A. Hakikat Penelitian
1. Penelitian Sebagai Aplikasi Metode Ilmiah
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua
usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memperdiksi, dan mengontrol fenomena. Metode
ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan sejumlah langkah
yang berurutan: pengenalan dan pendefenisian masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan
data, analisis data, dan pertanyaan kesimpulan mengenai diterima atau ditolaknya hipotesis.
2. Proses Sistematik Penelitian
Dikaitkan dengan metode ilmiah, suatu proses penelitian sekurang-kurangnya berisi
suatu rangkaian urutan langkah-langkah. Lima langkah yang sesuai dengan metode ilmiah
dan melengkapi elemen-elemen umum pendekatan sistematik pada penelitian adalah (1)
identifikasi masalah (2) review informasi (3) pengumpulan data (4) analisis data dan (5)
penarikan kesimpulan.
3. Aktivitas dalam Proses Penelitian
Proses sistematik dari penelitian dan metode ilmiah mengarah pada aktivitas yang
dilibatkan dalam pelaksanaan suatu studi penelitian. Secara singkat aktivitas aktivitas umum
yang dilibatkan dalam pelaksanaan suatu studi penelitian dapat kita perlihatkan dengan
penekanan pada hakikat urutan proses penelitian. Perluasan, revisi dan teori baru, jika ada
dari proyek penelitian kemudian menjadi bagian dari keberadaan tubuh pengetahuan
pengetahuan, sebagai pengetahuan baru bukan dianggap sebagai teori. Semua aktivitas umum
kemudian diasosiasikan dengan kaitan utama tubuh ilmu pengetahuan dengan masalah
penelitian.
B. Elemen Penelitian
Cresswell (2003:3) mengemukakan tiga pendekatan penelitian, yaitu pendekatan
kuantitatif, pendekatan kualitatif dan pendekatan metode gabungan (mixed methods
apporoach). Untuk memahami ketiga pendekatan tersebut menurut cresswell, peneliti perlu
memperhatikan tiga elemen kerangka kerja yaitu :
1. Tuntutan Pengetahuan Alternatif ( Alternative Knowledge Claims)
Pernyataan suatu tuntutan pengetahuan (Alternative Knowledge Claims) berarti bahwa
peneliti memulai suatu projek penelitian dengan asumsi-asumsi tentang bagaimana mereka
akan mempelajari dan apa yang akan mereka pelajari selama penelitian mereka.
a. Tuntutan Pengetahuan Pospositivisme
Secara tradisional, asumsi posposotivisme telah menguasai tuntutan tentang apa yang dijamin
pengetahuan. Posisi ini terkadang disebut “metode ilmiah”. Pospositivisme mencerminkan
suatu filosofi deterministik dalam hal sebab-sebab yang mungkin menentukan efek atau hasil.
A. Pengertian
Penelitian korelasional menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian
yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi diantara variabel yang muncul secara alami.
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan
menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik yang lebih canggih.
Penelitian survey mengilustrasikan prinsip-prinsip penelitian korelasional dan
melengkapinya dengan cara yang tepat dan efektif untuk mendeskripsikan pemikiran,
pendapat dan perasaan orang. Berbagai survey berbeda dalam tujuan dan ruang lingkup,
tetapi secara umum semuanya melibatkan sampling. Terdapat tiga metode survey umum,
yaitu survey pos, survey wawancara personal, dan wawancara telepon.
B. Proses Dasar Penelitian Korelasional
Prosedur penelitian korelasional adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan Masalah
Variabel yang dilibatkan harus diseleksi berdasarkan penalaran deduktif dan penalaran
induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan diselidiki harus didukung oleh teori atau
diturunkan dari pengalaman.
2. Sample dan Pemilihan Instrumen
Sample untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode sampling yang
dapat diterima dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sample minimal yang dapat diterima.
Kita harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel
untuk tujuan penelitian.
3. Desain dan Prosedur
Desain korelasional dasar tidaklah rumit, dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap
jumlah sample yang dipilih, satu skor untuk variabel yang dipilih dan skor berpasangan
kemudian dikorelasikan.
4. Analisis Data dan Interpretasi
Interpretasi suatu koefesien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan.
Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan
perhitungannya. Ketika penginterpretasian suatu koefisien korelasi, harus selalu diingat
bahwa yang dibicarakan ialah hubungan bukan hubungan sebab akibat. Koefisien korelasi
yang signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab akibat tetapi tidak menetapkannya.
C. Macam Studi Korelasional
1. Studi hubungan
Studi hubungan dilakukan dalam usaha memperoleh pemahaman faktor-faktor atau
variabel yang berhubungan dengan variabel kompleks seperti hasil belajar akademik,
motivasi dan konsep diri.
2. Studi Prediksi
Jika dua variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor pada suatu variabel dapat
digunakan untuk memprediksi skor pada variabel yang lain. Studi prediksi sering dilakukan
untuk memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu atau membantu pemilihan
individu.
3. Korelasi dan Kausalitas
Penelitian korelasional mengacu pada studi yang bertujuan untuk mengungkapkan
hubungan antar variabel melalui penggunaan statistik korelasional. Suatu hubungan
korelasional antara dua variabel kadang-kadang merupakan hasil dari sumber lain, jadi kia
harus berhati-hati dan ingat bahwa korelasi tidak harus menjelaskan sebab dan akibat.
4. Manfaat Penggunaan Metode Korelasional
Metode korelasional memungkinkan para peneliti menganalisis hubungan antara
sejumlah besar variabel dalam suatu studi tunggal. Koefisien korelasi memberikan ukuran
tingkat dan arah hubungan. Penggunaan metode korelasional ditunjukan (1) Untuk
mengungkapkan hubungan antara variabel dan (2) Untuk memprediksi skor subjek pada
suatu variabel melalui skor pada variabel lain.
D. Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan yaitu :
1. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan anatara dua
variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
2. Regrasi dan Prediksi
Regrasi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi. Sebagaimana
pendekata koefisiensi korelasi baik -1 maupun +1, diprediksi kita dapat lebih baik.
3. Regresi Jamak (Multiple Regression)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan
penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak
kekuatan untuk membuat prediksi yang akurat.
4. Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel
dikorelasikan dan terdapatnya antar korelasi yang tinggi mengidentifikasikan suatu faktor
penting yang umum.
5. Rancangan Korelasional yang Digunakan untuk Menarik Kesimpulan Kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pertanyaan-pertanyaan
sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan
analisis jalut (path analysis design) dan rancangan panel lintas akhir (cross-lagged panel
design).
6. Analisis Sistem
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk
menentukan proses dinamik, seperti perubahan waktu, jerat umpan balik serta unsur dan
aliran hubungan. Masing-masing unsur ini saling mengaruhi dan berubah sepanjang waktu.
E. Kesalahan dalam Penelitian Korelasional
Kesalahan-kesalahan yang terkadang dilakukan oleh peneliti korelasional adalah
sebagai berikut :
1. Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat.
2. Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)
3. Peneliti memilih statistik yang tidak tepat.
4. Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat.
5. Peneliti tidak melakukan studi validitas silang.
6. Peneliti menggunakan analisis jalur atau LISREL tanpa peninjauan asumsi-asumsi
(teori).
7. Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam perencanaan suatu
analisis jalur.
8. Peneliti salah tafsir terhadap signifikasi praktis atau statistik dalam studi kasus.
BAB III
PENELITIAN EKSPERIMENTAL
A. Pengertian
Menurut Davis (2004) penelitian eksperimental didasarkan pada asumsi bahwa dunia
bekerja menurut hukum-hukum kausal. Hukum-hukum ini esensinya adalah linear, meskipun
bersifat komplikasi dan interaktif. Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menetapkan
hukum sebab-akibat dengan mengisolasi variabel kausal. Pengertian lebih jelas menurut Gay
(1981) metode penelitian eksperimental merupakan satu-satunya metode penelitian yang
dapat menguji secara benar hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab-akibat).
Dalam studi eksperimental peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel,
mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi efek/pengaruhnya terhadap satu
atau lebih variabel terikat. Metode eksperimen merupakan metode yang paling banyak dipilih
dan palinf produktif dalam penelitian.
B. Karakteristik Penelitian Eksperimental
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental yakni :
1. Manipulasi
Manipulasi variabel bebas merupakan salah satu karakteristik yang membedakan
penelitian eksperimental dari metode penelitian lain. Variabel bebas juga diacu sebagai
variabel eksperimental, variabel penyebab atau variabel perlakuan yang aktivitas atau
karakteristiknya dipercaya membuat satu perbedaan. Dalam penelitian pendidikan variabel
yang biasa dimanipulasi termasuk metode pengajaran, jenis penguatan (reinforcement),
pengaturan lingkungan belajar, jenis materi belajar dan ukuran kelompok belajar. (Gay, 1981)
2. Pengendalian
Menurut Gay (1981 :210) pengendalian mengacu pada usaha pihak peneliti untuk
menyingkirkan pengaruh suatu variabel (selain variabel bebas) yang dapat mempengaruhi
performansi pada variabel terikat. Dengan kata lain, peneliti ingin agar kelompok sedapat
mungkin sama, dengan demikian perbedaan utama di antara mereka hanyalah variabel bebas,
perbedaan yang disebabkan oleh peneliti.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui cirri-ciri tingkah laku subjek yang diteliti.
Dalam melakukan pengamatan ini peneliti melakukan pengukuran dengan menggunakan
instrumen.
C. Prosedur Penelitian Eksperimental
Langkah-langkah dalam studi eksperimental pada dasarnya sama dengan langkah-
langkah pada penelitian lain, yaitu :
1. Memilih dan merumuskan masalah
2. Memilih subjek dan instrumen pengukuran
3. Memilih desain penelitian
4. Melaksanakan prosedur
5. Menganalisis data
6. Merumuskan kesimpulan
Suatu penelitian eksperimental diarahkan oelh sekurang-kurangnya satu hipotesis
yang menyatakan hubungan kausal yang diharapkan antara dua variable.
D. Validitas Eksperimental
Variabel luar (extraneous variables) yang tidak dikontrol yang dapat memengaruhi
performansi pada variabel terikat dapat mengancam validitas suatu eksperimen. Suatu
eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas
yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat digenerealisaikan pada situasi di luar setting
eksperimental. Terdapat dua kondisi yang diacu sebagai validitas internal dan validitas
eksternal.
Validitas internal mengacu pada kondisi bahwa perbedaan yang diamati pada variabel
bebas adalah suatu hasil langsung dari variabel bebas yang dimanipulasi, bukan dari variabel
lain. Ada delapan ancanaman utama terhadap validitas internal menurut Campbell dan
Stanley dalam (Gay, 1981 : 213-216) yaitu : (1) Historis, (2) Maturasi, (3) Testing, (4)
Instrumentasi, (5) Regresi statistic, (6) Seleksi subjek yang berbeda, (7) Mortalitas, (8)
Interaksi Seleksi Maturasi.
Validitas eksternal mengacu pada kondisi bahwa hasil yang diperoleh dapat
digeneralisaikan dan dapat diterapkan pada kelompok dan lingkungan di luar setting
eksperimental. Ancaman terhadap validitas eksternal menurut Campbell dan Stanley dalam
(Gay, 1981 : 216-220) yaitu : (1) Interaksi prates-perlakuan, (2) Interaksi seleksi-perlakuan,
(3) Spesifitas variabel, (4) Pengaturan reaktif, (5) Interferensi perlakuan jamak, (6)
Kontaminasi dan bias pelaku eksperimen.
F. Desain Penelitian Eksperimental
Validitas eksperimen merupakan fungsi langsung dari tingkatan untuk mana variabel
ekstraneus (variabel luar) dikontrol. Apabila variabel tersebut tidak dikontrol, sulit untuk
dievaluasi efek variabel bebas dan generalisabilitas.
Desain penelitian eksperimental yaitu mengontrol semua variabel luar (extraneous
variables); desain yang baik mengontrol banyak sumber ketidakvalidan; desain yang jelek
hanya mengontrol sebagian. Berikut yang menjadi bagian dari desain penelitian
eksperimental;
1. Pengontrolan variabel luar (Control of Extraneous Variables)
2. Pemadanan (Matching)
3.Perbandingan kelompok atau subkelompok homogen
4. Penggunaan subjek sebagai pengendalian diri mereka sendiri.
5. Analisis Kovarian
G. Jenis Desain Kelompok
1. Desain Pra Eksperimental
Desain Pra Eksperimental dikatakan demikian karena mengikuti langkah-langkah
dasar eksperimental, tetapi gagal memasukkan kelompok control. Dengan kata lain
kelompok tunggul sering diteliti, tetapi tidak ada perbandingan dengan kelompok
nonperlakuan dibuat. Desain yang termasuk pra eksperimental adalah sebagai berikut.
a) Studi kasus satu tembakan (The one shot case study)
b) Satu kelompok prates-postes (The one groip pretest-postest)
c) Perbandingan Kelompok Statis (The static group comparison)
2. Desain Eksperimental Sebenarnya (True Experimental Designs)
Desain eksperimental yang sebenarnya melengkapi kekurangan dari dua desain
sebelumnya. Desain eksperimental yang sebenarnya melaksanakan kelompok kontrol
maupun cara mengukur perubahan yang muncul dalam kedua kelompok. Berikut adalah
beberapa jenis desain true eksperimental.
a) Desain kelompok kontrol Prates-Postes (The Pretest-Posttest Control Group Design)
b) The Postetst-Only Control Group Design
c) Desain Solomon Empat Kelompok (The Solomon Four-Group Design)
3. Desain Eksperimental Semu (Quasi-Eksperimental Design)
Desain eksperimental semu agak lebih baik dibandingkan desain pra-eksperimental,
karena melakukan suatu cara untuk membandingkan kelompok. Akan tetapi desain ini
memiliki kelemahan yaitu randomisasi. Desain eksperimental semu adalah sebagai berikut.
a) The Nonequivalent Control Group Design
b) Desain Rangkaian Waktu (The Time-Series Design)
c) Desain Berimbang (Conterbalanced Design)
d) Desain Faktorial (Factorial Design)
BAB IV
PENELITIAN KAUSAL KOMPRATIF (EX POST FACTO)
A. Pengertian
Menurut Kerlinger (1973) penelitian kausal komparatif (causal comparative research)
yang disebut juga dengan penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis
dimana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi dari
variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut dibuat berdasarkan perbedaan
yang mengiringi variabel bebas dan variabel terikat, tanpa intervensi langsung.
Menurut Gay (1981:197) penelitian kausal komparatif (causal comparative research)
atau ex post facto adalah penelitan dimana peneliti berusaha menentukan penyebab atau alas
an untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu.
Penelitian ini juga sering disebut dengan penelitian setelah fakta karena pengaruh dan yang
memengaruhi telah terjadi dan diteliti oleh peneliti dalam tinjauan ke belakang.
B. Perbandingan antara Penelitian Kausal Komapratif, Kolerasional dan Eksperimen
Perbedaan antara penelitian kolerasional dan penelitian kausal komparatif adalah studi
kausal komparatif biasanya melibatkan dua atau lebih kelompok dari satu variabel bebas,
sementara studi kolersional biasanya melibatkan dua atau lebih variabel dan satu kelompok.
Studi kausal komparatif melibatkan perbandingan, sedangkan studi kolersional melibatkan
kolerasi.
Sementara itu menurut Gay ( 1981) perbedaan penelitian kausal komparatif dengan
penelitian eksperimental adalah pada studi eksperimental, peneliti menciptakan “penyebab”
dengan sengaja membuat perbedaan kelompok, kemudian mengamati pengaruh yang berbeda
pada bebrapa variabel terikat. Sedangkan pada studi kausal komparatif peneliti pertama
mengamati pengaruh dan mencoba menentukan penyebabnya. Dengan kata lain peneliti
berupaya menentukan perbedaan antara dua kelompok yang telah ditunjukkan pada
perbedaan yang teramati pada beberapa variabel.
C. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Kausal Komparatif
Menurut Ritz (1999 : 18-20) ada beberapa kelebihan dan kelemahan penelitian kausal
komparatif, yakni :
Kelebihan Kekurangan
1. Layak digunakan dalam banyak hal, 1. Tidak adanya kontrol pada variabel
terlebih jika penelitian bebas
eksperimental tidak memungkinkan 2. Kesulitan dalam menentukan faktor
untuk dilakukan. penyebab yang relevan.
2. Menghasilkan informasi yang 3. Kesulitan bahwa tidak ada faktor
bermanfaat mengenai hakikat tunggal yang menyebabkan suatu
fenomena. hasil.
3. Memperbaiki teknik, metode, 4. Penentuan penyebab dan akibat terasa
statistik, desain dengan sulit jika hubungan kedua variabel
pengontrolan fitur-fitur secara telah terungkap.
parsial. 5. Studi perbandingan dalam situasi
yang alamiah tidak memungkinkan
pemilihan subjek penelitian yang
terkontrol.
A. PENGERTIAN
Etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna sosiologi melalui
observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural. Biasanya para peneliti etnografi
memfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat (tidak selalu secara geografis, juga
memerhatikan pekerjaan, pengangguran dan masyarakat lainnya), pemilihan informasi yang
mengetahui yang memiliki suatu pandangan/pendapat tentang berbagai kegiatan
masyarakat. Titik fokus etnografi dapat meliputi studi intensif suatu bidang atau domain
tunggal, serta gabungan metode historis, observasi dan wawancara. Penelitian etnografi
khusus menggunakan tiga macam pengumpulan data: wawancara, observasi dan dokumen.
B. KONSEP KUNCI DAN PERISTILAHAN
Metode etnografi mulai dengan pemilihan suatu budaya, tinjauan kepustakaan
berkaitan dengan kebudayaan dan identifikasi variabel yang menarik. Peneliti etnografis
kemudian berkeliling memperoleh jalan masuk, yang dalam putaran menetapkan tahap
untuk penyelaman kultural peneliti etnografi/etnografer dalam budaya tersebut. tahap
pertengahan dari metode etnografis melibatkan pemerolehan para informan, menggunakan
mereka untuk memperoleh lebih banyak informan dalam suatu proses berantai, dan
pemerolehan data dalam bentuk transkrip observasional dan rekaman wawancara.
C. ASUMSI-ASUMSI
Beberapa asumsi menjadi dasar penelitian etnografi sebagai berikut :
Etnografi mengasumsikan kepentingan penelitian yang prinsip terutama dipengaruhi oleh
pemahaman kultural masyarakat.
Etnografi mengasumsikan suatu kemampuan mengidentifikasikan masyarakat yang
relevan dari kepentingan.
Etnografi mengasumsikan peneliti mampu memahami kelebihan kultural dari masyarakat
yang diteliti, menguasai bahasa atau jargon teknis dari kebudayaan tersebut dan memiliki
temuan yang didasarkan pada pengetahuan komprehensif dari budaya tersebut.
Sementara tidak inheren bagi metode, penelitian etnografi lintas budaya menghindari
risiko asumsi yang keliru bahwa pengukuran yang ada memiliki makna yang sama lintas
budaya.
D. PRINSIP-PRINSIP METODOLOGIS PENELITIAN ETNOGRAFI
1. Naturalisme. Ini merupakan pandangan bahwa tujuan penelitian sosial adalah untuk
menangkap karakterk perilaku manusia yang muncul secaa alami, dan bahwa ini hanya
dapat diperoleh melalui kontak langsung dengannya, bukan melalui inferensi dari apa
yang dilakukan orang dalam latar buatan seperti eksperimen atau dari apa yang mereka
lakukan.
2. Pemahaman. Yang sentral di sini adalah alasan bahwa tindakan manusia berbeda dari
perilaku objek fisik, bahkan dari makhluk lainnya: tindakan tersebut tidak hanya berisi
tanggapan stimulus, tetapi meliputi interpretasi terhadap stimulus dan konstruksi
tanggapan.
3. Penemuan. Corak lain dari pemikiran etnografi adalah konsepsi proses penelitian
sebagai induktif atau berdasarkan temuan, daripada dibatasi pada pengujian hipotesis
secara eksplisit.
E. ETNOGRAFI SEBAGAI METODE
Sebagai suatu satuan metode, etnografi tidak jauh berbeda dari pendekatan yang anda
gunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk memahami lingkungan Anda. Pendekatan ini
tidak sespesifik dan secanggih pendekatan eksperimental atau survei sosial; meskipun
semua metode penelitian sosial memiliki asal historisnya dalam cara-cara manusia
memperoleh informasi tentang dunia mereka dalam kehidupan sehari-hari.
F. PROSEDUR PENELITIAN ETNOGRAFI
1. Pemilihan Suatu Proyek Etnografi
Siklus dimulai dengan pemilihan suatu proyek etnografi. Barangkali yang pertama
peneliti etnografi mempertimbangkan ruang lingkup dari penyelidikan mereka. Ruang
lingkup penelitian dapat berjarak sepanjang satu kontinum dari etnografi makro ke
etnografi mikro. Etnografi makro memerlukan tahunan penelitian dan sering melibatkan
sejumlah ahli etnografi. Dipihak lain, etnografi mikro tentang sebuah situasi sosial
tunggal dapat dilakukan dalam waktu singkat. Untuk alasan ini, anda menekankan
pelaksanaan penelitian enografi mikro. Bagaimana pun, teknik-teknik pengumpulan dan
analisis data sama dengan teknik yang digunakan dalam penelitian ruang lingkup yang
lebih luas.
2. Pengajuan Pertanyaan Etnografi
Terdapat tiga jenis utama pertanyaan etnografi, masing-masing mengarah pada jenis
observasi yang berbeda dilapangan. Semua jenis etnografi mulai dengan "pertanyaan
deskriptif" umum/luas. Setelah penggunaan jenis pertanyaan ini untuk menuntut
observasi anda, dan setelah analisis data awal, anda akan menggunakan "pertanyaan
struktural" dan "pertanyaan kontras" untuk penemuan. Ini akan membimbing anda untuk
membuat observasi lebih terfokus.
3. Pengumpulan Data Etnografi
Tugas utama kedua dalam siklus penelitian etnografi adalah pengumpulan data
etnografi. Dengan cara observasi partisipan, anda akan mengamati aktivitas orang,
karakteristik fisik situasi sosial, dan apa yang akan menjadi bagian dari tempat kejadian.
4. Pembuatan Rekaman Etnografi
Tahap ini mencakup pengembalian catatan lapangan, pengambilan foto, pembuatan
peta, dan penggunaan cara cara lain untuk merekam observasi anda. Rekaman
inimembangun sebuah jembatan antara observasi dengan analisis
5. Analisis Data Etnografi
Dalam penelitian etnografi, analisis merupakan suatu proses penemuan pertanyaan.
H. DOKUMEN LOKASI
Disamping observasi partisipan dan wawancara, para peneliti etnografi dapat juga
menggunakan berbagai berbagai dokumen dalam menjawab pertanyaan terarah. Apabila
tersedia, dokumen-dokumen ini dapat menambah pemahaman atau informasi untuk
penelitian. Karena perhatian etnografi telah dan selalu difkuskan pada orang, baik yang
melek huruf maupun yang buta huruf, tidak semua proyek penelitian akan memiliki
dokumen-dokumen lokasi yang tersedia. Juga mungkin bahwa penelitian yang sama
dikalangan suatu kelompok melek huruf tidak akan memiliki dokumen-dokumen lokasi
yang relevan untuk dipertimbangkan ini sangat tergantung pada fokus penelitian.
A. PENGERTIAN
Teori dasar adalah suatu teori yang secara induktif diperoleh dari pengkajian
fenomena yang mewakilinya. Teori tersebut ditemukan, dikembangkan, dan untuk
sementara waktu dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis, analisis data yang
menyinggung fenomena tersebut. Oleh karena itu, pengumpulan data, analisis data dan teori
berada di dalam hubungan timbal balik satu dengan lainnya. Orang tidak mulai dengan teori,
orang mulai dengan suatu area studi dan apa yang berkaitan dengan area tersebut dibiarkan
muncul (Strauss & Corbin, 1990: 23)
B. GROUNDED THEORY SEBAGAI METODE ILMIA
Bagaimana pun metodologi grounded theory berwujud suatu konsepsi tentang
penelitian ilmiah yang ditarik jauh dari tanggung jawab naif seperti itu. Memang dapat
dipercaya bahwa suatu teori yang dibangun dan direkonstruksi dapat menawarkan kepada
kita konsepsi aktraktif metode ilmiah.
C. PRINSIP PRINSIP METODOLOGI GROUNDED THEORY
Haig (2004: 1-5) mengemukakan beberapa prinsip Grounded Theory sebagai metode
ilmiah berikut.
1.Rumusan Masalah
Pada perumusan ini batasan tersebut secara aktual dibangun dari masalah itu sendiri;
mereka mencirikan masalah tersebut dan memberinya struktur. Selain itu, dengan
memasukkan semua batasan dalam perumusan masalah, masalah tersebut memungkinkan
peneliti untuk mengarahkan penyelidikan secara efektif dengan penunjukkan jalan ke
pemecahan itu sendiri. Dalam pengertian yang sangat nyata, masalah adalah separuh dari
pemecahan (Haig, 2004: 2)
2.Deteksi Fenomena
Fenomena meliputi suatu cakupan ontologis yang bervariasi yang meliputi objek,
keadaan, proses, dan peristiwa serta ciri-ciri lain yang sulit digolongkan. Oleh karena itu,
lebih bermanfaat untuk mendeskripsikan fenomena dalam istilah perannya sebagai objek
khusus penjelasan dan prediksi.
3.Penurunan Teori (Theory Generation)
Suatu karakterisasi yang khas dari penyimpulan abduktif dapat diberikan sebagai
berikut: beberapa pengamatan (fenomena) yang ditemukan merupakan kejutan karena
tidak mengikuti hipotesis mana pun yang diterima; kita datang untuk mencatat bahwa
pengamatan tersebut akan diikuti sebagai materi pelajaran kebenaran tentang hipotesis
baru dalam hubungannya dengan klaim-klaim pembantu yang dapat diterima.
4.Pengembangan Teori
Karena teori ditangkap dari genggaman hypothetico-deductive secara ortodoks,
peneliti bidang pendidikan dan ilmu sosial pernah perduli dengan pengujian teori
berkenaan dengan kecukupan empiris mereka. Suatu praanggapan yang tak diucapkan
dari praktik semacam itu, adalah bahwa teori muncul dalam bentuk berbunga (full-blown
form), sesudah teori tersebut setiap saat diuji.
5.Penilaian Teori (Theory Appraisal)
Glaser dan Strauss tidak menyatakan perhitungan yang tepat menyangkut hakikat dan
tempat pengujian teori dalam ilmu sosial, mereka menjelaskan bahwa ada yang lebih pada
penilaian teori daripada pengujian kecukupan empiris.
6.Grounded Theory yang Direkonstruksikan
Sama halnya konstruksi suatu makalah yang merupakan kelengkapan suatu penelitian
dibandingkan perhitungan naratif penelitian tersebut, maka rekonstruksi filosofis metode
merupakan konstruksi yang menguntungkan dibandingkan panduan terpercaya pada
perumusan asli dari metode.
A. Pengertian
Penelitian tindakan dideskripsikan sebagai suatu penelitian informal, kualitatif,
formatif, subjektif, interpretif, relektif, dan suatu model penelitian pengalaman, dimana
semua individu dilibatkan dalam studi sebagai peserta yang mengetahui dan menyokong.
Penelitian tindakan mempunyai tujuan utama menyediakan suatu kerangka penyelidikan
kualitas oleh para guru dan peneliti di dalam situasi pekerjaan kelas yang kompleks.
Perbedaan jenis penelitian ini dari praktek profesional umum, konsultasi, atau
pemecahan masalah sehari-hari yang menekankan pada studi ilmiah, adalah bahwa peneliti
mengkaji permasalahan tersebut secara sistematis dan memastikan intervensi tersebut
diinformasikan oleh pertimbangan teoritis.
B. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan
1. Kritik Reflektif
Prinsip reflektif menjamin orang merefleksikan pada isu dan proses serta membuat
eksplisit interpretasi, penyimpangan, asumsi, dan peduli terhadap pertimbangan yang
dibuat.
2. Kritik Dialektika
Kritik dialektika diperlukan untuk memahami serangkaian hubungan antara
fenomena dan konteksnya, dan antara elemen-elemen pembentuk fenomena tersebut.
3 Sumber Daya Kolaboratif
Prinsip sumber daya kolaboratif mempersyaratkan bahwa setiap gagasan seseorang
sama penting dengan sumber daya potensial untuk menciptakan kategori interpretif analisis,
merundingkan diantara partisipan tersebut, beerja keras untuk menghindari kredibilitas
miring yang berakar dari status utama dari seseorang pemilik gagasan.
4. Ambil Resiko
Pemrakarsan penelitian tindakan akan menggunakan prinsip ini untuk
menghilangkan ketakutan orang lain dan mengundang keikutsertaan dengan menunjukkan
bahwa mereka, juga akan tunduk pada proses pada proses yang sama, dan bahwa apa pun
hasilnya, pelajaran akan berlangsung.
5. Struktur Jamak
Struktur jamak dari penelitian ini memerlukan teks jamak untuk melaporkan. Ini
berarti bahwa akan ada banyak perhitungan dibuat secara eksplisit, dengan komentar pada
pertentangan mereka, dan rentangan pilihan untuk tindakan yang diperkenankan.
6. Teori, Praktik, Transformasi
Dalam penelitian tindakan, teori menginformasikan praktik, praktik menyuling
teori di dalam transformasi yang kontin.
C. Desain Penelitian Tindakan
Menurut Elliott (dalam MacIsaac 1996 : 2) hal-hal yang penting dari desain
penelitian tindakan sebagai karateristik persiklus adalah sebagai berikut :
Pada awalnya suatu pendirian eksploratori diadopsi, pemahaman masalah
dikembangkan, dan rencana dibuat untuk beberapa bentuk strategi intervensi.
Kemudian intervensi dilakukan
Selama dan sekitar waktu intervensi, pengamatan dilakukan dalam berbagai bentuk
Strategi intevensi bari dilakukan, dan proses siklus diulangi, dilanjutkan sampai
pemahaman yang cukup terhadap suatu masalah diperoleh.
D. Kapan Penelitian Tindakan Digunakan
Penelitian tindakan digunakan dalam situasi nyata daripada dalam studi
eksperimental yang diusahakan, karena fokus utamanya adalah pada pemecahan masalah
nyata. Bagaimanapun, itu daat digunaan oleh ilmuwan sosial untuk penelitian awal atau
penelitian pilot, khususnya bila situasi rancu untuk membingkai suatu pertanyaan penelitian
yang tepat. Menurut prinsipnya, kebanyakan penelitian tindakan dipilih ketika keadaan
memerlukan fleksibilitas, keterlibatan orang dalam penelitian, atau perubahan harus
berlangsung secara cepat atau menyeluruh.
E. Kedudukan Penelitian Tindakan dalam Paradigma
1. Paradigma Positivst
Paradigma ini didasarkan pada sejumlah prinsip, termasuk suatu kepercayaan di
dalam kenyataan objektif, pengetahuan yang hanya dieroleh dari data yang dimengerti yang
dapat secara langsung dialami dan dibuktikan di antara para pengamat yang mandiri.
2. Paradigma Interpretif
Berisi pendekatan metodologis kualitatif, seperti fenomenologi, etnografi dan
hermeneutik, yang ditandai oleh kepercayaa di dalam kenyataan sosial yang dibangun
berdasarkan subjektif, sesuatu yang diengaruhi oleh kultur dan sejarah.
3. Paradigma Praxis
Praxis, suatu istilah yang digunakan oleh Aristoteles, yaitu suatu seni bertindak
sesuai dengan kondisi wajah dalam usaha mengubahnya. Itu berhadapan dengan aktivitas dan
disiplin yang menguasai kehidupan etika dan politis masyarakat.
F. Evolusi Penelitian Tindakan
Lewin pertama menciptakan istilah “Penelitian Tindakan” dalam makalahnya tahun
1946 “Action Research and Minority Problems”. Ia mencirikan penelitian tindakan sebagai
suatu penelitian komparatif terhadap kondisi dan efek berbagai bentuk aksi sosia dan
penelitian yang mendorong ke arah tindakan sosial,” menggunakan proses spiral langkah-
langkah, yang masing-masing terdiri atas siklus perencanaan, tindakan, dan pencarian fakta
tentang hasil tindakan.
Eric Trist, pendukung utama lain bidang ini setelah zaman perang adalah seorang
psikiatris sosial yang bergabung pada Tavistock Institute of Human Relations di London yang
disibukkan dengan penelitian sosial terapan, pada awalnya untuk repatriasi sipil tawanan
perang Jerman. Dia dan koleganya cenderung memfokuskan pada skala yang lebih besar,
permasalahan multi-organizational.
Keduanya, Lewin dan Trist, telah menerapkan penelitian mereka pada perubahan
sistemik di dalam dan antarorganisasi. Mereka menekankan profesional langsung –
kolaborasi klien dan menyatakan peran relasi kelompok sebagai basis pemecahan masalah.
Keduanya merupakan penganjur prinsip bahwa keputusan sangat baik diterapkan oleh mereka
yang membantu membuatnya.
G. Jenis Penelitian Tindakan
1. Penelitian Tindakan Tradisional
Pendekatan tradisional cenderung ke arah konservatif, biasanya memelihara keadaan
tetap khususnya pada struktur kekuatan organsasi.
2. Penelitian Tindakan Kontekstual (Contextual Action Research)
Konsep ekologi organisasi, dan penggunaan konferensi pencarian keluar dari
penelitian tindakan kontektural, yang lebih merupakan suatu filosofi liberal, dengan
perubahan bentuk sosial yang terjadi dengan konsensus dan ikrementalisme normatif.
3. Penelitian Tindakan Radikal
Penelitian tindakan participatory, sering ditemukan dalam gerakan liberationist dan
feminist yang keduanya mengejar perbahan bentuk sosial via suatu proses pembelaan untuk
memperkuat kelompok terpinggirkan di dalam masyarakat.
4. Penelitian Tindakan
Sebagian besar praktisinya beroperasi ke luar dari institsi bidang pendidikan, dan
memusatkan pada pengembangan kurikulum, pengembangan profesional, dan penerapan
belajar konteks sosial
H. Metode Penelitian Tindakan
1. Mempertimbangkan Pergantian Paradigma
Karena penelitian tindkaan tidak muncul dalam filosofi ilmiah positivst tradisional
dan memiliki suatu daerah pertanyaan penelitian ideal, perlu diyakini bahwa penelitian
tindakan layak untuk pertanyaan penelitian dan akan menarik bagi orang audiens yang
menerima post-positivst learning.
2. Menetapkan Suatu Kesepakatan Penelitian Formal
Konsentrasi dan kesepakatan pengungkapan hanya merupakan salah satu bagian
infrastruktur clint-system. Peneliti juga harus mengatur dengan jelas uttuk menjami bahwa
tim penelitian diizinkan untuk memulai tindakan dalam organisasi.
4. Merencanakan Metode Pengumpulan Data
Para peneliti atau tim dapat menyimpan catatan-catatan terstruktur, desain yang
cermat, dan teknik-teknik pengumpulan data yang spesifik secara jelas ketika menyususn
infrastruktur penelitian dan merivisi isu ini saat perencanaan tindakan.
I. Peran Peneliti Tindakan
Di dalam banyak situasi penelitian tindakan, peran peneliti terutama adalah
mencurahkan waktu untuk memudahkan dialog dan membantu perkembangan analisis
reflektif di antara peserta, menyediakan mereka dengan laporan berkala, dan menulis laporan
akhir ketika keterlibatan peneliti telah berakhir.
J. Pertimbangan Etis
Karena penelitian tindakan dilakuan dalam keadaan dunia nyata, serta melibatkan
komunikasi, serta melibatkan komunikasi tertutup dan terbuka antara orang yang dilibatkan,
maka peneliti harus mencurahkan perhatian pada pertimbangan etis dalam melaksanakan
pekerjaan mereka.
K. Penerapan Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan
Sri Yatini Ay. 2005. “Peningkatan Pemahaman Teks Bahasa Inggris Melalui Latihan
Berpikir Kritis dan Kreatif.” Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas
Neger Medan
Ilza Malyuni. 2005. “Peningkatan Kemampuan Berbicara Guru Bahasa Inggris
Melalui Penerapan Model Refleksif.”Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Jakarta.
BAB VIII
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
A. Pengertian
Menurut Gay, Mills, dan Airasian (2009 :18) dalam bidang pendidikan tujuan utama
penelitian dan pengembangan bukan untuk merumuskan atau menguji teori, tetapi untuk
mengembangkan produk-produk yang efektif untuk digunakan di sekolah-sekolah. Penelitian
dan pengembangan secara umum berlaku secara luas pada istilah-istilah tujuan, personal, dan
waktu sebagai pelengkap
B. Penelitian Desain dan Pengembangan sebagai Pengetahuan Ilmiah
Opini tentang peran penelitian pada desain dan pengembangan sering bergantung
pada konsep seseorang tentang apakah desain dan pengemabnagan itu aktual. Kita
meletakkan desain dan pengembangan sebagai sebuah pengetahuan ilmiah. Sebagai
pengetahuan ilmiah desain dan pengembangan harus dibatasi oleh pengertian-pengertian
yang dibangun atas dasar penelitian-penelitian empiris yang replicated. Model-model dan
prosedur-prosedur kita harus divalidasi. Berbagai pemecahan terhadap masalah-masalah
harus didukung oleh data.
C. Dasar-Dasar Pengetahuan Desain dan Pengembangan
Terdapapt tiga garis kunci penelitian dan teori yang sangat berpengaruh pada dasar
pengetahuan desain dan pengembangan, yaitu :
Teori belajar dan penelitian psikologis
Teori pembelajaran dan penelitian belajar mengajar
Teori komunikasi dan penelitian desain pesan
D. Ruang Lingkup Penelitian Desain dan Pengembangan
Penelitian desain dan pengembangan mengarah pada produksi pengeahuan, suatu
pemahaman yang lebih lengkap tentang lapangan dan kemampuan untuk membuat prediksi.
Penelitian desain dan pengembangan menyelesaikan dengan baik tujuan-tujuan melalui dua
kategori yang luas dari proyek penelitian.
Penelitian produk dan peralatan
Penelitian model
E. Metode dan Strategi Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan menggunakan suatu variasi yang luas dari metodologi.
Kebanyakan penelitian dan pengembangan baik penelitian produk dan peralatan maupun
penelitian model bergantung pada suatu variasi teknik kualitatif, antara ain studi kasus,
wawancara, review dokumen, dan observasi.
Studi-studi pengembangan dan penggunaan model sering menggunakan teknik-
teknik penelitian survei, sementara studi validasi model sering menggunakan desain
eksperimental tradisional.
F. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan
Identifikasi Masalah
Pengumpulan informasi
Desain produk
Validasi desain
Perbaikan desain
Uji coba produk
Revisi produk tahap akhir
Produksi massal.