a) Kecerdasan
(1) Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang
kongkrit.
(2) Mengalami kesulitan menangkap rangsangan atau lamban.
(3) Memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan tugas.
(4) Memiliki kesanggupan yang rendah dalam menginat memerlukan
jangka waktu yang lama.
b) Sosial
(1) Dalam pergaulan mereka tidak dapat, mengurus memelihara dan
memimpin diri.
(2) Waktu masih kanak-kanak setiap aktivitasnya harus selalu dibantu.
(3) Mereka bermain dengan teman yang lebih muda usianya.
(4) Setelah dewasa kepentingan ekonominya sangat tergantung ada
bantuan orang lain.
(5) Mudah terjerumus ke dalam tingkat terlarang (mencuri, merusak,
pelanggaran seksual).
c) Fungsi mental lainnya
(1) Mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya.
(2) Mudah lupa.
d) Kepribadian
(1) Tidak percaya terhadap kemampuannya sendiri.
(2) Tidak mampu mengontrol dan menyerahkan diri.
(3) Selalu tergantung pada pihak luar.
(4) Terlalu percaya diri
2) Anak Tunalaras (Emotional or Behavioral Disorder/Anak dengan
Perilaku Menyimpang)
Anak tunalaras adalah anak dengan hambatan emosional atau
kelainan perilaku, yang ditujukan dalam aktifitas sehari-hari, baik di
sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Anak tuna laras memiliki
kemanpuan intelektual yang normal, atau tidak berada dibawah rata-rata.
Karakteristik anak tunalaras:
10
a) Kekacauan perilaku
b) Menarik diri
c) Ketidakmatangan
d) Agresi sosial
Adapun karakteristik anak tunalaras secara umum menujukkan
adanya ganguan perilaku, seperti suka menyerang (agresive), ganguan
perhatian dan hiperaktif.
3) Anak Tunarungu Wicara (Anak dengan Hendaya Pendengaran dan
Bicara)
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya
kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila
tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Apabila
dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada
umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa anak
tersebut mengalami tunarunguan.
Anak tunarungu wicara adalah seseorang yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar dan bicara sebagian
atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh
indera pendengaran/bicara. Alat audiometer merupakan alat untuk
mengukur derajat kehilangan pendengaran dengan ukuran decibel (dB).
Karakteristik anak tunarungu dari segi fisik tidak memiliki
karakteristik yang khas, karena secara fisik anak tunarungu tidak
mengalami gangguan yang terlihat. Sebagai dampak ketunarunguannya,
anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas dari segi yang berbeda.
karakteristik ketunarunguan dilihat dari segi: intelegensi, bahasa dan
bicara, emosi, dan sosial.Karakteristik dari segi intelegensi.
Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal yaitu
tinggi, rata-rata dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu memiliki
entelegensi normal dan rata-rata. Prestasi anak tunarungu seringkali lebih
rendah daripada prestasi anak normal karena dipengaruhi oleh
kemampuan anak tunarungu dalam mengerti pelajaran yang diverbalkan.
11
c) Psikis
Secara psikis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut:
Mental/ Intelektual Kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda
jauh dengan anak normal. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada
batas atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup
pintar, dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni
memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi, dan sebagainya.
Mereka juga punya emosi negatif dan positif seperti, sedih, gembira,
benci, kecewa, gelisah, bahagia, dan sebagainya.
d) Sosial
Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah
hubungan dengan ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di
lingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota keluarga
yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul
ketegangan, gelisah diantara keluarga. Akibat dari keterbatasan
rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang lain terhadap
dirinya. Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan
kepribadian dengan timbulnya beberapa masalah antara lain; curiga
terhadap orang lain, perasaan mudah tersinggung, dan ketergantungan
yang berlebihan.
5) Anak Autis (Autistic child)
Autism syndrome merupakan kelainan yang disebabkan adanya
hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh
kerusakan pada otak. Autis bukanlah penyakit kejiwaan karena ia
merupakan suatu ganguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan
otak tersebut tidak dapat berfungsi selayak otak normal dan ini
termanifestasi pada perilaku penyandang autis. Karakteristika anak autis
yaitu:
14
a) Faktor prenatal
Ketidaknormalan kromosom komplikasi pada anak dalam
kandungan ketidakcocokan Rh infeksi pada ibu, kekurangan gizi ibu
yang sedang mengandung, serta terlalu banyak mengkonsumsi obat dan
alkohol.
b) Faktor natal
Kelahiran prematur kekurangan oksigen pada saat kelahiran luka
pada otak saat kelahiran
c) Faktor eksternal
Dalam perkembangan hidupnya kepala mengalami kecelakaan
kendaraan, keracunan, jatuh, mendapatkan pukulah atau siksaan.
d) Nutrisi yang salah
Anak tidak dirawat dengan baik, keracunan makanan, sehingga
dapat berpengaruh terhadap otak.
b. Sebab-Sebab Anak Berkebutuhan Khusus
Ada tiga faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus yaitu:
1) Keracunan darah (Toxaenia) pada ibu-ibu yang sedang hamil dapat
menyebabkan janin tidak memperoleh oksigen secara maksimal, sehingga
mempengaruhi syaraf-syaraf otak yang dapat menyebabkan gangguan
pada sistem syaraf dan ketunaan pada bayi.
2) Infeksi karena penyakit kotor (penyakit kelamin / spilis yang diderita ayah
atau ibu), toxoplasmosis (dari virus binatang seperti bulu kucing), trachma
dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan pada indera
penglihatan akibatnya kerusakan pada bola mata dan pendengaran
akibatnya kerusakan dalam selaput gendang telinga.
3) Kekurangan vitamin atau kelebihan zat besi sehingga ibu keracunan yang
mengakibatkan kelainan pada janin yang menyebabkan gangguan pada
mata. Juga kerusakan pada otak sehingga menyebabkan terganggu fungsi
berfikirnya atau verbal komunikasi, kerusakan pada organ telinga sehingga
hilangnya fungsi pendengaran.
16
B. Kerangka konsep
Tahap yang penting dalam satu panelitian adalah menyusun kerangka konsep.
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dalam
bentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variable (baik variabel yang
diteliti maupun yang tidak diteliti) kerangka konsep akan membantu peneliti
menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam 2011).
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan antara
dukungan keluarga dan oral hygiene pada anak berkebutuhan khusus di SLB ABCD
Muhamadiyah Palu.