergantungan terhadap orang lain, perhatian
mereka lebih sukar dialihkan, umumnya memiliki sifat yang polos dan
tanpa banyak masalah, dan lebih mudah marah dan cepat tersinggung.
12

4) Anak Tunanetra (Anak dengan Hendaya Penglihatan)


Anak yang mengalami hambatan penglihatan atau tunanetra atau
anak dengan hendaya penglihatan, perkembangannya berbeda dengan
anak-anak berkebutuhan khusus lainnya, tidak hanya dari sisi penglihatan
tetapi juga dari hal lain. Karakteristik Anak Tunanetra:
a) Fisik (Physical)
Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak
sebayanya. Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada organ
penglihatannya. Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik
diantaranya; mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata, kelopak
mata merah, mata infeksi, gerakan mata tidak beraturan dan cepat, mata
selalu berair, pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.
b) Perilaku (Behavior)
Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk
dalam mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara
dini; menggosok mata berlebihan, menutup atau melindungi mata
sebelah, memiringkan kepala, mencondongkan kepala, sukar membaca,
berkedip lebih banyak daripada biasanya, lekas marah apabila
mengerjakan suatu pekerjaan, membawa bukunya ke dekat mata, tidak
dapat melihat benda yang agak jauh, menyipitkan mata atau
mengkerutkan dahi, tidak tertarik perhatiannya pada objek atau tugas
yang memerlukan penglihatan seperti melihat gambar atau membaca,
janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata,
menghindar dari tugas yang memerlukan penglihatan.
Penjelasan lainnya berdasarkan adanya beberapa keluhan seperti;
mata gatal, panas atau merasa ingin menggaruk. Banyak mengeluh
tentang ketidak mampuan dalam melihat. Merasa pusing atau sakit
kepala. Kabur atau penglihatan ganda.
13

c) Psikis
Secara psikis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut:
Mental/ Intelektual Kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda
jauh dengan anak normal. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada
batas atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup
pintar, dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni
memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi, dan sebagainya.
Mereka juga punya emosi negatif dan positif seperti, sedih, gembira,
benci, kecewa, gelisah, bahagia, dan sebagainya.
d) Sosial
Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah
hubungan dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di
lingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga
yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul
ketegangan, gelisah diantara keluarga. Akibat dari keterbatasan
rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain terhadap
dirinya. Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan
kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain; curiga
terhadap orang lain, perasaan mudah tersinggung, dan ketergantungan
yang berlebihan.
5) Anak Autis (Autistic child)
Autism syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya
hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh
kerusakan pada otak. Autis bukanlah penyakit kejiwaan karena ia
merupakan suatu ganguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan
otak tersebut tidak dapat berfungsi selayak otak normal dan ini
termanifestasi pada perilaku penyandang autis. Karakteristika anak autis
yaitu:
14

a) Sulit membina hubungan sosial


b) Sulit berkomunikasi secara normal
c) Sulit memahami emosi serta perasaan orang lain
d) Mengalami perkembangan yang terlambat atau tidak normal
6) Anak Tunadaksa (Physical Disability)
Tunadaksa adalah penderita kelainan fisik, khususnya anggota
badan, seperti kaki, tangan, atau bentuk tubuh lainnya. Istilah tunadaksa
berasal dari kata tuna (kurang) dan daksa (tubuh). Anak tunadaksa
mayoritas memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami gangguan pada
koordinasi gerak, persepsi dan kognisi disamping adanya kerusakan saraf
tertentu. Kerusakan saraf disebabkan karena pertumbuhan sel saraf yang
kurang atau adanya luka pada sistem saraf pusat. Kelainan saraf utama
menyebabkan adanya cerebral palsy, epilepsi, spina bifida dan kerusakan
otak lainnya. Karakteristik anak tunadaksa yaitu:
a) Kesulitan bergerak seperti gerakan yang tidak sempurna, tidak lentur,
atau tidak terkendali.
b) Anggota gerak tubuh lemah, kaku, atau lumpuh.
c) Memiliki kecacatan pada alat geraknya.
d) Anggota gerak pada tubuhnya tidak lengkap atau tidak sempurna,
seperti ukuran tangan yang lebih kecil dari ukuran normal.
e) Sulit melakukan pergerakkan seperti duduk, berjalan, dan berdiri.
f) Kondisi jari tangan kaku sehingga sulit untuk menggenggam.
g) Serta hiperaktif atau sangat sulit untuk tenang pada posisi tertentu.
7) Anak Tunaganda
Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan
mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan
perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi
kelainan dalam kemampuan seperti inteligensi, gerak, bahasa, atau
hubungan-pribadi dimasyarakat. Anak runaganda disebebkan oleh faktor
yang variatif, yang dapat terjadi pada saat sebelum kelainan, saat
kelahiran, dana tau setelah kelahiran. Penyebab tunaganda yaitu:
15

a) Faktor prenatal
Ketidaknormalan kromosom komplikasi pada anak dalam
kandungan ketidakcocokan Rh infeksi pada ibu, kekurangan gizi ibu
yang sedang mengandung, serta terlalu banyak mengkonsumsi obat dan
alkohol.
b) Faktor natal
Kelahiran prematur kekurangan oksigen pada saat kelahiran luka
pada otak saat kelahiran
c) Faktor eksternal
Dalam perkembangan hidupnya kepala mengalami kecelakaan
kendaraan, keracunan, jatuh, mendapatkan pukulah atau siksaan.
d) Nutrisi yang salah
Anak tidak dirawat dengan baik, keracunan makanan, sehingga
dapat berpengaruh terhadap otak.
b. Sebab-Sebab Anak Berkebutuhan Khusus
Ada tiga faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus yaitu:
1) Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat
menyebabkan janin tidak memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga
mempengaruhi syaraf-syaraf otak yang dapat menyebabkan gangguan
pada sistem syaraf dan ketunaan pada bayi.
2) Infeksi karena penyakit kotor (penyakit kelamin / spilis yang diderita ayah
atau ibu), toxoplasmosis (dari virus binatang seperti bulu kucing), trachma
dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan pada indera
penglihatan akibatnya kerusakan pada bola mata dan pendengaran
akibatnya kerusakan dalam selaput gendang telinga.
3) Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi sehingga ibu keracunan yang
mengakibatkan kelainan pada janin yang menyebabkan gangguan pada
mata. Juga kerusakan pada otak sehingga menyebabkan terganggu fungsi
berfikirnya atau verbal komunikasi, kerusakan pada organ telinga sehingga
hilangnya fungsi pendengaran.
16

c. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus


Tidak dapat dipungkiri, pengasuhan anak berkebutuhan khusus (ABK)
memerlukan tambahan energi, pemikiran, serta biaya yang lebih tinggi
dibanding mengasuh anak-anak pada umumnya. berikut ini akan dijelaskan
langkah-langkah dalam menangani anak berkebutuhan khusus diantaranya
adalah sebagai berikut:
Penguatan kondisi mental orang tua Strategi ini membutuhkan peran
aktif orang tua dalam melakukan pengasuhan anak berkebutuhan khusus.
Beberapa strategi yang dibutuhkan oleh orang tua anak berkebutuhan khusus
diantaranya perlu menyediakan waktu untuk dirinya sendiri, bekerja sama
dalam pengasuhan dengan pasangan, dan aktif dalam mencari informasi
mengenai anak berkebutuhan khusus. Orang tua perlu menyediakan waktu
untuk dirinya sendiri, sebagai bentuka presiasi terhadap diri sendiri yang
sudah menyediakan waktu ekstra dan tenaga sehari-hari untuk mengasuh
anak berkebutuhan khusus.
17

B. Kerangka konsep
Tahap yang penting dalam satu panelitian adalah menyusun kerangka konsep.
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dalam
bentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variable (baik variabel yang
diteliti maupun yang tidak diteliti) kerangka konsep akan membantu peneliti
menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam 2011).

Variabel Bebas Variabel Terikat

Kemandiran Oral Hygiene pada


Dukungan keluarga
Anak berkebutuhan khusus

Gambar 1 kerangka konsep

C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara
dukungan keluarga dan oral hygiene pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCD
Muhamadiyah Palu.

Anda mungkin juga menyukai